Rabu, 24 Juli 2013

Firman Yang Hidup Dan Menghidupkan

"FIRMAN: DASAR KEBANGUNAN ROHANI"

PENDAHULUAN

 Firman yang berkuasa mengubahkan. Alkisah, pada suatu hari lebih dari satu abad silam, seorang penjelajah dari Eropa sampai di pedalaman Afrika dan menemukan seorang lelaki pribumi sedang asyik membaca Alkitab. Melalui penerjemah, pria ateis itu menegur dengan nada mengejek, "Untuk apa buang waktu membaca buku yang tidak berguna itu." Lelaki pribumi itu mengangkat kepalanya dan menatap tajam-tajam ke wajah pria kulit putih yang berdiri beberapa meter di hadapannya, lalu dengan suara datar dia menyahut, "Kalau bukan karena buku ini kamu sudah saya makan!"

 Bagi umat Kristen, Alkitab lebih dari sekadar kitab suci tapi adalah Firman Allah. Umat Kristen percaya bahwa meskipun Alkitab telah ditulis oleh 40 orang dengan latar belakang berbeda-beda selama kurun waktu 1600 tahun (1500 SM - 100 TM), namun Allah sendiri adalah pengarangnya, dalam arti bahwa Allah yang mengilhami para penulisnya (2Tim. 3:16). Harap dipahami bahwa "mengilhami" itu tidak sama dengan "mengimla" (=mendiktekan), di mana Tuhan memberi inspirasi dan para penulis itu menulis berdasarkan gaya bahasa mereka masing-masing tentang apa yang mereka saksikan maupun yang dibisikkan Roh Allah ke dalam hati sanubari mereka. Tentu saja ada bagian-bagian tertentu yang didiktekan kepada para penulis itu bilamana Allah memerintahkan mereka untuk mengutip ucapan-Nya (Kel. 34:27; Why. 19:9).

 Di seluruh Alkitab--Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru--terdapat lebih dari 3000 frase yang berbunyi "beginilah firman Tuhan" atau "demikianlah firman Tuhan" yang menandakan bahwa kata-kata yang mendahului ataupun sesudahnya adalah ucapan Allah sendiri (mis.: Kel. 8:1; Ibr. 8:8). Perjanjian Lama mengandung 8674 kata Ibrani yang berbeda, dan Perjanjian Baru memiliki 5624 kata Grika yang berbeda. Dari sejumlah 1189 pasal dengan 31.101 ayat dalam Alkitab terdapat lebih dari 8000 ayat yang berisi nubuatan dan ramalan, 3268 di antaranya sudah digenapi (baik kegenapan yang tercatat dalam Alkitab itu sendiri, maupun digenapi kemudian sesudah penulisannya), serta memiliki sebanyak 1260 janji Tuhan. Selain berisi firman Allah berupa perintah-perintah dan hukum-hukum, nubuatan dan janji, Alkitab juga memuat berbagai kisah dan peristiwa sejarah. Banyak dari kejadian-kejadian historis dalam Alkitab yang juga terdapat dalam catatan sejarah yang ditulis oleh sejumlah sejarahwan legendaris dunia, antara lain Josephus (sejarahwan Yahudi) dan Tacitus (sejarahwan Romawi), yang semuanya mendukung kebenaran tulisan dalam Alkitab.

 Alkitab adalah satu-satunya buku yang pernah ada di dunia ini yang memiliki keistimewaan-keistimewaan tersebut, bahkan sebuah buku yang telah mengilhami ribuan penulis lain yang telah melahirkan berbagai buku dan artikel-artikel lepas lainnya yang pernah diterbitkan sepanjang peradaban moderen manusia. Namun, Alkitab menjadi sebuah buku yang luar biasa dan tak tertandingi bukan karena data statistik tersebut di atas, melainkan karena kuasa ilahi dari setiap perkataannya yang dapat mempengaruhi dan mengubah kehidupan orang-orang yang membacanya.

