Jumat, 31 Agustus 2012

Berbagai Peristiwa Akhir zaman(1 Tes.5:1-11)


Ayat inti:
   “Tetapi kita yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan”.
   Kalimat kunci:
   Realitas kedatangan Kristus mengajak kita untuk selalu bersedia.

Pendahuluan:
   Pelajaran kita sabat ini berbicara tentang: betapa pentingnya untuk selalu bersedia bagi kedatangan Yesus dan masa penghakiman yang sedang berlangsung.  Dan pertanyaannya ialah, bagaimana kita mempersiapkan diri untuk hal-hal itu.  Masalah yang terjadi di jemaat Tesalonika saat itu ialah adanya satu ajaran teologi yang menggabungkan “ damai dan keamanan”, dan ada beberapa anggota yang mencoba MENGHITUNG saat kedatangan Yesus yang kedua kali, dimana melalui nubuatan, mereka berharap dapat memprediksi saat peristiwa akhir itu tiba, dan agar mengetahui KAPAN WAKTU untuk mulai bersedia.
   Sebagai akibatnya ada beberapa orang yang hidup tanpa merasakan PENTINGNYA persiapan bagi kedatangan Tuhan.
   Itulah sebabnya kita perlu memperhatikan pelajaran ini supaya kita menyadari pentingnya mengadakan persiapan bagi kedatangan Yesus yang kedua kali.

I.Kedatangan Tuhan merupakan suatu hari : PENGHAKIMAN:
   Orang-orang yang baru bertobat di Tesalonika terganggu dengan kedatangan Kristus karena 2 alasan:
1.   Mereka khawatir tentang nasib teman-teman mereka yang telah meninggal tidak turut diangkat ke atas awan-awan pada saat kedatangan Yesus.
2.   Mereka prihatin terhadap penghakiman yang akan datang.
   Untuk point yang pertama, Rsl. Paulus telah menjelaskan tentang kebangkitan dalam 1 Tesalonika 4:13-18 yang memberikan berita yang menghibur bagi jemaat Tesalonika sekaligus menolong mereka untuk “saling menguatkan (1 Tes.4:18).
   Untuk point yang kedua, dalam pelajaran kita saat ini (1 Tesalonika 5:1-11), Rsl.Paulus menjawab keprihatinan mereka tentang masalah PENGHAKIMAN, dengan kabar baik yang juga bertujuan agar mereka “saling menguatkan satu sama lain (1 Tes.5:11) sehubungan dengan PENGHAKIMAN yang akan datang.

