Jumat, 12 Juli 2013

DOA, SARANA KOMUNIKASI ILAHI.



"DOA: DENYUT KEBANGUNAN ROHANI"

PENDAHULUAN
 Allah menjawab doa. Dikisahkan tentang seorang kakek dan seorang nenek penghuni sebuah rumah jompo Kristen yang pada pagi itu berdoa dengan bersungguh-sungguh untuk suatu hal pribadi yang penting. Kakek dan nenek ini tampaknya sedang bergumul dengan daya ingat mereka berhubung usia yang sudah lanjut. Beberapa menit setelah berdoa, kakek yang telah berdandan cukup rapi itu sudah berdiri mengetuk pintu kamar si nenek. Setelah menyapa selamat pagi dengan senyum malu-malu kakek itu berkata, "Ehm, maaf ya kalau mengganggu. Tapi saya cuma mau pastikan, apakah pinangan saya tadi malam kamu terima? Soalnya, saya lupa." Mendengar perkataan kakek itu si nenek menyahut setengah berseru, "Puji Tuhan! Saya juga lupa, tadi malam siapa yang sudah melamar saya. Untung sekarang kamu datang!"
 Tentu saja tidak setiap doa dijawab sesuai dengan harapan kita dan dalam tempo yang begitu cepat, tapi yang pasti Tuhan menjawab doa yang sederhana sekalipun. Namun tidak semua doa yang tidak dijawab itu hasilnya mengecewakan. Dalam Alkitab ada dua orang nabi yang doa mereka tidak dijawab oleh Tuhan, tapi akibatnya justeru membahagiakan bagi mereka. Ayub berdoa, "Mengapa aku tidak mati dalam rahim ibu, atau putus nyawa pada saat kelahiranku?" (Ay. 3:11). Kita tahu dia berharap untuk mati setelah musibah menimpanya berturut-turut. Seandainya Tuhan telah menjawab doanya waktu itu tentu dia tidak pernah menikmati berkat-berkat yang lebih besar lagi di kemudian hari. Elia berdoa, "Saya tidak tahan lagi, TUHAN...Ambillah nyawa saya. Saya tidak lebih baik dari leluhur saya!" (1Raj. 19:4, BIMK). Dia berdoa demikian karena takut pada Izebel yang hendak membunuhnya setelah peristiwa di gunung Karmel. Sekiranya Tuhan sudah menjawab doanya saat itu, mungkin sekarang dia tidak berada di surga tapi terbaring dalam kubur.
 Allah tahu apa yang terbaik bagi kita dan menjawab semua doa kita sesuai dengan hikmat-Nya, bukan menurut keinginan kita yang dapat mencelakakan. Tuhan Yesus berkata, "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya" (Mat. 7:11). Ayat inti pelajaran pekan ini memberi suatu jaminan kepada setiap orang yang memohon sesuatu dalam doa bahwa Tuhan akan memenuhi permintaan kita melebihi orangtua duniawi kita, sebab Dia lebih tahu apa yang terbaik untuk kita.
 Semasa hidup-Nya di atas bumi ini Yesus tidak pernah putus berdoa kepada Bapa-Nya, bukan untuk kebutuhan-kebutuhan lahiriah melainkan terutama demi kebutuhan rohaniah sehubungan dengan missi-Nya di dunia ini. Oh ya, Yesus juga berdoa supaya ada cukup makanan, tetapi bukan untuk diri-Nya melainkan demi keperluan orang banyak ketika Dia mendoakan lima potong roti dan dua ekor ikan untuk memberi makan lebih dari 5000 orang. Dalam doa-doa pribadi, Yesus lebih terfokus pada kebutuhan rohaniah. "Kehidupan Yesus yang penuh doa itu menyingkapkan suatu kebergantungan yang tetap pada Bapa semawi-Nya. Kitab-kitab injil memberikan kepada kita pandangan sekilas dari sumber kekuatan rohani-Nya. Hanya dengan memohon kepada Bapa di atas lutut-Nya saja Juruselamat itu menerima kekuatan-Nya yang terbesar" [alinea kedua]
1.   KETELADANAN RASUL-RASUL (Doa dan Kebangunan Rohani dalam kitab Kisah Para Rasul)
 Kebangunan rohani dan pertumbuhan gereja. Segera setelah Yesus terangkat ke surga di Bukit Zaitun, murid-murid dan para pengikut Kristus kembali ke dalam kota Yerusalem yang jaraknya sekitar satu jam berjalan kaki (Kis. 1:12, BIMK). "Seperjalanan Sabat jauhnya" (versi TB) adalah jarak yang diperbolehkan bagi orang Yahudi untuk berjalan kaki pada hari Sabat, yang tidak lebih dari satu jam. Setibanya di rumah tempat mereka menginap murid-murid langsung naik ke ruang atas untuk berdoa (ay. 13), dan berdoa adalah satu-satunya aktivitas mereka selama beberapa hari ke depan bersama beberapa orang wanita dan keluarga Yesus (ay. 14). Pada waktu itu juga mereka mengadakan konsolidasi di mana sekitar 120 orang pengikut Kritus berkumpul (ay. 15), dan di situlah Matias terpilih untuk menggantikan Yudas Iskariot (ay. 26).
