Senin, 29 Juli 2013

Kebutuhan Dasar Kebahagiaan Rumah Tangga.

    Kriteria kebahagiaan sebuah rumah tangga / keluarga ditentukan oleh bermacam - macam faktor, namun yang pasti kebahagiaan sebuah rumah tangga itu ditentukan oleh kebahagiaan lahir maupun batin, artinya selama rumah tangga hanya mengalami kebahagiaan secara lahiriah saja maka belum dapat disebut bahagia.  Cukup sandang, pangan dan papan saja belum bisa masuk kriteria bahagia, keluarga tersebut harus juga mengalami kebahagiaan secara batiniah barulah lengkap memenuhi unsur kebahagiaan.  Memang untuk mencari keluarga yang ideal itu tidak mudah, apalagi keluarga yang sempurna, namun kriteria - kriteria pendukung sebuah bahagia bisa dipenuhi atau diusahakan.  Dalam pandangan agama kristen, keluarga bahagia itu bisa terjadi apabila mereka mempraktekkan ajaran cinta kasih Yesus kristus yang menjadi dasar membangun sebuah rumah tangga bahagia.     Dengan demikian kriteria sebuah keluarga bahagia itu adalah apabila telah terpenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan dan papan tetapi sekaligus juga kebutuhan keagamaan, kebutuhan sosial keagamaan maupun kemasyarakatan.

TOLOK UKUR KEBAHAGIAAN SEBUAH KELUARGA
  
    Kebahagiaan sebuah keluarga itu bisa diukur berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dirasakan dan apa yang dialami atau realitas nyata sehari - hari.  Rumah tangga bahagia itu terjadi apabila keharmonisan keluarga ( suami, istri, anak - anak ) benar - benar dialami dan dirasakan, terutama kebutuhan - kebutuhan dasarnya atau kebutuhan pokoknya sehari - hari.  Kebutuhan - kebutuhan dasar tersebut diantaranya :

1. Terpenuhinya kebutuhan pangan.                     

   Kebutuhan akan makan adalah syarat utama bagi kehidupan manusia baik bagi pasangan yang akan membangun sebuah keluarga atau yang sudah berkeluarga sekalipun.  Bagaimana mungkin sebuah rumah tangga / keluarga akan mengalami kebahagiaan apabila kebutuhan dasarnya saja tidak terpenuhi.  Malah tidak tercukupnya kebutuhan pangan sebaliknya bisa menimbulkan ketidak bahagiaan sebuah rumah tangga.

2. Terpenuhinya sebuah sandang.             

   Kebutuhan sandang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia beradab dimanapun dan kapanpun, karena selama manusia berada di bumi ini maka kebutuhan sandang itu akan menjadi hal yang mendasar, bahkan di dalam dunia modern ini kebutuhan akan sandang telah menjadi kebutuhan  yang mempunyai kedudukan penting dalam pergaulan sosial.

3. Terpenuhinya kebutuhan papan ( tempat tinggal ).    

   Rumah bagi keluarga merupakan kebutuhan yang sangat - sangat mendasar sebagai tempat tinggal atau berkumpul / pertemuan seluruh anggota keluarga.  Dapat dibayangkan bagaimana sebuah keluarga ( suami, istri, anak - anak ) hidup tanpa memiliki rumah tempat mereka berlindung dari panas dan hujan, karena itu sebuah keluarga bisa disebut bahagia kalau mereka memiliki tempat tinggal untuk hidup bersama ( bandingkan keluarga - keluarga yang tinggal di bawah kolong jembatan ).

4. Terpenuhinya kebutuhan akan kesehatan.      

   Kebutuhan akan kesehatan merupakan syarat penting dalam membangun kebahagiaan sebuah keluarga karena tidak mungkin ada kebahagiaan kalau keluarga itu tidak sehat atau sering sakit - sakitan, karena itu kesehatan tidak bisa diabaikan apabila sebuah keluarga ingin mencapai tingkat kebahagiaan yang memadai.  Di negara - negara maju kebutuhan akan kesehatan atau hidup sehat merupakan prioritas utama dalam keluarga.  Hal ini ditandai dengan masing - masing keluarga memiliki dokter keluarga sehari - hari.

5. Terpenuhinya kebutuhan akan pendidikan.     

   Pendidikan merupakan syarat penting dalam keluarga apabila keluarga itu mau disebut keluarga bahagia, karena dengan pendidikan yang baik, besar kemungkinan tingkat kesejahteraan keluarga akan lebih baik.  Dengan demikian kesejahteraan keluarga yang baik akan menunjang kebahagiaan di dalam keluarga.  Pendidikan bagi negara maju merupakan kebutuhan penting dalam membangun dan menunjang kesejahteraan negaranya.

6. Terpenuhinya kebutuhan biologis.         

   Kebutuhan biologis atau seks merupakan kebutuhan dasar bagi sebuah rumah tangga yang ingin mengalami kebahagiaan.  Dalam banyak pengalaman hidup rumah tangga karena unsur kebutuhan biologis tidak terpenuhi maka sering terjadi pertengkaran suami / istri yang membawa masalah di dalam rumah tangga / keluarga.  Bahkan kadang kala kebutuhan biologis / seks menjadi sumber pecahnya sebuah keluarga atau perselingkuhan dan kemudian perceraian.

7. Terpenuhinya kebutuhan akan ketenangan hidup.    

   Sekalipun sebuah keluarga cukup makan, cukup papan dan sandang tetapi apabila tidak ada ketenangan di dalam hidup maka akan menjadi sumber perpecahan dan masalah yang merongrong keutuhan dan kebahagiaan di dalam keluarga.  Sebab itu faktor ketenangan batin di dalam kehidupan rumah tangga itu merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi keluarga kalau mau disebut keluarga bahagia.  Ketenangan batin itu tidak akan datang  sendirinya tetapi harus diciptakan, diusahakan dan direbut oleh kedua pihak baik suami maupun istri.

   Semoga kita dapat memperhatikan ke tujuh kebutuhan dasar untuk mencapai kebahagiaan Rumah Tangga ini dan boleh bermanfaat bagi keluarga kita.  Hms.









Minggu, 28 Juli 2013

Bersaksi Dan Melayani Demi Cinta


"KESAKSIAN DAN PELAYANAN: BUAH KEBANGUNAN ROHANI"

PENDAHULUAN

 Ketika cinta harus dibagi.
Google, "mesin pencari" (searching machine) berbasis internet yang sangat populer itu, mengungkapkan bahwa selama tahun 2012 lalu kata yang paling banyak ditelisik adalah kata "Cinta" dengan mengetik kalimat "What is love?" (Apa itu Cinta?). Falsafah Yunani purba mengenal empat jenis cinta, masing-masing adalah: Agápe (ἀγάπη), Éros (ἔρως), Philia (φιλία), dan Storgē (στοργή). Cinta Agápe adalah jenis cinta yang mengandung "arti rohani" sebagaimana yang digunakan dalam 1 Korintus 13, dan dianggap sebagai bentuk cinta yang paling luhur. Bila seseorang hendak mengucapkan "Aku cinta kamu" (I love you) maka dia akan mengatakan "S'agapo" (Σ'αγαπώ) sebagai pernyataan cinta yang tulus dan tak bersyarat, terlepas dari apakah pihak kepada siapa ungkapan itu ditujukan menyambutnya atau tidak. Dalam masyarakat Yunani purba, kata agápe merupakan ungkapan cinta yang disertai rasa hormat.

 Éros adalah cinta yang berkaitan dengan rasa ketertarikan secara fisik yang didorong oleh unsur gairah seksual, dan dari kata inilah lahir istilah erotik. Philia adalah cinta bersifat psikis yang melibatkan perasaan batin, khususnya di antara sahabat dan teman dekat. Itu sebabnya disebut juga sebagai cinta persaudaraan (platonic love), yang bila diperluas bisa mencakup rasa setia kawan sebagai satu kelompok. Kata ini juga  berhubungan dengan istilah philanthropy yang secara etimologis berarti cinta persaudaraan. Storgē adalah cinta eksklusif dalam bentuk perasaan kasih-sayang yang tumbuh secara alamiah karena hubungan darah, misalnya antara orangtua dengan anak maupun sesama saudara dalam satu keluarga.

 Tidak ada seorang pun yang ingin kekasihnya berbagi cinta dengan orang lain, sebab dalam cinta eros (dalam hal ini adalah cinta yang berlandaskan asmara) sifatnya cenderung egoistis. Sebaliknya dengan cinta agape (dalam hal ini adalah cinta yang berakar pada sifat ilahi) justeru menemukan kekuatannya pada kerelaan untuk berbagi dan berkorban. Perbedaannya terletak pada efek yang ditimbulkan ketika cinta itu dibagikan, apakah berakibat seseorang merasa disakiti atau diberkati. Cinta asmara yang dibagikan kepada orang lain berakibat ada pihak yang tersakiti, sedangkan cinta ilahi yang dibagikan berakibat banyak orang yang terberkati. Orang Kristen tulen bukan seorang yang suka berbagi cinta asmara, tetapi seorang yang rajin membagikan cinta ilahi.
"Tujuan kebangunan rohani ialah untuk mengisi hati kita dengan semacam cinta bagi Yesus bahwa kita rindu bagikan cinta ini sedapat mungkin dengan setiap orang. Dalam kebangunan rohani yang sesungguhnya, hati kita sendiri dibangunkan kepada kebaikan, kemurahan, pengampunan dan kuasa Allah. Kita sangat terpesona oleh kasih-Nya dan diubahkan oleh kasih karunia-Nya sehingga kita tidak bisa berdiam diri" [alinea pertama].

 Beberapa saat sebelum Tuhan Yesus naik ke surga, Dia berkata kepada murid-murid-Nya, "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kis. 1:8). Sesungguhnya perkataan Yesus ini ditujukan bukan hanya kepada murid-murid yang berkumpul pada saat itu saja, tetapi gaungnya sampai kepada semua murid-Nya (orang-orang Kristen) sesudah waktu itu. Murid-murid dan para pengikut Kristus yang mula-mula itu telah menyebar sampai ke luar tanah Israel, bahkan kemudian sampai ke seluruh pesisir Laut Tengah, Asia Kecil dan sebagian benua Eropa. Namun, orang-orang Kristen yang muncul di kemudian hari yang akan menggenapi nubuatan Yesus ketika sebagai saksi-saksi-Nya mereka akan "sampai ke ujung bumi."

 Perhatikan bahwa Injil Kristus akan merebak luas seiring dengan turunnya Roh Kudus kepada para pengikut-Nya. Dampak alamiah dari menerima kuasa Roh Kudus adalah membuat seseorang lebih bersemangat untuk menjadi saksi Kristus, bukan saja di tempatnya sendiri tapi juga sampai ke tempat-tempat yang lain. Semangat missionaris hanya akan timbul dan mendorong orang Kristen untuk menginjil bilamana Roh Kudus turun ke atasnya dan membangunkan kembali kerohaniannya.

 "Hati yang diubahkan menyebabkan tingkah laku yang berubah. Kebangunan rohani sejati tidak pernah menuntun kepada keterpusatan pada diri sendiri, atau khususnya kepada kemandirian maupun pemujaan diri. Sebaliknya, hal itu selalu menimbulkan rasa kepedulian yang bersifat tanpa pamrih demi orang lain. Apabila hati kita diperbarui oleh kasih karunia Allah, kita rindu untuk menjadi berkat dan melayani orang-orang yang membutuhkan. Semua kebangunan rohani yang sejati membawa kepada suatu penekanan yang diperbarui pada missi dan pelayanan" [alinea terakhir].

1. GEREJA DAN MISSINYA (Perintah dan Janji Perpisahan Kristus)

 Makna "gereja."
Yesus dan murid-murid baru saja menyeberang danau Galilea dan tiba di sebuah tempat bernama Kaisarea Filipi, sebuah kota kecil sekitar 40 Km sebelah utara Danau Galilea di dekat kaki gunung Hermon. Kota ini terkenal sebagai tempat penyembahan berhala yang dalam PL namanya adalah Baal Hermon dan Baal Gad, atau nama lainnya adalah Panias karena di sini terdapat tempat pemujaan dewa Pan yang disembah oleh masyarakat Yunani purba. Namun bagi kalangan Kristen kota Kaisarea Filipi ini terkenal sebagai tempat di mana Petrus telah menyatakan pengakuannya tentang kemesiasan Kristus, dalam suatu dialog khusus antara murid dan Guru.

 Pada waktu Yesus bertanya kepada Petrus, "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu" (Mat. 16:13), salah satu murid terdekat itu lalu mengutip berbagai pendapat masyarakat seperti yang dia dengar. Manakala Yesus meminta pendapatnya sendiri, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" (ay. 15), tanpa ragu Petrus menjawab, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (ay. 16). Demi mendengar jawaban yang tegas itu Yesus langsung berkata: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya" (ay. 17-18; huruf miring ditambahkan). Versi BIMK menerjemahkan ayat 18: "Sebab itu ketahuilah, engkau adalah Petrus, batu yang kuat. Dan di atas alas batu inilah Aku akan membangun gereja-Ku, yang tidak dapat dikalahkan; sekalipun oleh maut!" (huruf miring ditambahkan). Pandangan seolah-olah dengan perkataan ini Yesus telah menjadikan Petrus sebagai "dasar" berdirinya Gereja itu masih diperdebatkan, karena sebagian orang menganggap ucapan Yesus itu bukan merujuk kepada Petrus sebagai pribadi melainkan pada kepribadiannya yang teguh seperti batu itu.

 Kata asli yang diterjemahkan dengan "jemaat" atau "gereja" dalam ayat tersebut di atas adalah ἐκκλησία, ekklēsia. Secara harfiah, kata-benda feminin dalam bahasa Grika ini berarti "suatu perhimpunan warga masyarakat yang dipanggil keluar dari rumah mereka untuk berkumpul di tempat-tempat umum." Tampaknya istilah ini berakar pada tradisi warga kota Atena purba yang biasa mengadakan pertemuan akbar di zaman keemasan kerajaan Yunani dalam abad kelima SM (sebelum Masehi). Dalam konkordansi Grika tercatat 118 kata ekklēsia yang terdapat dalam 115 ayat PB, di mana "gereja" diartikan sebagai perhimpunan orang-orang yang "dipanggil keluar" dari dunia ini untuk bergabung sebagai satu tubuh yaitu "tubuh Kristus" (1Kor. 12:13, 27).

 Dalam perspektif kebersamaan, Alkitab juga menyebut "gereja" dengan istilah κοινωνία, koinōnia yang berarti "persekutuan" (versi TB dan BIMK menggunakan kata "berkumpul") sebagaimana dituturkan dalam Kis. 2:42-47. Namun tampaknya Yesus tidak bermaksud mendirikan "gereja" untuk kepentingan gereja itu sendiri, melainkan demi kepentingan keselamatan umat manusia. "Kristus tidak mendirikan gereja-Nya demi untuk sekadar mengurus dirinya sendiri. Kata-kata perpisahan Yesus terfokus pada missi gereja. Maksud Kristus adalah agar gereja-Nya memandang lebih jauh dari dirinya sendiri. Ia menahbiskannya untuk membagikan terang kasih-Nya dan pekabaran keselamatan-Nya kepada dunia" [alinea pertama].

 "Gereja" di mata Yesus.
Dalam pertemuan dengan murid-murid di Galilea setelah kebangkitan-Nya, Yesus memberi mereka sebuah perintah. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:19-20). Kalangan Kristen menyebut perintah Yesus ini sebagai "perintah agung" yang bukan saja berlaku bagi murid-murid yang pertama itu tapi juga untuk semua murid Yesus sepanjang zaman. Tentu saja murid-murid itu tidak kaget dengan perintah tersebut oleh sebab sebelumnya mereka sudah berpengalaman tatkala Yesus mengutus mereka berdua-dua (Mat. 10:5-7). Bahkan, Yesus berkata: "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (ay. 16; huruf miring ditambahkan).

