Selasa, 26 Februari 2013

Mengalah Untuk Menang.




Pendahuluan:
  
   Penulis teringat pengalaman ketika menjadi Penginjil Literatur Mahasiswa (Student Literature Evangelist) pada tahun 1971  di Jakarta.  Sementara menawarkan sebuah buku dan membuat satu peragaan penjualan di sebuah rumah, keluarga yang dikunjungi langsung marah namun meskipun wanita yang saya temui ketika itu terus marah namun saya tetap diam tanpa merespons emosi marahnya.  Apa yang terjadi kemudian?.  Ternyata, wanita itu akhirnya membeli buku yang saya tawarkan.  Ini adalah hasil daripada MENGALAH UNTUK MENANG.  Perselisihan tidak terjadi dan kita beruntung, buku dibeli, pekabaran kebenaran pun sampai kepada ibu tersebut.

Pembahasan:
   Dalam rumah tangga semboyan ini harus dipraktekkan.  Suami-isteri yang mau mengalah demi keuntungan ke dua belah pihak adalah sangat beruntung.  Sebaliknya suami isteri yang mau menang sendiri tidak akan merasa bahagia.  Bila salah seorang, suami ataupun isteri berkeras kepala, ingin supaya selalu menang dalam segala perdebatan/pertengkaran.  Tentu pada akhirnya rumah tangga mereka akan diselubungi kabut.  Isteri yang ingin berlaku keras dan mau menang, hal ini tentu membuat suami sakit hati, demikian juga sebaliknya kalau sang suami yang berlaku keras dan mau menang, membuat isteri sakit hati.
   Tidak heran kalau kita banyak melihat terjadinya perceraian akibat timbulnya perselisihan-perselisihan/perdebatan.

   Kita perlu ingat bahwa perselisihan-perselisihan/perdebatan tidak akan pernah membawa kebaikan dalam segala hal.  Beberapa keburukan perselisihan dalam rumah tangga :
I.                Perselisihan-perselisihan itu akan membuat suasana rumah tangga jadi keruh dan dapat menggoncangkan sendi-sendi rumah tangga. 

   Perselisihan-perselisihan antara suami-isteri, antara orang tua dan anak bahkan diantara sesama teman—adalah bagaikan duri di atas jalan.
II.              Perselisihan dapat merusak kesehatan tubuh yang bersangkutan.

   Kedongkolan, perasaan kesal yang terus menerus bisa mengakibatkan borok perut, sakit kepala, TBC,  dan lain-lain.
III.             Berjangkitnya penyakit tersebut kepada anak-anak.
  
   Mereka kelak ketularan penyakit lekas marah, yang akan menjadi tembok penghalang dalam kehidupan rumah tangga mereka.

   Bagaimanapun juga sebaiknyalah salah seorang mengalah.  Biarlah masing-masing saling berusaha lebih dahulu mundur teratur.   Bila suhu amarah sudah turun kepada keadaan normal, bolehlah suami-isteri mengutarakan duduk persoalan yang sebenarnya.
   Menurut Psychology : Dalam suhu yang tidak panas, bertukar pikiran lebih berhasil.  Misalnya: Suami boleh terangkan mengapa ia ber-emosi kepada isterinya.  Mungkin terpengaruh kepada kegagalan-kegagalannya di tempat tugas kerja.

   Bagaimana menghindarkan perselisihan?  Disini ada beberapa formulanya antara lain :
1.   Jangan mengadakan interupsi sementara orang lain berbicara.  Emosi seseorang mulai reda setelah sesuatu yang dalam hatinya di utarakan. 
Salah satu cara ahli penyakit jiwa dalam merawat pasiennya adalah dengan: “Mendengarkan pasien itu menceritakan semua penderitaan batinnya sepuas-puasnya.  Dengan demikian pasien akan merasa lega dan rileks”.
2.   Sebelum menjawab, beristirahatlah sebentar agar tidak seperti orang yang bertengkar kedengarannya.  Ini dapat menolong untuk menyejukkan suasana.
3.   Memberikan tanggapan dengan nada yang rendah dan berbicara agak lambat.
   S U A R A : adalah alat penghubung antara manusia:
          -Mencerminkan perasaan-perasaan tentang diri kita sendiri.
          -Dapat mencerminkan keputusasaan, kelemah lembutan atau kemarahan.  Dapat mengakibatkan damai atau perang.  Dapat menyakiti hati isteri atau sebaliknya.
      4. Mengutarakan keterangan dengan cara sederhana tapi jelas.
Ilustrasi :
   Disebuah gereja pernah diadakan Vocal Training.  Untuk hal ini ketua jemaat di gereja tersebut mengundang seorang guru pelatih suara.  Banyak teori yang diberikan dan langsung dipraktekkan.  Yang sangat menarik perhatian adalah bahwa ia menganjurkan supaya memakai suara rendah dalam percakapan di rumah karena hal ini menolong suasana lebih tenang/tentram.
   Suara-suara dengan pitch yang lebih tinggi pada umumnya tercampur dengan kekasaran dan amarah.
AKIBAT-AKIBAT SUARA BERNADA TINGGI :