   Setelah beberapa hari bertekun dalam doa para pengikut Kristus itu mengalami kebangunan rohani. Tidak ada kebangunan rohani dapat terjadi tanpa melalui doa, bahkan doa adalah prasyarat bagi kebangunan rohani. Setelah itu, pada hari Pentakosta, mereka semua memperoleh kecurahan Roh Kudus yang membuat mereka dapat menginjil dengan penuh kuasa. Hari Pentakosta merupakan tonggak sejarah penting dalam sejarah pertumbuhan gereja mula-mula ketika orang-orang Kristen itu "semua dikuasai oleh Roh Allah" (Kis. 2:4, BIMK). 
 "Umat percaya dalam Kisah Para Rasul dipenuhi dengan kuasa dari atas. Roh Kudus telah dicurahkan dengan cara yang nyata. Banyak hati terjamah, kehidupan diubahkan. Injil menembus tempat-tempat yang paling sulit dan ribuan orang ditobatkan...Estimasi terbaik ialah di akhir abad pertama terdapat sedikitnya satu juta orang Kristen di seluruh Kekaisaran Romawi. Berdasarkan ukuran apapun pertumbuhan ini luar biasa" [alinea pertama: empat kalimat pertama dan dua kalimat terakhir].
 Apa rahasia kesuksesan penginjilan oleh gereja yang mula-mula? Inilah beberapa kunci keberhasilan mereka: 1. Kuasa Roh Kudus turun atas mereka (Kis. 1:8); 2. Mereka semua sehati dan bertekun dalam doa bersama (Kis. 1:14); 3. Jemaat tekun belajar Alkitab dari para rasul dan berdoa bersama (Kis. 2:42); 4. Mereka memberitakan injil dan bersaksi tentang kebangkitan Yesus dengan berani (Kis. 4:31, 33); 5. Jemaat mengangkat orang-orang yang dikhususkan untuk pelayanan Firman (Kis. 6:3-4).
 Kesibukan menjadi kendala. Sebagai gereja yang sudah berpengalaman berabad-abad, ditambah dengan berbagai metode dan strategi penginjilan baru sebagai hasil dari kajian missiologi, seharusnya penginjilan dewasa ini jauh lebih berdayaguna ketimbang pada abad-abad permulaan itu. Dunia memang sudah berubah, dan berbagai faktor eksternal menjadi penghambat utama dalam penginjilan, utamanya di tempat-tempat yang masyarakatnya antipati terhadap Kekristenan. Tetapi penginjilan juga bisa terkendala oleh faktor internal, antara lain "kesibukan" para anggota jemaat.
 Seperti yang dikeluhkan oleh Reuben Archer Torrey (1856-1928), evangelis Amerika yang pernah bergabung dalam usaha penginjilan bersama evangelis kenamaan Amerika lainnya, Dwight L. Moody (1837-1899). Perihal kesibukan umat Tuhan ini Torrey menulis, "Kita terlalu sibuk untuk berdoa dan karena itu kita terlalu sibuk untuk memperoleh kuasa. Kita mempunyai banyak sekali aktivitas, tetapi sedikit yang kita capai; banyak pelayanan tapi sedikit pertobatan, banyak perlengkapan tapi sedikit hasil" [alinea kedua: dua kalimat terakhir].
 Pena inspirasi menulis: "Mengapa riwayat pekerjaan murid-murid, sementara mereka bekerja dengan kegairahan yang suci serta disemangati dan diberdayakan oleh Roh Kudus, itu dicatat kalau bukan supaya dari catatan ini umat Tuhan sekarang ini harus terilhami untuk bekerja dengan tekun bagi Dia? Apa yang Tuhan lakukan bagi umat-Nya pada waktu itu sama pentingnya, bahkan lebih penting lagi, dengan yang Ia lakukan bagi umat-Nya sekarang ini. Semua yang rasul-rasul itu lakukan harus dilakukan oleh setiap anggota jemaat saat ini. Dan kita harus bekerja dengan semangat yang lebih besar lagi, untuk ditemani oleh Roh Kudus dalam ukuran yang lebih besar, sementara kejahatan yang meningkat menuntut seruan pertobatan yang lebih tegas lagi" (Ellen G. White, Review and Herald, 13 Januari 1903).
 Apa yang kita pelajari tentang keteladanan rasul-rasul dalam hal berdoa dan kebangunan rohani?
1. Ada hubungan kasuistik antara berdoa dan kebangunan rohani jemaat dengan pertumbuhan gereja, di mana jemaat yang tekun berdoa dan kerohaniannya telah dibangunkan kembali akan beroleh kuasa untuk menarik banyak jiwa baru masuk ke dalam gereja.
