Senin, 31 Desember 2012

Wahyu Kepada Yohanes--(1).


 
WAHYU YESUS KRISTUS

“Inilah Wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi… Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes….”(Wahyu 1:1,2).

Pendahuluan:
   Kitab Wahyu (Revelation) adalah nubuatan penyingkapan.
   Wahyu (Revelation) berasal dari bahasa Yunani: “apokalupsis”, yang secara harfiah berarti: “an unveiling” = membuka tutup.  Jadi Revelation (Wahyu) artinya: “membuka/to clarify”,  “suatu wahyu”.  Nubuatan-nubuatan apokaliptik memberikan kepada kita wahyu-wahyu khusus dari Allah berdasarkan penglihatan-penglihatan yang di ilhamkan dan mimpi-mimpi nabi yang menggunakan simbolisme yang luas.

   Fokus nubuatan apokaliptik ialah mengenai akhir zaman.  Tujuan utama adalah untuk memusatkan perhatian kita kepada peristiwa-peristiwa pada akhir sejarah manusia bilamana bangsa-bangsa dunia akan dihancurkan dan kerajaan Kristus didirikan untuk selama-lamanya.   Tema buku wahyu berpusat pada Kristus.
   Setiap buku dalam Alkitab penting tetapi kitab Wahyu adalah merupakan kitab nubuatan yang terbesar dalam Alkitab, dan kitab ini adalah buku terpenting.   Bagi kebanyakan orang, kitab Wahyu merupakan satu persoalan besar.  Bahasanya yang bersifat nubuat dan lambang-lambangnya yang aneh menantang pengertian, sehingga jutaan orang jadi menyerah tanpa dapat mengertinya.  Banyak orang merasa bahwa kitab wahyu itu cocok hanya untuk masa yang lalu atau untuk masa depan, lagi pula kitab itu bersifat tertutup, atau termeterai dan tidak dimaksudkan untuk dimengerti oleh masyarakat sekarang.  Namun sebenarnya kitab Wahyu bukanlah tertutup atau termeterai.

   Malaekat Allah memerintahkan agar kitab itu jangan dimeteraikan : “Jangan memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini, sebab waktunya sudah dekat” (The time is at hand?).  Apakah artinya the time is at hand (waktunya sudah dekat)?.
    Ilustrasi:
   Berapa jauhkah yang jauh itu dan berapa dekatkah yang dekat itu?.  Kalau kita berada di kampung, jarak 10 km itu tidak jauh.  Sedangkan kalau kita berada di kota, jarak gereja 1 km itu rasanya sudah jauh.  Jika seseorang sibuk terus, tidak terasa waktu itu berlalu dengan cepat tetapi bagi orang malas maka waktu itu terasa lama.

Wahyu adalah kitab yang terbuka.  Kitab itu ditulis khusus untuk sekarang—hari-hari terakhir sejarah dunia ini (Wahyu 22:10-12), dan satu berkat yang sangat istimewa dijanjikan bagi mereka yang mengerti dan memperhatikan nasehat buku/kitab tersebut (Wahyu 1:3; Wahyu 22:7).

   Sesungguhnya kitab Wahyu adalah rangkuman(intisari) dari seluruh isi Alkitab, dimana tema-tema utama Alkitab diulangi untuk menekankan pentingnya suatu kebenaran.  Wahyu dimaksudkan untuk menerangkan, bukan untuk menakut-nakutkan.

Pembahasan:
          PENGARANG/PENULIS :

   Yohaneslah pengarangnya menurut Wahyu 1:4,9; Wahyu 22:8).
   Pada saat ini Yohanes adalah merupakan pimpinan dari ke tujuh jemaat-jemaat di Asia Kecil.

   SIAPAKAH YOHANES ITU?
   Perjanjian Baru menyebut beberapa nama Yohanes :
1.   Yohanes Pembaptis, anak Zakaria dan Elisabet.  Yohanes Pembaptis ini bukanlah penulis kitab Wahyu karena dia telah meninggal pada waktu Kristus masih berada di dunia ini (belum ada buku Wahyu waktu itu).
2.   Yohanes Markus – yang mengikuti Paulus dan Barnabas, anak dari Maria.  Tidak ada tanda-tanda bahwa dia penulis kitab Wahyu, karena cara-cara dan kata-kata yang dipakai pada Wahyu berbeda dengan kata-kata dari Injil Markus (The style is different with the Gospel of Mark).
3.   Yohanes – anak Zebedeus, saudara Yakobus –orang yang sangat senang dekat-dekat kepada Yesus, sehingga dia disebut dengan Yohanes yang kekasih, salah seorang dari ke duabelas murid Yesus.  Pada umumnya banyak orang yang setuju bahwa Yohanes Kekasih inilah pengarang buku Wahyu .