   Oleh karena mereka tidak dapat menyampaikan kekhawatiran mereka kepada Paulus maka para petobat baru itu menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk mengatasi rasa takut mereka tentang penghakiman ialah dengan cara mengetahui “KAPAN” hal itu terjadi.  Itulah sebabnya dikatakan dengan mengetahui ‘ZAMAN DAN MASA” (1 Tes.5:1) maka itu akan menolong mereka  mengetahui berapa lama mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi PENGHAKIMAN ALLAH.
   Rasul Paulus mengatakan bahwa rencana seperti itu TIDAK DAPAT BERHASIL dan benar-benar merupakan suatu KESALAHAN. Dikatakan bahwa upaya-upaya itu secara rohani merugikan, karena hal itu menyebabkan kekecewaan bila tanggal yang telah ditentukan akhirnya berlalu atau PENUNDAAN untuk melakukan persiapan ketika waktu yang diharapkan masih terlalu jauh di masa yang akan datang.
   Selanjutnya Rsl.Paulus mengingatkan tidak ada gunanya untuk mencoba menghitung tanggal kedatangan Yesus karena hal itu akan terjadi dengan tidak terduga dan secara tiba-tiba seperti kedatangan seorang pencuri(1 Tes.5:2; Mat.24:43, 44; Luk.12:39,40) dan rasa sakit yang datang tiba-tiba pada seorang wanita pada akhir masa kehamilannya (1 Tes.5:3; Yes.13:6-8; Yer.4:31). 
   Kombinasi pencuri di malam hari, rasa sakit pada saat melahirkan—semuanya menggambarkan maksud yang sama yaitu bahwa Kedatangan Yesus yang kedua kali akan terjadi secara tiba-tiba, tidak diduga, dan tidak dapat dielakkan oleh orang fasik.  Dan waktu itu pasti datang.
   Paulus memberi jaminan bahwa mereka tidak perlu takut, sebab Allah tidak datang dengan “murka” (1 Tes..5:9).  Dialah yang mengambil inisiatif dalam menyelamatkan mereka dengan mengutus Yesus untuk mati bagi dosa-dosa dunia (Yoh.3:16; Rm.5:6-10).  Penghakiman yang terjadi pada hari Tuhan merupakan suatu PENGADILAN YANG POSITIF untuk membela umat Allah(Yer.30:8,9).  Satu-satunya yang perlu takut pada hari itu adalah MUSUH ALLAH dan musuh umat-Nya.
   Banyak orang pada saat ini tidak nyaman dengan tema penghakiman.  Mengapa?.  Karena mereka tidak menyukai implikasi negatif dan ancaman.
   Kejadian 3:15 “Aku akan mengadakan permusuhan”…hal ini menyatakan satu PENGHAKIMAN atas si ular tua yakni SETAN dan sebuah nubuatan tentang kedatangan seorang PELEPAS/penebus.
   Kita perlu ketahui bahwa Rsl.Paulus menyatakan bahwa penghakiman Allah tidak terbatas pada apa yang terjadi di surga pada akhir zaman nanti namun juga memiliki konsekuensi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

   Namun konsep Alkitab tentang penghakiman lebih luas dari sekadar ancaman, kecaman atau eksekusi(sisi negatif dari penghakiman).  Tetapi ada juga sisi positif dari penghakiman.  Kita harus mengingat bahwa setiap tindakan rahmat dan kebaikan setiap hari tidak berlalu begitu saja tanpa mendapat perhatian dan upah. (Lihat  Matius 10:42).  Allah melihat semua yang kita lakukan, apakah itu positif atau negatif dan semuanya itu memiliki makna dalam skema akhir dari segala sesuatu.

   Pada permulaan kisah Alkitab ada 2 sisi sifat penghakiman.  Di Taman Eden, Allah menghakimi dosa Adam dan Hawa secara negatif .  Akibat dosa telah dirasakan sehubungan dengan kesakitan melahirkan anak, susah payahnya mencari rejeki, dll.  Pada saat yang sama Allah menghakimi mereka secara positif.  Dia mengadakan permusuhan antara mereka dengan setan dan dengan penuh rahmat mengenakan pakaian kulit binatang pada mereka agar mereka tidak terlalu menderita dalam lingkungan yang telah berubah( Baca Kejadian 3:15-24).

   Contoh yang berikutnya ialah dalam Kejadian 4, Allah menghakimi Kain secara negatif dengan mengirim dia ke pengasingan.  Namun dia juga menerima penghakiman positif dengan memberikan suatu tanda padanya supaya tidak ada orang yang membunuhnya.  Yang berikut, pada zaman air bah, Allah menghakimi manusia secara negatif, dengan membinasakan bumi dengan air bah namun juga secara positif dengan menyediakan BAHTERA sebagai sarana untuk meluputkan diri dari bencana itu (Kejadian 6-9:17).  Selanjutnya dalam Kejadian 11, Allah mengacaukan bahasa manusia dan menceraiberaikan mereka di seluruh bumi (Penghakiman negatif).  Sisi positifnya ialah dalam panggilan Abraham untuk menjadi berkat bagi segala bangsa di dunia(Kejadian 12:3), yaitu bagi orang yang sama yang telah dicerai beraikan dari Babel pada tahun-tahun sebelumnya(Kejadian 11:9).