2. Alkitab mencatat bahwa para pengikut Kristus yang mula-mula itu berkumpul bersama-sama untuk berdoa dengan tekun. Menurut anda, apakah acara "malam permintaan doa" pada setiap Rabu malam itu sudah cukup representatif untuk doa bersama seperti yang dilakukan jemaat di Yerusalem itu?
3. Sibuk adalah ciri manusia moderen yang hidup dalam dunia yang bergerak cepat. Kesibukan sering dikaitkan dengan status sosial sehingga seseorang yang sibuk merasa sebagai orang penting yang produktif. Tapi kesibukan bisnis mestinya mendorong kita untuk berdoa, bukannya menjauhkan kita dari doa.
2. BERDOA SEBAGAI GAYA HIDUP (Kehidupan Doa Yesus)
 Mencontoh dari Yesus. Pada prinsipnya berdoa dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, terutama apabila kita berada dalam suatu situasi yang menghendaki kita untuk segera melayangkan doa kepada Tuhan. Ada orang yang menjulukinya "doa dadakan." Bagi orang-orang yang biasa berdoa sebelum makan tentu akan berdoa di tempat dan saat hendak bersantap. Kita berdoa untuk mengucap syukur dan memohon berkat atas makanan itu. Umumnya orang Amerika menyebut doa waktu makan itu "saying grace" (doa syukur).
 Doa waktu makan, doa saat hendak mengadakan suatu perjalanan, doa ketika hendak meninggalkan rumah maupun tiba di rumah, semua itu merupakan kebiasaan yang baik. Namun meskipun itu adalah bagian dari gaya hidup Kristiani, tapi jika seseorang hanya berdoa pada waktu-waktu tersebut saja maka orang itu tidak dapat dikatakan sudah mengamalkan gaya hidup berdoa. Sebab doa-doa pendek seperti itu, yang memang harus dibiasakan, dapat anda lakukan dengan orang-orang lain ketika berada pada momentum yang sama. Sedangkan doa yang bersifat pribadi hanya melibatkan diri anda sendiri dengan Tuhan dalam suatu suasana yang akrab di mana anda bebas mencurahkan segala isi hati. Untuk doa pribadi demikian seseorang perlu mengasingkan diri, dan biasanya sudah ditentukan waktu dan tempat tertentu untuk doa privat yang terjadwal, sendirian dalam keheningan.
 Selama hidup di dunia ini Yesus Kristus mempunyai kebiasaan untuk berdoa sendiri di tempat yang terasing. "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana" (Mrk. 1:35). Bahkan tatkala orang banyak mencari Dia untuk mendapatkan pelayanan penyembuhan, tetapi ketika tiba waktu untuk doa pribadi Yesus "mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi untuk berdoa" (Luk. 5:16). Murid-murid juga sering menemukan Guru mereka itu sedang berdoa sendirian di suatu tempat terasing (Luk. 9:18).
 Untuk apa Yesus berdoa sendirian? "Bukan untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk orang-orang lain Ia hidup dan berpikir dan berdoa. Dari jam-jam yang dihabiskan bersama Allah Ia tampil pagi demi pagi untuk membawa terang surga kepada manusia. Tiap-tiap hari Ia menerima suatu baptisan segar dari Roh Kudus. Pada jam-jam awal dari hari yang baru Tuhan membangunkan Dia dari tidur-Nya, dan jiwa-Nya serta bibir-Nya diurapi dengan rahmat supaya Ia bisa berikan kepada orang-orang lain" [alinea pertama: empat kalimat terakhir].
 Bagaimana Yesus berdoa. Pada ayat-ayat berikut kita menemukan hal-hal yang Yesus doakan. Pertama, Ia mendoakan persatuan di antara murid-murid-Nya. "Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa. Aku juga berdoa untuk orang-orang yang akan percaya kepada-Ku oleh kesaksian mereka ini. Aku mohon, Bapa, supaya mereka semua menjadi satu, seperti Bapa bersatu dengan Aku, dan Aku dengan Bapa...Maka dunia akan tahu bahwa Bapalah yang mengutus Aku, dan bahwa Bapa mengasihi mereka seperti Bapa mengasihi Aku" (Yoh. 17:20-23, BIMK). Perhatikan, Yesus menyinggung soal hubungan antara persatuan dengan legitimasi sebagai utusan Allah.
 Kedua, Yesus mendoakan keteguhan iman dari murid-murid-Nya. Kepada Petrus--yang juga disebut Simon--Yesus berdoa: "Simon, Simon, dengarkan! Iblis sudah diberi izin untuk menguji kalian; seperti gandum dipisahkan dari kulit sehingga yang baik dipisahkan dari yang buruk. Tetapi Aku sudah berdoa untuk engkau, Simon, supaya imanmu jangan luntur. Dan kalau engkau sudah kembali kepada-Ku, engkau harus menguatkan saudara-saudaramu" (Luk. 22:31-32, BIMK). Perhatikan, Yesus menyebutkan soal tanggungjawab rohani di mana seorang yang sudah dikuatkan imannya wajib menguatkan pula saudara-saudaranya seiman.