 "Mereka tentu akan menemukan anugerah dan kekuatan serta pengharapan dalam Firman-Nya; mereka tentu akan berhadapan muka dengan pesona Kristus yang tiada bandingannya di dalam Firman-Nya. Demikianlah Allah akan menghormati komitmen mereka oleh mencurahkan Roh Kudus-Nya dengan limpahnya, dan seluruh dunia akan diterangi dengan kemuliaan pekabaran tiga malaikat. Roh Kudus akan dicurahkan secara luar biasa, dan injil akan diberitakan sampai ke ujung bumi lalu Yesus Kristus akan datang kembali (Mat. 24:14)" [alinea kedua].

 1. FIRMAN ALLAH YANG MENGHIDUPKAN (Dibangunkan Kembali Melalui Firman)

 Beban dan permohonan Daud. Mazmur 119 adalah pasal terpanjang di seluruh Alkitab. Meskipun tidak ada keterangan yang tegas tentang identitas penulisnya tapi kebanyakan orang percaya bahwa ini adalah kumpulan Mazmur Daud yang pernah digubahnya sepanjang hidupnya. Dasarnya ialah karena dari ayat ke ayat tidak ada alur yang sambung-menyambung sebagai sebuah karya tulis yang utuh. Ada 22 huruf dalam alfabet Ibrani, semuanya konsonan (huruf mati), dan dalam mazmur ini terdapat 8 ayat yang berisi keseluruhan alfabet itu. Para komentator menyebut pasal ini digubah dalam "pola akrostik" (rangkaian baris atau ayat di mana huruf-huruf pertama dan terakhir atau huruf tertentu lainnya bila disusun bisa menjadi satu kata atau satu anak kalimat).

 Secara umum, Mazmur pasal 119--atau lebih tepat disebut "nomor 119" karena mazmur merupakan kumpulan syair dan nyanyian--ini digubah terutama untuk meninggikan Firman Allah. Dalam seluruh 176 ayat terdapat tidak kurang dari 171 ayat yang berbicara tentang Firman Allah yang oleh pemazmur itu sering disebut sebagai "peringatan-peringatan" (ay. 2), "jalan-jalan" (ay. 3), "titah-titah" (ay. 4), "ketetapan" (ay. 5), "perintah" (ay. 6), dan "hukum-hukum" (ay. 7). "Mazmur menggunakan arti sepenuhnya dari semua kata-kata ini sementara menguraikan penerapan dari Hukum Allah pada kehidupan sehari-hari dan takdir Israel" (Nelson's Compact Bible Commentary, hlm. 411).

 Pada ayat 25 pemazmur berseru kepada Tuhan, "Aku berbaring dalam debu; pulihkanlah hidupku menurut janji-Mu" (BIMK). Di sini pemazmur memohon supaya Tuhan mengembalikan semangat hidupnya yang sudah kehilangan gairah akibat tertindih oleh beban dosa, dan pada ayat 107 beban ini diulangi dengan lebih tegas bahwa dirinya merasa "sangat tertindas" (BIMK: "sangat sengsara"). Di ayat 153 dan 154 pemazmur memohon agar "kesengsaraan" (BIMK: "penderitaan") itu diangkat dari hidupnya dengan mengklaim bahwa dia tidak melupakan atau mengabaikan Hukum Allah (Hukum bagi orang Yahudi adalah "Torah"). Pemazmur meminta agar Tuhan "membangunkan kembali" hidupnya, dan permohonan-permohonan tersebut dia dasarkan pada "janji Tuhan" sebagaimana tertulis dalam Firman-Nya. Bagi pemazmur "Firman" itu adalah lima kitab Musa (secara tertulis) dan pekabaran-pekabaran Allah melalui para nabi (secara lisan); bagi orang Kristen "Firman" itu adalah Alkitab (secara tertulis) serta bisikan-bisikan Roh Kudus dalam hati sanubari (secara lisan).

 Berkat dari Firman Tuhan. Pemazmur tidak hanya berkeluh-kesah dengan penderitaan batin dan kesengsaraan hidup yang dialaminya, tapi dia juga bersyukur untuk berkat-berkat rohani dari Firman Tuhan. Dia menyebutkan tentang "penghiburan" (ay. 50), "sukacita" (ay. 74), "kekuatan" (ay. 116, BIMK), "terang" (ay. 130), "kebenaran" dan "keadilan" (ay. 160), serta "pengertian" dan "kelepasan" (ay. 169-170).