II. CARA YANG BENAR UNTUK BERSEDIA:
   Jemaat Tesalonika bukan tidak mau mempersiapkan diri bagi penghakiman; namun CARA MEREKA untuk mempersiapkan diri bagi hari itu sangatlah salah.  Bagaimanakah cara yang benar untuk mempersiapkan diri bagi hari Tuhan?.  Ada 2 jawaban yang diberikan :
I.             Jemaat Tesalonika jangan percaya kepada kampanye dunia tentang “damai dan aman”.  Yang menyatakan bahwa dunia ini akan aman-aman saja.(Ini disebut juga dengan rasa aman yang palsu). Kita harus mengetahui bahwa dunia ini pasti mengalami kehancuran, dan kebanyakan orang tidak menyadari apa yang akan terjadi pada masa mendatang.  Jadi tidak ada yang aman di dunia ini.  Segalanya berlalu.
II.           Tetap terjaga dan hidup seolah-olah kita meyakini bahwa dunia yang sekarang segera berakhir dan dunia yang baru segera akan datang.
Rsl. Paulus melakukan ini dengan memanggil mereka untuk :

1 Tes.5:5 – menjadi anak-anak terang dan anak-anak siang bukan orang-orang kegelapan.  Pengawal harus tetap waspada di setiap waktu, siang dan malam.  Jadi seorang tentara perlu melebihi norma yang ada dalam hal berjaga-jaga.  Demikian juga umat Kristen diharapkan untuk melebihi standar yang biasa pada saat melakukan persiapan untuk kedatangan Yesus yang kedua kali.
   Umat yang tidak percaya akan terkejut oleh perisiwa-peristiwa akhir zaman, namun umat percaya tidak akan terkejut.  Mengapa.  Sebab mereka hidup dalam terang.

1 Tes.5:6- tetap berjaga-jaga dan bersedia gantinya tertidur. Tidur disini merupakan kiasan untuk kemalasan rohani atau tidak adanya minat.  Mereka semua sudah bangun namun diberikan nasehat lagi untuk tetap berjaga-jaga dan lebih bersedia lagi dari waktu ke waktu.

1 Tes.5:6-8 – sadar dan tidak mabuk. Artinya agar tetap memiliki pikiran yang sehat dan agar menjadi bijak dan berhati-hati dalam penalaran tentang Kitab suci karena beberapa orang menggunakan Alkitab untuk menentukan tanggal dan spekulasi.  Paulus mengingatkan umat percaya untuk lebih fokus, dalam penerapan Kitab Suci untuk mempunyai persiapan rohani mereka secara pribadi.

1 Tes.5:8 – memiliki persenjataan lengkap gantinya tidak memiiki senjata.  (Inilah ayat inti kita).  Alkitab adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mazmur 119:105).
   Bagaikan seorang prajurit, umat Kristen harus mengenakan seluruh peralatan yang ada sebelum bertugas di pos jaga mereka.
  
   Persiapan bagi kedatangan Yesus mencakup meluangkan waktu yang banyak untuk mempelajari Firman Allah.   Ajakan Paulus diberikan kepada kita melalui koridor waktu.  Ada banyak gangguan dalam dunia saat ini, mulai dari pekerjaan sampai email, hiburan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi suasana hati kita. Mari kita singkirkan semua hal yang mengganggu.  Tempatkan Firman Allah menjadi hal yang utama dalam kehidupan Anda, maka Anda tidak akan dikejutkan oleh peristiwa itu, tidak peduli betapa mendadaknya kedatangan Yesus yang kedua kali pada akhir zaman nanti. 
Kesimpulan :
   Masa penutupan bukanlah waktu untuk mempersiapkan diri bagi akhir zaman.  Sekaranglah waktu untuk persiapan itu.

                                 Jon Paulien, Pelajaran Alkitab : 1 dan 2 Tesalonika.