 Ketiga, Yesus mendoakan missi-Nya di dunia ini. "Sesudah itu Yesus pergi dengan pengikut-pengikut-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Di sana Ia berkata kepada mereka, 'Duduklah di sini sementara Aku pergi berdoa'...Kemudian Yesus pergi lebih jauh sedikit, lalu Ia tersungkur ke tanah dan berdoa. 'Bapa,' kata-Nya, 'kalau boleh, jauhkanlah daripada-Ku penderitaan yang Aku harus alami ini. Tetapi jangan menurut kemauan-Ku, melainkan menurut kemauan Bapa saja'...Sekali lagi Yesus pergi berdoa, kata-Nya, 'Bapa, kalau penderitaan ini harus Aku alami, dan tidak dapat dijauhkan, biarlah kemauan Bapa yang jadi'...Sekali lagi Yesus meninggalkan mereka dan untuk ketiga kalinya berdoa dengan mengucapkan kata-kata yang sama" (Mat. 26:36-44, BIMK). Perhatikan, dalam menyampaikan permohonan-Nya selalu Yesus meminta agar kehendak Bapa yang jadi.
 "Doa merupakan bagian penting dari kehidupan Yesus. Itu adalah garis hidup-Nya kepada Bapa. Tiap-tiap hari Sang Juruselamat memperbarui hubungan-Nya dengan Bapa-Nya melalui doa. Kehidupan doa Yesus memberikan kepada-Nya keberanian dan kekuatan untuk menghadapi godaan-godaan musuh. Ia keluar dari suasana doa ini dengan suatu komitmen mendalam untuk melaksanakan kehendak Bapa" [alinea terakhir: lima kalimat pertama].
 Apa yang kita pelajari tentang kehidupan doa dari Yesus Kristus? 
 1. Kehidupan Yesus Kristus di dunia ini adalah kehidupan yang berselimutkan doa. Kalau Yesus, Anak Allah dan Juruselamat dunia, perlu menyediakan waktu setiap hari untuk berdoa, apalagi anda dan saya sebagai manusia berdosa? 
2. Keteladanan Yesus dalam hal berdoa bukan saja bahwa Dia menyediakan waktu yang tetap setiap hari, tapi Dia juga memberi teladan dalam hal bagaimana harus melayangkan doa pribadi dan apa saja yang perlu didoakan. Doa pribadi tidak berarti kita hanya mendoakan kepentingan diri sendiri saja.
3. Doa pribadi adalah waktu istimewa yang kita sediakan untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Saat-saat doa pribadi merupakan "waktu yang berkualitas" (quality time) untuk kita bercengkerama dengan Bapa semawi, ketika Ia mendengarkan kita berbicara dan kita mendengarkan Ia berbisik ke dalam sanubari kita.
3. DOA YANG TERJAWAB (Berdoa Bersama-sama)
 Kuasa dalam doa bersama. Lirik sebuah lagu rohani berbunyi, Allah itu hanya sejauh doa. Doa adalah satu-satunya sarana untuk menghampiri Tuhan dan berbicara kepada-Nya, baik melalui kata-kata yang terucap dengan bibir maupun yang hanya tercetus dalam hati. Berdoa bukanlah semata-mata kesempatan untuk mengajukan sebuah "daftar tuntutan" kepada Bapa yang telah berjanji untuk menjawab doa kita, tetapi memang ada kuasa dalam doa. Khususnya dalam doa bersama terdapat suatu kuasa yang istimewa. Tentu Yesus tidak mengajak tiga murid yang paling akrab dengan-Nya untuk menemani Dia di Taman Getsemane oleh sebab Yesus takut sendirian di tempat yang sepi pada tengah malam buta, melainkan karena hendak mengajak mereka untuk mengadakan doa bersama ketika Dia menghadapi situasi paling kritis dalam hidup-Nya di atas bumi ini. "Meskipun Yesus sering menggunakan waktu sendirian dalam berdoa, ada berbagai kesempatan bilamana Ia mendorong murid-murid-Nya yang paling dekat untuk berdoa dengan Dia...Ada kuasa yang luar biasa dalam doa bersama" [alinea pertama: kalimat pertama dan terakhir].
 Bukankah sebelumnya Yesus pernah menegaskan kepada murid-murid itu, "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat. 18:19-20)? Sering kita hanya mengutip ayat 20 saja secara terpisah dari ayat 19 sehingga kehilangan konteksnya yang asli perihal berdoa, dan hanya menekankan anak kalimat "di mana dua atau tiga orang berkumpul" semata-mata untuk membenarkan sebuah pertemuan yang diklaim telah diadakan "dalam nama-Nya." Sejatinya kedua ayat ini merupakan satu paket yang secara eksplisit berbicara tentang kehadiran Tuhan di tengah-tengah dua atau tiga orang yang berkumpul untuk berdoa meminta sesuatu kepada-Nya!