* Merusak suasana tentram rumah tangga.
* Membuat anak-anak terpengaruh untuk menggunakan suara-suara bernada tinggi itu—yang berarti marah-marah atau paling sedikit seperti orang marah.

   Para ahli imu jiwa telah membuktikan bahwa, jika kita tetap berbicara dengan nada rendah dan lambat maka JARANG MENJADI MARAH.
   Alkitab juga membenarkan hal ini dalam Amsal 15:1 : “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah”.  Terjemahan lama mengatakan: “Bahwa sahut yang lembut itu memadamkan amarah yang bernyala-nyala, tetapi perkataan yang tajam menggalakkan amarah”.

   Jadi kalau menghadapi isteri, suami ataupun orang lain yang hampir marah maka:
·         Rendahkanlah nada suara, dan
·         Berbicaralah agak lambat.
   Saudaraku,…kita sebagai manusia belumlah sempurna dan mungkin sering berbuat kesalahan.  Oleh karena itu dalam perdebatan janganlah berusaha untuk mencapai kemenangan total.
5.   Formula  ke lima untuk menghindarkan perselisihan dalam rumah tangga ialah: Suami dan isteri harus melatih diri berlaku jujur.
-Biasakanlah mengaku silap/salah jika memang demikian.   Mengaku salah kepada yang sangat dicintai sungguh berfaedah karena itu berarti mengusir segala awan gelap yang sedang menudungi rumah tangga sendiri.   Yang sering terjadi adalah masing-masing sama-sama keras.  Mungkin suami berkata dalam hatinya begini: “Sebelum dia bertekuk lutut kepadaku, saya tidak akan berbicara kepadanya”.  Sang isteri juga memiliki sikap yang keras dan tak mau mengalah!.  Akhirnya terjadilah keretakan dalam keluarga.  Janganlah lakukan hal yang demikian!.
      6. PELAJARILAH MEMBUAT HUMOR :
             Banyak kabut perselisihan ataupun perbedaan pendapat dalam rumah tangga dapat di usir oleh suatu humor.
ILUSTRASI :
   Pada suatu kali Winston Churchil, seorang tokoh Amerika yang terkenal dalam sebuah musyawarah parlemennya pada suatu kali menghadapi perdebatan yang sengit.  Dalam suasana serang menyerang satu dengan yang lain, banyak peserta rapat jadi ber-emosi.  Seorang sekretaris dari Winston Churchil pun turut marah.  Dalam keadaan sangat marah sekretaris itu berkata kepada Churchil : “Jika engkau SUAMI SAYA, saya akan berikan kamu racun”.  Dengan tenang Churchil menjawab : “Jika engkau ISTERI SAYA, saya akan minum racun itu”!.  Pada saat itu suasana menjadi berbeda, hadirinpun menjadi tertawa.


KONKLUSI :
1.   Orang yang tidak ada rasa humor, takkan menemukan satupun titik terang dalam suatu situasi yang gelap dan sulit.
2.   Humor memberikan Anda sebuah senjata yang mengena lebih jitu, tetapi membuat lebih sedikit luka yang bernanah daripada senjata lain manapun yang bisa anda gunakan.
3.   Orang yang tidak ada rasa humor lebih lekas marah dibandingkan dengan orang yang ada rasa humor.
                                           W.J. Brown.  
   Marilah kita praktekkan semboyan mengalah untuk menang dan menerapkan ke enam langkah yang kita pelajarai saat ini sebagai  formula untuk menghindarkan terjadinya perselisihan didalam rumah tangga kita masing-masing.    Amin.