 Kata Grika yang diterjemahkan dengan "mengutus" di sini adalah ἀποστέλλω, apostellō, sebuah kata-kerja yang secara harfiah artinya "memerintahkan seseorang untuk pergi ke suatu tempat yang ditentukan." Dari kata ini lahirlah kata bentukan ἀπόστολος, apostolos yang secara harfiah artinya "utusan," sebuah kata yang kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi apostle yang padanannya dalam Bahasa Indonesia adalah "rasul" (kata serapan dari bahasa Arab, رسول yang berarti "utusan"; رسول الل rasulullah berarti "utusan Allah"). Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, rasul Paulus menulis: "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus" (Rm. 10:13-15; huruf miring ditambahkan). Kata Grika yang diterjemahkan dengan "diutus" dalam ayat ini adalah juga apostellō, sebuah kata yang digunakan sebanyak 143 kali dalam 130 ayat PB.

 Berdasarkan fakta-fakta di atas kita menemukan bahwa konsep Alkitab tentang "gereja" tidak hanya terbatas dalam pengertian sebagai orang-orang yang "dipanggil keluar" saja, tetapi juga sebagai orang-orang yang "diutus keluar." Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam penerapan kolektif makna "gereja" ialah "dipanggil keluar" dari dunia ini, tetapi dalam penerapan individual "gereja" juga berarti "diutus keluar" kepada dunia.

 "Gereja adalah perwakilan yang ditunjuk Allah untuk keselamatan manusia. Gereja telah diorganisasikan untuk pelayanan, dan missinya ialah membawa injil kepada dunia...Gereja adalah gudang dari kekayaan kasih karunia Kristus; dan melalui gereja pada akhirnya akan dinyatakan, bahkan kepada 'semua yang memegang kekuasaan di angkasa' (Ef. 3:10, BIMK), pertunjukkan terakhir dan selengkapnya dari kasih Allah" [alinea ketiga: dua kalimat pertama dan kalimat terakhir].

 Apa yang kita pelajari tentang perintah dan janji Yesus menyangkut Gereja?

1. Yesus sendirilah "batu penjuru" di atas mana gereja-Nya didirikan (Mrk. 12:10, Kis. 4:11, Ef. 2:20), tetapi Yesus menyukai sifat dan kepribadian seperti Petrus yang tegas dan kukuh seperti batu. Kristus ingin Gereja-Nya memiliki tokoh-tokoh yang berkepribadian, teguh di dalam kebenaran dan tidak mudah menjadi goyah.

2. Gereja bukan semacam Klub yang mewadahi orang-orang dengan keyakinan yang sama, tetapi sebagai wahana yang dipenuhi oleh orang-orang dengan semangat penginjilan yang sama. Gereja adalah "badan" yang mengibaratkan "tubuh Kristus" yang terus bergerak sebagai kendaraan penginjilan.

3. Dalam konsep Alkitab, Gereja harus merupakan perpaduan dari semangat ekklesia, koinonia, dan apostolos. Bersekutu untuk melayani ke dalam dan ke luar. Sebagai gereja, berbakti dan menginjil adalah ibarat dua sisi dari satu mata uang, keduanya saling melengkapi dan tak terpisahkan.
2. MISSI YANG PENUH TANTANGAN (Menerima Janji Itu)

 Pertumbuhan gereja.
Dalam arti kata yang sebenarnya, Gereja telah dimulai dengan 120 orang pengikut Kristus yang terdiri atas pria dan wanita dengan berbagai latar belakang tingkat sosial (Kis. 1:14-15). Sesudah Hari Pentakosta, pertumbuhan Gereja meningkat secara fenomenal ketika rasul-rasul membaptiskan sampai 3000 jiwa sehari (Kis. 2:41). Jumlah pengikut Kristus kemudian terus bertambah dengan pesat terutama melalui tiga perjalanan missionaris Paulus ke berbagai kota di wilayah kekaisaran Romawi. Tidak ada catatan tentang populasi orang Kristen pada abad pertama di zaman rasul-rasul, baik dalam besaran angka maupun presentase berbanding jumlah penduduk dunia waktu itu. Tetapi data-data berikut ini cukup menarik untuk ditelaah.

 Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh Pew Research Center's Forum on Religion and Public Life pada tahun 2011, dari jumlah 600 juta orang Kristen di seluruh dunia tahun 1910 telah bertambah menjadi 2,18 milyar di tahun 2010. Jadi dalam tempo satu abad terakhir jumlah umat Kristen telah meningkat hampir 3,5 kali lipat atau bertambah sebanyak lebih dari 1,5 milyar orang. Namun, jumlah pertambahan penduduk dunia juga meningkat dari perkiraan 1,8 milyar pada tahun 1910 menjadi 6,9 milyar di tahun 2010. Maka secara presentase jumlah orang Kristen di dunia justeru berkurang, dari 35% di tahun 1910 "turun" menjadi 32% pada tahun 2010. Ini berarti pertumbuhan populasi umat Kristen sedikit lebih lambat dibandingkan dengan laju pertambahan penduduk Bumi. Akan tetapi, seiring dengan akumulasi jumlah orang Kristen di seluruh dunia, dilaporkan juga adanya "pertumbuhan" jumlah denominasi/sekte gereja. Penelitian yang dilakukan oleh Center for Study of Global Christianity (CSGC) dari Gordon-Conwell Theological Seminary di South Hamilton, Massachusetts, AS bahwa pada tahun 2011 terdapat tidak kurang dari 41.000 denominasi Kristen di seluruh dunia. (Baca di sini---> http://www.pewresearch.org/daily-number/number-of-christians-rises-but-their-share-of-world-population-stays-stable/).

 Dapat dikatakan bahwa jumlah orang Kristen telah bertambah ribuan kali lipat sekarang ini dibandingkan dengan jumlah mula-mula ketika Yesus naik ke surga, sekalipun pertambahan itu menghadapi tantangan eksternal (laju pertumbuhan penduduk dunia) dan tantangan internal (gereja yang kini terpecah-pecah). "Missi berbagi kasih dan kebenaran-Nya dengan seantero dunia sudah tentu kelihatannya sangat berlebihan bagi kelompok kecil murid-murid itu. Tantangan sangat besar, tugas luar biasa besarnya. Pencapaiannya dalam masa kehidupan mereka tentu saja tampak mustahil (sebagaimana juga pada zaman kita)" [alinea pertama: tiga kalimat pertama].

 Peran Roh Kudus.
Kitab "Kisah Para Rasul" (KPR) dalam PB merupakan laporan tangan pertama tentang kesuksesan penginjilan di abad pertama, ditulis oleh seorang yang oleh rasul Paulus disapa sebagai "Dokter Lukas yang kita kasihi" (Kol. 4:14, BIMK). Lukas, seorang tabib, berkenalan dengan Paulus di Troas (Kis. 16:8-11) dan kemudian menjadi teman seperjalanan sang rasul (Fil. 24). Kitab KPR berisi kesaksian perihal pertumbuhan Gereja dan aktivitas penginjilan para rasul Kristus yang ditulis sebagai laporan kepada seorang tokoh bernama Teofilus (Kis. 1:1), kemudian oleh penulis yang sama dilengkapi lagi dengan uraian tentang siapakah Yesus Kristus yang diajarkan oleh para rasul itu dalam Injil Lukas (Luk. 1:1-4). Sebuah catatan menyebutkan bahwa pada mulanya kitab KPR (ditulis antara tahun 61-64 TM) dan Injil Lukas (diperkirakan ditulis tahun 68 TM) merupakan satu kitab dalam dua jilid, tetapi dalam proses kanonisasi kemudian dipisahkan menjadi dua kitab yang berdiri sendiri.

 Pekerjaan penginjilan di abad pertama berjalan sangat sukses bukan karena kepiawaian Paulus serta kemahiran Petrus dan kawan-kawan dalam meyakinkan para pendengar mereka, tetapi semata-mata adalah berkat peran Roh Kudus yang mengurapi Gereja mula-mula itu. Seperti telah dijanjikan oleh Yesus beberapa saat sebelum kenaikan-Nya ke surga, pada hari Pentakosta ketika semua orang percaya sedang berkumpul di satu rumah di kota Yerusalem, "Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing" (Kis. 2:2-3).

 Meskipun sejak paruh kedua dari abad pertama terjadi penganiayaan hebat terhadap orang-orang Kristen oleh pemerintah kekaisaran Romawi, di antaranya yang dilakukan seorang bernama Gaius Plinius Caecilius Secundus yang dijuluki "Pliny Muda" (61-112 TM), pertumbuhan Gereja tak dapat dibendung. Warga masyarakat dari segala lapisan menerima Kristus dan bergabung ke dalam persekutuan umat Kristen. "Sembilan puluh tahun kemudian, sekitar tahun 200 TM, Tertulian, seorang pengacara Romawi yang menjadi orang Kristen, telah menulis sepucuk surat sanggahan kepada para hakim Romawi yang membela Kekristenan. Dia sesumbar bahwa 'hampir seluruh warganegara dari semua kota adalah umat Kristen'" [alinea terakhir].

 Pena inspirasi menulis: "Tuhan tidak mengunci gudang surga sesudah mencurahkan Roh-Nya pada para murid yang mula-mula. Kita juga bisa menerima kepenuhan berkat-Nya. Surga penuh dengan perbendaharaan kasih karunia-Nya, dan mereka yang datang kepada Tuhan dalam iman bisa menuntut semua yang telah Ia janjikan. Kalau kita tidak memiliki kuasa-Nya, itu lantaran kelesuan rohani kita, kelalaian kita, kelambanan kita. Marilah kita keluar dari formalitas dan kejenuhan ini" (Ellen G. White, Review and Herald, 4 Juni 1889).

 Apa yang kita pelajari tentang peran Roh Kudus dalam missi gereja?

1. Roh Kudus telah memainkan peran penting sejak awal Kekristenan, sehingga Gereja bertumbuh dalam kelipatan deret ukur. Sudah terbukti bahwa apabila manusia dikuasai oleh Roh Kudus, penginjilan selalu merupakan cerita kesuksesan yang gilang-gemilang.

2. Berkat kuasa Roh Kudus mantan nelayan saja dapat menghasilkan baptisan sebanyak 3000 jiwa dalam sehari. Di zaman akhir ini, ketika waktu kian sempit, kita belum pernah mendengar jumlah baptisan sebanyak itu dalam sekali KKR. Apakah ini pertanda absennya kuasa Roh Kudus?

3. Sudah sejak lama kita menantikan pencurahan "Roh Hujan Akhir" yang akan memungkinkan kita untuk mengulangi prestasi murid-murid Yesus yang mula-mula itu. Mengapa itu belum terjadi? Atau sudah mulai terjadi tetapi kebanyakan dari kita masih mengenakan "payung-payung keduniawian dan cinta diri"?

3. MEMBERDAYAKAN PENGINJILAN PRIBADI (Kuasa Kesaksian Perorangan)

 Baptisan Roh Kudus.
Pada hari Yesus diangkat ke surga merupakan hari terakhir bagi murid-murid-Nya untuk bersama-sama dengan Guru mereka. Itu adalah hari ke-40 sesudah kebangkitan Kristus (Kis. 1:3). Yesus memerintahkan mereka agar jangan meninggalkan kota Yerusalem karena ada satu hal sangat penting akan terjadi pada mereka, bahkan suatu peristiwa paling penting yang akan memuncaki pengalaman rohani yang mereka peroleh selama kurang-lebih tiga setengah tahun bergaul dengan Yesus. "Jangan pergi dari Yerusalem. Tunggu di situ sampai Bapa memberikan apa yang sudah dijanjikan-Nya, yaitu yang sudah Kuberitahukan kepadamu dahulu. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi beberapa hari lagi kalian akan dibaptis dengan Roh Allah" (ay. 4-5, BIMK; huruf miring ditambahkan). Perhatikan dua hal di sini: Roh Kudus adalah janji Allah Bapa, dan Roh Kudus merupakan sebuah baptisan.

 Perbedaan nyata dari baptisan dengan air dan baptisan dengan Roh adalah pada manifestasi dan efeknya. Baptisan dengan air melambangkan terkuburnya manusia lama yang mati di dalam dosa, dan keluar dari air sebagai manusia baru yang merdeka dari dosa di dalam Yesus Kristus; baptisan dengan Roh menyempurnakan manusia baru itu untuk taat pada hukum Allah dan melaksanakan perintah Yesus. Baptisan dengan air menjadikan seseorang sebagai murid Kristus, baptisan dengan Roh menjadikan seseorang sebagai pelayan Kristus. Baptisan dengan air merupakan pengalaman rohani, baptisan dengan Roh adalah pengkondisian rohani. Seseorang yang kerohaniannya sudah dikondisikan (=disiapkan untuk suatu maksud) akan menjadi seorang yang berdayaguna dan berkemampuan untuk melaksanakan tugas penginjilan.

"Kuasa kesaksian Perjanjian Baru berakar pada kemurnian hidup yang telah diubahkan oleh injil. Murid-murid itu bukan sedang bersandiwara. Mereka tidak sedang melakonkan gerakan-gerakan. Kuasa mereka bukan semacam bentuk rekayasa kerohanian. Suatu pertemuan dengan Kristus yang hidup telah mengubah mereka, dan mereka tidak dapat berdiam diri lebih lama lagi" [alinea pertama: lima kalimat terakhir].

 Mengalami pengalaman rasul-rasul.
Roh Allah, yaitu Roh Kudus, bukan hanya milik murid-murid dan rasul-rasul Kristus pada abad pertama saja. Roh Kudus dijanjikan Allah kepada setiap orang yang telah sungguh-sungguh bertobat dan mau digunakan oleh Tuhan. Anda dan saya juga dapat mengalami pengalaman rasul-rasul itu kalau kita sudah betul-betul bertobat dan dibaptiskan dengan Roh Kudus, sehingga kita siap untuk merasakan pengalaman kebahagiaan maupun penderitaan dalam pekerjaan penginjilan. Inilah "benang merah" (common thread) atau keserupaan pengalaman yang menjadi ciri pelayanan bersaksi murid-murid Yesus sepanjang zaman, baik mereka yang melayani di Yerusalem pada abad pertama itu maupun murid-murid Tuhan di seluruh dunia pada zaman ini.
   "Pada hari Pentakosta itu murid-murid adalah orang-orang yang diubahkan. Sesuatu terjadi pada mereka sehingga Roh dapat melakukan sesuatu melalui mereka. Roh Kudus telah berbuat sesuatu bagi mereka sehingga Dia dapat berbuat sesuatu dengan mereka. Roh itu meluap-luap dari kehidupan mereka untuk menyegarkan kehidupan orang-orang lain...Saksi yang paling berdaya adalah seseorang Kristen yang mengenal Yesus secara pribadi. Tidak ada pengganti untuk kesaksian yang merebak secara alamiah dari sebuah hati yang terpendam dalam kasih Yesus" [alinea kedua dan alinea terakhir].

 Pena inspirasi menulis: "Tuhan menuntut semua yang mengaku sebagai umat-Nya jauh lebih banyak daripada yang mereka berikan kepada-Nya. Dia mengharapkan umat percaya dalam Yesus Kristus untuk menyatakan kepada dunia, dalam perkataan dan perbuatan, Kekristenan yang telah dicontohkan dalam kehidupan dan tabiat Sang Penebus. Kalau firman Allah dilestarikan di hati mereka, maka mereka akan menunjukkan suatu penampilan yang praktis dari kuasa dan kemurnian injil. Dengan demikian kesaksian yang disampaikan kepada dunia jauh lebih bernilai daripada khotbah, ataupun dari pengakuan kesalehan yang tidak menyatakan perbuatan-perbuatan yang baik. Biarlah orang-orang yang membawa nama Kristus itu mengingat bahwa secara perorangan mereka sedang memberi kesan yang baik atau tidak baik terhadap agama Alkitab pada pikiran semua orang dengan siapa mereka bergaul" (Ellen G. White, The Southern Work, 17 Januari 1905).

 Apa yang kita pelajari tentang kuasa penginjilan perorangan?

1. Untuk menjadi "murid Kristus" cukup oleh baptisan dengan air, tetapi untuk menjadi "pelayan Kristus" dibutuhkan baptisan dengan Roh Kudus. Dibaptis oleh Roh Allah diperlukan untuk membuat seorang Kristen terkondisi bagi pekerjaan penginjilan yang sarat dengan pengalaman suka-duka.

2. Roh Kudus berkuasa untuk mengubah dan memperlengkapi seorang Kristen yang siap membaktikan dirinya untuk suatu peran tertentu dalam pekerjaan penginjilan. Bahkan, seperti dalam pengalaman rasul-rasul, Roh Kudus juga menyiapkan para penginjil untuk bertahan menghadapi segala tantangan.