 "Janji tersebut telah dibuat dengan syarat bahwa doa-doa dari umat-Nya yang bersatu dilayangkan, dan dalam menjawab doa-doa ini bisa diharapkan suatu kuasa yang lebih besar daripada yang datang dalam jawaban kepada doa pribadi. Kuasa yang diberikan itu akan sebanding dengan persatuan dari anggota-anggota dan dengan kasih mereka terhadap Tuhan dan satu sama lain" [alinea kedua; huruf miring ditambahkan].
 Doa bersama yang menyelamatkan Petrus. Herodes Agripa I adalah cucu dari Herodes yang Agung yang memerintah pada saat Yesus lahir, dan kita tahu tentang kekejamannya (Mat. 2:1-16). Pamannya, yakni Herodes Antipas, adalah penguasa yang turut berperan dalam penyaliban Yesus (Luk. 23:17-21). Setelah Yesus naik ke surga dan pekerjaan injil dilanjutkan oleh murid-murid, Herodes Agripa I meneruskan sikap kebencian keluarganya terhadap Yesus dan semua yang berkaitan dengan-Nya. Dia baru saja memerintahkan pembunuhan terhadap Yakobus, salah satu dari murid terdekat Yesus, yang dengan demikian telah menjadikannya syuhada pertama dari antara keduabelas murid Yesus (Kis. 12:1-2), dan sekarang dia mengincar nyawa Petrus (ay. 3).
 Sesungguhnya, Petrus sudah siap mati syahid. Tetapi jemaat yang belum siap kehilangan sokoguru Gereja ini, dan Tuhan pun belum mengizinkan kematian Petrus karena tugasnya belum selesai. Maka pada malam itu seorang malaikat diutus untuk membebaskannya dengan cara yang ajaib. Ketika sadar bahwa dirinya benar-benar sudah berada di luar penjara yang dijaga sangat ketat itu, murid pemberani itu menuju ke rumah ibu dari mendiang Yakobus dan Yohanes, saudaranya. Tampaknya Petrus tahu bahwa di rumah itulah rekan-rekannya selalu berkumpul pada malam hari. "Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa" (Kis. 12:12).
 Tragisnya, ketika seorang hamba perempuan yang mendengar ketukan di pintu memberitahukan kepada mereka yang sedang berkumpul itu bahwa Petrus datang, mereka semua tidak percaya. "Kamu mengigau, itu malaikatnya" kata mereka memarahi Rode yang saking kagetnya lupa membukakan pintu (ay. 15). Tradisi Yahudi percaya bahwa setiap orang mempunyai "malaikat penjaga" yang menemaninya sepanjang hidupnya, dan mereka menyangka yang datang itu adalah malaikat penjaga Petrus. Pada malam itu jemaat sedang mengadakan doa bersama demi keselamatan Petrus, tetapi mereka tidak menyangka sama sekali bahwa Tuhan bisa menjawab doa mereka sesegera itu. "Tetapi Petrus terus-menerus mengetuk dan ketika mereka membuka pintu dan melihat dia, mereka tercengang-cengang" (ay. 16).
 Apa yang yang kita pelajari tentang kuasa istimewa dalam doa bersama?
1. Tuhan menjawab setiap doa, tetapi doa bersama memiliki kuasa yang istimewa oleh karena doa bersama menandakan suatu keadaan yang mendesak dari permohonan itu. Memang, Allah lebih tahu urgensi sesuatu permohonan dalam doa, tetapi Ia menghargai kekompakan hati umat-Nya.
2. Kita sudah terbiasa dengan doa bersama, khususnya yang diadakan pada setiap Rabu malam yang kita sebut "malam permintaan doa." Pertanyaannya, apakah kita sudah mengoptimalkan kesempatan doa bersama ini untuk dengan sungguh-sungguh mendoakan hal-hal yang sangat penting dan mendesak?
3. Gereja harus lebih sering dan serius mengadakan doa bersama dengan tetap menjaga keistimewaannya. Seringkali keistimewaan doa bersama "diremehkan" dengan permintaan-permintaan sepele, untuk hal-hal yang terlalu bersifat pribadi dan tidak mencerminkan kebutuhan jemaat.
4. KEBEBASAN UNTUK BERDOA (Kebebasan Kita)
 Kebergantungan pada Tuhan. Berdoa menandakan kebergantungan kita pada Tuhan. Semua manusia bergantung pada-Nya untuk kehidupan, pemeliharaan, berkat jasmani dan rohani, rahmat, pengampunan dosa dan keselamatan. Sebagian orang mungkin menyangka bahwa mereka bisa hidup mandiri dan "berdikari" (berdiri di atas kaki sendiri), tetapi sesungguhnya tidak. Mereka hanya tidak mau mengakui kebergantungan itu, bukan karena mereka benar-benar tidak memerlukan Tuhan. Pengakuan kita akan kebergantungan pada Tuhan menjadi dasar dari hubungan kita dengan Tuhan. Seperti yang diutarakan oleh raja Daud dalam Mazmur 86 yang antara lain berkata: "Jagalah hidupku, sebab Engkau mengasihi aku, selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu. Engkaulah Allahku, kasihanilah aku ya TUHAN, sebab sepanjang hari aku berdoa kepada-Mu" (ay. 2-3, BIMK).