 "Daud mendapatkan keberanian dan kekuatan dalam Firman Allah. Dia menemukan pengharapan dan bimbingan ilahi dalam Firman Allah. Firman Allah membawa terang kepada pikirannya yang gelap (Mzm. 119:130). Firman itu mengenyangkan hatinya yang sangat lapar dan memuaskan jiwanya yang dahaga (Mzm. 119:81). Ketika Saul mengancam untuk membunuhnya, dia bergantung pada janji kelepasan dari Allah (Mzm. 34:4). Terganggu dengan kesalahan akibat skandal perzinahannya dengan Batsyeba, dia bergantung pada janji pengampunan dari Allah (Mzm. 32:1-2). Dibingungkan tentang masa depan, dia bergantung pada janji tuntunan dari Allah (Mzm. 32:8). Daud dengan gembira berseru, "Janji-Mu itu memberi aku hidup" (Mzm. 119:50, BIMK). Dasar dari kebangunan rohani adalah soal menemukan hidup baru dalam Firman Allah" [alinea terakhir].

 Kalau Daud sendiri, yang notabene adalah salah seorang kontributor Alkitab, juga membutuhkan dan telah merasakan nikmatnya bergantung pada Firman Allah, apalagi anda dan saya. Hanya orang-orang yang belum pernah menikmati penghiburan yang menguatkan dari Alkitab, yang belum pernah mengalami betapa hati yang gundah berubah menjadi teduh ketika membaca Alkitab, mereka sajalah yang tidak mengerti alangkah menyejukkannya membaca Firman Tuhan terutama pada waktu mengalami kegalauan dan kekacauan hidup.

 Apa yang kita pelajari tentang Firman Tuhan yang memulihkan kehidupan?

1. Mazmur 119 adalah "nyanyian panjang" tentang kehidupan seorang anak manusia yang penuh gejolak dan bergelimang rasa takut, seperti raja Daud. Alkitab penuh dengan janji kesentosaan dan ketenangan hidup bagi setiap orang yang percaya.

2. Sangat mungkin bahwa jalan hidup seorang Daud merupakan potret kehidupan dari banyak orang di antara kita. Namun, seperti juga Daud, anda dan saya dapat menemukan kembali kehidupan yang tenang dan bahagia dengan bergantung pada janji-janji dalam Firman Tuhan.

3. Alkitab membawa kita kepada pengenalan yang sebenarnya tentang Allah dan kasih-Nya. Alkitab berisi Firman Allah yang memberi terang, pengharapan, kekuatan, penghiburan dan jaminan akan kegenapan janji-janji Tuhan. Membaca Alkitab adalah cara lain untuk berkomunikasi dengan Allah.

2. DIUBAHKAN OLEH ALKITAB (Kuasa Daya Cipta Firman)

 Pedang bermata dua. Alkitab menerangkan tentang dirinya sendiri: "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita" (Ibr. 4:12; huruf miring ditambahkan). Versi lain menyebutkan bahwa Firman Allah begitu tajamnya "sehingga mengetahui sedalam-dalamnya pikiran dan niat hati manusia" (BIMK). Tidak perlu seorang "singa podium" yang berkhotbah dengan berapi-api untuk membuat Alkitab itu jadi hidup, sebab Firman Allah itu sendiri hidup dan memancarkan kehidupan. Tidak perlu seorang pengkhotbah yang fasih lidah untuk membuat Alkitab itu terasa menusuk sampai ke ulu hati para pendengarnya, sebab ketajaman Firman Allah itu sendiri sanggup membedah pikiran dan angan-angan hati manusia.

 Selain hidup, kuat, dan tajam, Firman Allah itu juga efektif untuk memurnikan dan membersihkan (Yoh. 15:3; Ef. 5:26), menyembuhkan (Mzm. 107:20; Mat. 8:16), menasihati (Mzm. 119:24), menguatkan hati (Mzm. 119:28), menghidupkan (Mat. 4:4), menghasilkan buah (Mat. 13:23), menguduskan (Yoh. 17:17; 1Tim. 4:5), membangun iman (Rm. 10:17), dan mempertumbuhkan (1Ptr. 2:2). Ketajaman Firman Allah dapat membedakan mana motivasi yang alami dan mana motivasi yang rohani di dalam hati manusia, serta sanggup membedakan antara pemikiran dan maksud di dalam kalbu manusia. Firman Allah itu lebih piawai dari guru yang paling cerdas, lebih unggul dari penasihat yang paling bijak, dan lebih berhasilguna dari pendeta yang paling rohani, oleh sebab ada kuasa di dalam Firman itu.

