Minggu, 04 Agustus 2013

Terpanggil Untuk Di Ubahkan Dan Menurut.

"PENURUTAN: BUAH KEBANGUNAN ROHANI.

PENDAHULUAN

 Diubahkan oleh Roh Kudus.

Berubah. Sebuah kata-sifat yang artinya "menjadi berbeda dari sebelumnya." Ketika menasihati jemaat di Roma, rasul Paulus menulis dalam suratnya: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Rm. 12:2; huruf miring ditambahkan).

 Kata Grika yang diterjemahkan dengan "berubah" dalam ayat ini adalah μεταμορφόω, metamorphoō, yang arti harfiahnya ialah "berubah menjadi bentuk lain." Kita mengenal kata metamorfosis sebagai proses perkembangan dalam biologi, dengan contoh paling populer adalah ulat yang berubah menjadi kupu-kupu di dalam kepompong. Kata ini juga dapat dialihbahasakan menjadi "transformasi" (berganti bentuk) dan "transfigurasi" (berganti rupa). Selain pada ayat di atas kata ini juga terdapat dalam tiga ayat lain dalam PB, termasuk dalam surat Paulus lainnya yang ditujukan kepada jemaat di Korintus. "Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar" (2Kor. 3:18; huruf miring ditambahkan).

 Dua ayat lainnya menyangkut perubahan rupa Yesus saat dipermuliakan di atas gunung (Mat. 17:2; Mrk. 9:2). Sementara penggunaan istilah "berubah" dalam tulisan Matius dan Markus ini bertutur tentang perubahan penampilan secara jasmaniah, "berubah" atau "diubah" yang dimaksudkan dalam kedua surat Paulus tersebut di atas adalah menyangkut perubahan karakter yang bersifat batiniah. Perubahan tabiat dalam diri orang Kristen sehingga memantulkan gambar atau citra Yesus dapat terjadi sebagai hasil dari kebangunan rohani atas bantuan kuasa Roh Kudus. Anda dan saya tidak dapat berubah dengan kemampuan sendiri, sekuat apapun kita berusaha.

 Dalam pengalaman kebangunan rohani pada permulaan awal abad ke-20 di kalangan umat Kristen di Wales, sebuah negeri otonom dalam wilayah Inggris Raya, yang dipelopori oleh seorang pemuda bernama Evan Roberts dan kawan-kawan, hasilnya benar-benar telah mengubah pola hidup masyarakat umum di seluruh negeri itu. Gerakan pembaharuan rohani yang populer dengan sebutan "Welsh Revival" ini mengumandangkan empat pesan utama kepada Gereja: 1. Mengakui semua dosa; 2. Bereskan segala hal yang meragukan dalam kehidupan; 3. Bersiap untuk taat kepada Roh Kudus dengan seketika; 4. Mengakui Kristus di depan umum. Minggu demi minggu Roberts bersama tim KKR yang melibatkan beberapa penyanyi ini berkeliling negeri mereka untuk berkhotbah dan mengajak masyarakat khususnya generasi muda agar meninggalkan cara hidup duniawi dan menyerahkan diri kepada Kristus untuk diubahkan oleh Roh-Nya. Ketika memulai gerakan tersebut tidak terpikir oleh orang-orang muda ini bahwa dampaknya akan sedemikian luas. Pada minggu pertama hanya ada 60 pemuda yang merespon, lalu menjadi sekitar 100, dan terus bertambah hingga ribuan.

 Aktivitas mereka selama sekitar satu tahun, antara 1904-1905, telah mendapat sambutan positif oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga Wales berubah menjadi negeri yang sungguh berbeda. Gereja-gereja penuh sesak, toko-toko minuman keras tutup, Lembaga Alkitab kebanjiran pesanan kitabsuci, orang-orang di jalan menjadi sangat ramah dan lemah lembut. Gaung kebangunan rohani tersebut juga melanda seantero Inggris Raya. The Times edisi London terbitan 11 Januari 1905 melaporkan pengamatannya: "Segenap penduduk sekonyong-konyong telah dikobarkan oleh dorongan hati yang sama. Agama sudah menjadi minat yang mengasyikkan dari kehidupan mereka. Mereka telah berkumpul dalam kebaktian yang penuh sesak selama enam hingga delapan jam sekali beribadah." Sepanjang musim semi tahun 1904 ketika gerakan kebangunan rohani itu baru dimulai, Evan Roberts bangun pukul 01:00 untuk berdoa sampai pukul 05:00 subuh, setiap malam. Sebuah pergumulan yang tidak sia-sia.