                                      ================

Jumat, 24 Agustus 2012

Yang Meninggal Dalam Kristus : 1 Tes.4:13-18.



Ayat inti:
" Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit” (1 Tesalonika 4:16).
Kalimat Kunci:
   “Suatu pengharapan  bagi kita untuk masa depan tentang janji kedatangan Kristus yang keduakali”.

Pendahuluan:
   Kematian pastilah salah satu topik yang paling disalah mengerti sekarang ini.  Bagi banyak orang, kematian adalah suatu misteri dan menimbulkan perasaan takut, tidak pasti dan bahkan ketidak berdayaan.  Ada orang yang percaya bahwa kerabat, teman, atau kekasih mereka yang sudah mati sebetulnya tidak mati, tapi tinggal bersama mereka atau di alam lain!.  Pelajaran ini akan memberi informasi kepada kita apa kata Tuhan mengenai mereka yang meninggal dalam Kristus.

I.             SITUASI DI TESALONIKA:
     Ayat –ayat dalam 1 Tesalonika 4:13-18 adalah merupakan reaksi Rasul Paulus terhadap adanya kesalahpahaman teologis dalam jemaat Tesalonika dimana beberapa anggota mengalami kesulitan untuk memahami keadaan umat percaya yang MENINGGAL sebelum Yesus datang kembali dan umat percaya yang MASIH HIDUP pada saat Yesus datang kembali.
   Pada zaman Paulus ada berbagai pandangan tentang akhir zaman dalam ajaran Yudaisme.  Salah satu diantaranya telah masuk ke dalam jemaat yakni pendapat yang menyatakan bahwa hanya mereka yang MASIH HIDUP yang akan dibawa ke surga, sedangkan mereka yang meninggal sebelum kedatangan Yesus akan dibangkitkan dan tetap tinggal di dunia ini.
   Dalam keyakinan seperti ini, akan menjadi suatu kerugian yang besar jika seseorang meninggal sebelum kedatangan Yesus.  Hal itu juga berarti adanya PEMISAHAN di antara mereka yang dibawa ke surga dan mereka yang tinggal di dunia.

II.BERDUKACITA SEOLAH-OLAH TIDAK MEMPUNYAI PENGHARAPAN.
   1 Tesalonika 4:13 “supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan”.
   Mengapa orang Tesalonika berdukacita seolah-olah mereka tidak mempunyai pengharapan?.  Ada 2 faktor yang disebutkan disini, yakni:
a.    Faktor utama : mungkin disebabkan begitu singkatnya kebersamaan jemaat itu dengan Paulus atau tidak memiliki cukup waktu untuk memberikan penjelasan sehubungan dengan kebangkitan umat percaya.
b.   Faktor selanjutnya ialah karena latar belakang sebagian besar umat percaya yang menerima surat Paulus adalah berasal dari kekafiran, dari penyembah berhala. (1 Tesalonika 1:9), dimana pada umumnya orang kafir tidak memiliki harapan setelah kematian.
   Tujuan Paulus menuliskan hal ini agar mereka tidak bersedih seperti orang-orang yang tidak mempunyai pengharapan dan juga agar kebenaran tentang sifat kedatangan Yesus yang kedua kali akan memberikan pengharapan mulia kepada mereka  agar mereka dapat saling menghibur satu sama lain saat ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka kasihi.(1 Tesalonika 4:18).