 "Ada nilainya dalam nasihat manusia yang bijak. Kita semua sudah pernah dibantu oleh nasihat-nasihat orang lain. Masalahnya, nasihat manusia itu tidak memiliki kuasa di dalamnya untuk mencapai jenis perubahan yang Firman Allah dapat lakukan. Firman Allah adalah agen perubahan yang hidup, dinamis, dan manjur. Kuasa yang sama yang terdapat dalam perkataan Allah yang diucapkan pada Penciptaan ada di dalam Firman Allah yang Tertulis. Dengan menerima perintah-perintah dan janji-janji Allah oleh iman, kita menerima kuasa Roh Kudus untuk menyelesaikan apa yang Kristus perintahkan" [alinea pertama].

 Apa alasan membaca Alkitab? Orang membaca dan mempelajari Alkitab bisa saja terdorong oleh berbagai motivasi. Bagi murid sekolah Kristen, utamanya para mahasiswa di seminari maupun sekolah tinggi teologia, membaca dan mendalami Alkitab bisa terdorong oleh niat untuk meraih nilai ujian yang tinggi. Bagi para rohaniwan dan guru agama mungkin saja mendalami Alkitab adalah karena kewajiban dan tuntutan pekerjaan. Bahkan, banyak "peneliti" dari kalangan non-Kristen maupun kalangan Kristen sendiri yang membaca dan mempelajari Alkitab untuk menyiapkan amunisi yang dapat digunakan dalam perdebatan. Mungkin masih banyak lagi alasan-alasan lain bagi sebagian orang untuk membaca dan menyelidiki Alkitab.

 Sementara berbagai motivasi dan tujuan tersebut adalah sah-sah saja, Alkitab ditulis untuk suatu maksud ilahi yang jauh lebih penting dari semua itu. Rasul Paulus berkata, "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci" (Rm. 15:4; huruf miring ditambahkan). "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik" (2Tim. 3:16-17; huruf miring ditambahkan). Perhatikan, aspek pedagogis sangat ditonjolkan di sini, sebab Allah mengetahui bahwa akibat dosa manusia "telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rm. 3:23). Kata asli dari kemuliaan dalam ayat ini adalah δόξα, doxa, yang berarti pandangan dan pertimbangan.

 "Membaca Firman Allah sambil lalu jarang sekali menghasilkan kebangunan rohani. Mempelajari Alkitab untuk membuktikan posisi orang itu sendiri, atau untuk meyakinkan seseorang lain akan kesalahannya, sangat sedikit manfaatnya bagi kehidupan rohani kita sendiri. Perubahan datang apabila kita membaca Firman Allah sambil berdoa, meminta Roh Kudus memberikan kepada kita kuasa untuk lebih menyerupai Yesus. Perubahan sesungguhnya terjadi bilamana kita meminta Allah penciptaan itu untuk menciptakan kita kembali di dalam citra-Nya. Perubahan datang ketika ajaran-ajaran Yesus dalam Kitabsuci menjadi bagian dari kehidupan kita, dan kita hidup 'dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah' (Mat. 4:4)" [alinea terakhir].

 Apa yang kita pelajari tentang kuasa Alkitab yang mengubahkan?

1. Alkitab adalah Firman Allah yang ditulis untuk menjadi terang bagi orang yang membacanya agar dapat membedakan antara baik dan jahat, antara benar dan salah. Seperti pedang bermata dua yang tajam, Alkitab dapat menjadi semacam "dokter spesialis bedah" rohani dengan keahilan dan tingkat presisi yang tinggi.

2. Alkitab yang berisi Firman Allah merupakan perwujudan dari pribadi Allah dalam bentuk kata-kata yang tertulis. Dengan membacanya kita dapat mengenal Allah secara pribadi dan memperoleh berbagai nasihat Tuhan terhadap berbagai persoalan hidup manusia.