 Dapatkah kebangunan rohani massal seperti itu terjadi kembali? Mengapa tidak!? Tentu saja, Wales tidak sama dengan negeri kita. Tetapi apa yang terjadi di sana waktu itu dapat terjadi di mana saja, dimulai dari satu orang yang merasa terpanggil lalu membagikan gagasan itu kepada teman-teman dekatnya, sampai akhirnya terus semakin meluas. Niat untuk kebangunan rohani harus dimulai dari diri kita sendiri, baru kemudian Roh Kudus akan menggerakkan orang-orang lain dan terus semakin banyak. Dalam kebangunan rohani berlaku adagium "Think globally, act locally" (Berpikir secara global, bertindak secara lokal).

1. BELAJAR DARI PENGALAMAN PETRUS (Hidup yang Diubahkan)

 Bukan sekadar perasaan. Pernahkah anda merasa lebih dekat dengan Yesus dan merasa seperti seorang yang sudah dibarui? Puji Tuhan! Akan tetapi, perasaan seperti itu belum menjadi bukti bahwa anda sudah mengalami kebangunan rohani. "Hasil dari kebangunan rohani belum tentu adalah perasaan yang positif. Hasil dari kebangunan rohani adalah suatu kehidupan yang diubahkan. Perasaan-perasaan kita bukanlah buah dari kebangunan rohani. Sekali lagi, penurutan. Inilah bukti dalam kehidupan murid-murid sesudah Pentakosta" [alinea kedua].

 Di malam buta yang dingin itu rumah dinas imam besar Kayafas (menjabat tahun 18-37 TM) dipanaskan oleh suasana pemeriksaan terhadap Yesus Kristus. Ratusan orang memenuhi ruang pengadilan sampai meluber ke luar. Petrus, yang sejak tadi hanya mengikut Yesus dari jauh, memilih bergabung dengan orang-orang yang sedang berdiang di halaman. Seorang hamba perempuan imam besar, yang entah mengapa saat itu sedang berada di luar rumah, tiba-tiba mengenali wajah murid terdekat Yesus itu lalu berkata: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu" (Mat. 26:69). Kejadian yang tak diduga itu membuat Petrus seperti tersengat aliran listrik. Dia menyangkal tudingan itu. Merasa keadaan tidak aman Petrus beringsut ke pintu gerbang, tetapi seorang hamba lain memergokinya lalu menuding dia juga. Petrus menyangkal untuk kedua kalinya (ay. 71-72). Orang-orang yang berada di sekitar tempat itu berpaling ke arah Petrus lalu menuding dia lagi. Untuk ketiga kalinya Petrus menyangkal. Saat itulah terdengar ayam berkokok. "Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: 'Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.' Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya" (ay. 75).

 Penyangkalan Petrus adalah sebuah tindakan kemurtadan, tetapi dia kemudian sadar dan bertobat. Beberapa minggu setelah peristiwa itu, dalam pertemuan ketiga dengan murid-murid setelah kebangkitan-Nya, Yesus mengajukan pertanyaan yang sangat pribadi kepada Petrus. "Simon, anak Yona, apakah engkau lebih mengasihi Aku daripada mereka ini mengasihi Aku?" (Yoh. 21:15, BIMK). Tentu saja Yesus tahu bahwa Petrus sungguh mengasihi-Nya, tetapi Ia ingin suatu pernyataan yang lebih mendalam lagi sehingga pertanyaan yang sama diajukan sampai tiga kali. Bukankah murid yang satu ini juga pernah sesumbar dengan berkata, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak...Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau" (Mat. 26:33, 35), tetapi tidak lama kemudian dia melanggar kata-katanya sendiri dan menyangkal Tuhannya sambil bersumpah? Maka, pada waktu Yesus bertanya untuk ketiga kalinya, Petrus hanya menjawab dengan rendah hati: "Tuhan, Tuhan tahu segala-galanya. Tuhan tahu saya mencintai Tuhan!" (Yoh. 21:17, BIMK).

 Hidup yang diubahkan..
Perubahan Petrus dan para murid lainnya semakin nyata setelah pengalaman pada hari Pentakosta. Roh Kudus telah membangunkan kembali kerohanian mereka, dan hasilnya adalah kehidupan yang diubahkan. Sehingga ketika Mahkamah Agama melarang mereka untuk mengabarkan tentang Yesus, mereka menjawab dengan lantang: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia" (Kis. 5:29-32).

 Pena inspirasi menulis: "Ragi kebenaran bekerja secara rahasia, diam-diam, dan terus-menerus untuk mengubah jiwa. Kecenderungan-kecenderungan alamiah dilemahkan dan ditaklukkan. Pemikiran-pemikiran baru, perasaan-perasaan baru, dan motif-motif baru ditanamkan. Suatu ukuran tabiat ditetapkan--kehidupan Kristus. Pikiran diubahkan; kecakapan dibangkitkan kepada tindakan dalam garis-garis yang baru. Manusia tidak dianugerahi dengan kecakapan baru, melainkan kecakapan-kecakapan yang dia miliki itu disucikan. Hati nurani dibangunkan" (Ellen G. White, Review and Herald, 7 Juli 1904).