    Yang mengkritik “Johannain authorship” atau yang memberikan argumentasi bahwa pengarang buku Wahyu bukanlah Yohanes ialah DIONYSIUS.(Bapa Gereja yang pertama/The first Church Father) karena :
1.   Bahasanya berbeda dengan Injil Yohanes dan tata bahasanya (grammar nya) juga berbeda.  Kalau betul Yohanes pengarang buku Wahyu, bahasanya harus sama dengan bahasa dalam buku Yohanes.
2.   Istilah-istilah dalam buku Wahyu tidak digunakan dalam buku Yohanes.  Misalnya:  kosmos, “dunia” muncul 79 kali dalam buku Yohanes, tetapi dalam buku Wahyu hanya 3 kali; aletheia, “kebenaran" dalam Yohanes disebut 25 kali, dan dalam Wahyu tidak terdapat samasekali; phos, “terang”, dalam Yohanes 22 kali  dan dalam Wahyu, 3 kali; agapao, “mengasihi”: dalam Yohanes terdapat 37 kali, dalam Wahyu ada 4 kali; pisteuo, “to believe/mempercayai, dalam buku Yohanes terdapat 100 kali, dalam buku Wahyu tidak ada; alla, “tetapi/but” dalam Yohanes lebih dari 100 kali, didalam Wahyu ada 13 kali; enopion, “before” dalam buku Yohanes terdapat hanya satu kali dan dalam Wahyu, ada 36 kali; emos, “mine”, dalam Yohanes ada 42 kali, dalam Wahyu hanya sekali.

Jadi, apakah yang menjadi jawaban kita terhadap kritikan ini?
Jawabnya ialah, bahwa keadaan pada waktu Yohanes ditulis berbeda dengan keadaan pada saat kitab Wahyu ditulis.
   Sebab-sebab hal itu atau bahasa berbeda ialah, karena:
a.    Keadaan yang bertumbuh.
b.   Bergantung juga kepada umur penulis.  Misalnya orang muda beda bila berkhotbah  dibandingkan dengan orang tua.

Pada saat ia(Yohanes Kekasih) menulis buku Wahyu, dia dalam keadaan/ waktu susah dan karena ditulis dalam penjara atau sedang ditawan di Pulau Patmos.  Jadi berbeda pada waktu senang.  Pada waktu senang, kita mungkin bisa menggunakan kamus teman agar tata bahasanya  lebih bagus/indah, tetapi didalam penjara hal itu tidak memungkinkan.  Jadi dia hanya menggunakan bahasa yang di ilhamkan, bahasanya tergantung pada apa yang sudah dikuasainya sendiri dan itulah yang membuat tata bahasanya cendrung tidak begitu teratur.

   Buku Wahyu ditulis di Pulau Patmos (Wahyu 1:9), sekitar tahun 96 sesudah Masehi.  Yohanes tinggal di Epesus dan dari sinilah Kaisar DOMITIAN menangkapnya dan membuangnya ke pulau Patmos.

   Tema buku Wahyu ialah: MEMBUKAKAN MASA DEPAN (To open the future).

KONKLUSI :
   “Kitab Wahyu telah berhasil lolos dari para pencela/pengkritik.  Saat ini kitab itu adalah sebuah karya klasik yang terjamin.  Kitab ini dapat membawa Anda berjalan lebih dekat pada Yesus”.
                                   Jon Paulien, Kabar Baik Dari Patmos, hlm 9.

   Melalui belajar kitab Wahyu, kita dapat menemukan kunci kepada hubungan yang lebih mendalam bersama Yesus dalam kehidupan kita masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA:
1. Materi Kuliah "Revelation", Bandung: Institut Theologia dan Keguruan Advent, 1974.
2. Jon Paulien, Kabar Baik Dari Patmos, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.