III.PENGHARAPAN YANG DIMILIKI ORANG YANG MENINGGAL DALAM YESUS: ( 1 Tesalonika 4:14): “akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia”.)
   Ini merupakan solusi kepada masalah dukacita yang tidak berpengharapan.
          Yang berhubungan dengan 1 Tesalonika 4:14 ada 2(dua) masalah:
i.             Dalam bahasa aslinya (KJV) dikatakan: “For if we believe that Jesus died and rose again, even so them also which sleep in Jesus will God bring with him”.
   Dia menggambarkan bahwa umat percaya yang telah meninggal seperti sedang “tidur dalam Kristus” (contoh, dalam 1 Tesalonika 4:14).
ii.           Masalah kedua sehubungan dengan ayat itu adalah gagasan bahwa Allah akan membawa mereka yang telah tidur bersama-Nya.  Beberapa orang memahami frase ini dengan pengertian bahwa: mereka yang sudah mati dalam Kristus(mereka anggap, telah dibawa ke surga pada saat kematian) akan kembali bersama Yesus saat Dia datang.  Namun penafsiran ini BERTENTANGAN dengan ajaran Paulus dalam 1 Tesalonika 4:16, bahwa kebangkitatan umat percaya TERJADI PADA KEDATANGAN YESUS YANG KEDUA KALI, DAN TIDAK TERJADI SEBELUM SAAT ITU.
   Selanjutnya 1 Korintus 15:20-23, 51-58 dapat menolong kita untuk memahami pernyataan yag terdapat dalam 1 Tesalonika 4:14.
   Bagi Paulus, kebangkitan Yesus dari kematian merupakan sebuah jaminan bagi kebangkitan umat percaya pada saat kedatangan-Nya yang kedua.  Jika kita pecaya akan kematian dan kebangkitan Yesus, kita juga harus percaya akan kebangkitan orang-orang yang telah meninggal dalam Yesus.
   Point yang ingin dia sampaikan kepada jemaat Tesalonika ialah:
i.              Bahwa saudara-saudara mereka yang telah meninggal TIDAK AKAN TINGGAL DI DUNIA PADA SAAT UMAT PERCAYA DIANGKAT KE SURGA.  SEMUA AKAN DIANGKAT KE SURGA PADA SAAT YANG SAMA (Baca juga Yohanes 14:1-3).
ii.           ALLAH TIDAK TURUN KE DUNIA BERSAMA ORANG KRISTEN YANG TELAH DIBANGKITKAN PADA SAAT KEDATANGAN-NYA; sebaliknya (seperti yang dilakukan kepada Yesus), Dia akan membangkitkan mereka dari kubur dan, bersama mereka YANG MASIH HIDUP, di bawa ke surge.  Sama seperti kebangkitan Yesus telah terjadi sebelum kenaikan-Nya ke surga, demikialah yang akan terjadi pada pengikut-Nya yang setia.

IV. YANG TERJADI SAAT KRISTUS DATANG KEMBALI: 1 Tes.4:15,16.)
   -Kedatangan Yesus yang keduakali adalah suatu peristiwa yang gegap gempita yang disertai dengan sebuah pekikan dari penghulu malaikat dan sangkakala Allah.  Setiap orang akan mendengar dan melihatnya (Wahyu 1:7; Matius 24:31; Yohanes 5:28,29; Kisah 1:9-11).

   Kunci utama bagi Paulus disini ialah: URUTAN PERISTIWA pada waktu kedatangan Yesus yang keduakali :
i.             Umat percaya yang masih hidup tidak akan”mendahului”, atau memiliki keuntungan yang lebih, daripada mereka yang telah beristirahat dalam Yesus.  Mereka yang mati dalam Kristus akan dibangkitkan terlebih dulu (Wahyu 20:4-6).  Hal ini terjadi sebelum mereka yang hidup diangkat untuk bertemu Yesus diangkasa.
ii.           Orang benar yang telah mati dibangkitkan dan diberi kekekalan bersama dengan mereka yang hidup pada saat Dia kembali.
(Bagian ini tidak mengajarkan bahwa orang yang mati langsung diangkat ke surga pada saat mereka meninggal.)
   Kenyamanan yang diberikan Paulus adalah:  Agar mengetahui bahwa kebangkitan akan mempersatukan mereka dengan semua orang yang mereka kasihi.