 Apa yang kita pelajari tentang kehidupan yang diubahkan?

1. Petrus adalah bukti nyata dari sebuah kehidupan yang diubahkan oleh Roh Kudus melalui kebangunan rohani. Dari seorang yang murtad karena menyangkal Tuhan berubah menjadi seorang yang rela mati bagi Tuhan.

2. Khotbah-khotbah yang menjamah, ayat-ayat Kitabsuci yang menyentuh, kesaksian-kesaksian yang menarik, dapat saja menghangatkan hati seseorang dan menimbulkan perasaan seperti semakin dekat dengan Tuhan. Tetapi tanpa perubahan dalam kehidupan semua perasaan itu adalah ilusi rohani.

3. Roh Kudus bekerja seperti angin yang hanya terlihat pada hasil yang diakibatkannya. Roh Kudus bekerja di dalam hati sanubari dan pikiran manusia, mempengaruhi dan menghasilkan kebangunan rohani, hasilnya terpantau melalui hidup yang berubah. Tanpa perubahan berarti tak ada kebangunan rohani.

2. HARGA SEPENGGAL IMAN (Penurutan Berbiaya Tinggi)

 Pengurapan Roh Kudus. Bagi murid-murid Yesus yang pertama, yang kemudian disebut sebagai rasul-rasul, Roh Kudus turun atas mereka tanpa perantara tetapi langsung dari surga dalam rupa "lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing" (Kis. 2:3). Dalam kasus murid-murid generasi kedua sesudah mereka, yaitu para diakon yang melayani jemaat, Roh itu turun ke atas mereka melalui rasul-rasul yang "berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka" (Kis. 6:6). Melalui pengurapan tersebut ketujuh pelayan jemaat tersebut berubah menjadi orang-orang yang penuh kuasa. Khusus bagi Stefanus dia menjadi seorang yang "penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak" (ay. 8). Bahkan Roh memberikan kepadanya hikmat dan akal budi sehingga ketika kaum Libertini mendebatnya dalam soal injil, Stefanus dapat membungkam mereka karena "tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara" (ay. 10).

 Kaum Libertini adalah keturunan Yahudi yang bermukim di mancanegara dan bekerja sebagai budak-budak bagi bangsa kafir tapi kemudian memperoleh kebebasan. Versi BIMK menerjemahkan "kaum Libertini" sebagai "Orang-orang Bebas." Meskipun mereka berdarah Yahudi tetapi sehari-hari mereka berbahasa Yunani dan memelihara ajaran Hellenisme. Peradaban Hellenistik merupakan budaya Yunani purba yang berkembang pesat ketika kerajaan Grika berada pada puncak kejayaannya sampai menjelang munculnya kerajaan Romawi, antara tahun 323-31 SM. Pada masa itu pengaruh kebudayaan Hellenisme meluas di Eropa dan Asia serta Afrika utara. Sebenarnya istilah Hellenisme dan Hellenistik baru populer pada pertengahan abad ke-19 dan merupakan konsep moderen untuk menjelaskan peradaban yang dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani purba selama empat abad terakhir sebelum Tarikh Masehi.

 "Dalam Kisah pasal 7, Stefanus mengkhotbahkan sebuah khotbah sangat bagus yang menguraikan tentang sejarah Israel. Dia menerangkan pengalaman dari Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, dan Salomo. Sepanjang seruannya itu Stefanus melukiskan kesetiaan Allah dalam perbandingan dengan pendurhakaan Israel. Stefanus mengakhiri khotbahnya dengan menuding bahwa pemimpin-pemimpin agama Israel melanggar perjanjian Allah dan menolak pengaruh Roh Kudus (Kis. 7:51-52)" [alinea kedua].

 Pengalaman teofania.

Karena kalah berdebat, kaum Libertini itu menghasut orang banyak dengan menuduh Stefanus telah "mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah" (Kis. 6:11). Berita itu sampai ke telinga imam besar (kemungkinan besar adalah Kayafas) yang langsung memerintahkan penangkapannya untuk diadili dalam mahkamah agama. Tentu kita percaya bahwa ini adalah jalan Tuhan yang memberi kesempatan kepada Stefanus untuk berkhotbah dan menegur para pemimpin agama Yahudi. Khotbah yang berapi-api itu membuat imam besar dan para petinggi otoritas agama tersebut kebakaran jenggot. "Apabila mereka itu mendengar yang demikian, geramlah hatinya dan dikertakkannya giginya kepadanya" (Kis. 7:54).
    Tetapi Roh Kudus yang menguasai Stefanus tidak hanya memberikan kepadanya kemampuan dan keberanian untuk berdebat maupun berkhotbah serta menegur. Sebelum diseret keluar sidang pengadilan agama oleh massa yang marah untuk dirajam sampai mati, "Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah" (ay. 55). Bagi kalangan Kristen, pengalaman istimewa ini dikenal dengan istilah pengalaman teofania. Pengalaman serupa yang amat langka ini pernah dialami oleh nabi Yesaya (Yes. 6:1-3) dan juga Yohanes Pewahyu (Why. 4:1-5).