3. Alkitab berfungsi sebagai semacam "buku paket teks pelajaran" yang mendidik pembacanya dalam mempelajari tentang kehidupan dan keselamatan. Alkitab yang berisi perkataan Tuhan mengajarkan manusia untuk menjadi bijak (Mat. 7:24).

3.ALKITAB BERSAKSI TENTANG YESUS (Yesus dan Firman)

 Berawal dari kolam Betesda. Pada hari itu Yesus berada di kota Yerusalem untuk merayakan salah satu hari raya wajib bagi orang Yahudi (Yoh. 5:1). Ketika melewati Pintu Gerbang Domba, Yesus menyempatkan diri menjenguk suasana di kolam Betesda yang ada di dekat situ. Betesda (Grika: Βηθεσδά, Bēthesda) mengandung dua arti: rumah pengampunan atau air yang mengalir. Kolam Betesda adalah tempat di mana orang-orang yang mencari kesembuhan berebutan bilamana malaikat Tuhan mengguncang air itu, sebab hanya orang yang pertama masuk ke kolam itu saja yang sembuh. Di situ ada seorang laki-laki yang sudah 38 tahun menunggu kesempatan pertama itu tapi tak pernah berhasil, dan kepada orang itulah Yesus datang menawarkan kesembuhan. "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah" (ay. 8). Hari itu adalah Sabat perayaan tahunan, bukan Sabat hari ketujuh, tetapi sama-sama adalah hari perhentian.

 Di Bait Allah orang itu bertemu dengan Yesus yang berpesan kepadanya supaya tidak berbuat dosa lagi, kalau tidak dia bisa kena penyakit yang lebih parah lagi (ay. 14). Bukannya memperhatikan perkataan Yesus dan berjanji untuk hidup suci, lelaki itu malah langsung pergi melapor kepada para pemimpin Yahudi. Ketika berhadapan dengan para pemimpin Yahudi itu Yesus menggunakan kesempatan tersebut untuk mengkhotbahi mereka, memperkenalkan siapa sesungguhnya diri-Nya dan sekaligus mencela ketidakpercayaan mereka. "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu" (ay. 39-40; huruf miring ditambahkan).

 Fungsi Firman dan Roh. Selain sebagai teguran, perkataan Yesus juga menegaskan tentang fungsi Kitabsuci (=Alkitab) sebagai sumber informasi perihal keselamatan dan kesaksian dari hal Yesus Kristus sebagai Mesias atau Juruselamat. Dengan kata lain, Yesus menegur mereka yang membaca Kitabsuci tetapi tidak menemukan Firman Allah di dalamnya. Mengapa? Karena mereka membaca dan menyelidik Kitabsuci dengan motivasi yang salah, mereka membaca hanya dengan pikiran tapi tidak dengan hati. Hal yang sama dapat terjadi pada kita apabila kita membaca dan menyelidik Alkitab bukan untuk "menemukan" Firman Allah--membaca bukan untuk mengisi hati melainkan hanya mengisi pikiran--sehingga Alkitab sekadar dijadikan sebagai sumber pengetahuan bukannya sumber kebenaran.

 Pada kesempatan lain ketika berbicara kepada murid-murid, Yesus menyebutkan tentang "Roh Kebenaran" yang akan menuntun mereka "ke dalam seluruh kebenaran" dan yang akan memberitahukan kepada mereka mengenai "hal-hal yang akan datang" (Yoh. 16:13). Lebih lanjut Yesus berkata, "Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku" (ay. 14-15; huruf miring ditambahkan). Sebelumnya kepada para pemimpin Yahudi itu Yesus sudah berbicara tentang "Firman" (Kitabsuci atau Alkitab) yang memberi kesaksian perihal diri-Nya, sekarang kepada para murid itu Yesus berbicara tentang "Roh" yang memberitakan perihal diri-Nya. Jadi, Firman dan Roh sama-sama bertutur mengenai Yesus Kristus.

