Sabtu, 01 September 2012

Lenyapnya Kenaifan.


Pendahuluan:
Naif- artinya adalah:
1.   Sangat bersahaja, tidak banyak tingkah, lugu(karena muda dan kurang pengalaman.
2.   Bodoh, tidak masuk akal, polos, terlalu jujur, bersahaja, menyedihkan, kasihan, alamiah, seadanya, sederhana.
3.   Orang yang polos, kekanak-kanakan, dan memandang hidup selalu lurus tanpa kelokan, dan setiap proses hidup selalu bahagia, tanpa derita/bermuram durja.
4.   Menurut kamus umum bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta hlm. 668, kata naïf adalah merupakan bahasa percakapan yang artinya: “sangat bersahaja”.
Pembahasan:
   Sebagai orang tua, anda memiliki kemampuan untuk membantu membentuk anak-anak anda menjadi pribadi yang berkemampuan baik.
   Tentu saja akan ada pergumulan disepanjang jalan.  Ketahuilah bahwa anak anda terbuat dari tanah liat.  Jadi anda dapat membentuk mereka masing-masing berlain-lainan atau menjadi seperti yang dikehendaki oleh Allah.

   Perlu di ingat bahwa tidak pernah ada istilah terlalu dini atau terlalu lambat untuk mulai membantu anak-anak anda menjadi seperti yang dikehendaki Allah ketika mereka diciptakan.
   Tujuan pelajaran ini adalah untuk membantu anda mengurangi “faktor-faktor risiko” dan menjauhkan anak-anak serta keluarga anda dari krisis, karena ada banyak saat ini keluarga yang tengah mengalami krisis.
   Kita percaya bahwa orang tua dapat belajar melalui kesalahan dan keberhasilan mereka sendiri maupun dari orang lain.

   Berbicara tentang membesarkan anak-anak, ada satu prinsip yang mendasari segalanya.  Kasih saja tidak selalu cukup, akan tetapi KASIH adalah merupakan suatu PERMULAAN dan kasih ini pulalah yang mendorong kita mau mempelajari pelajaran ini.

   Adalah penting bagi kita memahami mengapa anak-anak kita telah memasuki suatu generasi yang mengalami krisis.  Ironinya, ada kelompok-kelompok orang tua yang berpendidikan terbaik sepanjang sejarah, namun berbuat paling sedikit bagi anak-anak mereka sendiri.
  Permasalahan dengan anak-anak timbul ketika kenaifan ditinggalkan terlalu dini dan digantikan dengan atmosfir yang lebih keras.
   Gambaran tentang anak-anak Amerika dan masalah yang mereka hadapi bukanlah sesuatu yang enak untuk didengar karena statistik telah menggambarkan keadaan mereka sbb:
SETIAP 30 MENIT TERJADI :
*29 anak yang bunuh diri.
*57 remaja meninggalkan rumah.
*14 remaja yang melahirkan di luar nikah.
*22 anak perempuan melakukan aborsi.
*686 anak-anak menggunakan salah satu obat bius, dan
*188 yang menyalah gunakan minuman keras.

   Tentu statistik diatas tidak berarti apa-apa atau tidak berpengaruh, sebelum anak anda sendiri yang mengalaminya.  Namun semua angka ini perlu mendapat perhatian sebagai perbandingan. 
   Statistik ini dengan jelas menggambarkan bahwa dunia anak-anak kita jauh berbeda dibandingkan dengan dunia anak-anak yang kita kenal dulu.

   Tatkala kita remaja, kita naïf.  Tetapi, pada banyak anak dewasa ini, perasaan naïf sudah lama tidak ada lagi.
   Mari kita amati sumber-sumber yang telah mematikan kenaifan anak muda kita, antara lain:
I.             MASS MEDIA:
Saudaraku,..ribuan sajian gambar tidak bermoral telah banyak ditayangkan di bioskop/teather, video atau TV, dan sementara itu berbagai acara komedi yang mematikan hati nurani anak-anak.
          Dalam suatu survey yang dibuat pada tahun 1994 tentang perilaku berisiko tinggi yang dilakukan oleh anak muda, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for disease and Prevention) menemukan bahwa:
a.    40 % dari remaja yang diwawancarai melakukan hubungan sex pada saat mereka duduk di kelas 3 SMP.
b.   Diantara anak laki-laki, 86 % nya mulai melakukan hubungan sex pada usia 19 tahun.
Anak-anak terus menerus dicekoki suguhan yang mengandung unsur sex melalui berbagai sumber media.

II.           OKULTISME :
Sumber berikut yang telah mematikan kenaifan anak muda kita adalah OKULTISME.  Ini khusus terjadi dikalangan pengikut Kristianitas Fundamentalis.  Adanya ritual yang disertai dengan hubungan sex yang dilakukan oleh pemuja-pemuja setan.
   Seorang bernama SHAWN SELLERS—terdakwa dengan ancaman hukuman mati karena membunuh kedua orang tuanya.  Ia melaksanakan ritual pemujaan itu mula-mula dengan melumuri badannya dengan darah yang kadang-kadang dicampur dengan arak dan air seni, untuk kemudian disusul dengan menenggak minuman keras.