   Salah satu kata kunci yang digunakan Paulus dalam bahasa Yunani bagi kedatangan Yesus adalah; PAROUSIA (1 Tes.2:19, 3:13; 4:15; 5:23).  Hal ini berarti “kedatangan”.  Kata ini digunakan untuk kunjungan resmi dari pembesar kerajaan atau kaisar Roma.  Kunjungan seperti ini sangat jarang terjadi, dan kalau hal itu terjadi maka hal itu sering disertai berbagai macam KEMERIAHAN dan selalu memberikan bantuan keuangan serta hak-hak istimewa kepada kota dan penduduknya.  Hal ini untuk memberikan sebuah gambaran tentang KEMEGAHAN YANG TERJADI PADA SAAT YESUS DATANG KEMBALI.

   Tentu saja, bukan suara keras yang membangkitkan orang-orang mati melainkan PERINTAH YESUS lah yag membangkitkan orang mati itu.
   Jadi Rasul Paulus memberikan jaminan kepada jemaat Tesalonika bahwa: orang-orang yang mati dalam Kristus tidak akan kehilangan PAROUSIA.  Orang mati akan dibangkitkan, dan mereka yang masih hidup akan sama-sama “DIANGKAT” (Yunani: harpazo = mengambil,menarik, atau membawa dengan segera).  Hal itu menunjukkan suatu keadaan yang berlangsung dengan sangat cepat disertai kekuatan yang tak tertahankan dari Parousia.  Tetapi perlu di-ingat: bahwa tidak ada hal yang rahasia sehubungan dengan “pengangkatan”.



V. REUNI : ( 1 Tesalonika 4:17,18)

   Ayat-ayat ini mengatakan bahwa umat percaya bertemu dengan Yesus di awan-awan dan bersama dengan Dia selamanya.  Temanya disini adalah suatu tindakan mempersatukan satu dengan yang lainnya dan berjumpa dengan Yesus.  Orang yang mati dalam Yesus akan dibangkitkan terlebih dulu.  Kemudian mereka bersama orang percaya yang masih hidup naik bersama-sama untuk bertemu dengan Tuhan di angkasa.

   Tujuan orang-orang kudus dijelaskan dalam Yohanes 14:1-3.  Ketika Yesus datang kembali, Dia akan membawa murid-muridNya ke tempat dimana Dia berada(surga).  Setelah peristiwa pada masa seribu tahun itu semuanya sudah terjadi(Wahyu 20:4-6),  barulah umat yang setia akan turun ke dunia dan tinggal disana.(2 Petrus 3:13; Wahyu 3:12).

KESIMPULAN:
   Kematian bukanlah bab terakhir dari kehidupan pengikut Tuhan melainkan hanya  pemisah sementara yang memberikan jalan bagi pertemuan yang mulia pada hari kebangkitan.

Jon Paulien, Pelajaran Alkitab,  1 dan 2 Tesalonika.

Jumat, 17 Agustus 2012

Hidup Dalam Kekudusan:1 Tes.4:1-12.

Pendahuluan:
          “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus”. (1 Tesalonika 4:7).

   Kekudusan (Yunani: hagiasmos)  haruslah menandai setiap aspek kehidupan orang-orang Kristen.

I.DOA RASUL PAULUS (1 Tes.4:1,2):
          -Agar lebih bersungguh-sungguh : hidup supaya berkenan kepada Allah.
          -Mengajak jemaat Tesalonika untuk bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih kepada saudara seiman dan kasih kepada setiap orang.  Agar mereka terus bertumbuh dalam kebenaran yang sudah mereka terima dari Paulus, yang Paulus sendiri telah terima dari Kristus sendiri.
          Tujuan untuk hidup berkenan kepada Allah adalah: untuk memperoleh persetujuan Allah atas perilaku mereka( should be to gain God’s approval of their conduct.)  Rasul Paulus mengajarkan jemaat Tesalonika agar mereka hidup, bukan seperti orang Yahudi pada umumnya yang tidak berkenan kepada Allah dan prinsip Injil sehingga tidak memiliki persetujuan Ilahi secara terus menerus.

