“Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus”. (1 Tesalonika 4:7).
Kekudusan (Yunani: hagiasmos) haruslah menandai setiap aspek kehidupan orang-orang Kristen.
I.DOA RASUL PAULUS (1 Tes.4:1,2):
-Agar lebih bersungguh-sungguh : hidup supaya berkenan kepada Allah.
-Mengajak jemaat Tesalonika untuk bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih kepada saudara seiman dan kasih kepada setiap orang. Agar mereka terus bertumbuh dalam kebenaran yang sudah mereka terima dari Paulus, yang Paulus sendiri telah terima dari Kristus sendiri.
Tujuan untuk hidup berkenan kepada Allah adalah: untuk memperoleh persetujuan Allah atas perilaku mereka( should be to gain God’s approval of their conduct.) Rasul Paulus mengajarkan jemaat Tesalonika agar mereka hidup, bukan seperti orang Yahudi pada umumnya yang tidak berkenan kepada Allah dan prinsip Injil sehingga tidak memiliki persetujuan Ilahi secara terus menerus.
II.KEHENDAK ALLAH (1 Tes.4:3)
-Bagi setiap orang percaya di Tesalonika adalah: “kekudusan” atau “pengudusan”. Definisi Kekudusan: “diasingkan untuk suatu maksud khusus”.
Artinya ialah agar setiap umat percaya diharapkan “menjauhi percabulan” atau menghindarkan diri dari hubungan seksual yang tidak bermoral atau yang menyimpang(Yunani: “porneia”, yang mencakup: pornografi,prostitusi, dan hubungan seksual diluar pernikahan).
Perhatian yang utama dalam pelajaran kita saat ini( dalam 1 Tes.4:1-12) adalah berhubungan dengan penyimpangan seks.
Karunia seksualitas adalah bukti kasih Allah bagi kita. Namun, karunia ini sudah disalahgunakan beberapa orang, dan telah mengakibatkan kutuk, berbagai kesedihan dan penderitaan.
Seksualitas manusia merupakan salah satu kekuatan yang paling indah, kuat namun misterius di alam semesta, dapat mengikat pria dan wanita menjadi satu, menciptakan ikatan kasih dan keintiman dan dapat bertahan seumur hidup. Namun sebaliknya, hal itu juga dapat menimbulkan rasa sakit dan penderitaan seumur hidup, ketika hal itu dijadikan menjadi sebuah sarana untuk mengeksploitasi orang lain demi memuaskan hawa nafsu seksualnya. Artinya bahwa hubungan seks itu begitu indah dan sangat berkuasa jika dilakukan dengan benar namun sangat merusak jika disalahgunakan.
Untuk hal ini kita harus mencari bimbingan dari Alkitab, bukan kepada majalah, dari internet atau mencari nasehat dari teman.
III.SOLUSI/PETUNJUK TERHADAP PENYIMPANGAN SEKS:( 1 Tes.4:4,5).
Salah satu tantangan yang dihadapi Paulus saat dia melayani masyarakat yang bukan Yahudi (orang-orang yang tidak mengenal Allah ) adalah masalah amoralitas seksual ( Yunani: Porneia – perilaku penyimpangan seksual yang bertentangan dengan kehendak Allah, termasuk seks pra-nikah, perzinahan,pelacuran, pornografi, dst) dalam dunia kuno.
Seorang pria dalam dunia kafir, dapat memiliki wanita simpanan (hetaera) atau menurut Cicero (Orator ulung) : “hampir tidak ada pantangan terhadap hubungan seks”.
Solusi yang Paulus berikan untuk masalah akibat penyimpangan seksual ialah agar setiap orang harus “memiliki bejananya” sendiri (1 Tes.4:4). Kata bejana disini memiliki arti ganda. Pertama, kebanyakan terjemahan modern memahami bahwa kata “bejana” menyatakan kiasan untuk menyatakan “manusia” (Kisah 9:15; 2 Kor.4:7; 1 Petr.3:7). Kedua, kata Yunani untuk”memiliki” menyatakan proses untuk mendapatkan seorang isteri (Rut 4:10). Dalam hal ini, frase bahwa setiap orang harus “memiliki bejananya sendiri” haruslah diartikan dengan “menguasai dirinya sendiri”.