 Tetapi manusia memiliki kebebasan untuk mengakui atau tidak akan kebergantungan mereka pada Tuhan. Ironisnya, tidak semua orang yang telah mengecap berkat-berkat pemeliharaan Allah mau mengakui kebergantungan mereka pada-Nya. Bahkan untuk menunjukkan sikap penolakan itu mereka sengaja mengabaikan Tuhan, seperti yang dituturkan oleh pemazmur lain: "Berulang kali mereka mencobai Allah, menyakiti hati Yang Kudus dari Israel. Mereka tidak ingat kepada kekuasaan-Nya, kepada hari Ia membebaskan mereka dari pada lawan" (Mzm. 78:41-42).
 "Dalam doa kita dengan bebas mengakui kebergantungan kita sepenuhnya pada Allah dan memberi Dia kebebasan untuk campur tangan dalam kehidupan kita. Kian sering kita berdoa semakin kita mengakui semua kecukupan yang dari pada-Nya. Bilamana kita berdoa, Roh Kudus-Nya menyiapkan hati kita untuk semakin menerima Dia. Lebih banyak kita berdoa, semakin kita mengizinkan Roh Kudus 'menyalibkan' keinginan-keinginan kita yang jahat. Dalam peperangan besar antara yang baik dan yang jahat, doa memungkinkan Allah bekerja lebih manjur lagi dalam hidup kita" [alinea ketiga].
 Berperang dalam kuasa Allah. Suka atau tidak, sadar atau tidak, setiap orang mempunyai "peperangan" yang mau tak mau harus dihadapinya; bukan peperangan fisik tapi peperangan batin. Rasul Paulus menulis: "Kami memang masih hidup di dalam dunia, tetapi kami tidak berjuang berdasarkan tujuan duniawi. Senjata-senjata yang kami gunakan di dalam perjuangan kami bukannya senjata dunia ini, tetapi senjata-senjata Allah yang berkuasa. Dengan senjata-senjata itu kami menghancurkan pertahanan-pertahanan; kami menangkis perdebatan-perdebatan dan mendobrak benteng-benteng kesombongan yang dibangun untuk menentang pengetahuan tentang Allah. Kami menawan pikiran orang-orang dan membuat mereka takluk kepada Kristus" (2Kor. 10:3-5, BIMK; huruf miring ditambahkan).
 Rasul Paulus menyebut tentang dua jenis "senjata" yang tersedia untuk digunakan oleh manusia, tergantung pilihan dan sikap masing-masing orang. Karena sang rasul sedang berbicara tentang perang batin, bukan perang fisik "berdasarkan tujuan duniawi," maka yang dimaksudkannya dengan "senjata dunia ini" bukanlah persenjataan fisik seperti pedang dan tombak yang lazim digunakan dalam perang zaman dulu, melainkan akal bulus dan tipu daya sebagai "senjata" untuk mencapai tujuan duniawi. Paulus tidak mengandalkan persenjataan duniawi seperti itu, melainkan "senjata-sejata Allah yang berkuasa" yang diperolehnya melalui Roh Kudus. Ini bukan yang pertama kali sang rasul bertutur perihal senjata rohani. Ketika menulis kepada jemaat di Efesus, Paulus juga menekankan pentingnya umat Tuhan memperlengkapi diri dengan senjata ilahi. "Pakailah seluruh perlengkapan perang yang diberikan Allah kepadamu, supaya kalian dapat bertahan melawan siasat-siasat yang licik dari Iblis. Sebab kita berjuang bukannya melawan manusia, melainkan melawan kekuatan segala setan-setan yang menguasai zaman yang jahat ini. Kita melawan kekuatan roh-roh jahat yang menguasai ruang angkasa" (Ef. 6:11-12, BIMK).
 "Sebagai umat Masehi Advent Hari Ketujuh, kita memahami kenyataan tentang peperangan besar antara Kristus dan Setan. Kita tahu bahwa hal itu nyata dan bahwa kita semua terlibat di dalamnya. Tinggalkan salah satu, maka kita akan sia-sia melawan Setan. Satu-satunya pengharapan kita ialah hubungan kita dengan Yesus, dan inti dari hubungan itu adalah kehidupan doa kita--sebuah senjata rohani untuk peperangan rohani, suatu senjata yang tak satu pun dari kita bisa berbuat apa-apa tanpa itu. Kalau Yesus perlu berdoa, betapa lebih lagi kita, bukan?" [alinea keempat].
 Apa yang kita pelajari tentang kebebasan kita dalam hal berdoa?
1. Berdoa itu merupakan ungkapan kebebasan pribadi seseorang, sebab berdoa adalah pilihan. Dalam keadaan yang paling sulit dan tertekan sekalipun anda tidak dipaksa untuk berdoa, kalau anda tidak mau. Hanya iman dan kesadaran yang mendorong seseorang untuk berdoa.