 "Stefanus telah berserah pada panggilan Tuhan dan setia kepada missi Allah, bahkan sampai mati. Meskipun mungkin tidak semua kita dipanggil untuk mati bagi iman kita, kita harus setia kepada Tuhan kita sehingga kalau kita memang dipanggil untuk itu kita tidak akan mundur, tetapi seperti Stefanus tetap setia sampai akhir. Bukan mustahil bahwa seseorang yang sedang membaca perkataan ini sekarang pada suatu hari kelak harus menyerahkan hidupnya dalam pekerjaan Tuhan" [alinea terakhir].

 Apa yang kita pelajari tentang harga sebuah penurutan?

1. Selalu ada "harga" untuk sebuah penurutan. Katakanlah bahwa anda menjadi pengikut sebuah kelompok atau pun seorang pemimpin, selain kesetiaan anda juga harus setia kepada kelompok dan taat kepada pemimpin tersebut. Kesetiaan dan ketaatan terkadang berarti pengekangan keinginan dan kebebasan pribadi.

2. Menyangkut penurutan kepada Tuhan khususnya, harganya sangat mahal dan sering berupa kematian. Tuhan mempunyai missi, maka penurutan umat-Nya juga menyangkut kesetiaan melaksanakan missi tersebut. Pengorbanan dalam segala bentuk dan manifestasi adalah "harga" yang harus kita bayar sebagai umat Allah.

3. Karena tuntutan missi yang berat itu Allah telah menyediakan bantuan ilahi kepada setiap hamba-Nya, yakni kuasa Roh Kudus. Bahkan, Roh Kudus bukan saja melengkapi kita untuk melaksanakan missi Tuhan, tetapi juga mengubah kita untuk menjadi penurut yang taat.

3. BERTOBAT LEWAT CARA SPEKTAKULER (Ketika Roh Membuat Kejutan)

 Fanatisme seorang Saulus.

Sebenarnya kefanatikan bukan suatu hal yang selamanya buruk seperti dianggap banyak orang. Jika diterapkan dalam hal penurutan dan ketaatan terhadap keyakinan agama yang menyangkut diri sendiri, kefanatikan justeru adalah hal yang positif dan konstruktif. Kefanatikan menjadi hal yang negatif dan merusak kalau kita menerapkannya pada orang lain dengan sikap berpikir yang sempit, apalagi dengan mengatasnamakan agama lalu melakukan tindakan-tindakan anarkis yang merugikan dan mencelakakan orang lain. Fanatisme agama berbeda dari kesetiaan dan ketaatan terhadap agama. George Santayana, seorang filsuf Amerika asal Spanyol (1863-1952), menyebut fanatisme sebagai "melipatgandakan usaha anda ketika anda telah melupakan tujuan anda."

 Tampaknya, Saulus memiliki sikap fanatisme agama yang sempit, dan atas nama agama Yahudi lalu memburu dan menganiaya orang-orang Kristen. Dalam semangatnya yang berkobar-kobar untuk membasmi Kekristenan dia menghadap imam besar untuk memohon restu lalu berangkat ke Damaskus (Kis. 9:1-2). Kota ini terletak sekitar 200 Km dari Yerusalem ke arah timur laut yang biasanya ditempuh dalam enam hari berjalan kaki, dan tokoh muda kaum Farisi itu rela menempuh perjalanan sejauh itu untuk menunjukkan kesetiaannya pada apa yang diyakininya. Belakangan setelah bertobat lalu menjadi penginjil dan namanya berubah menjadi Paulus, ketika mengenang pengalamannya sebagai bekas penganiaya orang Kristen, dia berkata: "Saya malah begitu bersemangat sehingga saya menganiaya jemaat. Kalau dinilai dari segi hukum agama Yahudi, saya seorang baik yang tidak bercela" (Flp. 3:6, BIMK).

 "Meskipun Saulus sesat dalam penganiayannya yang ganas atas orang Kristen, dia mengira dia sedang melakukan kehendak Allah dalam menghadapi apa yang diyakininya sebagai sebuah sekte yang fanatik. Sementara Saulus berjalan ke Damaskus untuk menangkap orang-orang Kristen dan menyeret mereka kembali ke Yerusalem, Yesus secara dramatis mengejutkan dia. Pengalaman Saulus di Jalan Damaskus itu mengubah bukan saja kehidupannya tetapi hal itu juga mengubah dunia" [alinea pertama].