 "Firman Allah bersaksi tentang Yesus. Roh Kudus juga bersaksi tentang Yesus. Roh itu menuntun kita kepada suatu pengalaman yang lebih mendalam dengan Yesus melalui Firman-Nya. Tujuan dari Roh Kudus dalam kebangunan rohani utamanya tidak untuk menyatakan Diri-Nya melalui tanda-tanda adikodrati dan keajaiban-keajaiban melainkan untuk meninggikan Yesus melalui Firman-Nya...Firman Allah menyediakan dasar atau landasan bagi seluruh kebangunan rohani sejati. Pengalaman kita mengalir keluar dari suatu pemahaman akan Firman Allah. Pujian dan penyembahan kita bersemi dari pikiran yang dipenuhi dengan Firman. Suatu kehidupan yang diubahkan merupakan kesaksian terbesar dari kebangunan rohani yang sesungguhnya" [alinea pertama: empat kalimat pertama; dan alinea kedua].

    Dalam perjalanan ke Emaus. Akhir pekan yang menghebohkan bagi penduduk kota Yerusalem dan sekitarnya. Perhatian seluruh kota tersedot kepada peristiwa penangkapan Yesus pada hari Kamis subuh di Getsemane, proses pengadilan dan penyaliban-Nya, sampai kematian-Nya pada hari Jumat sore di Bukit Tengkorak. Semuanya berlangsung dengan cepat. Dapat dibayangkan pembicaraan orang-orang yang datang beribadah di Bait Suci pada hari Sabat keesokan harinya yang hanya terpusat sekitar peristiwa spektakuler itu. Tapi belum lagi usai orang banyak memperbincangkannya, pada hari Minggu besoknya penduduk kota sudah dihebohkan lagi oleh kabar tentang kebangkitan Yesus secara misterius yang segera beredar dari mulut ke mulut meski dengan berbisik-bisik karena takut. Sungguh sebuah akhir pekan yang menggemparkan. Berdasarkan sebuah perhitungan, kejadian itu berlangsung tanggal 6-9 April tahun 32 TM. (Baca di sini---> http://www.ecclesia.org/truth/trial-jesus.html).

 Pada hari Minggu sore itu dua orang tampak asyik membahas kejadian tersebut dalam perjalanan mereka dari Yerusalem ke Emaus, sebuah desa yang jauhnya sekitar 11 Km (Luk. 24:13). Keduanya adalah pengikut Yesus, tetapi bukan termasuk di antara 11 murid Yesus yang tersisa. Tanpa mereka sadari, karena memang penglihatan mereka dikaburkan, tiba-tiba saja Yesus sudah berjalan beriringan dan berlagak ingin tahu apa yang sedang dibicarakan. Yesus mengorek pendapat dari kedua murid itu perihal peristiwa tersebut, dan tanpa curiga keduanya lalu mengungkapkan rasa kecewa mereka oleh sebab Yesus yang mati disalibkan itu tadinya diharapkan untuk menjadi pembebas Israel (ay. 20-24). Yesus mencela ketidakmengertian mereka perihal nubuatan tentang Mesias dalam tulisan para nabi, tapi Ia juga merasa kasihan dengan keluguan mereka lalu memberi penjelasan (ay. 25-27). Sejurus kemudian, setelah menyadari bahwa Yesus sendirilah yang baru saja berbicara kepada mereka tapi sekarang telah menghilang, kedua murid itu berkata, "Bukankah rasa hati kita seperti meluap, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan, dan menerangkan isi Alkitab kepada kita?" (ay. 32, BIMK).

 "Kisah kemunculan Yesus kepada kedua murid di jalan menuju ke Emaus itu menyingkapkan peran yang Alkitab mainkan dalam memulai kebangunan rohani yang sesungguhnya. Pengikut-pengikut Kristus ini telah dipenuhi dengan kebingungan...Yesus bisa saja mengadakan suatu mujizat untuk membuktikan jatidiri-Nya atau memperlihatkan cacad di tangan-Nya. Dia tidak lakukan itu. Gantinya, Dia memberikan kepada mereka sebuah pelajaran Alkitab" [alinea keempat: dua kalimat pertama dan tiga kalimat terakhir].

 Apa yang kita pelajari tentang peran Alkitab dalam bersaksi perihal Yesus?