II.KEHENDAK ALLAH (1 Tes.4:3)
          -Bagi setiap orang percaya di Tesalonika adalah: “kekudusan” atau “pengudusan”. Definisi Kekudusan: “diasingkan untuk suatu maksud khusus”.
    Artinya ialah agar setiap umat percaya diharapkan “menjauhi percabulan” atau menghindarkan diri dari hubungan seksual yang tidak bermoral atau yang menyimpang(Yunani: “porneia”, yang mencakup: pornografi,prostitusi, dan hubungan seksual diluar pernikahan). 
    Perhatian yang utama dalam pelajaran kita saat ini( dalam 1 Tes.4:1-12) adalah berhubungan dengan penyimpangan seks.
   Karunia seksualitas adalah bukti kasih Allah bagi kita.  Namun, karunia ini sudah disalahgunakan beberapa orang, dan telah mengakibatkan kutuk, berbagai kesedihan dan penderitaan.
   Seksualitas manusia merupakan salah satu kekuatan yang paling indah, kuat namun misterius di alam semesta, dapat mengikat pria dan wanita menjadi satu, menciptakan ikatan kasih dan keintiman dan dapat bertahan seumur hidup.  Namun sebaliknya, hal itu juga dapat menimbulkan rasa sakit dan penderitaan seumur hidup, ketika hal itu dijadikan menjadi sebuah sarana untuk mengeksploitasi orang lain demi memuaskan hawa nafsu seksualnya.  Artinya bahwa hubungan seks itu begitu indah dan sangat berkuasa jika dilakukan dengan benar namun sangat merusak jika disalahgunakan.
   Untuk hal ini kita harus mencari bimbingan dari Alkitab, bukan kepada majalah, dari internet atau mencari nasehat dari teman.
III.SOLUSI/PETUNJUK TERHADAP PENYIMPANGAN SEKS:( 1 Tes.4:4,5).
  
   Salah satu tantangan yang dihadapi Paulus saat dia melayani masyarakat yang bukan Yahudi (orang-orang yang tidak mengenal Allah ) adalah masalah amoralitas seksual ( Yunani: Porneia – perilaku penyimpangan seksual yang bertentangan dengan kehendak Allah, termasuk seks pra-nikah, perzinahan,pelacuran, pornografi, dst)  dalam dunia kuno.
   Seorang pria dalam dunia kafir, dapat memiliki wanita simpanan (hetaera) atau menurut Cicero (Orator ulung) : “hampir tidak ada pantangan terhadap hubungan seks”.
   Solusi yang Paulus berikan untuk masalah akibat penyimpangan seksual ialah agar setiap orang harus “memiliki bejananya” sendiri (1 Tes.4:4). Kata bejana disini memiliki arti ganda. Pertama, kebanyakan terjemahan modern memahami bahwa kata “bejana” menyatakan kiasan untuk menyatakan “manusia” (Kisah 9:15; 2 Kor.4:7; 1 Petr.3:7). Kedua, kata Yunani untuk”memiliki”  menyatakan proses untuk mendapatkan seorang isteri (Rut 4:10). Dalam hal ini, frase bahwa setiap orang harus “memiliki bejananya sendiri” haruslah diartikan dengan “menguasai dirinya sendiri”.
   Dalam terjemahan King James Version(KJV): “That every one of you should know how to possess his vessel in sanctification and honour”. Kata memiliki = mendapatkan.  Jika bejana yang dimaksudkan Paulus disini adalah isteri, maka kata “bejana” merupakan ekspresi umum untuk wanita.  Sehingga dalam 1 Tes.4:4 dikatakan: “supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan”.
   Dia mengatakan bahwa setiap orang harus mengusahakan pernikahan yang terhormat untuk menghindari pergaulan seks bebas. Mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. (1 Kor.7:2).