Allah bekerja melalui manusia. Ketika hampir tiba di Damaskus sekonyong-konyong terjadilah sesuatu. Saulus melihat cahaya yang sangat menyilaukan mata bersinar dari surga dan terdengarlah suara berkata, "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" (Kis. 9:4). Tampaknya peristiwa itu terjadi ketika Saulus bersama rombongan kecil pengiringnya hendak memasuki kota Damaskus. Akibat sorotan sinar yang tajam itu Saulus tidak dapat melihat dan hanya dengan dituntun dia diantar ke rumah seorang bernama Yudas di Jalan Lurus. Tiga hari lamanya kebutaan sementara itu bertahan dan sang penganiaya tidak makan dan minum (ay. 9). Selama penantiannya itu Saulus terus berdoa, dan dia beroleh penglihatan tentang seseorang bernama Ananias yang akan datang menumpangkan tangan ke atasnya dan mendoakan dia supaya dapat melihat lagi (ay. 12).

 Siapakah Ananias? Dia adalah anggota jemaat biasa, bukan seorang pemimpin atau pun tokoh gereja. Ini menunjukkan bahwa Allah suka menggunakan orang biasa untuk melaksanakan tugas-tugas penting bagi-Nya. Kalau yang diutus untuk melayani Saulus adalah seorang rasul atau salah satu dari murid-murid Yesus yang pertama mungkin Saulus akan menerima kabar selamat perantaraan manusia, tetapi dengan digunakannya seorang anggota jemaat biasa yang sederhana dan tidak fasih lidah maka Saulus seolah-olah menerima pekabaran itu langsung dari Tuhan. Begitu bertemu dengan Saulus, sambil menumpangkan tangannya Ananias berkata dengan polos: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus" (ay. 17). Seketika itu juga penglihatan Saulus pulih kembali lalu dibaptis.

 "Banyak yang mengira bahwa mereka bertanggungjawab hanya kepada Kristus saja untuk terang dan pengalaman mereka, terlepas dari pengikut-pengikut-Nya yang diakui di bumi ini. Yesus adalah sahabat orang-orang berdosa, dan hati-Nya tersentuh dengan duka mereka. Ia memiliki segala kuasa, baik di surga maupun di atas bumi; tetapi Ia menghargai sarana-sarana yang Dia telah urapi untuk pencerahan dan keselamatan manusia; Ia mengarahkan orang-orang berdosa ke gereja yang mana telah Ia jadikan saluran terang kepada dunia" [alinea kedua].

 Apa yang kita pelajari tentang cara kerja Roh Kudus yang mengejutkan?

1. Fanatisme itu bisa menyesatkan jika diaplikasikan dengan pikiran yang sempit, ditujukan kepada orang lain gantinya pada diri sendiri; fanatisme menjadi hal yang bersifat membangun kalau itu diterapkan pada diri sendiri dengan tujuan untuk menjadi lebih taat dan setia.

2. Tidak setiap pertobatan melewati peristiwa yang luar biasa seperti pengalaman Saulus, tetapi setiap pertobatan pada prinsipnya adalah sebuah peristiwa luar biasa. Setidaknya, setiap pertobatan manusia yang berdosa itu adalah ujud dari pekerjaan Roh Kudus yang luar biasa.

3. Allah menggunakan manusia sebagai alat untuk penginjilan dan saluran keselamatan. Banyak kali orang-orang yang digunakan Allah untuk maksud tersebut adalah orang-orang kebanyakan dan bersahaja. Tuhan dapat menggunakan orang biasa untuk hal-hal yang luar biasa.

4. SAMBUTAN TERHADAP ROH KUDUS (Kepekaan Pada Panggilan Roh)
  
   Pekerjaan Roh Kudus.

   Alkitab mengindikasikan bahwa Roh Kudus adalah salah satu dari Tritunggal ilahi (Mat. 28:19-20; 2Kor. 13:13), sebagai Pribadi ilahi yang tahu persis mengenai Allah (1Kor. 2:10-11), sudah bekerja bersama Allah pada waktu penciptaan (Kej. 1:1-3), dan memiliki kewenangan untuk memateraikan orang-orang yang akan selamat (Ef. 4:30). Bagi manusia Roh Kudus berfungsi untuk menghibur dan mengajar (Yoh. 14:26), menolong dalam kelemahan dan menjadi pengantara untuk doa kita (Rm. 8:26), menyucikan hati nurani (Ibr. 9:14), menguduskan kita (2Tes. 2:13), serta menjadi sumber kuasa dan karunia (1Kor. 12:10-11). Roh Kudus memimpin dan menuntun manusia (Gal. 5:18; Ef. 6:18; Mzm. 143:10), bahkan memimpin dan menuntun Yesus ketika berada di dunia ini (Mat. 4:1; Luk. 4:1).