1. Orang-orang Yahudi di zaman Yesus menyelidik Kitabsuci (yaitu Torah dan kitab para nabi), dan mereka pasti sering membaca nubuatan tentang Mesias. Mereka bukan tidak percaya, tetapi mereka "tidak setuju" dengan suratan nasib yang ditentukan atas diri Mesias.

2. Membaca Kitabsuci harus dengan niat untuk menemukan kebenaran, bukan untuk sekadar mendapatkan penghiburan dan kelegaan perasaan. Alkitab memang dapat menghibur hati pembacanya, tapi jangan jadikan Alkitab sebagai "obat penenang" yang hanya menghembuskan angin surga.

 3. Sampai pada hari-hari terakhir berada di dunia ini Yesus tetap bekerja memberi penjelasan tentang isi Firman itu, termasuk kepada kedua murid dalam perjalanan ke Emaus. Setelah pulang kembali ke surga, Yesus mengutus Roh Kudus untuk mengambil alih pekerjaan itu.

4. PERAN ALKITAB DAN IMAN (Kebangunan, Iman, dan Firman)

 Iman macam apa? Iman dalam kehidupan orang Kristen adalah ibarat akar bagi sesuatu tumbuhan. Ambillah setangkai tanaman lalu pangkas akarnya sampai habis, dalam tempo yang singkat tanaman itu akan mati. Orang Kristen yang kehilangan iman juga akan segera mati kerohaniannya. Tragisnya, Yesus sendiri sangsi apakah akan ada cukup iman bila kelak Ia datang kedua kali (Luk. 18:8). Tentu saja akan ada banyak sekali orang yang hendak menyambut kedatangan Yesus kedua kali nanti, yaitu orang-orang yang telah percaya bahkan mengorbankan diri demi Yesus Kristus oleh karena iman. Sebenarnya, iman macam apa yang Yesus maksudkan ketika Dia meragukannya?

 Orang Kristen adalah para pengikut Kristus yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Anak Allah. Kita menganut kepercayaan itu oleh karena iman. Selanjutnya, dengan iman yang sama kita menurut kepada perintah-perintah Yesus dan mengikuti ajaran-ajaran-Nya. Iman itu pula yang mendorong kita menghampiri takhta Allah untuk memohon pengampunan dosa tiap-tiap hari, dan juga untuk meminta segala keperluan kita baik rohani maupun jasmani. Alkitab merumuskan iman seperti ini: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat...Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibr. 11:1, 6; huruf miring ditambahkan).

 Persoalannya, iman kita menebal tatkala sedang meminta sesuatu kepada Tuhan, tetapi kemudian menipis ketika harus melakukan firman Tuhan. Saya suka menyebut pengalaman iman demikian sebagai "iman menulis indah." Dulu sewaktu berada di bangku SR atau Sekolah Rakyat (sekarang SD, Sekolah Dasar) kami wajib mengikuti kelas "Menulis Indah" untuk melatih kerapian menulis, dan untuk itu hanya boleh menggunakan pinsil. Teknik dasar yang diajarkan adalah begini: dalam menulis huruf, bila arah pinsil ke atas goresannya menipis (tekanan direnggangkan), dan bila arah pinsil ke bawah goresannya menebal (tekanan ditambah). Mereka yang sekarang berusia di atas 60 tahun tentu mengerti apa yang saya maksudkan dengan pelajaran menulis indah serta tekniknya, dan hasilnya memang tulisan kita menjadi indah. Iman "menulis indah" adalah iman yang bila menyangkut pelayanan Tuhan (arah ke atas) jadi menipis, tapi bila menyangkut kepentingan diri (arah ke bawah) jadi menebal. Iman yang selalu berubah tipis-tebal.

 "Iman, yakni iman sejati, selamanya terfokus pada kehendak Allah, bukan pada keinginan kita. Itu adalah percaya kepada Allah, percaya pada janji-janji-Nya dan berbuat sesuai Firman-Nya. Iman kita bertumbuh sementara kita mendengarkan Firman Tuhan dan mempraktikkannya (Rm. 10:17; Yak. 2:17-18). Membuka pikiran kita kepada pengajaran-pengajaran Firman Tuhan membangun iman, dan melakukan apa yang Allah katakan--sekalipun itu bertentang dengan keinginan-keinginan kita pribadi--menyiapkan kita untuk menerima kepenuhan kuasa Roh" [alinea keempat].