2. Karena berdoa memperlihatkan kebergantungan kita pada Tuhan maka sepatutnya kita terus "berdoa senantiasa" (1Tes. 5:17, BIMK). Tidak ada satu jangka waktu tertentu ketika umat percaya tidak bergantung pada Tuhan, oleh sebab itu tidak ada satu masa tertentu di mana kita tidak perlu berdoa.
3. Keselamatan adalah anugerah Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan hasil dari usaha pribadi melalui penurutan hukum Allah. Namun anugerah keselamatan itu harus dipertahankan, dan untuk mempertahankannya kita harus berjuang. Perjuangan yang berhasil adalah perjuangan dengan doa.
5. KIAT UNTUK DOA YANG BERHASIL (Doa yang Efektif)
 Bukan sikap tubuh, tapi hati. Banyak di antara kita yang menganggap bahwa bertelut adalah sikap tubuh yang paling pantas saat berdoa, tetapi sesungguhnya Alkitab tidak mengajarkan sikap tubuh yang spesifik ketika seseorang hendak berdoa. Kitabsuci mencatat beberapa sikap tubuh yang berbeda-beda ketika seseorang berdoa. Eliezer, hamba kepercayaan Abraham, berdoa sambil berdiri (Kej. 24:12-14); Salomo berdoa dengan cara bertelut sambil menadahkan tangan ke atas (1Raj. 8:54), dan pernah juga sembari berdiri dan menadahkan tangan ke langit (1Raj. 8:22); orang Israel berlutut sembari menyembah (Kel. 4:31); Yosafat dan bangsa Yehuda berlutut sampai muka mencium tanah (2Taw. 20:18); Hizkia yang sedang sakit berdoa sambil tidur (2Raj. 20:2); Daniel berlutut sembari berkiblat ke Bait Suci Yerusalem (Dan. 6:11); Paulus menyebut tentang berdoa dengan menadahkan tangan (1Tim. 2:8); Tuhan Yesus berdoa sambil menengadah ke langit (Yoh. 17:1), dan juga bersujud (Mat. 26:39). Semua doa itu didengar dan dijawab Tuhan.
 Yesus mengajarkan bahwa ketika berdoa "janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan" (Mat. 6:7). Selain itu, "Jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di surga mengampuni kesalahan-kesalahanmu" (Mrk. 11:25). Ini menunjukkan bahwa sikap hati saat berdoa adalah lebih penting daripada sikap tubuh. Yesus juga telah mengajarkan kepada murid-murid-Nya yang ingin belajar tentang cara berdoa (Luk. 11:1) dengan mendiktekan apa yang lazim kita sebut sebagai Doa Tuhan Yesus (Mat. 6:9-13). Dalam "doa model" ini kita dapat menemukan struktur sebuah doa yang sempurna.
 "Ada banyak cara yang efektif untuk berdoa. Sebagian orang mendapatkan manfaat untuk bertelut di hadapan Allah dengan Alkitab mereka terbuka. Lalu mereka membaca beberapa ayat dan membicarakan dengan Allah mengenai apa yang sedang mereka baca itu...Lain orang telah menemukan bahwa waktu berdoa mereka yang paling berarti adalah sendirian dengan Allah dalam suasana alamiah yang teduh. Sementara yang lain sudah menggabungkan bernyanyi dan berdoa" [alinea pertama dan ketiga].
 Jenis-jenis doa. Ada beberapa jenis doa yang dicontohkan dan diajarkan dalam Alkitab, baik yang dilayangkan sebagai doa pribadi maupun dalam doa bersama di muka umum. Beberapa yang dapat dicatat adalah:
1. Doa permohonan (prayer of supplication and petition).
2. Doa pengucapan syukur (prayer of thanksgiving).
3. Doa syafaat--berdoa untuk orang lain (prayer of intercession).
4. Doa pengakuan dosa dan permohonan pengampunan (prayer of confession and mercy).
5. Doa penyerahan dan dedikasi--orang maupun benda (prayer of consecration and dedication).
6. Doa pemujaan (prayer of praise and adoration).
7. Doa kutukan--umumnya terdapat dalam kitab Mazmur (imprecatory prayer).
Secara khusus Paulus menyebutkan pentingnya tiga jenis doa yang pertama (1Tim. 2:1).
 Setelah Daniel mempelajari kitab Yeremia yang berisi nubuatan-nubuatan perihal kehancuran dan pembuangan bangsa Israel, dia pun berdoa kepada Tuhan: "Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau...Segenap orang Israel telah melanggar hukum-Mu dan menyimpang karena tidak mendengarkan suara-Mu. Sebab itu telah dicurahkan ke atas kami kutuk dan sumpah, yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, hamba Allah itu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Dia...Seperti yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, segala malapetaka ini telah menimpa kami, dan kami tidak memohon belas kasihan TUHAN, Allah kami, dengan berbalik dari segala kesalahan kami dan memperhatikan kebenaran yang dari pada-Mu" (Dan. 9:8-13). Ini merupakan doa pengakuan dosa dan permohonan pengampunan, dan karena dilayangkan atas nama bangsa Israel ini juga sebagai doa syafaat.