    Sejak peristiwa di tengah jalan menuju Damaskus dan seterusnya Roh Kudus telah memainkan peran yang besar dalam kehidupan Paulus, khususnya ketika dia harus menghadap raja Agripa untuk mempertanggungjawabkan kegiatan penginjilannya. Raja ini adalah Herodes Agripa II, buyut dari Herodes Askalon atau Herodes yang Agung, seorang yang telah membunuh bayi-bayi pada waktu Yesus lahir; cucu dari Herodes Antipas yang terlibat dalam penyaliban Yesus dan yang telah memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis; ayah dari Herodes Agripa I yang merestui penganiayaan atas orang-orang Kristen, dan atas perintahnya rasul Yakobus telah dipenggal kepalanya sehingga menjadi syuhada Kristen yang pertama. Jadi, Paulus sedang berhadapan dengan raja yang berasal dari satu dinasti atau keluarga yang sudah menunjukkan permusuhan terhadap Yesus Kristus dan para pengikut-Nya. Tetapi sang rasul tampil penuh percaya diri karena dikuasai dan dituntun oleh roh Kudus.

 Setelah berbicara panjang-lebar tentang latar belakang dan masa lalunya, Paulus kemudian mengungkapkan pengalaman dalam perjalanan ke Damaskus itu kepada sang raja. "Di seluruh pelayanannya Paulus telah dibimbing oleh Roh, diyakinkan oleh Roh, diajar oleh Roh, dan diberdayakan oleh Roh. Dalam pembelaannya di hadapan Raja Agripa dia menjelaskan penglihatan surgawi di Jalan Damaskus" [alinea pertama: dua kalimat pertama].

 Drama di ruang sidang. Audiensi di hadapan Raja Agripa adalah peluang istimewa yang tidak disia-siakan oleh Paulus. Kesempatan itu dimanfaatkannya bukan semata-mata untuk membela diri tetapi lebih terasa seperti sebuah khotbah yang membela Yesus Kristus dan kemesiasan-Nya. Sebelum mengakhiri pidato pembelaannya, yang juga disaksikan oleh dua petinggi dan pembantu terdekat raja, gubernur Bernike dan Festus, rasul Paulus dengan nada suara meyakinkan bertanya kepada raja, "Yang Mulia Baginda Agripa, apakah Baginda percaya akan apa yang dikatakan oleh nabi-nabi? Saya rasa Baginda percaya!" (Kis. 26:27, BIMK). Dapat dibayangkan suasana yang tiba-tiba menjadi tegang akibat pernyataan di luar dugaan yang Paulus lontarkan, sehingga raja berkata dengan nada tinggi, "Kau kira gampang membuat saya menjadi orang Kristen dalam waktu yang singkat ini?" (ay. 28). Terhadap ucapan Agripa itu Paulus menanggapi dengan tenang: "Dalam waktu yang singkat atau dalam waktu yang panjang...saya berdoa kepada Allah supaya Baginda dan Tuan-tuan semuanya yang mendengarkan saya hari ini dapat menjadi seperti saya -- kecuali belenggu ini, tentunya!" (ay. 29).

 Tampaknya doa dan harapan Paulus tidak terkabul sebab tidak ada catatan bahwa Raja Agripa II ini percaya kepada Yesus Kristus dan menjadi orang Kristen. Di sini kita melihat, pekerjaan dari Roh Kudus yang sama membawa hasil yang berbeda dalam kehidupan Paulus dan Agripa. Hal ini bukan karena Roh Kudus hanya berkuasa terhadap Paulus tetapi tidak terhadap Agripa, melainkan oleh sebab sambutan yang berbeda dari kedua orang itu. Kejadian yang sama dapat terjadi pada siapa saja ketika Roh Kudus berbisik, ada sebagian orang yang cukup peka untuk mendengar dan menerima bisikan itu, sebagian orang lagi tidak mendengar dan menolak.

 "Sangat berbeda dengan Paulus, Raja Agripa tidak tunduk kepada kuasa Roh Kudus yang meyakinkan. Kepentingan dirinya sendiri yang meningkat dan keinginan-keinginan cinta dirinya berlawanan dengan desakan Roh untuk suatu kehidupan yang baru di dalam Kristus...Sementara kita mengikuti tuntunan Roh Kudus dan berjalan di dalam terang kebenaran Allah, Ia akan terus menyatakan terang dan kebenaran lebih banyak lagi. Pada waktu yang sama juga, semakin kita menepis desakan Roh Kudus, semakin kita menolak Dia, akan semakin mengeras hati kita jadinya" [alinea kedua dan alinea terakhir].