3. Penginjilan perorangan tidak harus dalam bentuk kemampuan bersaksi secara verbal (lisan), semisal mengajar injil dan berkhotbah. Banyak orang Kristen yang telah dibaptiskan dengan Roh Kudus mengalami pemberdayaan kesaksian melalui sikap dan tingkah laku Kristiani sebagai pribadi.

4. BERTAMBAH KARENA BERBAGI (Iman yang Bersaksi adalah Iman yang Bertumbuh)
   Latihan kerohanian.
Adalah kodrat alam bahwa setiap makhluk hidup harus aktif bergerak. Dalam ilmu hayat (biologi), suatu organisme disebut "hidup" jika ada gerakan-gerakan yang aktif, sebaliknya dianggap "mati" kalau tidak menunjukkan gerakan apapun. Gerakan-gerakan merupakan perwujudan dari adanya energi (tenaga) yang terdapat di dalam tubuh jasad tersebut. Jantung dapat memompakan darah ke sekujur tubuh berkat adanya otot-otot yang bertenaga untuk membuat jantung itu bekerja. Tumbuhan bertumbuh ke atas kepada sumber cahaya dan akar-akarnya bertumbuh ke bawah kepada sumber air. Semua ini adalah efek dari "gaya dan gerak" (force and motion).

   Kehidupan rohani juga memiliki hukum yang sama, bahwa kerohanian itu hidup kalau dia aktif. Aktivitas rohani membuat kerohanian itu bertumbuh, dan pertumbuhan selalu identik dengan bertambah kuat dan dewasa. Dalam hal ini iman adalah energi yang memungkinkan kerohanian itu hidup dan bertumbuh, tanpa iman kehidupan dan pertumbuhan rohani adalah mustahil. Tetapi iman itu sendiri juga harus dilatih untuk menghasilkan perbuatan. Rasul Yakobus berkata, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" (Yak. 2:17). Kekristenan sejati tidak berhenti pada percaya saja, bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Juruselamat, "supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh. 3:16). Sebab kalau hanya sekadar percaya, "setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar!" (Yak. 2:19).

 Kesimpulannya, kerohanian bisa hidup karena ada kegiatan rohani, dan kegiatan rohani itu terjadi oleh sebab ada iman yang menggerakkannya. Pertumbuhan rohani tidak hanya dinyatakan dalam ketekunan beribadah, tetapi juga melalui kegiatan bersaksi. "Bilamana kita membagikan Firman Allah kepada orang lain, kita bertumbuh secara rohani. Semakin kita mengasihi Yesus, semakin kita ingin bersaksi mengenai kasih-Nya. Semakin kita bersaksi mengenai kasih-Nya, semakin kita akan mengasihi Dia. Membagikan iman kita adalah menguatkan iman kita" [alinea kedua: empat kalimat terakhir].

 Kuasa berbagi.
Sebuah peribahasa berbunyi, "Knowledge shared is knowledge multiplied" (Pengetahuan bertambah karena dibagikan). Logikanya begini: sesuatu pengetahuan bertumbuh-kembang lebih cepat di banyak kepala ketimbang hanya dalam satu kepala. Tidak ada satu pun ilmu pengetahuan yang kita kenal dan pelajari merupakan hasil dari penemuan satu orang saja, semua adalah hasil proses penyempurnaan oleh ilmuwan-ilmuwan yang mendalami dan menyempurnakannya. Nicolaus Copernicus (1473-1543) mencetuskan teori heliosentris, Galileo Galilei (1564-1642) membuktikan kebenaran teori tersebut dan menyempurnakannya menjadi sebuah kajian ilmu yang lebih akurat. Melalui pengamatan astronomis dengan teleskop yang lebih canggih Galileo melihat empat sosok bulan yang mengorbit pada planet Jupiter, dan juga menemukan fase-fase jelajah dari planet Venus. Dua temuan tersebut membuktikan kebenaran teori Copernicus bahwa Matahari adalah pusat orbit dari planet-planet dalam tatasurya kita, bukan Bumi seperti kepercayaan umum sebelumnya, termasuk Gereja.

 Dalam pengalaman nyata kita menemukan sebuah kisah dalam Alkitab tentang dahsyatnya kuasa berbagi, tatkala Yesus menerima dari tangan Andreas makanan berupa lima potong roti dan dua ikan. "Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki" (Yoh. 6:11). Hasilnya, jatah satu kali makan siang untuk seorang anak remaja itu dapat mengenyangkan lebih dari 5000 orang, bahkan masih tersisa lagi 12 bakul roti yang tidak habis dimakan (ay. 13). Rahasianya terletak pada tangan Yesus yang memecahkan roti dan ikan itu, dan pada kesediaan anak itu untuk berbagi jatah makan siangnya. Di sini kita menemukan perpaduan antara kuasa ilahi dari pihak Tuhan dengan kerelaan berbagi dari pihak manusia, sebuah kombinasi yang membawa hasil berlimpah-limpah. Perpaduan ini telah menghasilkan sesuatu yang dahsyat dalam hal makanan jasmani, dan akan lebih dahsyat lagi dalam hal makanan rohani!

 "Kian banyak kita membagikan iman kita, kian berlipat-ganda iman kita itu. Hukum penggandaan ini adalah prinsip ilahi dari kehidupan rohani. Memberi dan bertumbuh, atau menahan dan meranggas. Yesus memperbesar iman kita sementara kita membagikannya kepada orang-orang lain, sekalipun iman kita itu sangat kecil. Sambil kita membagikan Yesus (Roti Hidup) kepada orang-orang yang lapar rohani di sekitar kita, itu akan berlipat-ganda di tangan kita, dan pada akhirnya kita memiliki lebih banyak daripada saat kita mulai" [alinea ketiga].

 Apa yang kita pelajari tentang iman yang bertumbuh melalui bersaksi?

1. Allah menciptakan makhluk hidup untuk bergerak dan beraktivitas. Seperti kehidupan secara fisik ditandai dengan gerakan-gerakan, kehidupan rohani juga ditandai oleh aktivitas-aktivitas. Tubuh bergerak oleh karena tenaga yang dimilikinya, jiwa bergerak berkat energi ilahi yang diperolehnya.

2. Alam menakdirkan bahwa pertumbuhan terjadi melalui latihan yang aktif. Iman pada alam rohani adalah ibarat otot pada alam jasmani, sama-sama membutuhkan latihan supaya bertenaga. Anda dan saya dapat memiliki kerohanian yang bertumbuh dan kuat melalui latihan iman.

3. Hidup adalah berbagi. Bahkan, eksistensi kehidupan dapat bertahan karena adanya azas saling berbagi. Penginjilan adalah cara yang disediakan Allah bagi umat-Nya untuk berbagi iman dan keselamatan supaya kehidupan kerohanian mereka hidup dan bertumbuh.

5. BEKERJASAMA DENGAN SURGA (Kebangunan Rohani, Bersaksi, dan Intervensi Ilahi)
  
   Campur tangan Tuhan.
Pencurahan Roh Kudus adalah bukti nyata dari campur tangan surga dalam kebangunan rohani dan kegiatan bersaksi umat Tuhan. Allah berkepentingan untuk menolong umat-Nya agar berhasil dalam kebangunan rohani dan penginjilan karena dua alasan: (1) kebangunan rohani adalah kehendak Tuhan dan penginjilan adalah tugas ilahi; (2) manusia tidak mampu melaksanakan sendiri kedua hal itu. Kesanggupan anda dan saya sangat terbatas, sedangkan kuasa Tuhan berlimpah dan tak terbatas. Ajaibnya, Tuhan mau turut campur tangan meskipun kebangunan rohani dan penginjilan sebenarnya adalah demi kepentingan manusia itu sendiri.

 Kebangunan rohani dan penginjilan adalah dua hal berbeda dalam satu label yang sama: Kekristenan. Umat Kristen sejati adalah orang-orang yang mengalami kebangunan rohani secara berkelanjutan, dan yang menjalankan penginjilan secara berkesinambungan. Perbedaan dari keduanya terletak pada sasaran, di mana kebangunan rohani tertuju ke dalam, sedangkan penginjilan tertuju ke luar, tetapi kedua hal tersebut dialami dan terjadi pada diri orang yang sama secara pribadi. Kebangunan rohani mengeluarkan "buah"(output), penginjilan mendapatkan "hasil" (outcome).

 "Kisah nan menggetarkan jiwa mengenai pertumbuhan pesat dari Kekristenan Perjanjian Baru dalam kitab Kisah Para Rasul adalah cerita tentang sebuah jemaat yang dibangunkan kembali dan menyaksikan kasih Yesus. Itulah riwayat dari sebuah jemaat yang terus mengalami campur tangan ilahi. Bersaksi merupakan gaya hidup bagi umat percaya yang mula-mula ini" [alinea pertama].

 Pengalaman Filipus.
Kembali pada perintah Yesus kepada murid-murid-Nya menjelang kenaikan ke surga, bahwa mereka "akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kis. 1:8). Beberapa waktu telah berlalu tapi mereka tetap saja tinggal di Yerusalem, mungkin masih asyik menikmati kesuksesan penginjilan di kota mereka ini. Penganiayaan hebat, terutama yang dilakukan di bawah pimpinan Saulus (Kis. 8:1-2), telah memaksa mereka meninggalkan kota secara berpencar. Filipus menuju ke Samaria dan menjadi missionaris pertama di negeri tetangga bekas kerajaan Israel di utara itu (ay. 5). Penduduk Samaria adalah bangsa blasteran, yaitu hasil perkawinan campur antara orang Yahudi dengan orang kafir, itulah sebabnya mereka sangat dilecehkan oleh orang Yahudi asli yang tinggal di Yerusalem. Sekitar enam abad sebelumnya, atas perintah raja Asyur yang menaklukkan Israel, orang-orang Yahudi yang kaya dan terpandang diasingkan ke Asyur, lalu sebagai gantinya didatangkan bangsa-bangsa kafir ke Samaria yang kemudian berasimilasi dengan masyarakat Yahudi kelas bawah yang ditinggalkan di kota itu.

 Sementara Filipus sedang menginjil di Samaria, malaikat Tuhan memerintahkan dia untuk pergi menyusuri jalan menurun yang sepi dari Yerusalem ke Gaza (ay. 26). Tanpa diketahuinya Tuhan sedang menuntun dia untuk melaksanakan satu missi istimewa, yaitu menginjili seorang pejabat penting dari kerajaan Etiopia. Petinggi dari negara asing ini tampaknya seorang yang sangat rohani, sebab dia sedang dalam perjalanan pulang dari Yerusalem bukan dalam rangka kunjungan kenegaraan melainkan untuk beribadah (ay. 27). Rupanya dia baru saja membeli sebuah salinan kitab Yesaya yang dengan tekun dipelajarinya sepanjang jalan. Di satu titik Filipus berhasil mengejar kereta yang membawanya dan pada jarak yang sangat dekat dia dapat mendengar petinggi itu sedang membaca kitab Yesaya pasal 53 ayat 7-8 yang bertutur tentang Mesias (ay. 32). Setelah perkenalan singkat, detik berikutnya Filipus sudah duduk di samping pejabat Etiopia itu untuk menerangkan tulisan yang dibacanya.

 Perhatikan pertanyaan penting yang diajukan oleh orang kepercayaan Ratu Etiopia itu, dan bagaimana Filipus menggunakan pertanyaan tersebut sebagai titik-tolak pekabaran injil. "Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: 'Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?' Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya" (ay. 34-35). Setelah Yesus diperkenalkan kepadanya diapun percaya dan menerima injil itu, beberapa saat kemudian orang itu dibaptis oleh Filipus (ay. 36-38). Penginjilan yang sukses dimulai dengan memperkenalkan Yesus lebih dulu, sesudah orang mengenal Yesus dan apa yang telah dilakukan-Nya bagi manusia maka hati akan lebih terbuka untuk menerima Dia. Sebagai penginjil yang telah dibangunkan rohaninya, Filipus jadi tambah berhikmat. Setelah berhasil dalam KKR di Samaria, dia juga berhasil dalam missi khusus penginjilan perorangan.

 "Ada tiga unsur penting dalam kebangunan rohani, dan itu adalah berdoa, belajar Firman Allah, dan bersaksi. Tatkala umat Allah mencari Dia dalam perantaraan yang tekun dan tulus, dan bilamana mereka memenuhi pikiran mereka dengan kebenaran-kebenaran Firman-Nya, dan apabila mereka dengan penuh semangat bersaksi tentang kasih dan kebenaran-Nya kepada orang-orang lain--secara ilahi Allah campur tangan dan membuka pintu-pintu yang luar biasa untuk mengumandangkan kebenaran" [alinea terakhir].

 Apa yang kita pelajari tentang intervensi ilahi dalam kebangunan rohani dan penginjilan?

1. Campur tangan ilahi dalam kebangunan rohani dan penginjilan bukan sekadar harapan tetapi adalah janji yang ditepati. Bahkan, berdasarkan pengalaman kita masing-masing, Tuhan juga campur tangan dalam persoalan-persoalan hidup kita.

2. Ada dua hal yang menandai kehidupan orang Kristen, yaitu kebangunan rohani dan penginjilan. Keduanya adalah pengalaman hidup yang berlangsung secara terus-menerus, bukan hanya satu kali atau sesekali. Kebangunan rohani dan penginjilan adalah gaya hidup orang Kristen sejati.

3. Seorang yang kerohaniannya telah dibangunkan kembali akan tekun berdoa, rajin membaca Alkitab, dan giat bersaksi. Dalam kasus-kasus tertentu kegiatan penginjilan dapat terjadi sebagai suatu kesempatan bersaksi yang unik dan privat, seperti yang dialami Filipus.

PENUTUP

 Rencana surgawi. Mengapa orang Kristen harus bersaksi dan menginjil? Secara alkitabiah ada beberapa alasan, antara lain:

1. Sebagai perintah Yesus (Mat. 28:19-20; Mrk. 16:15). Bahkan, kata rasul Paulus, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya..." (2Tim. 4:2).

2. Memenuhi perintah Yesus sebagai tanda kasih (Yoh. 14:21).

3. Tanggungjawab moral; dipercayakan untuk memberitakan injil (2Kor. 5:18-20).

4. Berbagi persekutuan (1Yoh. 1:3-4).

5. Menimbulkan sukacita di surga (Luk. 15:7, 10).

6. Mempercepat hari kesudahan (Mat. 24:14).

7. Supaya Yesus tidak malu mengakui kita (Luk. 9:26).

 "Adalah rencana Surga agar mereka yang telah menerima terang itu harus membagikannya kepada orang-orang yang berada dalam kegelapan. Umat manusia, yang menyerap dayaguna dari Sumber hikmat yang agung itu, telah menjadi alat dan agen yang giat melalui mana injil menjalankan kuasanya yang mengubahkan itu pada pikiran dan hati" [alinea pertama: dua kalimat terakhir].

 "Tetapi apabila aku berpikir: 'Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya,' maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup" (Yer. 20:9)

Sumber :
1. Mark Finley, Kebangunan dan Pembaruan.
2. Loddy Lintong, California-U.S.A.



Janji-janji Alkitab untuk menghargai yang baru lahir (2)

                                          Bagian 1
APAKAH ANDA SUDAH SIAP MENJADI ORANGTUA?

BETAPA HEBATNYA SEBUAH JAWABAN DOA!

“Doa adalah alat perekat yang mengikat rumah kita bersama-sama”.
                                 -Mother Teresa.

BAGI ANDA

“Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji namaMu untuk seterusnya dan selamanya.  Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan namaMu untuk seterusnya dan selamanya.  Besarlah Tuhan dan sangat terpuji, dan kebesaranNya tidak terduga.  Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaanMu dan akan memberitakan keperkasaanMu”. – Mazmur 145:1-4.

BAGI ABRAHAM DAN SARA

“Abraham menjawab: “Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.”  Lagi kata Abraham: “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.” Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: “Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.”  Lalu TUHAN membawa Abraham ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firmanNya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nati keturunanmu.”   -Kejadian 15:2-5.

“TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankanNya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikanNya.  Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.”  -Kejadian 21:1-2.

BAGI ISHAK DAN RIBKA

“Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung”. –Kejadian 25:21.