   Anak-anak muda terlibat dalam Okultisme karena mereka kurang pengarahan.  Mereka menghabiskan waktu untuk mencari suatu kekuatan, sesuatu yang bisa memuaskan EGO dan memenuhi dorongan nafsu mereka.  Mereka mengabaikan kuasa yang bisa diperoleh dari Sang Pencipta, dan menggatikannnya dengan tindakan yang membuka peluang untuk masuknya roh pendusta itu.

III.          KRIMINAL:
   Ini juga merupakan sumber yang telah mematikan kenaifan anak muda kita.
   Menurut statistik yang pernah dicatat bahwa setiap tahun, 6 000 000 tindakan kekerasan dialami anak-anak berusia 12 dan 19 tahun.
   Sebagai contoh: Michael Thomas, berusia 15 tahun. 
   Pada suatu kali dia berangkat ke sekolah dengan mengenakan sepatu basket Air Jordan seharga $ 100.  Esok harinya—dia telah ditemukan tergeletak tidak bernyawa disuatu lapangan dekat sekolah.  Rupanya dia telah dibunuh oleh seseorang yang mempunyai motif iri pada gaya berpakaian orang lain di sekolah tersebut.  Seorang petugas kepolisian berkata: “Obsesi pada gaya berpakaian disulut oleh media dan iklan visual, dikipasi oleh sikap orang tua yang selalu menuruti kemauan anak-anaknya, dikobarkan oleh tekanan teman sebaya dan oleh keinginan yang tidak terkendali untuk bisa diterima lingkungan”.  Inilah penyebabnya.

IV.         OBAT BIUS DAN MINUMAN KERAS:

   Krisis penggunaan obat bius ini di U.S.A telah merembes ke kalangan anak-anak yang masih kecil.
   Saudaraku,…Hampir 40 % dari semua anak kelas 6 (ini di Amerika), mengkonsumsi alkohol sebagai akibat iklan yang menjamur, yang mempromosikan anggur sebagai penyejuk dahaga.
   Dalam suatu wawancara yang dilakukan oleh Koran Wall Street Journal, seorang pelajar pria dari Brainbridge High School mengatakan bahwa:
   “Jumlah obat bius yang tersedia sama banyaknya dengan kripik kentang yang di jual di kota ini”.
   Itulah sebabnya saudaraku, dikatakan bahwa keadaan akan makin buruk apabila sekolah tidak kembali menerapkan nilai-nilai KRISTIANITAS.

V.           INTELEKTUAL MENGGANTIKAN MORALITAS:

   Orang telah beralih ke konsep intelektualisme.  Apakah itu kosep intelektualisme?.
1.   Mempercayai bahwa manusia dapat sedemikian cerdasnya sehingga intelek mereka mampu mengabaikan imoralitas.
2.   Tidak mengajarkan sesuatu agar kondisi moral seseorang menjadi lebih baik—malah sebaliknya meremehkan arti moral dan menyebutnya sebagai “AGAMA KUNO”.
   Moralitas tidak pernah menjadi bagian dari intelektualisme.  Bagaimanapun cerdasnya seseorang, mungkin saja ia tidak bermoral.  Sering terjadi, orang-orang yang sangat cerdas juga merasa tidak memerlukan Allah.

VI.         AGAMA LIBERAL:
   Liberalisme membuat anak-anak kita tidak lagi berpotensi.  Faham ini tidak mengajarkan adanya kuasa adikodrati Allah yang hidup dan Yesus melalui pengorbanan-Nya yang kudus.

   Mereka menafsirkan agama menurut versi mereka sendiri, menciptakan filosofi mereka sendiri dan Yesus ditinggalkan jauh dibelakang.

VII.        GERAKAN ZAMAN BARU:
   Ini seperti konsep SHIRLEY MACLAINE:
     “Bahwa tubuh jasmani mereka akan ditinggalkan sewaktu wujud mereka berubah menjadi ilah-ilah –yang sesuai dengan angan-angan mereka”.  Dan anda mampu menciptakan perubahan.

KONKLUSI:
   Untuk meniadakan pengaruh gelombang yang sedang melanda ini dibutuhkan orang tua yang sadar dan berkomitmen tinggi, orang tua yang bersedia mendampingi anak-anak agar mereka tidak menjadi sama seperti dunia.  Hal ini tentu dimulai dari KELUARGA, kemudian MASYARAKAT, akhirnya SUATU GENERASI DI MASYARAKAT.

   Oleh karena itu, kita bertanggung jawab untuk memberikan kesaksian tentang Tuhan kepada anak-anak kita.  Manakala kita melaksanakannya, anak-anak kita akan memiliki PENGHARAPAN.

   Mazmur 22:31 “Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang”.

   Saudaraku,..bagi kita belum terlambat untuk menghentikan kondisi yang bisa membawa anak-anak kita menuju kehancuran.