 Apa yang kita pelajari tentang pekerjaan Roh Kudus dan sambutan kita?

1. Roh Kudus selalu bekerja dengan kuasa penuh untuk mempengaruhi manusia, tetapi Roh Kudus tidak dapat memaksa seorangpun. Kepekaan kita terhadap bisikan Roh Kudus menentukan hasil akhir, apakah kita bertobat dan selamat atau mengeraskan hati dan binasa.

2. Paulus adalah bukti nyata tentang apa yang dapat dilakukan oleh Roh Kudus pada kehidupan seseorang yang menerima Dia. Roh Kudus tidak menahan apapun untuk diberikan kepada setiap orang yang menerima-Nya, segala hal yang diperlukan bagi pengalaman maupun keberhasilan rohaninya.

3. Hampir berarti tidak. Inilah yang terjadi pada raja Agripa yang nyaris bertobat oleh khotbah Paulus. Keselamatan adalah pilihan pribadi, suatu hal yang hanya bisa terjadi apabila kita bersedia mendengar dan menerima Roh Kudus yang bekerja di hati sanubari kita.

5. PERANAN ROH DALAM HIDUP YESUS (Penurutan yang Dituntun Roh)

 Roh Kudus menyanggupkan untuk menurut. Mana yang datang lebih dulu, keselamatan atau penurutan? Apakah seseorang diselamatkan lebih dulu baru menurut kepada Tuhan, atau dia harus menurut kepada Tuhan supaya selamat? Banyak orang yang beranggapan bahwa menurut kepada Tuhan adalah jalan untuk memperoleh keselamatan, tetapi Alkitab tidak mengajarkan demikian. Keselamatan adalah kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus yang diterima oleh iman (Ef. 2:8-9; Yoh. 20:31), tetapi Yesus sendiri berkata bahwa untuk tetap hidup kita harus menurut (Mat. 19:17). Sebab meskipun Yesus adalah Anak Allah dan sumber keselamatan namun ketika hidup di dunia ini Dia hidup dalam ketaatan kepada Allah (Ibr. 5:8-9), bahkan berkat ketaatan-Nya semua orang percaya dibenarkan (Rm. 5:17-19).

 Kalau penurutan itu penting, dapatkah kita terus taat dan menurut? Alkitab mengindikasikan bahwa Roh Kudus berperan dalam penurutan manusia terhadap perintah Allah. Melalui nabi-Nya Allah berfirman, "Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya" (Yeh. 36:27). Rasul Paulus berkata, "Karena kalau kalian hidup menurut tabiat manusia, maka kalian akan mati; tetapi kalau dengan kuasa Roh Allah, kalian terus saja mematikan perbuatan-perbuatanmu yang berdosa, maka kalian akan hidup. Orang-orang yang dibimbing oleh Roh Allah, adalah anak-anak Allah" (Rm. 8:13-14, BIMK). Itulah sebabnya sang rasul menasihati supaya kita hidup di dalam Roh agar dapat mengalahkan keinginan daging yang berlawanan dengan keinginan Roh (Gal. 5:16-17). "Janganlah padamkan Roh," tambahnya (1Tes. 5:19).

 Alkitab mengatakan tentang kondisi manusia, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rm. 3:23; huruf miring ditambahkan). Kata asli yang diterjemahkan dengan "kemuliaan" di sini adalah δόξα, doxa, sebuah kata benda feminin yang artinya "pendapat" atau "pertimbangan" atau "pandangan." Jadi, kehilangan "kemuliaan Allah" berarti kehilangan kemampuan untuk menilai atau mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang ilahi. Atau, katakanlah, dosa telah menghilangkan kapasitas berpikir manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat menurut pandangan Allah. Bahkan, akibat dosa kita tidak sanggup lagi menghargai nilai diri kita sendiri sebagaimana Allah menilai diri kita. Hanya dengan bimbingan Roh Kudus maka anda dan saya dapat menghargai nilai kita, dan dengan demikian menghargai pengorbanan Yesus untuk menebus kita.

 Keteladanan Yesus.

"Roh Kudus memainkan peran utama dalam setiap aspek kehidupan Yesus. Dia lahir dari kandungan yang 'terjadi oleh kuasa Roh Allah' (BIMK) dan 'Roh Allah turun...ke atas-Nya' waktu dibaptis--yaitu kelahiran pelayanan-Nya (Mat. 1:20; 3:16-17; Kis. 10:34-38). Sepanjang hidup Kristus, Dia telah menurut kepada kehendak Bapa (Yoh. 8:29, Ibr. 10:7)" [alinea pertama]. Kehidupan Yesus tidak pernah terlepas dari peran Roh Kudus, dari kelahiran sampai kematian-Nya. Kalau Yesus saja dituntun oleh Roh Kudus selama hidup-Nya di dunia ini, bagaimana dengan anda dan saya?