BAGI YAKUB DAN LEA

“Lalu Allah mendengarkan permohonan Lea.  Lea mengandung dan melahirkan anak laki-laki yang kelima bagi Yakub.  Lalu kata Lea: “Allah telah memberi upahku, karena aku telah memberi budakku perempuan kepada suamiku.” Maka ia menamai anak itu Isakhar.  Kemudian Lea mengandung pula dan melahirkan anak laki-laki yang keenam bagi Yakub.  Berkatalah Lea: “Allah telah memberi hadiah yang indah kepadaku; sekali ini suamiku akan tinggal bersama-sama dengan aku, karena aku telah melahirkan enam orang anak laki-laki baginya.” Maka ia menamai anak itu Zebulon.  Sesudah itu ia melahirkan seorang anak perempuan dan menamai anak itu Dina.”  -Kejadian 30:17-21.

BAGI ELKANA DAN HANA –SAMUEL ( 1 Samuel 1:9-20)

BAGI YUSUF DAN MARIA -  YESUS ( Lukas 1:30-33; 46-55)

BAGI ZAKHARIA DAN ELISABET

“Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki.  Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmatNya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia”.  –Lukas 1:57-58.
   Baca juga dalam Lukas 1: 67-79.
                   

Kamis, 25 Juli 2013

Janji-janji Alkitab Untuk menghargai Yang Baru lahir(1)

 Bagian 1
APAKAH  ANDA SUDAH SIAP MENJADI ORANG TUA?

Sudah waktunya untuk berhenti sejenak dan berkata "Terima kasih Tuhan!" Di tengah kesibukan kegiatan sehari-hari (dan masa cemas karena menunggu ) dalam persiapan saat kelahiran yang indah ini, selama penjadwalan ulang rutinitas dan menata ulang peralatan bayi – hal itu semuanya membuat terlalu mudah untuk melupakan : bahwa saya  ternyata  diberkati oleh Tuhan. Anak bayi kecil manis ini, adalah merupakan hadiah yang dianugerahkan langsung dari tangan Allah.

Tiba-tiba, Tuhan telah memberkati  Anda!

"Orang Amerika modern jarang berhenti untuk bersyukur atas berkat-berkat sederhana dari kehidupan ini. Salah satu alasannya adalah karena kita merasa memiliki begitu banyak. Kita semata-mata menganggap bahwa kita akan memiliki semua hal baik dalam kehidupan. Alasan lain adalah bahwa bersyukur itu akan merendahkan  harga diri  kita . Kita tidak mau mengakui bahwa Allah adalah Penyedia semua hal yang baik. Bahwa kita hanya penatalayan-Nya. Mengucap syukur membutuhkan kerendahan hati dan iman kepada Allah. Apabila kita memiliki hal-hal ini barulah kita bisa bersyukur".
                                                                                              -Richard B. Douglass.

“Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah—sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Haleluya!.  Mazmur 113:9.

“Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.  Atas kehendakNya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaanNya.”    Yakobus 1:17-18.

Rabu, 24 Juli 2013

Firman Yang Hidup Dan Menghidupkan

"FIRMAN: DASAR KEBANGUNAN ROHANI"

PENDAHULUAN

 Firman yang berkuasa mengubahkan. Alkisah, pada suatu hari lebih dari satu abad silam, seorang penjelajah dari Eropa sampai di pedalaman Afrika dan menemukan seorang lelaki pribumi sedang asyik membaca Alkitab. Melalui penerjemah, pria ateis itu menegur dengan nada mengejek, "Untuk apa buang waktu membaca buku yang tidak berguna itu." Lelaki pribumi itu mengangkat kepalanya dan menatap tajam-tajam ke wajah pria kulit putih yang berdiri beberapa meter di hadapannya, lalu dengan suara datar dia menyahut, "Kalau bukan karena buku ini kamu sudah saya makan!"

 Bagi umat Kristen, Alkitab lebih dari sekadar kitab suci tapi adalah Firman Allah. Umat Kristen percaya bahwa meskipun Alkitab telah ditulis oleh 40 orang dengan latar belakang berbeda-beda selama kurun waktu 1600 tahun (1500 SM - 100 TM), namun Allah sendiri adalah pengarangnya, dalam arti bahwa Allah yang mengilhami para penulisnya (2Tim. 3:16). Harap dipahami bahwa "mengilhami" itu tidak sama dengan "mengimla" (=mendiktekan), di mana Tuhan memberi inspirasi dan para penulis itu menulis berdasarkan gaya bahasa mereka masing-masing tentang apa yang mereka saksikan maupun yang dibisikkan Roh Allah ke dalam hati sanubari mereka. Tentu saja ada bagian-bagian tertentu yang didiktekan kepada para penulis itu bilamana Allah memerintahkan mereka untuk mengutip ucapan-Nya (Kel. 34:27; Why. 19:9).

 Di seluruh Alkitab--Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru--terdapat lebih dari 3000 frase yang berbunyi "beginilah firman Tuhan" atau "demikianlah firman Tuhan" yang menandakan bahwa kata-kata yang mendahului ataupun sesudahnya adalah ucapan Allah sendiri (mis.: Kel. 8:1; Ibr. 8:8). Perjanjian Lama mengandung 8674 kata Ibrani yang berbeda, dan Perjanjian Baru memiliki 5624 kata Grika yang berbeda. Dari sejumlah 1189 pasal dengan 31.101 ayat dalam Alkitab terdapat lebih dari 8000 ayat yang berisi nubuatan dan ramalan, 3268 di antaranya sudah digenapi (baik kegenapan yang tercatat dalam Alkitab itu sendiri, maupun digenapi kemudian sesudah penulisannya), serta memiliki sebanyak 1260 janji Tuhan. Selain berisi firman Allah berupa perintah-perintah dan hukum-hukum, nubuatan dan janji, Alkitab juga memuat berbagai kisah dan peristiwa sejarah. Banyak dari kejadian-kejadian historis dalam Alkitab yang juga terdapat dalam catatan sejarah yang ditulis oleh sejumlah sejarahwan legendaris dunia, antara lain Josephus (sejarahwan Yahudi) dan Tacitus (sejarahwan Romawi), yang semuanya mendukung kebenaran tulisan dalam Alkitab.

 Alkitab adalah satu-satunya buku yang pernah ada di dunia ini yang memiliki keistimewaan-keistimewaan tersebut, bahkan sebuah buku yang telah mengilhami ribuan penulis lain yang telah melahirkan berbagai buku dan artikel-artikel lepas lainnya yang pernah diterbitkan sepanjang peradaban moderen manusia. Namun, Alkitab menjadi sebuah buku yang luar biasa dan tak tertandingi bukan karena data statistik tersebut di atas, melainkan karena kuasa ilahi dari setiap perkataannya yang dapat mempengaruhi dan mengubah kehidupan orang-orang yang membacanya.

 "Mereka tentu akan menemukan anugerah dan kekuatan serta pengharapan dalam Firman-Nya; mereka tentu akan berhadapan muka dengan pesona Kristus yang tiada bandingannya di dalam Firman-Nya. Demikianlah Allah akan menghormati komitmen mereka oleh mencurahkan Roh Kudus-Nya dengan limpahnya, dan seluruh dunia akan diterangi dengan kemuliaan pekabaran tiga malaikat. Roh Kudus akan dicurahkan secara luar biasa, dan injil akan diberitakan sampai ke ujung bumi lalu Yesus Kristus akan datang kembali (Mat. 24:14)" [alinea kedua].

 1. FIRMAN ALLAH YANG MENGHIDUPKAN (Dibangunkan Kembali Melalui Firman)

 Beban dan permohonan Daud. Mazmur 119 adalah pasal terpanjang di seluruh Alkitab. Meskipun tidak ada keterangan yang tegas tentang identitas penulisnya tapi kebanyakan orang percaya bahwa ini adalah kumpulan Mazmur Daud yang pernah digubahnya sepanjang hidupnya. Dasarnya ialah karena dari ayat ke ayat tidak ada alur yang sambung-menyambung sebagai sebuah karya tulis yang utuh. Ada 22 huruf dalam alfabet Ibrani, semuanya konsonan (huruf mati), dan dalam mazmur ini terdapat 8 ayat yang berisi keseluruhan alfabet itu. Para komentator menyebut pasal ini digubah dalam "pola akrostik" (rangkaian baris atau ayat di mana huruf-huruf pertama dan terakhir atau huruf tertentu lainnya bila disusun bisa menjadi satu kata atau satu anak kalimat).

 Secara umum, Mazmur pasal 119--atau lebih tepat disebut "nomor 119" karena mazmur merupakan kumpulan syair dan nyanyian--ini digubah terutama untuk meninggikan Firman Allah. Dalam seluruh 176 ayat terdapat tidak kurang dari 171 ayat yang berbicara tentang Firman Allah yang oleh pemazmur itu sering disebut sebagai "peringatan-peringatan" (ay. 2), "jalan-jalan" (ay. 3), "titah-titah" (ay. 4), "ketetapan" (ay. 5), "perintah" (ay. 6), dan "hukum-hukum" (ay. 7). "Mazmur menggunakan arti sepenuhnya dari semua kata-kata ini sementara menguraikan penerapan dari Hukum Allah pada kehidupan sehari-hari dan takdir Israel" (Nelson's Compact Bible Commentary, hlm. 411).

 Pada ayat 25 pemazmur berseru kepada Tuhan, "Aku berbaring dalam debu; pulihkanlah hidupku menurut janji-Mu" (BIMK). Di sini pemazmur memohon supaya Tuhan mengembalikan semangat hidupnya yang sudah kehilangan gairah akibat tertindih oleh beban dosa, dan pada ayat 107 beban ini diulangi dengan lebih tegas bahwa dirinya merasa "sangat tertindas" (BIMK: "sangat sengsara"). Di ayat 153 dan 154 pemazmur memohon agar "kesengsaraan" (BIMK: "penderitaan") itu diangkat dari hidupnya dengan mengklaim bahwa dia tidak melupakan atau mengabaikan Hukum Allah (Hukum bagi orang Yahudi adalah "Torah"). Pemazmur meminta agar Tuhan "membangunkan kembali" hidupnya, dan permohonan-permohonan tersebut dia dasarkan pada "janji Tuhan" sebagaimana tertulis dalam Firman-Nya. Bagi pemazmur "Firman" itu adalah lima kitab Musa (secara tertulis) dan pekabaran-pekabaran Allah melalui para nabi (secara lisan); bagi orang Kristen "Firman" itu adalah Alkitab (secara tertulis) serta bisikan-bisikan Roh Kudus dalam hati sanubari (secara lisan).

 Berkat dari Firman Tuhan. Pemazmur tidak hanya berkeluh-kesah dengan penderitaan batin dan kesengsaraan hidup yang dialaminya, tapi dia juga bersyukur untuk berkat-berkat rohani dari Firman Tuhan. Dia menyebutkan tentang "penghiburan" (ay. 50), "sukacita" (ay. 74), "kekuatan" (ay. 116, BIMK), "terang" (ay. 130), "kebenaran" dan "keadilan" (ay. 160), serta "pengertian" dan "kelepasan" (ay. 169-170).

 "Daud mendapatkan keberanian dan kekuatan dalam Firman Allah. Dia menemukan pengharapan dan bimbingan ilahi dalam Firman Allah. Firman Allah membawa terang kepada pikirannya yang gelap (Mzm. 119:130). Firman itu mengenyangkan hatinya yang sangat lapar dan memuaskan jiwanya yang dahaga (Mzm. 119:81). Ketika Saul mengancam untuk membunuhnya, dia bergantung pada janji kelepasan dari Allah (Mzm. 34:4). Terganggu dengan kesalahan akibat skandal perzinahannya dengan Batsyeba, dia bergantung pada janji pengampunan dari Allah (Mzm. 32:1-2). Dibingungkan tentang masa depan, dia bergantung pada janji tuntunan dari Allah (Mzm. 32:8). Daud dengan gembira berseru, "Janji-Mu itu memberi aku hidup" (Mzm. 119:50, BIMK). Dasar dari kebangunan rohani adalah soal menemukan hidup baru dalam Firman Allah" [alinea terakhir].

 Kalau Daud sendiri, yang notabene adalah salah seorang kontributor Alkitab, juga membutuhkan dan telah merasakan nikmatnya bergantung pada Firman Allah, apalagi anda dan saya. Hanya orang-orang yang belum pernah menikmati penghiburan yang menguatkan dari Alkitab, yang belum pernah mengalami betapa hati yang gundah berubah menjadi teduh ketika membaca Alkitab, mereka sajalah yang tidak mengerti alangkah menyejukkannya membaca Firman Tuhan terutama pada waktu mengalami kegalauan dan kekacauan hidup.

 Apa yang kita pelajari tentang Firman Tuhan yang memulihkan kehidupan?

1. Mazmur 119 adalah "nyanyian panjang" tentang kehidupan seorang anak manusia yang penuh gejolak dan bergelimang rasa takut, seperti raja Daud. Alkitab penuh dengan janji kesentosaan dan ketenangan hidup bagi setiap orang yang percaya.

2. Sangat mungkin bahwa jalan hidup seorang Daud merupakan potret kehidupan dari banyak orang di antara kita. Namun, seperti juga Daud, anda dan saya dapat menemukan kembali kehidupan yang tenang dan bahagia dengan bergantung pada janji-janji dalam Firman Tuhan.

3. Alkitab membawa kita kepada pengenalan yang sebenarnya tentang Allah dan kasih-Nya. Alkitab berisi Firman Allah yang memberi terang, pengharapan, kekuatan, penghiburan dan jaminan akan kegenapan janji-janji Tuhan. Membaca Alkitab adalah cara lain untuk berkomunikasi dengan Allah.

2. DIUBAHKAN OLEH ALKITAB (Kuasa Daya Cipta Firman)

 Pedang bermata dua. Alkitab menerangkan tentang dirinya sendiri: "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita" (Ibr. 4:12; huruf miring ditambahkan). Versi lain menyebutkan bahwa Firman Allah begitu tajamnya "sehingga mengetahui sedalam-dalamnya pikiran dan niat hati manusia" (BIMK). Tidak perlu seorang "singa podium" yang berkhotbah dengan berapi-api untuk membuat Alkitab itu jadi hidup, sebab Firman Allah itu sendiri hidup dan memancarkan kehidupan. Tidak perlu seorang pengkhotbah yang fasih lidah untuk membuat Alkitab itu terasa menusuk sampai ke ulu hati para pendengarnya, sebab ketajaman Firman Allah itu sendiri sanggup membedah pikiran dan angan-angan hati manusia.

 Selain hidup, kuat, dan tajam, Firman Allah itu juga efektif untuk memurnikan dan membersihkan (Yoh. 15:3; Ef. 5:26), menyembuhkan (Mzm. 107:20; Mat. 8:16), menasihati (Mzm. 119:24), menguatkan hati (Mzm. 119:28), menghidupkan (Mat. 4:4), menghasilkan buah (Mat. 13:23), menguduskan (Yoh. 17:17; 1Tim. 4:5), membangun iman (Rm. 10:17), dan mempertumbuhkan (1Ptr. 2:2). Ketajaman Firman Allah dapat membedakan mana motivasi yang alami dan mana motivasi yang rohani di dalam hati manusia, serta sanggup membedakan antara pemikiran dan maksud di dalam kalbu manusia. Firman Allah itu lebih piawai dari guru yang paling cerdas, lebih unggul dari penasihat yang paling bijak, dan lebih berhasilguna dari pendeta yang paling rohani, oleh sebab ada kuasa di dalam Firman itu.

 "Ada nilainya dalam nasihat manusia yang bijak. Kita semua sudah pernah dibantu oleh nasihat-nasihat orang lain. Masalahnya, nasihat manusia itu tidak memiliki kuasa di dalamnya untuk mencapai jenis perubahan yang Firman Allah dapat lakukan. Firman Allah adalah agen perubahan yang hidup, dinamis, dan manjur. Kuasa yang sama yang terdapat dalam perkataan Allah yang diucapkan pada Penciptaan ada di dalam Firman Allah yang Tertulis. Dengan menerima perintah-perintah dan janji-janji Allah oleh iman, kita menerima kuasa Roh Kudus untuk menyelesaikan apa yang Kristus perintahkan" [alinea pertama].