Rasul Paulus juga menganjurkan orang Kristen agar berdoa untuk "mengucap syukur atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita" (Ef. 5:20), serta berdoa setiap waktu "di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus" (Ef. 6:18), dan dengan tidak merasa khawatir dalam hal apapun dia menyarankan agar "berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus" (Flp. 4:6). Dalam ayat-ayat ini kita juga menemukan tiga jenis doa, yaitu doa pengucapan syukur, doa permohonan, dan doa syafaat.
 "Meskipun kita tidak ingin memberi satu rumus untuk berdoa, secara garis besar bisa seperti berikut: kita mulai dengan pujian dan pemujaan, berterimakasih kepada Tuhan atas kebaikan-Nya kepada kita. Kemudian kita mengakui kesalahan dan kekurangan kita, lalu bersyukur kepada Tuhan untuk pengampunan-Nya. Kita mengakhiri dengan permohonan, memberitahukan permintaan kita kepada-Nya, sementara itu berusaha menunjukkan sikap patuh dan percaya pada kuasa ilahi-Nya" [alinea terakhir].
 Apa yang kita pelajari tentang kiat untuk doa yang efektif?
1. Sikap tubuh ketika berdoa menggambarkan rasa hormat kita kepada Tuhan, tetapi berdoa juga memperlihatkan adanya suatu hubungan batin yang akrab antara kita dengan Tuhan. Sementara sikap tubuh yang pantas saat berdoa itu penting, lebih penting lagi adalah sikap hati kita.
2. Alkitab mencatat berbagai doa yang disampaikan dengan cara berbeda-beda. Tapi setiap doa itu memiliki struktur ("anatomi doa") yang meliputi: kepada siapa doa itu dialamatkan, pujian atau pengucapan syukur, petisi atau permohonan, aspirasi atau janji pribadi, ditutup dengan pemujaan atau doxologi.
3. Doa adalah sebuah percakapan intim layaknya antara seorang anak dengan Bapa semawi, khususnya pada waktu doa pribadi. Tidak perlu bertele-tele, tetapi jangan pula terburu-buru. Berdoa harus dinikmati, dengan perasaan bergairah dan menyenangkan.
PENUTUP
 Allah tidak terbebani oleh doa-doa kita. Mungkin anda pernah mendengar--seperti yang saya sendiri dengarkan dalam sebuah kelompok diskusi Sekolah Sabat--seseorang yang dengan lantang berbicara begini: "Kita berdoa selalu hanya meminta saja kepada Tuhan, lama-lama Dia menjadi bosan. Kita juga selalu berdoa supaya Tuhan menjaga kita, memangnya Tuhan itu satpam?" Terhadap ocehan itu saya menanggapi: "Kalau Tuhan itu bisa merasa bosan dengan semua permintaan yang didoakan, dan kalau Dia dapat tersinggung dengan setiap permohonan untuk menjaga dan melindungi kita, saya tidak ingin menyembah Tuhan seperti itu. Tetapi Tuhan yang saya sembah tidak begitu. Mungkin Tuhan saya berbeda dengan Tuhan anda itu!"
 Masalahnya, kita sering menilai Allah menurut cara berpikir manusiawi. Terkadang dengan memproyeksikan ciri pribadi kita sendiri kepada Diri-Nya, sehingga kita melihat Allah seperti melihat diri sendiri. Tidak! Allah tidak pernah merasa terbebani oleh doa-doa manusia, sekalipun seluruh insan di jagad raya ini berdoa pada waktu bersamaan dengan permohonan yang beraneka ragam. Tuhan itu jauh lebih besar dari imajinasi kita yang paling luas dan paling liar sekalipun. Bahkan, akumulasi dari seluruh permintaan manusia sepanjang zaman baru menghabiskan setitik saja dari potensi sumberdaya Allah yang tak terbatas itu. Jangan pernah mengecilkan kesanggupan-Nya untuk memenuhi setiap permohonan manusia. "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus" (Flp. 4:19).
 "Simpanlah keinginan-keinginanmu, sukacitamu, dukacitamu, kepedulianmu, dan kekhawatiranmu di hadapan Allah. Anda tidak dapat membebani Dia; anda tidak dapat melelahkan Dia...Bawalah kepada-Nya segala sesuatu yang membingungkan pikiran. Tidak ada yang terlalu besar untuk dipikul-Nya, sebab Dia memegang dunia-dunia, Dia berkuasa atas semua peristiwa di alam semesta. Tidak ada sesuatu yang menyangkut kedamaian kita yang terlampau kecil untuk Dia perhatikan. Tidak ada bab dalam pengalaman kita yang terlalu gelap untuk Dia baca; tidak ada keruwetan yang terlalu sulit untuk Dia uraikan" [dua kalimat pertama dan kalimat keenam hingga kesembilan].
 "Tuhan itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya" (Ams. 15:29). "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yak. 5:16).
REFERENSI SS:

1.   Mark Finley, Kebangunan dan Pembaruan--- Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, Trw.III, 2013. Bandung: Indonesia Publishing House.
2.   Loddy Lintong, California U.S.A.