 Pena inspirasi menulis: "Bilamana seorang menolak dosa, yaitu pelanggaran hukum, maka kehidupannya akan diselaraskan dengan hukum itu, ke dalam penurutan yang sempurna. Ini adalah pekerjaan Roh Kudus. Terang dari firman yang dipelajari dengan saksama, suara hati nurani, perjuangan Roh, menghasilkan di dalam hati kasih sejati bagi Kristus yang telah menyerahkan Diri-Nya sebagai suatu kurban yang seutuhnya untuk menebus manusia seutuhnya, badan, jiwa dan roh. Dan kasih dinyatakan dalam penurutan" (Ellen G. White, Testimonies for the Church, jld. 6, hlm. 92).

 "Yesus adalah hamba terhadap kehendak Bapa. Ia 'merendahkan diri-Nya' dan menjadi 'taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib' (Flp. 2:8). Yesus memberi suatu teladan tentang kehidupan yang dipenuhi dengan Roh Kudus itu seperti apa. Itu adalah suatu kehidupan penurutan yang rela dan kepatuhan yang rendah hati kepada kehendak Bapa. Itu adalah sebuah kehidupan penuh doa yang dibaktikan bagi pengabdian dan pelayanan, suatu kehidupan yang disita oleh kerinduan penuh semangat untuk melihat orang lain diselamatkan dalam kerajaan Bapa" [alinea ketiga].

 Apa yang kita pelajari tentang peranan Roh Kudus dalam kehidupan Yesus?

1. Penurutan adalah buah dari keselamatan. Kalau saya belum diselamatkan, untuk apa saya menurut kepada Tuhan? Kesadaran bahwa kita sudah selamat di dalam Yesus Kristus mendorong kita untuk menurut kepada-Nya dan taat kepada perintah-Nya.

2. Penurutan sejati tidak pernah dihasilkan oleh keinginan dan usaha kita sendiri, itu adalah berkat kuasa Roh Allah yang ditanamkan ke dalam hati kita yang sudah dijadikan baru. Allah memberi kepada kita hati dan roh baru yang taat menggantikan hati yang keras (yeh. 11:19; 36:26).

3. Hidup Yesus selama di dunia ini adalah suatu kehidupan yang dituntun dan dikuasai oleh Roh Kudus. Lahir oleh Roh Kudus, diurapi oleh Roh Kudus, menurut oleh Roh Kudus, dan mati dalam Roh Kudus. Sebagai pengikut Kristus kita juga harus menjalani kehidupan yang dituntun dan dikuasai oleh Roh Kudus.

PENUTUP
   Janji Roh Kudus.

  Beberapa waktu sebelum Yesus menjalani kematian-Nya di kayu salib, Ia telah berjanji kepada murid-murid akan mengirim "Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku" (Yoh. 14:26). Janji itu telah digenapi tidak lama setelah Yesus diangkat ke surga, empat puluh hari sesudah kebangkitan-Nya.  Roh Kudus menjalankan berbagai fungsi dalam kehidupan Yesus maupun para pengikut-Nya di kemudian hari. Roh Kudus masih bekerja hingga hari ini. Masalahnya, apakah anda dan saya bersedia menerima Roh Kudus menguasai dan menuntun hidup kita atau tidak.

 "Janji akan Roh Kudus tidak terbatas pada usia atau ras tertentu. Kristus menyatakan bahwa pengaruh ilahi dari Roh-Nya harus bersama para pengikut-Nya sampai akhir. Dari Hari Pentakosta hingga sekarang ini, Penghibur itu telah diutus kepada semua yang sudah menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan dan kepada pelayanan-Nya. Bagi semua yang sudah menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi, Roh Kudus telah datang sebagai penasihat, pengudus, pembimbing, dan saksi" [alinea kedua: empat kalimat pertama].

 "Oleh sebab itu, ketahuilah, apabila orang berbuat dosa dan mengucap penghinaan terhadap Allah ia dapat diampuni! Tetapi kalau ia menghina Roh Allah, ia tidak dapat diampuni! Apabila orang mengatakan sesuatu menentang Anak Manusia, ia dapat diampuni, tetapi apabila ia menghina Roh Allah, ia tidak dapat diampuni, baik sekarang maupun di akhirat!" (Mat. 12:31-32, BIMK).

SUMBER:
1. Mark Finley, Kebangunan Rohani dan Pembaruan.
2. Loddy Lintong, California-U.S.A.