 Apa alasan membaca Alkitab? Orang membaca dan mempelajari Alkitab bisa saja terdorong oleh berbagai motivasi. Bagi murid sekolah Kristen, utamanya para mahasiswa di seminari maupun sekolah tinggi teologia, membaca dan mendalami Alkitab bisa terdorong oleh niat untuk meraih nilai ujian yang tinggi. Bagi para rohaniwan dan guru agama mungkin saja mendalami Alkitab adalah karena kewajiban dan tuntutan pekerjaan. Bahkan, banyak "peneliti" dari kalangan non-Kristen maupun kalangan Kristen sendiri yang membaca dan mempelajari Alkitab untuk menyiapkan amunisi yang dapat digunakan dalam perdebatan. Mungkin masih banyak lagi alasan-alasan lain bagi sebagian orang untuk membaca dan menyelidiki Alkitab.

 Sementara berbagai motivasi dan tujuan tersebut adalah sah-sah saja, Alkitab ditulis untuk suatu maksud ilahi yang jauh lebih penting dari semua itu. Rasul Paulus berkata, "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci" (Rm. 15:4; huruf miring ditambahkan). "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik" (2Tim. 3:16-17; huruf miring ditambahkan). Perhatikan, aspek pedagogis sangat ditonjolkan di sini, sebab Allah mengetahui bahwa akibat dosa manusia "telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rm. 3:23). Kata asli dari kemuliaan dalam ayat ini adalah δόξα, doxa, yang berarti pandangan dan pertimbangan.

 "Membaca Firman Allah sambil lalu jarang sekali menghasilkan kebangunan rohani. Mempelajari Alkitab untuk membuktikan posisi orang itu sendiri, atau untuk meyakinkan seseorang lain akan kesalahannya, sangat sedikit manfaatnya bagi kehidupan rohani kita sendiri. Perubahan datang apabila kita membaca Firman Allah sambil berdoa, meminta Roh Kudus memberikan kepada kita kuasa untuk lebih menyerupai Yesus. Perubahan sesungguhnya terjadi bilamana kita meminta Allah penciptaan itu untuk menciptakan kita kembali di dalam citra-Nya. Perubahan datang ketika ajaran-ajaran Yesus dalam Kitabsuci menjadi bagian dari kehidupan kita, dan kita hidup 'dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah' (Mat. 4:4)" [alinea terakhir].

 Apa yang kita pelajari tentang kuasa Alkitab yang mengubahkan?

1. Alkitab adalah Firman Allah yang ditulis untuk menjadi terang bagi orang yang membacanya agar dapat membedakan antara baik dan jahat, antara benar dan salah. Seperti pedang bermata dua yang tajam, Alkitab dapat menjadi semacam "dokter spesialis bedah" rohani dengan keahilan dan tingkat presisi yang tinggi.

2. Alkitab yang berisi Firman Allah merupakan perwujudan dari pribadi Allah dalam bentuk kata-kata yang tertulis. Dengan membacanya kita dapat mengenal Allah secara pribadi dan memperoleh berbagai nasihat Tuhan terhadap berbagai persoalan hidup manusia.

3. Alkitab berfungsi sebagai semacam "buku paket teks pelajaran" yang mendidik pembacanya dalam mempelajari tentang kehidupan dan keselamatan. Alkitab yang berisi perkataan Tuhan mengajarkan manusia untuk menjadi bijak (Mat. 7:24).

3.ALKITAB BERSAKSI TENTANG YESUS (Yesus dan Firman)

 Berawal dari kolam Betesda. Pada hari itu Yesus berada di kota Yerusalem untuk merayakan salah satu hari raya wajib bagi orang Yahudi (Yoh. 5:1). Ketika melewati Pintu Gerbang Domba, Yesus menyempatkan diri menjenguk suasana di kolam Betesda yang ada di dekat situ. Betesda (Grika: Βηθεσδά, Bēthesda) mengandung dua arti: rumah pengampunan atau air yang mengalir. Kolam Betesda adalah tempat di mana orang-orang yang mencari kesembuhan berebutan bilamana malaikat Tuhan mengguncang air itu, sebab hanya orang yang pertama masuk ke kolam itu saja yang sembuh. Di situ ada seorang laki-laki yang sudah 38 tahun menunggu kesempatan pertama itu tapi tak pernah berhasil, dan kepada orang itulah Yesus datang menawarkan kesembuhan. "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah" (ay. 8). Hari itu adalah Sabat perayaan tahunan, bukan Sabat hari ketujuh, tetapi sama-sama adalah hari perhentian.

 Di Bait Allah orang itu bertemu dengan Yesus yang berpesan kepadanya supaya tidak berbuat dosa lagi, kalau tidak dia bisa kena penyakit yang lebih parah lagi (ay. 14). Bukannya memperhatikan perkataan Yesus dan berjanji untuk hidup suci, lelaki itu malah langsung pergi melapor kepada para pemimpin Yahudi. Ketika berhadapan dengan para pemimpin Yahudi itu Yesus menggunakan kesempatan tersebut untuk mengkhotbahi mereka, memperkenalkan siapa sesungguhnya diri-Nya dan sekaligus mencela ketidakpercayaan mereka. "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu" (ay. 39-40; huruf miring ditambahkan).

 Fungsi Firman dan Roh. Selain sebagai teguran, perkataan Yesus juga menegaskan tentang fungsi Kitabsuci (=Alkitab) sebagai sumber informasi perihal keselamatan dan kesaksian dari hal Yesus Kristus sebagai Mesias atau Juruselamat. Dengan kata lain, Yesus menegur mereka yang membaca Kitabsuci tetapi tidak menemukan Firman Allah di dalamnya. Mengapa? Karena mereka membaca dan menyelidik Kitabsuci dengan motivasi yang salah, mereka membaca hanya dengan pikiran tapi tidak dengan hati. Hal yang sama dapat terjadi pada kita apabila kita membaca dan menyelidik Alkitab bukan untuk "menemukan" Firman Allah--membaca bukan untuk mengisi hati melainkan hanya mengisi pikiran--sehingga Alkitab sekadar dijadikan sebagai sumber pengetahuan bukannya sumber kebenaran.

 Pada kesempatan lain ketika berbicara kepada murid-murid, Yesus menyebutkan tentang "Roh Kebenaran" yang akan menuntun mereka "ke dalam seluruh kebenaran" dan yang akan memberitahukan kepada mereka mengenai "hal-hal yang akan datang" (Yoh. 16:13). Lebih lanjut Yesus berkata, "Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku" (ay. 14-15; huruf miring ditambahkan). Sebelumnya kepada para pemimpin Yahudi itu Yesus sudah berbicara tentang "Firman" (Kitabsuci atau Alkitab) yang memberi kesaksian perihal diri-Nya, sekarang kepada para murid itu Yesus berbicara tentang "Roh" yang memberitakan perihal diri-Nya. Jadi, Firman dan Roh sama-sama bertutur mengenai Yesus Kristus.

 "Firman Allah bersaksi tentang Yesus. Roh Kudus juga bersaksi tentang Yesus. Roh itu menuntun kita kepada suatu pengalaman yang lebih mendalam dengan Yesus melalui Firman-Nya. Tujuan dari Roh Kudus dalam kebangunan rohani utamanya tidak untuk menyatakan Diri-Nya melalui tanda-tanda adikodrati dan keajaiban-keajaiban melainkan untuk meninggikan Yesus melalui Firman-Nya...Firman Allah menyediakan dasar atau landasan bagi seluruh kebangunan rohani sejati. Pengalaman kita mengalir keluar dari suatu pemahaman akan Firman Allah. Pujian dan penyembahan kita bersemi dari pikiran yang dipenuhi dengan Firman. Suatu kehidupan yang diubahkan merupakan kesaksian terbesar dari kebangunan rohani yang sesungguhnya" [alinea pertama: empat kalimat pertama; dan alinea kedua].

    Dalam perjalanan ke Emaus. Akhir pekan yang menghebohkan bagi penduduk kota Yerusalem dan sekitarnya. Perhatian seluruh kota tersedot kepada peristiwa penangkapan Yesus pada hari Kamis subuh di Getsemane, proses pengadilan dan penyaliban-Nya, sampai kematian-Nya pada hari Jumat sore di Bukit Tengkorak. Semuanya berlangsung dengan cepat. Dapat dibayangkan pembicaraan orang-orang yang datang beribadah di Bait Suci pada hari Sabat keesokan harinya yang hanya terpusat sekitar peristiwa spektakuler itu. Tapi belum lagi usai orang banyak memperbincangkannya, pada hari Minggu besoknya penduduk kota sudah dihebohkan lagi oleh kabar tentang kebangkitan Yesus secara misterius yang segera beredar dari mulut ke mulut meski dengan berbisik-bisik karena takut. Sungguh sebuah akhir pekan yang menggemparkan. Berdasarkan sebuah perhitungan, kejadian itu berlangsung tanggal 6-9 April tahun 32 TM. (Baca di sini---> http://www.ecclesia.org/truth/trial-jesus.html).

 Pada hari Minggu sore itu dua orang tampak asyik membahas kejadian tersebut dalam perjalanan mereka dari Yerusalem ke Emaus, sebuah desa yang jauhnya sekitar 11 Km (Luk. 24:13). Keduanya adalah pengikut Yesus, tetapi bukan termasuk di antara 11 murid Yesus yang tersisa. Tanpa mereka sadari, karena memang penglihatan mereka dikaburkan, tiba-tiba saja Yesus sudah berjalan beriringan dan berlagak ingin tahu apa yang sedang dibicarakan. Yesus mengorek pendapat dari kedua murid itu perihal peristiwa tersebut, dan tanpa curiga keduanya lalu mengungkapkan rasa kecewa mereka oleh sebab Yesus yang mati disalibkan itu tadinya diharapkan untuk menjadi pembebas Israel (ay. 20-24). Yesus mencela ketidakmengertian mereka perihal nubuatan tentang Mesias dalam tulisan para nabi, tapi Ia juga merasa kasihan dengan keluguan mereka lalu memberi penjelasan (ay. 25-27). Sejurus kemudian, setelah menyadari bahwa Yesus sendirilah yang baru saja berbicara kepada mereka tapi sekarang telah menghilang, kedua murid itu berkata, "Bukankah rasa hati kita seperti meluap, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan, dan menerangkan isi Alkitab kepada kita?" (ay. 32, BIMK).

 "Kisah kemunculan Yesus kepada kedua murid di jalan menuju ke Emaus itu menyingkapkan peran yang Alkitab mainkan dalam memulai kebangunan rohani yang sesungguhnya. Pengikut-pengikut Kristus ini telah dipenuhi dengan kebingungan...Yesus bisa saja mengadakan suatu mujizat untuk membuktikan jatidiri-Nya atau memperlihatkan cacad di tangan-Nya. Dia tidak lakukan itu. Gantinya, Dia memberikan kepada mereka sebuah pelajaran Alkitab" [alinea keempat: dua kalimat pertama dan tiga kalimat terakhir].

 Apa yang kita pelajari tentang peran Alkitab dalam bersaksi perihal Yesus?

1. Orang-orang Yahudi di zaman Yesus menyelidik Kitabsuci (yaitu Torah dan kitab para nabi), dan mereka pasti sering membaca nubuatan tentang Mesias. Mereka bukan tidak percaya, tetapi mereka "tidak setuju" dengan suratan nasib yang ditentukan atas diri Mesias.

2. Membaca Kitabsuci harus dengan niat untuk menemukan kebenaran, bukan untuk sekadar mendapatkan penghiburan dan kelegaan perasaan. Alkitab memang dapat menghibur hati pembacanya, tapi jangan jadikan Alkitab sebagai "obat penenang" yang hanya menghembuskan angin surga.

 3. Sampai pada hari-hari terakhir berada di dunia ini Yesus tetap bekerja memberi penjelasan tentang isi Firman itu, termasuk kepada kedua murid dalam perjalanan ke Emaus. Setelah pulang kembali ke surga, Yesus mengutus Roh Kudus untuk mengambil alih pekerjaan itu.

4. PERAN ALKITAB DAN IMAN (Kebangunan, Iman, dan Firman)

 Iman macam apa? Iman dalam kehidupan orang Kristen adalah ibarat akar bagi sesuatu tumbuhan. Ambillah setangkai tanaman lalu pangkas akarnya sampai habis, dalam tempo yang singkat tanaman itu akan mati. Orang Kristen yang kehilangan iman juga akan segera mati kerohaniannya. Tragisnya, Yesus sendiri sangsi apakah akan ada cukup iman bila kelak Ia datang kedua kali (Luk. 18:8). Tentu saja akan ada banyak sekali orang yang hendak menyambut kedatangan Yesus kedua kali nanti, yaitu orang-orang yang telah percaya bahkan mengorbankan diri demi Yesus Kristus oleh karena iman. Sebenarnya, iman macam apa yang Yesus maksudkan ketika Dia meragukannya?

 Orang Kristen adalah para pengikut Kristus yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Anak Allah. Kita menganut kepercayaan itu oleh karena iman. Selanjutnya, dengan iman yang sama kita menurut kepada perintah-perintah Yesus dan mengikuti ajaran-ajaran-Nya. Iman itu pula yang mendorong kita menghampiri takhta Allah untuk memohon pengampunan dosa tiap-tiap hari, dan juga untuk meminta segala keperluan kita baik rohani maupun jasmani. Alkitab merumuskan iman seperti ini: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat...Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibr. 11:1, 6; huruf miring ditambahkan).

 Persoalannya, iman kita menebal tatkala sedang meminta sesuatu kepada Tuhan, tetapi kemudian menipis ketika harus melakukan firman Tuhan. Saya suka menyebut pengalaman iman demikian sebagai "iman menulis indah." Dulu sewaktu berada di bangku SR atau Sekolah Rakyat (sekarang SD, Sekolah Dasar) kami wajib mengikuti kelas "Menulis Indah" untuk melatih kerapian menulis, dan untuk itu hanya boleh menggunakan pinsil. Teknik dasar yang diajarkan adalah begini: dalam menulis huruf, bila arah pinsil ke atas goresannya menipis (tekanan direnggangkan), dan bila arah pinsil ke bawah goresannya menebal (tekanan ditambah). Mereka yang sekarang berusia di atas 60 tahun tentu mengerti apa yang saya maksudkan dengan pelajaran menulis indah serta tekniknya, dan hasilnya memang tulisan kita menjadi indah. Iman "menulis indah" adalah iman yang bila menyangkut pelayanan Tuhan (arah ke atas) jadi menipis, tapi bila menyangkut kepentingan diri (arah ke bawah) jadi menebal. Iman yang selalu berubah tipis-tebal.

 "Iman, yakni iman sejati, selamanya terfokus pada kehendak Allah, bukan pada keinginan kita. Itu adalah percaya kepada Allah, percaya pada janji-janji-Nya dan berbuat sesuai Firman-Nya. Iman kita bertumbuh sementara kita mendengarkan Firman Tuhan dan mempraktikkannya (Rm. 10:17; Yak. 2:17-18). Membuka pikiran kita kepada pengajaran-pengajaran Firman Tuhan membangun iman, dan melakukan apa yang Allah katakan--sekalipun itu bertentang dengan keinginan-keinginan kita pribadi--menyiapkan kita untuk menerima kepenuhan kuasa Roh" [alinea keempat].

 Tumbuh bersama iman. Saya mempunyai seorang teman masa muda yang terbilang cukup dekat. Tinggal dalam satu rumah yang sama, menyukai makanan yang sama, menggemari olahraga yang sama, senang diskusi dan bergurau bersama, saya suka menulis dan dia suka membaca, dia pintar melukis dan saya senang lukisan, dan selama beberapa tahun kami menjalani suka-duka bersama. Tapi lebih penting lagi, pemuda yang satu ini suka sekali menghadiri KKR di gereja saya. Karena jumlah kehadirannya memenuhi syarat dia pernah dihadiahi Alkitab dan buku Roh Nubuat terbitan IPH. "Mungkin kalau saya sampai berpindah agama dan menjadi orang Kristen, saya akan memilih menjadi anggota gereja Advent," katanya suatu kali. Sampai kami berpisah menurut jalan hidup masing-masing, sekitar 50 tahun silam, sahabat saya ini belum menjadi Kristen. Namun saya pernah katakan kepadanya bahwa pengakuannya tentang Yesus Kristus adalah Juruselamat manusia bagi saya itu sudah cukup menggembirakan, selebihnya adalah pekerjaan Roh Kudus. Semoga.

