Senin, 30 Januari 2012

Pemimpin rohani.


  1. Pendahuluan:
“Hubungan(kontak) pribadi dengan Kristus,” menurut pernyataan Ellen White adalah: duduk dalam persahabatan dengan Dia(dekat dengan Kristus), inilah kebutuhan kita”.  Education, p.261.

Hubungan dan persahabatan ini hanya dapat dipertahankan, dipelihara melalui bertahtanya Kristus didalam hati, melalui mempelajari firmanNya disertai doa yang sungguh-sungguh.  Hal-hal ini akan membuat kita menjadi pemimpin rohani.
     Gereja pada saat ini memerlukan kepemimpinan yang kuat dan bijaksana.  Kepemimpinan gereja akan berhasil apabila secara konsisten mengikuti nasihat dan pola ilahi.  Pemimpin rohani yang kadang-kadang diombang-ambingkan serta menjadi lemah karena adanya tekanan-tekanan dari dalam, haruslah tetap waspada dan senantiasa memohon kekuatan dari Tuhan Allah agar dapat memimpin serta menuntun domba-dombanya ke air yang lebih tenang.

  1. Pembahasan:
Kita akan membahas tentang Pemimpin Rohani.
Pemimpin rohani adalah seorang hamba Allah, pria atau wanita yang memiliki satu tujuan yakni untuk melakukan yang benar dan menyerahkan dirinya secara keseluruhan kepada panggilannya.
Para pemimpin rohani, tidaklah diciptakan oleh manusia, dan mereka tidak di urapi untuk kerohanian.
Suatu komite sidang atau komite konferens tidak dapat memungut suara(voting) untuk memberikan kerohanian kepada seorang pemimpin.
          Hanya Allah melalui Roh SuciNya, dapat membuat seorang manusia itu menjadi manusia rohani.  Sebagaimana Rsl. Paulus katakan
 dalam 1 Kor.12:12(Philip) “He has appointed workers of spritual power”.
          Namun setiap pribadi haruslah bersedia menjadi seorang yang mau bekerjasama dan mau menerima.
          Roma 8:5 (Philip) “Orang yang rohani peduli dengan hal-hal rohani”. Mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari roh.       Pemimpin rohani adalah seorang yang ber iman dan suka berdoa.  Seorang yang berani dan mempunyai visi.
          Kerohanian adalah menjadi bagian dari kehidupan seorang pemimpin apabila dia bertugas untuk memberi makan orang-orang yang rohaniah.
          Manusia memilik 2 sifat yang potensial:
1.     SIFAT ROHANIAH, dan
2.    SIFAT BADANIAH.

Apabila salah satu diberi makan, dia akan bertumbuh subur dan salah satu yang ditolak akan segera mati.
          (If we want to become sritual leaders, we must feed our spritual nature with the word of God).
                   Pilipi 4:8 “Jadi akhirnya, saudara-saudara; semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”.
                   Tuhan Allah telah menempatkan dihadapan masing-masing para pemimpin, 2(dua) jalan : Anda & saya boleh memilih salah satu & mengikutinya.
1.     Jalan yang dijalani oleh banyak orang.  Jalan ini membuat anda rajin mengikuti semua pertemuan, komite-komite dan penataran-penataran.  Namun tidak pernah bertujuan untuk melaksanakannya.  Bukan berarti dia tidak berguna samasekali.  Dia juga menyampaikan banyak khotbah, melakukan banyak pembicaraan dan sangat dihormati, namun tidak mampu membuat kemajuan.
2.    Kemudian ada satu jalan yang lain.  Pemimpin rohani adalah seorang manusia yang suka bertindak.  Jalan ini adalah jalan yang tidak mulus, terdapat banyak rintangan dan jalan yang banyak pemutarannya.  Namun, inilah jalan yang benar untuk perkembangan tabiat kerohanian.  Rasul Paulus telah mengambil jalan ini dan telah menemukan badai dan bahaya ditempat-tempat tertentu dalam hidupnya.  Tetapi hatinya dipenuhi kedamaian dan kepuasan.  Mengapa?.  Karena itu adalah jalan salib.
Kepemimpinan rohani yang dimilikinya telah memberikan baginya keseimbangan dan ketabahan sehingga ia mencapai kemenangan akhir.
3. KONKLUSI:
Rasul Paulus tetap memandang ke Salib.  Dia telah mempertahankan keseimbangan rohani oleh terus memandang Yesus, seperti yang dia telah katakan dalam Roma 13:14(Philip) “Let us be Christ’s men from head to foot” (“Marilah kita menjadi orang Kristen dari kepala sampai ke kaki”)

Sementara kita melakukan hal ini dalam kehidupan kita, marilah kita tetap memelihara  hubungan yang terus menerus dengan Allah.


                        Pdt. H.M. Siagian