Dalam terjemahan King James Version(KJV): “That every one of you should know how to possess his vessel in sanctification and honour”. Kata memiliki = mendapatkan. Jika bejana yang dimaksudkan Paulus disini adalah isteri, maka kata “bejana” merupakan ekspresi umum untuk wanita. Sehingga dalam 1 Tes.4:4 dikatakan: “supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan”.
Dia mengatakan bahwa setiap orang harus mengusahakan pernikahan yang terhormat untuk menghindari pergaulan seks bebas. Mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. (1 Kor.7:2).
Karena dikatakan selanjutnya dalam 1 Tes.4:5 “bukan didalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah”(bangsa-bangsa lain)
Artinya agar orang-orang Kristen janganlah berperilaku seperti orang yang tidak beragama. Norma yang diterima oleh masyarakat luas tidaklah serta merta menjadi norma yang dapat kita terima. Seks itu suci, dikuduskan untuk pernikahan seorang pria dan seorang wanita.
Paulus mengatakan dalam 1 Tes.4:4,5 bahwa konteks yang benar untuk hubungan seks adalah dalam pernikahan, bahkan dalam pernikahan itupun, hubungan seks harus dilakukan dibawah pengendalian diri dan “rasa hormat”.
Poin utama disini adalah bahwa seks itu hanya untuk mereka yang sudah dipersatukan dalam pernikahan dan meskipun dalam pernikahan, perilaku seks harus dinyatakan dalam kekudusan dan rasa hormat.
Pernikahan merupakan ikatan yang suci di mana seorang pria dan seorang wanita datang bersama-sama dalam keintiman seksual yang dapt memuliakan Allah dan juga bertujuan untuk saling membangun satu sama lain.
IV.MENURUTI RENCANA ALLAH(1 Tes.4:6-8)
Larangan Alkitab tentang hal ini adalah untuk melindungi kita dari kerusakan fisik dan emosi yang timbul akibat amoralitas seksual.
Melakukan hal itu adalah dosa terhadap orang itu tetapi juga terhadap Allah (Kejadian 39:9). Mereka yang mengabaikan ajaran Alkitab mengenai hal ini bukan saja menolak ajarannya, namun juga menolak PANGGILAN ALLAH bahkan ALLAH itu sendiri (1 Tes.4:8).
Sebaliknya, pada saat kita mengikuti rencana .Allah, seks menjadi ilustrasi yang indah tentang kasih yang rela berkorban seperti yang Allah telah nyatakan pada kita dalam Kristus. Itu adalah pemberian Allah dan, dinikmati sesuai dengan kehendak Allah bagi kita, itu dapat menyatakan kasih yang Allah miliki untuk manusia dan menggambarkan kedekatan yang Dia inginkan dengan umat-Nya.
V.NASEHAT UTK MENGUATKAN IMAN ORANG LAIN:(1 Tes.4:9-12)
Rasul Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika tentang apa yang mereka telah ketahui dari hal kasih persaudaraan (Philos- ayat 9). Phileo = Cinta untuk saudara sedarah, dan gereja memperluas artinya mencakup kasih bagi sesama saudara seiman.
Juga nasehat sehubungaan dengan bisnis dan pekerjaan didalam konteks perkotaan. Karena di jemaat Tesalonika ada sekelompok orang yang malas dan suka mengganggu orang lain. Oleh karena semangat akan kedatangan Yesus yang keduakali menyebabkan beberapa anggota jemaat meninggalkan pekerjaannya dan bergantung pada tetangga yang bukan Yahudi (Menjadi beban bagi orang lain atau malas bekerja.).
Solusi yang ditawarkan Rsl. Paulus adalah dalam 1 Tes.4:11 - mendorong mereka untuk hidup tenang yang mencakup: mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangannya (tidak malas). Artinya zaman sekarang; “Carilah nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan diri sendiri sambil menabung sedikit untuk menolong mereka yang membutuhkan”.
Kesimpulan:
Dalam dunia yang sudah diserang wabah nafsu dan penyimpangan seksual yang tidak terkendali, Allah rindu agar para pengikutNya menghidupkan suatu kehidupan yang suci secara seksual dan dapat menguatkan iman kerohanian orang lain.
Jon Paulien, Pelajaran Alkitab: 1 dan 2 Tesalonika.
==============================================================