 Injil adalah Kabar Baik untuk semua orang, jalan keselamatan bagi mereka yang percaya. Keselamatan adalah anugerah Tuhan, tetapi kasih karunia yang diberikan secara cuma-cuma itu hanya efektif jika diterima dalam iman. Alkitab mengatakan, "Sebab itu, baiklah kita waspada supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku. Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya" (Ibr. 4:1-2).

 "Pengalaman rohani kita dibangunkan kembali bilamana kita menerima dan mengklaim Firman Allah oleh iman. Hanya sedikit manfaat diperoleh dari membaca Alkitab yang terburu-buru karena rasa tanggungjawab atau kewajiban. Kita diubahkan sementara kita menghayati apa yang kita baca, dan membiarkan pengajaran-pengajaran Alkitab membentuk pemikiran kita dan hidup kita" [alinea terakhir].

 Apa yang kita pelajari tentang hubungan antara kebangunan rohani, iman dan firman?

1. Iman dan firman adalah dasar dari kebangunan rohani seseorang. Iman mendorong kita untuk membaca firman Tuhan, dan iman membuat kita menerima dan melaksanakan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan itu. Jadi, selain membaca Firman kita juga harus melatih iman melalui perbuatan.

2. Iman sejati itu lebih dari sekadar percaya tapi juga berbuat sesuai dengan kepercayaan yang ditumbuhkannya dalam hati kita. Meskipun setiap permohonan kepada Tuhan harus didasarkan pada iman, namun iman mempunyai fungsi yang jauh lebih luas dari itu. Iman mempengaruhi tabiat dan pola hidup kita.

3. Kerohanian kita bertumbuh bersama iman dan firman. Lebih sering kita membaca dan menyelidik Firman Tuhan, semakin besar dan kukuh iman kita bertumbuh. Kebangunan rohani akan menjadi pengalaman setiap hari dari seorang yang rajin membaca Firman Tuhan dan tekun memelihara pertumbuhan imannya.

5. PERAN FIRMAN DALAM KEBANGUNAN ROHANI (Firman: Penjaga dan Pelindung Kebangunan Rohani)

    Jagalah dirimu. Kota Efesus purba bukan saja sebagai pusat keduniawian tetapi juga salah satu pusat Kekristenan di abad pertama. Sebagai kota pelabuhan dan kota perdagangan, Efesus purba yang berpenduduk sekitar 250.000 orang itu tergolong kota dunia (kosmopolitan) yang moderen dan ramai pada masa itu, sebuah kota yang menawarkan berbagai kepelesiran duniawi. Lokasi bekas kota ini terletak sekitar dua kilometer dari Selcuk, propinsi Izmir, Turki. (Sekarang ada juga kota Efesus moderen, tapi hanya sebuah kota kecil di negara bagian Georgia, AS.) Rasul Paulus pernah tinggal di Efesus purba selama beberapa tahun dalam dasawarsa 50-an Tarikh Masehi di mana dia menginjil dan mendirikan jemaat Efesus, salah satu dari tujuh jemaat yang disebutkan dalam Wahyu pasal 2. Dari kota inilah Paulus menulis surat pertama kepada jemaat di Korintus (kitab 1 Korintus), sedangkan surat untuk jemaat Efesus ditulisnya dari dalam penjara di kota Roma sekitar tahun 62 TM. Rasul Yohanes, salah satu dari 12 murid Yesus yang adalah juga murid kesayangan, menurut catatan pernah juga tinggal di kota ini.

 Paulus mengungkapkan keprihatinannya tentang jemaat Efesus ketika berbicara kepada para penatua jemaat itu yang diundang datang menemuinya di kota Miletus, kota persinggahannya dalam perjalanan pulang ke Yerusalem. "Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu...Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya" (Kis. 20:28-29, 32; huruf miring ditambahkan).

 Sang rasul paham betul dengan tantangan-tantangan yang dihadapi jemaat Efesus. Sebagai kota yang sarat dengan keduniawian dan pusat penyembahan berhala, ditandai dengan adanya Kuil Artemis yang terkenal itu, kota Efesus adalah sebuah perangkap bagi umat Kristen yang tinggal di situ. Tetapi ancaman yang paling besar dan harus lebih diwaspadai adalah pengaruh jahat dari "serigala-serigala yang ganas...dan tidak akan menyayangkan kawanan itu." Paulus sedang merujuk kepada kawanan iblis, yang oleh rasul Petrus disebut sebagai "singa yang mengaum-aum" (1Ptr. 5:8). Di bawah kendali iblis, beberapa orang dari antara jemaat itu akan muncul dengan ajaran palsu dan menarik sebagian dari anggota jemaat untuk menjadi pengikut mereka (Kis. 20:30). Sepertinya keadaan serupa juga sedang melanda sebagian gereja kita sekarang, bukan? Saya melihat hal ini sedang terjadi, khususnya di beberapa jemaat Indonesia di Amerika Serikat dan juga segelintir di tanah air.

 Dilahirkan kembali oleh Firman. Sementara kewaspadaan harus ditingkatkan, Paulus juga menyebutkan tentang perlunya membentengi diri dengan Firman Tuhan. Itulah sebabnya sang rasul menyerahkan jemaat di Efesus itu "kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia" (Kis. 20:32) yang berkuasa untuk membangunkan kembali kerohanian jemaat itu. Meskipun dia telah meminta para penatua jemaat Efesus itu untuk memperhatikan anggota-anggota jemaat, tetapi sang rasul merasa lebih terjamin untuk menyerahkan mereka kepada Tuhan dan firman-Nya. Manusia tidak dapat diandalkan, tetapi Firman Tuhan adalah benteng pertahanan rohani yang abadi. "Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya...Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya" (Yes. 40:6-8; huruf miring ditambahkan).

 Berbicara tentang kelahiran kembali secara rohani, rasul Petrus berkata: "Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal" (1Ptr. 1:23). Namun, Firman Allah tidak cukup untuk dibaca saja tapi harus dipraktikkan. Kata rasul Yakobus: "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya" (Yak. 1:22-24). Menurut rasul Yohanes, Firman Allah itu menguatkan baik anak-anak, orang muda, maupun orangtua. "Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat" (1Yoh. 2:14).

 Apa yang kita pelajari tentang peran Firman dalam kebangunan rohani?

1. Firman Tuhan berkuasa membangun dan memelihara kerohanian, firman itu juga menjadi pemicu kebangunan rohani dalam diri setiap orang yang membacanya dengan tekun. Firman Tuhan adalah benteng pertahanan kerohanian yang handal bagi semua umat percaya.

2. Anda tidak dapat mengandalkan pertumbuhan rohani maupun kebutuhan akan kebangunan rohani pada sesama manusia. Pendeta, guru Alkitab, penatua jemaat, pemimpin diskusi Sekolah Sabat, teman, orangtua, sanak keluarga, semuanya memiliki pergumulan rohani yang sama dengan anda.

3. Dilahirkan kembali melalui Firman Allah mengubah kita menjadi manusia baru secara menyeluruh. Kerohanian yang dibangun kembali oleh Firman Tuhan membuat anda dan saya memiliki fondasi yang baru, serta menjadikan kita sebagai pelaku-pelaku Firman yang giat dan tangguh.

PENUTUP

 Bersiap untuk perjuangan terakhir. Kita sekarang hidup di penghujung zaman akhir, dan waktu yang tersisa tinggal sedikit lagi. Setiap umat Tuhan perlu melengkapi diri dengan Firman Allah, bukan Alkitab secara fisik dalam bentuk buku ataupun aplikasi digital yang dapat dibawa ke mana-mana, melainkan sebagai pengetahuan yang tersimpan dalam memori pikiran dan hati kita. Itulah sebabnya kepada kita selalu dianjurkan untuk membaca, membaca, dan membaca Alkitab.

 Pengetahuan dan pengalaman batin dalam membaca Kitabsuci sangat penting bagi kehidupan rohani kita yang harus terus dibangunkan kembali, dan hal itu tidak dapat diunduh ke dalam sanubari kita seperti halnya men-download aplikasi ke perangkat elektronik yang bisa berlangsung hanya dalam hitungan detik. Pengetahuan dan pengalaman batin dalam Firman Tuhan memerlukan penghayatan yang berlangsung terus-menerus, tahun demi tahun bahkan sepanjang hidup. Alkitab sebagai buku bisa dikembangkan menjadi aplikasi, sebagai Firman Allah itu harus diaplikasikan agar iman berkembang.

 "Umat Allah diarahkan kepada Kitabsuci sebagai pelindung mereka terhadap pengaruh guru-guru palsu dan kuasa yang bersifat menipu dari roh-roh kegelapan. Setan memakai tiap sarana yang memungkinkan untuk mencegah manusia memperoleh pengetahuan dari Alkitab, karena perkataannya yang jelas menyingkapkan penipuan-penipuannya. Pada setiap kebangunan rohani dari pekerjaan Allah pangeran kejahatan itu tergerak untuk lebih giat lagi; sekarang dia sedang mengupayakan usaha-usaha yang sepenuhnya untuk suatu perjuangan terakhir melawan Kristus dan para pengikut-Nya" [alinea pertama: kalimat kedua hingga ketiga].

 Kita mesti membaca Alkitab karena kesadaran bahwa itu adalah Firman Tuhan, dan karena mengetahui bahwa dengan membacanya kita akan mengalami kebangunan rohani serta menjadi lebih siap untuk menghadapi tipudaya Setan. Menyelidik Firman Tuhan harus dengan cara dan motivasi yang benar, supaya sebagai makanan rohani itu bisa kita nikmati sedapnya dan memperoleh zat gizinya untuk pertumbuhan dan kebugaran jiwa kita.

 "Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam" (Yer. 15:16).

Sumber:
1. Mark Finley, Kebangunan & Pembaruan.
2. Loddy Lintong, California U.S.A.



Jumat, 12 Juli 2013

DOA, SARANA KOMUNIKASI ILAHI.



"DOA: DENYUT KEBANGUNAN ROHANI"

