Rabu, 07 Maret 2012

Kateterisasi Jantung.


Oleh dr. Robin Hendra Wibowo
Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Satu dari lima kematian yang terjadi disebabkan oleh penyakit jantung. Plak ” karat” merupakan gabungan lemak, kolesterol, kalsium, dan substansi lain. Adanya plak karat dalam pembuluh darah mengakibatkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengakibatkan menurunnya aliran darah pada jantung. Hal inilah yang disebut dengan penyakit jantung koroner. Dengan menggunakan teknik pemeriksaan kateterisasi jantung, plak karat ini dapat diketahui dengan tingkat ketepatan paling tinggi (99 – 100%) sehingga dapat dipastikan apakah Anda mempunyai penyakit jantung koroner
.
Gambar 1.     Ilustrasi proses pemasangan kateter melalui pembuluh darah paha hingga menuju arteri koroner.
Istilah kateterisasi jantung mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat. Kateterisasi jantung atau arteriografi koroner merupakan suatu prosedur medis yang dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi, mencari atau mengobati penyakit jantung. Sebuah selang yang panjang, tipis, dan fleksibel, disebut juga kateter, dimasukkan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah besar melalui lengan, paha bagian atas, atau leher. Secara perlahan kateter dimasukkan menuju ke jantung. Seringkali prosedur ini juga menggunakan semacam zat khusus, sehingga plak “karat” pembuluh darah dapat dilihat dengan jelas dengan menggunakan bantuan sinar X. Dengan pemberian zat ini melalui kateter, dokter dapat mengetahui struktur, fungsi jantung, dan kelainan koroner dari segi letak, luas, serta berat atau derajat penyempitan pembuluh darah koroner. Selama prosedur yang berlangsung 1 – 2 jam ini, pasien tetap sadar dan hanya sedikit rasa sakit yang ditimbulkan.
Dengan semakin meningkatnya teknologi kedokteran, khususnya di bidang subspesialis jantung (Kateterisasi dan Intervensi), maka saat ini telah tersedia peralatan yang sangat canggih. Dengan peralatan mutakhir yang dioperasikan oleh Spesialis Jantung yang terlatih dan berpengalaman dan didukung oleh Rumah Sakit yang memiliki fasilitas pendukung yang lengkap, maka tindakan kateterisasi dapat dianggap tidak berisiko, terbukti aman, dan jarang menimbulkan komplikasi.
Dengan semakin majunya perkembangan teknologi intervensi, maka saat ini sudah sangat jarang pasien yang perlu menjalani operasi bypass akibat dari sumbatan jantung koroner. Hampir seluruh kasus penyakit jantung koroner dapat ditangani dengan teknik intervensi ini. Salah satu prosedur non-bedah yang paling sering dilakukan adalah Percutanueous Transluminal Coronary  Angioplasty (PTCA). Tindakan “peniupan” atau “balonisasi” ini bertujuan untuk melebarkan penyempitan pembuluh koroner dengan menggunakan kateter khusus yang ujungnya mempunyai balon. Balon dimasukkan dan dikembangkan tepat ditempat penyempitan pembuluh darah jantung. Dengan demikian penyempitan tersebut menjadi terbuka sehingga aliran darah koroner menjadi lancar kembali.
Gambar 2.     Hasil arteriografi koroner dimana pada gambar kiri dapat dilihat adanya penyempitan arteri koroner (gambar panah) sebelum dilakukan tindakan, sedangkan setelah dilakukan tindakan peniupan dan pemasangan cincin, pada gambar kanan tidak terlihat adanya penyempitan lagi.
Untuk menyempurnakan hasil peniupan ini, kadang diperlukan tindakan lain yang dilakukan dalam waktu yang sama, seperti pemasangan ring atau cincin penyanggah (Stent) untuk menjaga patensi aliran darah koroner, pengeboran kerak di dalam pembuluh darah (Directional Atherectomy).
Pustaka
Chernecky CC, Berger BJ, eds. (2004). Laboratory Tests and Diagnostic Procedures, 4th ed. Philadelphia: Saunders.
Fischbach FT, Dunning MB III, eds. (2004). Manual of Laboratory and Diagnostic Tests, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Handbook of Diagnostic Tests (2003). 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Pagana KD, Pagana TJ (2002). Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory Tests, 2nd ed. St.
Medical Reviewer     Dr. Ketut Rina, Sp. PD, Sp. JP(K), FIHA
Kepala SMF Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Sanglah, Denpasar.