   Karena dikatakan selanjutnya dalam 1 Tes.4:5 “bukan didalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah”(bangsa-bangsa lain)
   Artinya agar orang-orang Kristen janganlah berperilaku seperti orang yang tidak beragama.  Norma yang diterima oleh masyarakat luas tidaklah serta merta menjadi norma yang dapat kita terima.  Seks itu suci, dikuduskan untuk pernikahan seorang pria dan seorang wanita.
   Paulus mengatakan dalam 1 Tes.4:4,5 bahwa konteks yang benar untuk hubungan seks adalah dalam pernikahan, bahkan dalam pernikahan itupun, hubungan seks harus dilakukan dibawah pengendalian diri dan “rasa hormat”.
   Poin utama disini adalah bahwa seks itu hanya untuk mereka yang sudah dipersatukan dalam pernikahan dan meskipun dalam pernikahan, perilaku seks harus dinyatakan dalam kekudusan dan rasa hormat.
   Pernikahan merupakan ikatan yang suci di mana seorang pria dan seorang wanita datang bersama-sama dalam keintiman seksual yang dapt memuliakan Allah dan juga bertujuan untuk saling membangun satu sama lain.

IV.MENURUTI RENCANA ALLAH(1 Tes.4:6-8)
          Larangan Alkitab tentang hal ini adalah untuk melindungi kita dari kerusakan fisik dan emosi yang timbul akibat amoralitas seksual.
          Melakukan hal itu adalah dosa terhadap orang itu tetapi juga terhadap Allah (Kejadian 39:9).  Mereka yang mengabaikan ajaran Alkitab mengenai hal ini bukan saja menolak ajarannya, namun juga menolak PANGGILAN ALLAH bahkan ALLAH itu sendiri (1 Tes.4:8).
          Sebaliknya, pada saat kita mengikuti rencana .Allah, seks menjadi ilustrasi yang indah tentang kasih yang rela berkorban seperti yang Allah telah nyatakan pada kita dalam Kristus.  Itu adalah pemberian Allah dan, dinikmati sesuai dengan kehendak Allah bagi kita, itu dapat menyatakan kasih yang Allah miliki untuk  manusia dan menggambarkan kedekatan yang Dia inginkan dengan umat-Nya.

V.NASEHAT UTK MENGUATKAN IMAN ORANG LAIN:(1 Tes.4:9-12)    
          Rasul Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika tentang apa yang mereka telah ketahui dari hal kasih persaudaraan (Philos- ayat 9).  Phileo = Cinta untuk saudara sedarah, dan gereja memperluas artinya mencakup kasih bagi sesama saudara seiman.

          Juga nasehat sehubungaan dengan bisnis dan pekerjaan didalam konteks perkotaan.  Karena di jemaat Tesalonika ada sekelompok orang yang malas dan suka mengganggu orang lain.  Oleh karena semangat akan kedatangan Yesus yang keduakali menyebabkan beberapa anggota jemaat meninggalkan pekerjaannya dan bergantung  pada tetangga yang bukan Yahudi (Menjadi beban bagi orang lain atau malas bekerja.).
   Solusi yang ditawarkan Rsl. Paulus adalah dalam 1 Tes.4:11 -  mendorong mereka untuk hidup tenang yang mencakup: mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangannya (tidak malas).  Artinya zaman sekarang; “Carilah nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan diri sendiri sambil menabung sedikit untuk menolong mereka yang membutuhkan”.

          Kesimpulan:
          Dalam dunia yang sudah diserang  wabah nafsu dan penyimpangan seksual yang tidak terkendali, Allah rindu agar para pengikutNya menghidupkan suatu kehidupan yang suci secara seksual dan dapat menguatkan iman kerohanian orang lain.

      Jon Paulien, Pelajaran Alkitab: 1 dan 2 Tesalonika.
==============================================================