PENDAHULUAN
 Allah menjawab doa. Dikisahkan tentang seorang kakek dan seorang nenek penghuni sebuah rumah jompo Kristen yang pada pagi itu berdoa dengan bersungguh-sungguh untuk suatu hal pribadi yang penting. Kakek dan nenek ini tampaknya sedang bergumul dengan daya ingat mereka berhubung usia yang sudah lanjut. Beberapa menit setelah berdoa, kakek yang telah berdandan cukup rapi itu sudah berdiri mengetuk pintu kamar si nenek. Setelah menyapa selamat pagi dengan senyum malu-malu kakek itu berkata, "Ehm, maaf ya kalau mengganggu. Tapi saya cuma mau pastikan, apakah pinangan saya tadi malam kamu terima? Soalnya, saya lupa." Mendengar perkataan kakek itu si nenek menyahut setengah berseru, "Puji Tuhan! Saya juga lupa, tadi malam siapa yang sudah melamar saya. Untung sekarang kamu datang!"
 Tentu saja tidak setiap doa dijawab sesuai dengan harapan kita dan dalam tempo yang begitu cepat, tapi yang pasti Tuhan menjawab doa yang sederhana sekalipun. Namun tidak semua doa yang tidak dijawab itu hasilnya mengecewakan. Dalam Alkitab ada dua orang nabi yang doa mereka tidak dijawab oleh Tuhan, tapi akibatnya justeru membahagiakan bagi mereka. Ayub berdoa, "Mengapa aku tidak mati dalam rahim ibu, atau putus nyawa pada saat kelahiranku?" (Ay. 3:11). Kita tahu dia berharap untuk mati setelah musibah menimpanya berturut-turut. Seandainya Tuhan telah menjawab doanya waktu itu tentu dia tidak pernah menikmati berkat-berkat yang lebih besar lagi di kemudian hari. Elia berdoa, "Saya tidak tahan lagi, TUHAN...Ambillah nyawa saya. Saya tidak lebih baik dari leluhur saya!" (1Raj. 19:4, BIMK). Dia berdoa demikian karena takut pada Izebel yang hendak membunuhnya setelah peristiwa di gunung Karmel. Sekiranya Tuhan sudah menjawab doanya saat itu, mungkin sekarang dia tidak berada di surga tapi terbaring dalam kubur.
 Allah tahu apa yang terbaik bagi kita dan menjawab semua doa kita sesuai dengan hikmat-Nya, bukan menurut keinginan kita yang dapat mencelakakan. Tuhan Yesus berkata, "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya" (Mat. 7:11). Ayat inti pelajaran pekan ini memberi suatu jaminan kepada setiap orang yang memohon sesuatu dalam doa bahwa Tuhan akan memenuhi permintaan kita melebihi orangtua duniawi kita, sebab Dia lebih tahu apa yang terbaik untuk kita.
 Semasa hidup-Nya di atas bumi ini Yesus tidak pernah putus berdoa kepada Bapa-Nya, bukan untuk kebutuhan-kebutuhan lahiriah melainkan terutama demi kebutuhan rohaniah sehubungan dengan missi-Nya di dunia ini. Oh ya, Yesus juga berdoa supaya ada cukup makanan, tetapi bukan untuk diri-Nya melainkan demi keperluan orang banyak ketika Dia mendoakan lima potong roti dan dua ekor ikan untuk memberi makan lebih dari 5000 orang. Dalam doa-doa pribadi, Yesus lebih terfokus pada kebutuhan rohaniah. "Kehidupan Yesus yang penuh doa itu menyingkapkan suatu kebergantungan yang tetap pada Bapa semawi-Nya. Kitab-kitab injil memberikan kepada kita pandangan sekilas dari sumber kekuatan rohani-Nya. Hanya dengan memohon kepada Bapa di atas lutut-Nya saja Juruselamat itu menerima kekuatan-Nya yang terbesar" [alinea kedua]
1.   KETELADANAN RASUL-RASUL (Doa dan Kebangunan Rohani dalam kitab Kisah Para Rasul)
 Kebangunan rohani dan pertumbuhan gereja. Segera setelah Yesus terangkat ke surga di Bukit Zaitun, murid-murid dan para pengikut Kristus kembali ke dalam kota Yerusalem yang jaraknya sekitar satu jam berjalan kaki (Kis. 1:12, BIMK). "Seperjalanan Sabat jauhnya" (versi TB) adalah jarak yang diperbolehkan bagi orang Yahudi untuk berjalan kaki pada hari Sabat, yang tidak lebih dari satu jam. Setibanya di rumah tempat mereka menginap murid-murid langsung naik ke ruang atas untuk berdoa (ay. 13), dan berdoa adalah satu-satunya aktivitas mereka selama beberapa hari ke depan bersama beberapa orang wanita dan keluarga Yesus (ay. 14). Pada waktu itu juga mereka mengadakan konsolidasi di mana sekitar 120 orang pengikut Kritus berkumpul (ay. 15), dan di situlah Matias terpilih untuk menggantikan Yudas Iskariot (ay. 26).
   Setelah beberapa hari bertekun dalam doa para pengikut Kristus itu mengalami kebangunan rohani. Tidak ada kebangunan rohani dapat terjadi tanpa melalui doa, bahkan doa adalah prasyarat bagi kebangunan rohani. Setelah itu, pada hari Pentakosta, mereka semua memperoleh kecurahan Roh Kudus yang membuat mereka dapat menginjil dengan penuh kuasa. Hari Pentakosta merupakan tonggak sejarah penting dalam sejarah pertumbuhan gereja mula-mula ketika orang-orang Kristen itu "semua dikuasai oleh Roh Allah" (Kis. 2:4, BIMK). 
 "Umat percaya dalam Kisah Para Rasul dipenuhi dengan kuasa dari atas. Roh Kudus telah dicurahkan dengan cara yang nyata. Banyak hati terjamah, kehidupan diubahkan. Injil menembus tempat-tempat yang paling sulit dan ribuan orang ditobatkan...Estimasi terbaik ialah di akhir abad pertama terdapat sedikitnya satu juta orang Kristen di seluruh Kekaisaran Romawi. Berdasarkan ukuran apapun pertumbuhan ini luar biasa" [alinea pertama: empat kalimat pertama dan dua kalimat terakhir].
 Apa rahasia kesuksesan penginjilan oleh gereja yang mula-mula? Inilah beberapa kunci keberhasilan mereka: 1. Kuasa Roh Kudus turun atas mereka (Kis. 1:8); 2. Mereka semua sehati dan bertekun dalam doa bersama (Kis. 1:14); 3. Jemaat tekun belajar Alkitab dari para rasul dan berdoa bersama (Kis. 2:42); 4. Mereka memberitakan injil dan bersaksi tentang kebangkitan Yesus dengan berani (Kis. 4:31, 33); 5. Jemaat mengangkat orang-orang yang dikhususkan untuk pelayanan Firman (Kis. 6:3-4).
 Kesibukan menjadi kendala. Sebagai gereja yang sudah berpengalaman berabad-abad, ditambah dengan berbagai metode dan strategi penginjilan baru sebagai hasil dari kajian missiologi, seharusnya penginjilan dewasa ini jauh lebih berdayaguna ketimbang pada abad-abad permulaan itu. Dunia memang sudah berubah, dan berbagai faktor eksternal menjadi penghambat utama dalam penginjilan, utamanya di tempat-tempat yang masyarakatnya antipati terhadap Kekristenan. Tetapi penginjilan juga bisa terkendala oleh faktor internal, antara lain "kesibukan" para anggota jemaat.
 Seperti yang dikeluhkan oleh Reuben Archer Torrey (1856-1928), evangelis Amerika yang pernah bergabung dalam usaha penginjilan bersama evangelis kenamaan Amerika lainnya, Dwight L. Moody (1837-1899). Perihal kesibukan umat Tuhan ini Torrey menulis, "Kita terlalu sibuk untuk berdoa dan karena itu kita terlalu sibuk untuk memperoleh kuasa. Kita mempunyai banyak sekali aktivitas, tetapi sedikit yang kita capai; banyak pelayanan tapi sedikit pertobatan, banyak perlengkapan tapi sedikit hasil" [alinea kedua: dua kalimat terakhir].
 Pena inspirasi menulis: "Mengapa riwayat pekerjaan murid-murid, sementara mereka bekerja dengan kegairahan yang suci serta disemangati dan diberdayakan oleh Roh Kudus, itu dicatat kalau bukan supaya dari catatan ini umat Tuhan sekarang ini harus terilhami untuk bekerja dengan tekun bagi Dia? Apa yang Tuhan lakukan bagi umat-Nya pada waktu itu sama pentingnya, bahkan lebih penting lagi, dengan yang Ia lakukan bagi umat-Nya sekarang ini. Semua yang rasul-rasul itu lakukan harus dilakukan oleh setiap anggota jemaat saat ini. Dan kita harus bekerja dengan semangat yang lebih besar lagi, untuk ditemani oleh Roh Kudus dalam ukuran yang lebih besar, sementara kejahatan yang meningkat menuntut seruan pertobatan yang lebih tegas lagi" (Ellen G. White, Review and Herald, 13 Januari 1903).
 Apa yang kita pelajari tentang keteladanan rasul-rasul dalam hal berdoa dan kebangunan rohani?
1. Ada hubungan kasuistik antara berdoa dan kebangunan rohani jemaat dengan pertumbuhan gereja, di mana jemaat yang tekun berdoa dan kerohaniannya telah dibangunkan kembali akan beroleh kuasa untuk menarik banyak jiwa baru masuk ke dalam gereja.
2. Alkitab mencatat bahwa para pengikut Kristus yang mula-mula itu berkumpul bersama-sama untuk berdoa dengan tekun. Menurut anda, apakah acara "malam permintaan doa" pada setiap Rabu malam itu sudah cukup representatif untuk doa bersama seperti yang dilakukan jemaat di Yerusalem itu?
3. Sibuk adalah ciri manusia moderen yang hidup dalam dunia yang bergerak cepat. Kesibukan sering dikaitkan dengan status sosial sehingga seseorang yang sibuk merasa sebagai orang penting yang produktif. Tapi kesibukan bisnis mestinya mendorong kita untuk berdoa, bukannya menjauhkan kita dari doa.
2. BERDOA SEBAGAI GAYA HIDUP (Kehidupan Doa Yesus)
 Mencontoh dari Yesus. Pada prinsipnya berdoa dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, terutama apabila kita berada dalam suatu situasi yang menghendaki kita untuk segera melayangkan doa kepada Tuhan. Ada orang yang menjulukinya "doa dadakan." Bagi orang-orang yang biasa berdoa sebelum makan tentu akan berdoa di tempat dan saat hendak bersantap. Kita berdoa untuk mengucap syukur dan memohon berkat atas makanan itu. Umumnya orang Amerika menyebut doa waktu makan itu "saying grace" (doa syukur).
 Doa waktu makan, doa saat hendak mengadakan suatu perjalanan, doa ketika hendak meninggalkan rumah maupun tiba di rumah, semua itu merupakan kebiasaan yang baik. Namun meskipun itu adalah bagian dari gaya hidup Kristiani, tapi jika seseorang hanya berdoa pada waktu-waktu tersebut saja maka orang itu tidak dapat dikatakan sudah mengamalkan gaya hidup berdoa. Sebab doa-doa pendek seperti itu, yang memang harus dibiasakan, dapat anda lakukan dengan orang-orang lain ketika berada pada momentum yang sama. Sedangkan doa yang bersifat pribadi hanya melibatkan diri anda sendiri dengan Tuhan dalam suatu suasana yang akrab di mana anda bebas mencurahkan segala isi hati. Untuk doa pribadi demikian seseorang perlu mengasingkan diri, dan biasanya sudah ditentukan waktu dan tempat tertentu untuk doa privat yang terjadwal, sendirian dalam keheningan.
 Selama hidup di dunia ini Yesus Kristus mempunyai kebiasaan untuk berdoa sendiri di tempat yang terasing. "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana" (Mrk. 1:35). Bahkan tatkala orang banyak mencari Dia untuk mendapatkan pelayanan penyembuhan, tetapi ketika tiba waktu untuk doa pribadi Yesus "mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi untuk berdoa" (Luk. 5:16). Murid-murid juga sering menemukan Guru mereka itu sedang berdoa sendirian di suatu tempat terasing (Luk. 9:18).
 Untuk apa Yesus berdoa sendirian? "Bukan untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk orang-orang lain Ia hidup dan berpikir dan berdoa. Dari jam-jam yang dihabiskan bersama Allah Ia tampil pagi demi pagi untuk membawa terang surga kepada manusia. Tiap-tiap hari Ia menerima suatu baptisan segar dari Roh Kudus. Pada jam-jam awal dari hari yang baru Tuhan membangunkan Dia dari tidur-Nya, dan jiwa-Nya serta bibir-Nya diurapi dengan rahmat supaya Ia bisa berikan kepada orang-orang lain" [alinea pertama: empat kalimat terakhir].
 Bagaimana Yesus berdoa. Pada ayat-ayat berikut kita menemukan hal-hal yang Yesus doakan. Pertama, Ia mendoakan persatuan di antara murid-murid-Nya. "Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa. Aku juga berdoa untuk orang-orang yang akan percaya kepada-Ku oleh kesaksian mereka ini. Aku mohon, Bapa, supaya mereka semua menjadi satu, seperti Bapa bersatu dengan Aku, dan Aku dengan Bapa...Maka dunia akan tahu bahwa Bapalah yang mengutus Aku, dan bahwa Bapa mengasihi mereka seperti Bapa mengasihi Aku" (Yoh. 17:20-23, BIMK). Perhatikan, Yesus menyinggung soal hubungan antara persatuan dengan legitimasi sebagai utusan Allah.
 Kedua, Yesus mendoakan keteguhan iman dari murid-murid-Nya. Kepada Petrus--yang juga disebut Simon--Yesus berdoa: "Simon, Simon, dengarkan! Iblis sudah diberi izin untuk menguji kalian; seperti gandum dipisahkan dari kulit sehingga yang baik dipisahkan dari yang buruk. Tetapi Aku sudah berdoa untuk engkau, Simon, supaya imanmu jangan luntur. Dan kalau engkau sudah kembali kepada-Ku, engkau harus menguatkan saudara-saudaramu" (Luk. 22:31-32, BIMK). Perhatikan, Yesus menyebutkan soal tanggungjawab rohani di mana seorang yang sudah dikuatkan imannya wajib menguatkan pula saudara-saudaranya seiman.
 Ketiga, Yesus mendoakan missi-Nya di dunia ini. "Sesudah itu Yesus pergi dengan pengikut-pengikut-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Di sana Ia berkata kepada mereka, 'Duduklah di sini sementara Aku pergi berdoa'...Kemudian Yesus pergi lebih jauh sedikit, lalu Ia tersungkur ke tanah dan berdoa. 'Bapa,' kata-Nya, 'kalau boleh, jauhkanlah daripada-Ku penderitaan yang Aku harus alami ini. Tetapi jangan menurut kemauan-Ku, melainkan menurut kemauan Bapa saja'...Sekali lagi Yesus pergi berdoa, kata-Nya, 'Bapa, kalau penderitaan ini harus Aku alami, dan tidak dapat dijauhkan, biarlah kemauan Bapa yang jadi'...Sekali lagi Yesus meninggalkan mereka dan untuk ketiga kalinya berdoa dengan mengucapkan kata-kata yang sama" (Mat. 26:36-44, BIMK). Perhatikan, dalam menyampaikan permohonan-Nya selalu Yesus meminta agar kehendak Bapa yang jadi.
 "Doa merupakan bagian penting dari kehidupan Yesus. Itu adalah garis hidup-Nya kepada Bapa. Tiap-tiap hari Sang Juruselamat memperbarui hubungan-Nya dengan Bapa-Nya melalui doa. Kehidupan doa Yesus memberikan kepada-Nya keberanian dan kekuatan untuk menghadapi godaan-godaan musuh. Ia keluar dari suasana doa ini dengan suatu komitmen mendalam untuk melaksanakan kehendak Bapa" [alinea terakhir: lima kalimat pertama].
 Apa yang kita pelajari tentang kehidupan doa dari Yesus Kristus? 
 1. Kehidupan Yesus Kristus di dunia ini adalah kehidupan yang berselimutkan doa. Kalau Yesus, Anak Allah dan Juruselamat dunia, perlu menyediakan waktu setiap hari untuk berdoa, apalagi anda dan saya sebagai manusia berdosa? 
2. Keteladanan Yesus dalam hal berdoa bukan saja bahwa Dia menyediakan waktu yang tetap setiap hari, tapi Dia juga memberi teladan dalam hal bagaimana harus melayangkan doa pribadi dan apa saja yang perlu didoakan. Doa pribadi tidak berarti kita hanya mendoakan kepentingan diri sendiri saja.
3. Doa pribadi adalah waktu istimewa yang kita sediakan untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Saat-saat doa pribadi merupakan "waktu yang berkualitas" (quality time) untuk kita bercengkerama dengan Bapa semawi, ketika Ia mendengarkan kita berbicara dan kita mendengarkan Ia berbisik ke dalam sanubari kita.
3. DOA YANG TERJAWAB (Berdoa Bersama-sama)
 Kuasa dalam doa bersama. Lirik sebuah lagu rohani berbunyi, Allah itu hanya sejauh doa. Doa adalah satu-satunya sarana untuk menghampiri Tuhan dan berbicara kepada-Nya, baik melalui kata-kata yang terucap dengan bibir maupun yang hanya tercetus dalam hati. Berdoa bukanlah semata-mata kesempatan untuk mengajukan sebuah "daftar tuntutan" kepada Bapa yang telah berjanji untuk menjawab doa kita, tetapi memang ada kuasa dalam doa. Khususnya dalam doa bersama terdapat suatu kuasa yang istimewa. Tentu Yesus tidak mengajak tiga murid yang paling akrab dengan-Nya untuk menemani Dia di Taman Getsemane oleh sebab Yesus takut sendirian di tempat yang sepi pada tengah malam buta, melainkan karena hendak mengajak mereka untuk mengadakan doa bersama ketika Dia menghadapi situasi paling kritis dalam hidup-Nya di atas bumi ini. "Meskipun Yesus sering menggunakan waktu sendirian dalam berdoa, ada berbagai kesempatan bilamana Ia mendorong murid-murid-Nya yang paling dekat untuk berdoa dengan Dia...Ada kuasa yang luar biasa dalam doa bersama" [alinea pertama: kalimat pertama dan terakhir].
 Bukankah sebelumnya Yesus pernah menegaskan kepada murid-murid itu, "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat. 18:19-20)? Sering kita hanya mengutip ayat 20 saja secara terpisah dari ayat 19 sehingga kehilangan konteksnya yang asli perihal berdoa, dan hanya menekankan anak kalimat "di mana dua atau tiga orang berkumpul" semata-mata untuk membenarkan sebuah pertemuan yang diklaim telah diadakan "dalam nama-Nya." Sejatinya kedua ayat ini merupakan satu paket yang secara eksplisit berbicara tentang kehadiran Tuhan di tengah-tengah dua atau tiga orang yang berkumpul untuk berdoa meminta sesuatu kepada-Nya!
 "Janji tersebut telah dibuat dengan syarat bahwa doa-doa dari umat-Nya yang bersatu dilayangkan, dan dalam menjawab doa-doa ini bisa diharapkan suatu kuasa yang lebih besar daripada yang datang dalam jawaban kepada doa pribadi. Kuasa yang diberikan itu akan sebanding dengan persatuan dari anggota-anggota dan dengan kasih mereka terhadap Tuhan dan satu sama lain" [alinea kedua; huruf miring ditambahkan].
 Doa bersama yang menyelamatkan Petrus. Herodes Agripa I adalah cucu dari Herodes yang Agung yang memerintah pada saat Yesus lahir, dan kita tahu tentang kekejamannya (Mat. 2:1-16). Pamannya, yakni Herodes Antipas, adalah penguasa yang turut berperan dalam penyaliban Yesus (Luk. 23:17-21). Setelah Yesus naik ke surga dan pekerjaan injil dilanjutkan oleh murid-murid, Herodes Agripa I meneruskan sikap kebencian keluarganya terhadap Yesus dan semua yang berkaitan dengan-Nya. Dia baru saja memerintahkan pembunuhan terhadap Yakobus, salah satu dari murid terdekat Yesus, yang dengan demikian telah menjadikannya syuhada pertama dari antara keduabelas murid Yesus (Kis. 12:1-2), dan sekarang dia mengincar nyawa Petrus (ay. 3).
 Sesungguhnya, Petrus sudah siap mati syahid. Tetapi jemaat yang belum siap kehilangan sokoguru Gereja ini, dan Tuhan pun belum mengizinkan kematian Petrus karena tugasnya belum selesai. Maka pada malam itu seorang malaikat diutus untuk membebaskannya dengan cara yang ajaib. Ketika sadar bahwa dirinya benar-benar sudah berada di luar penjara yang dijaga sangat ketat itu, murid pemberani itu menuju ke rumah ibu dari mendiang Yakobus dan Yohanes, saudaranya. Tampaknya Petrus tahu bahwa di rumah itulah rekan-rekannya selalu berkumpul pada malam hari. "Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa" (Kis. 12:12).
 Tragisnya, ketika seorang hamba perempuan yang mendengar ketukan di pintu memberitahukan kepada mereka yang sedang berkumpul itu bahwa Petrus datang, mereka semua tidak percaya. "Kamu mengigau, itu malaikatnya" kata mereka memarahi Rode yang saking kagetnya lupa membukakan pintu (ay. 15). Tradisi Yahudi percaya bahwa setiap orang mempunyai "malaikat penjaga" yang menemaninya sepanjang hidupnya, dan mereka menyangka yang datang itu adalah malaikat penjaga Petrus. Pada malam itu jemaat sedang mengadakan doa bersama demi keselamatan Petrus, tetapi mereka tidak menyangka sama sekali bahwa Tuhan bisa menjawab doa mereka sesegera itu. "Tetapi Petrus terus-menerus mengetuk dan ketika mereka membuka pintu dan melihat dia, mereka tercengang-cengang" (ay. 16).
 Apa yang yang kita pelajari tentang kuasa istimewa dalam doa bersama?
1. Tuhan menjawab setiap doa, tetapi doa bersama memiliki kuasa yang istimewa oleh karena doa bersama menandakan suatu keadaan yang mendesak dari permohonan itu. Memang, Allah lebih tahu urgensi sesuatu permohonan dalam doa, tetapi Ia menghargai kekompakan hati umat-Nya.
2. Kita sudah terbiasa dengan doa bersama, khususnya yang diadakan pada setiap Rabu malam yang kita sebut "malam permintaan doa." Pertanyaannya, apakah kita sudah mengoptimalkan kesempatan doa bersama ini untuk dengan sungguh-sungguh mendoakan hal-hal yang sangat penting dan mendesak?
3. Gereja harus lebih sering dan serius mengadakan doa bersama dengan tetap menjaga keistimewaannya. Seringkali keistimewaan doa bersama "diremehkan" dengan permintaan-permintaan sepele, untuk hal-hal yang terlalu bersifat pribadi dan tidak mencerminkan kebutuhan jemaat.
4. KEBEBASAN UNTUK BERDOA (Kebebasan Kita)
 Kebergantungan pada Tuhan. Berdoa menandakan kebergantungan kita pada Tuhan. Semua manusia bergantung pada-Nya untuk kehidupan, pemeliharaan, berkat jasmani dan rohani, rahmat, pengampunan dosa dan keselamatan. Sebagian orang mungkin menyangka bahwa mereka bisa hidup mandiri dan "berdikari" (berdiri di atas kaki sendiri), tetapi sesungguhnya tidak. Mereka hanya tidak mau mengakui kebergantungan itu, bukan karena mereka benar-benar tidak memerlukan Tuhan. Pengakuan kita akan kebergantungan pada Tuhan menjadi dasar dari hubungan kita dengan Tuhan. Seperti yang diutarakan oleh raja Daud dalam Mazmur 86 yang antara lain berkata: "Jagalah hidupku, sebab Engkau mengasihi aku, selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu. Engkaulah Allahku, kasihanilah aku ya TUHAN, sebab sepanjang hari aku berdoa kepada-Mu" (ay. 2-3, BIMK).
 Tetapi manusia memiliki kebebasan untuk mengakui atau tidak akan kebergantungan mereka pada Tuhan. Ironisnya, tidak semua orang yang telah mengecap berkat-berkat pemeliharaan Allah mau mengakui kebergantungan mereka pada-Nya. Bahkan untuk menunjukkan sikap penolakan itu mereka sengaja mengabaikan Tuhan, seperti yang dituturkan oleh pemazmur lain: "Berulang kali mereka mencobai Allah, menyakiti hati Yang Kudus dari Israel. Mereka tidak ingat kepada kekuasaan-Nya, kepada hari Ia membebaskan mereka dari pada lawan" (Mzm. 78:41-42).
 "Dalam doa kita dengan bebas mengakui kebergantungan kita sepenuhnya pada Allah dan memberi Dia kebebasan untuk campur tangan dalam kehidupan kita. Kian sering kita berdoa semakin kita mengakui semua kecukupan yang dari pada-Nya. Bilamana kita berdoa, Roh Kudus-Nya menyiapkan hati kita untuk semakin menerima Dia. Lebih banyak kita berdoa, semakin kita mengizinkan Roh Kudus 'menyalibkan' keinginan-keinginan kita yang jahat. Dalam peperangan besar antara yang baik dan yang jahat, doa memungkinkan Allah bekerja lebih manjur lagi dalam hidup kita" [alinea ketiga].
 Berperang dalam kuasa Allah. Suka atau tidak, sadar atau tidak, setiap orang mempunyai "peperangan" yang mau tak mau harus dihadapinya; bukan peperangan fisik tapi peperangan batin. Rasul Paulus menulis: "Kami memang masih hidup di dalam dunia, tetapi kami tidak berjuang berdasarkan tujuan duniawi. Senjata-senjata yang kami gunakan di dalam perjuangan kami bukannya senjata dunia ini, tetapi senjata-senjata Allah yang berkuasa. Dengan senjata-senjata itu kami menghancurkan pertahanan-pertahanan; kami menangkis perdebatan-perdebatan dan mendobrak benteng-benteng kesombongan yang dibangun untuk menentang pengetahuan tentang Allah. Kami menawan pikiran orang-orang dan membuat mereka takluk kepada Kristus" (2Kor. 10:3-5, BIMK; huruf miring ditambahkan).
 Rasul Paulus menyebut tentang dua jenis "senjata" yang tersedia untuk digunakan oleh manusia, tergantung pilihan dan sikap masing-masing orang. Karena sang rasul sedang berbicara tentang perang batin, bukan perang fisik "berdasarkan tujuan duniawi," maka yang dimaksudkannya dengan "senjata dunia ini" bukanlah persenjataan fisik seperti pedang dan tombak yang lazim digunakan dalam perang zaman dulu, melainkan akal bulus dan tipu daya sebagai "senjata" untuk mencapai tujuan duniawi. Paulus tidak mengandalkan persenjataan duniawi seperti itu, melainkan "senjata-sejata Allah yang berkuasa" yang diperolehnya melalui Roh Kudus. Ini bukan yang pertama kali sang rasul bertutur perihal senjata rohani. Ketika menulis kepada jemaat di Efesus, Paulus juga menekankan pentingnya umat Tuhan memperlengkapi diri dengan senjata ilahi. "Pakailah seluruh perlengkapan perang yang diberikan Allah kepadamu, supaya kalian dapat bertahan melawan siasat-siasat yang licik dari Iblis. Sebab kita berjuang bukannya melawan manusia, melainkan melawan kekuatan segala setan-setan yang menguasai zaman yang jahat ini. Kita melawan kekuatan roh-roh jahat yang menguasai ruang angkasa" (Ef. 6:11-12, BIMK).
 "Sebagai umat Masehi Advent Hari Ketujuh, kita memahami kenyataan tentang peperangan besar antara Kristus dan Setan. Kita tahu bahwa hal itu nyata dan bahwa kita semua terlibat di dalamnya. Tinggalkan salah satu, maka kita akan sia-sia melawan Setan. Satu-satunya pengharapan kita ialah hubungan kita dengan Yesus, dan inti dari hubungan itu adalah kehidupan doa kita--sebuah senjata rohani untuk peperangan rohani, suatu senjata yang tak satu pun dari kita bisa berbuat apa-apa tanpa itu. Kalau Yesus perlu berdoa, betapa lebih lagi kita, bukan?" [alinea keempat].
 Apa yang kita pelajari tentang kebebasan kita dalam hal berdoa?
1. Berdoa itu merupakan ungkapan kebebasan pribadi seseorang, sebab berdoa adalah pilihan. Dalam keadaan yang paling sulit dan tertekan sekalipun anda tidak dipaksa untuk berdoa, kalau anda tidak mau. Hanya iman dan kesadaran yang mendorong seseorang untuk berdoa.
2. Karena berdoa memperlihatkan kebergantungan kita pada Tuhan maka sepatutnya kita terus "berdoa senantiasa" (1Tes. 5:17, BIMK). Tidak ada satu jangka waktu tertentu ketika umat percaya tidak bergantung pada Tuhan, oleh sebab itu tidak ada satu masa tertentu di mana kita tidak perlu berdoa.
3. Keselamatan adalah anugerah Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan hasil dari usaha pribadi melalui penurutan hukum Allah. Namun anugerah keselamatan itu harus dipertahankan, dan untuk mempertahankannya kita harus berjuang. Perjuangan yang berhasil adalah perjuangan dengan doa.
5. KIAT UNTUK DOA YANG BERHASIL (Doa yang Efektif)
 Bukan sikap tubuh, tapi hati. Banyak di antara kita yang menganggap bahwa bertelut adalah sikap tubuh yang paling pantas saat berdoa, tetapi sesungguhnya Alkitab tidak mengajarkan sikap tubuh yang spesifik ketika seseorang hendak berdoa. Kitabsuci mencatat beberapa sikap tubuh yang berbeda-beda ketika seseorang berdoa. Eliezer, hamba kepercayaan Abraham, berdoa sambil berdiri (Kej. 24:12-14); Salomo berdoa dengan cara bertelut sambil menadahkan tangan ke atas (1Raj. 8:54), dan pernah juga sembari berdiri dan menadahkan tangan ke langit (1Raj. 8:22); orang Israel berlutut sembari menyembah (Kel. 4:31); Yosafat dan bangsa Yehuda berlutut sampai muka mencium tanah (2Taw. 20:18); Hizkia yang sedang sakit berdoa sambil tidur (2Raj. 20:2); Daniel berlutut sembari berkiblat ke Bait Suci Yerusalem (Dan. 6:11); Paulus menyebut tentang berdoa dengan menadahkan tangan (1Tim. 2:8); Tuhan Yesus berdoa sambil menengadah ke langit (Yoh. 17:1), dan juga bersujud (Mat. 26:39). Semua doa itu didengar dan dijawab Tuhan.
 Yesus mengajarkan bahwa ketika berdoa "janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan" (Mat. 6:7). Selain itu, "Jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di surga mengampuni kesalahan-kesalahanmu" (Mrk. 11:25). Ini menunjukkan bahwa sikap hati saat berdoa adalah lebih penting daripada sikap tubuh. Yesus juga telah mengajarkan kepada murid-murid-Nya yang ingin belajar tentang cara berdoa (Luk. 11:1) dengan mendiktekan apa yang lazim kita sebut sebagai Doa Tuhan Yesus (Mat. 6:9-13). Dalam "doa model" ini kita dapat menemukan struktur sebuah doa yang sempurna.
 "Ada banyak cara yang efektif untuk berdoa. Sebagian orang mendapatkan manfaat untuk bertelut di hadapan Allah dengan Alkitab mereka terbuka. Lalu mereka membaca beberapa ayat dan membicarakan dengan Allah mengenai apa yang sedang mereka baca itu...Lain orang telah menemukan bahwa waktu berdoa mereka yang paling berarti adalah sendirian dengan Allah dalam suasana alamiah yang teduh. Sementara yang lain sudah menggabungkan bernyanyi dan berdoa" [alinea pertama dan ketiga].
 Jenis-jenis doa. Ada beberapa jenis doa yang dicontohkan dan diajarkan dalam Alkitab, baik yang dilayangkan sebagai doa pribadi maupun dalam doa bersama di muka umum. Beberapa yang dapat dicatat adalah:
1. Doa permohonan (prayer of supplication and petition).
2. Doa pengucapan syukur (prayer of thanksgiving).
3. Doa syafaat--berdoa untuk orang lain (prayer of intercession).
4. Doa pengakuan dosa dan permohonan pengampunan (prayer of confession and mercy).
5. Doa penyerahan dan dedikasi--orang maupun benda (prayer of consecration and dedication).
6. Doa pemujaan (prayer of praise and adoration).
7. Doa kutukan--umumnya terdapat dalam kitab Mazmur (imprecatory prayer).
Secara khusus Paulus menyebutkan pentingnya tiga jenis doa yang pertama (1Tim. 2:1).
 Setelah Daniel mempelajari kitab Yeremia yang berisi nubuatan-nubuatan perihal kehancuran dan pembuangan bangsa Israel, dia pun berdoa kepada Tuhan: "Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau...Segenap orang Israel telah melanggar hukum-Mu dan menyimpang karena tidak mendengarkan suara-Mu. Sebab itu telah dicurahkan ke atas kami kutuk dan sumpah, yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, hamba Allah itu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Dia...Seperti yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, segala malapetaka ini telah menimpa kami, dan kami tidak memohon belas kasihan TUHAN, Allah kami, dengan berbalik dari segala kesalahan kami dan memperhatikan kebenaran yang dari pada-Mu" (Dan. 9:8-13). Ini merupakan doa pengakuan dosa dan permohonan pengampunan, dan karena dilayangkan atas nama bangsa Israel ini juga sebagai doa syafaat.
Rasul Paulus juga menganjurkan orang Kristen agar berdoa untuk "mengucap syukur atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita" (Ef. 5:20), serta berdoa setiap waktu "di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus" (Ef. 6:18), dan dengan tidak merasa khawatir dalam hal apapun dia menyarankan agar "berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus" (Flp. 4:6). Dalam ayat-ayat ini kita juga menemukan tiga jenis doa, yaitu doa pengucapan syukur, doa permohonan, dan doa syafaat.
 "Meskipun kita tidak ingin memberi satu rumus untuk berdoa, secara garis besar bisa seperti berikut: kita mulai dengan pujian dan pemujaan, berterimakasih kepada Tuhan atas kebaikan-Nya kepada kita. Kemudian kita mengakui kesalahan dan kekurangan kita, lalu bersyukur kepada Tuhan untuk pengampunan-Nya. Kita mengakhiri dengan permohonan, memberitahukan permintaan kita kepada-Nya, sementara itu berusaha menunjukkan sikap patuh dan percaya pada kuasa ilahi-Nya" [alinea terakhir].
 Apa yang kita pelajari tentang kiat untuk doa yang efektif?
1. Sikap tubuh ketika berdoa menggambarkan rasa hormat kita kepada Tuhan, tetapi berdoa juga memperlihatkan adanya suatu hubungan batin yang akrab antara kita dengan Tuhan. Sementara sikap tubuh yang pantas saat berdoa itu penting, lebih penting lagi adalah sikap hati kita.
2. Alkitab mencatat berbagai doa yang disampaikan dengan cara berbeda-beda. Tapi setiap doa itu memiliki struktur ("anatomi doa") yang meliputi: kepada siapa doa itu dialamatkan, pujian atau pengucapan syukur, petisi atau permohonan, aspirasi atau janji pribadi, ditutup dengan pemujaan atau doxologi.
3. Doa adalah sebuah percakapan intim layaknya antara seorang anak dengan Bapa semawi, khususnya pada waktu doa pribadi. Tidak perlu bertele-tele, tetapi jangan pula terburu-buru. Berdoa harus dinikmati, dengan perasaan bergairah dan menyenangkan.
PENUTUP
 Allah tidak terbebani oleh doa-doa kita. Mungkin anda pernah mendengar--seperti yang saya sendiri dengarkan dalam sebuah kelompok diskusi Sekolah Sabat--seseorang yang dengan lantang berbicara begini: "Kita berdoa selalu hanya meminta saja kepada Tuhan, lama-lama Dia menjadi bosan. Kita juga selalu berdoa supaya Tuhan menjaga kita, memangnya Tuhan itu satpam?" Terhadap ocehan itu saya menanggapi: "Kalau Tuhan itu bisa merasa bosan dengan semua permintaan yang didoakan, dan kalau Dia dapat tersinggung dengan setiap permohonan untuk menjaga dan melindungi kita, saya tidak ingin menyembah Tuhan seperti itu. Tetapi Tuhan yang saya sembah tidak begitu. Mungkin Tuhan saya berbeda dengan Tuhan anda itu!"
 Masalahnya, kita sering menilai Allah menurut cara berpikir manusiawi. Terkadang dengan memproyeksikan ciri pribadi kita sendiri kepada Diri-Nya, sehingga kita melihat Allah seperti melihat diri sendiri. Tidak! Allah tidak pernah merasa terbebani oleh doa-doa manusia, sekalipun seluruh insan di jagad raya ini berdoa pada waktu bersamaan dengan permohonan yang beraneka ragam. Tuhan itu jauh lebih besar dari imajinasi kita yang paling luas dan paling liar sekalipun. Bahkan, akumulasi dari seluruh permintaan manusia sepanjang zaman baru menghabiskan setitik saja dari potensi sumberdaya Allah yang tak terbatas itu. Jangan pernah mengecilkan kesanggupan-Nya untuk memenuhi setiap permohonan manusia. "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus" (Flp. 4:19).
 "Simpanlah keinginan-keinginanmu, sukacitamu, dukacitamu, kepedulianmu, dan kekhawatiranmu di hadapan Allah. Anda tidak dapat membebani Dia; anda tidak dapat melelahkan Dia...Bawalah kepada-Nya segala sesuatu yang membingungkan pikiran. Tidak ada yang terlalu besar untuk dipikul-Nya, sebab Dia memegang dunia-dunia, Dia berkuasa atas semua peristiwa di alam semesta. Tidak ada sesuatu yang menyangkut kedamaian kita yang terlampau kecil untuk Dia perhatikan. Tidak ada bab dalam pengalaman kita yang terlalu gelap untuk Dia baca; tidak ada keruwetan yang terlalu sulit untuk Dia uraikan" [dua kalimat pertama dan kalimat keenam hingga kesembilan].
 "Tuhan itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya" (Ams. 15:29). "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yak. 5:16).
REFERENSI SS:

1.   Mark Finley, Kebangunan dan Pembaruan--- Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, Trw.III, 2013. Bandung: Indonesia Publishing House.
2.   Loddy Lintong, California U.S.A.