 Tumbuh bersama iman. Saya mempunyai seorang teman masa muda yang terbilang cukup dekat. Tinggal dalam satu rumah yang sama, menyukai makanan yang sama, menggemari olahraga yang sama, senang diskusi dan bergurau bersama, saya suka menulis dan dia suka membaca, dia pintar melukis dan saya senang lukisan, dan selama beberapa tahun kami menjalani suka-duka bersama. Tapi lebih penting lagi, pemuda yang satu ini suka sekali menghadiri KKR di gereja saya. Karena jumlah kehadirannya memenuhi syarat dia pernah dihadiahi Alkitab dan buku Roh Nubuat terbitan IPH. "Mungkin kalau saya sampai berpindah agama dan menjadi orang Kristen, saya akan memilih menjadi anggota gereja Advent," katanya suatu kali. Sampai kami berpisah menurut jalan hidup masing-masing, sekitar 50 tahun silam, sahabat saya ini belum menjadi Kristen. Namun saya pernah katakan kepadanya bahwa pengakuannya tentang Yesus Kristus adalah Juruselamat manusia bagi saya itu sudah cukup menggembirakan, selebihnya adalah pekerjaan Roh Kudus. Semoga.

 Injil adalah Kabar Baik untuk semua orang, jalan keselamatan bagi mereka yang percaya. Keselamatan adalah anugerah Tuhan, tetapi kasih karunia yang diberikan secara cuma-cuma itu hanya efektif jika diterima dalam iman. Alkitab mengatakan, "Sebab itu, baiklah kita waspada supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku. Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya" (Ibr. 4:1-2).

 "Pengalaman rohani kita dibangunkan kembali bilamana kita menerima dan mengklaim Firman Allah oleh iman. Hanya sedikit manfaat diperoleh dari membaca Alkitab yang terburu-buru karena rasa tanggungjawab atau kewajiban. Kita diubahkan sementara kita menghayati apa yang kita baca, dan membiarkan pengajaran-pengajaran Alkitab membentuk pemikiran kita dan hidup kita" [alinea terakhir].

 Apa yang kita pelajari tentang hubungan antara kebangunan rohani, iman dan firman?

1. Iman dan firman adalah dasar dari kebangunan rohani seseorang. Iman mendorong kita untuk membaca firman Tuhan, dan iman membuat kita menerima dan melaksanakan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan itu. Jadi, selain membaca Firman kita juga harus melatih iman melalui perbuatan.

2. Iman sejati itu lebih dari sekadar percaya tapi juga berbuat sesuai dengan kepercayaan yang ditumbuhkannya dalam hati kita. Meskipun setiap permohonan kepada Tuhan harus didasarkan pada iman, namun iman mempunyai fungsi yang jauh lebih luas dari itu. Iman mempengaruhi tabiat dan pola hidup kita.

3. Kerohanian kita bertumbuh bersama iman dan firman. Lebih sering kita membaca dan menyelidik Firman Tuhan, semakin besar dan kukuh iman kita bertumbuh. Kebangunan rohani akan menjadi pengalaman setiap hari dari seorang yang rajin membaca Firman Tuhan dan tekun memelihara pertumbuhan imannya.

5. PERAN FIRMAN DALAM KEBANGUNAN ROHANI (Firman: Penjaga dan Pelindung Kebangunan Rohani)

    Jagalah dirimu. Kota Efesus purba bukan saja sebagai pusat keduniawian tetapi juga salah satu pusat Kekristenan di abad pertama. Sebagai kota pelabuhan dan kota perdagangan, Efesus purba yang berpenduduk sekitar 250.000 orang itu tergolong kota dunia (kosmopolitan) yang moderen dan ramai pada masa itu, sebuah kota yang menawarkan berbagai kepelesiran duniawi. Lokasi bekas kota ini terletak sekitar dua kilometer dari Selcuk, propinsi Izmir, Turki. (Sekarang ada juga kota Efesus moderen, tapi hanya sebuah kota kecil di negara bagian Georgia, AS.) Rasul Paulus pernah tinggal di Efesus purba selama beberapa tahun dalam dasawarsa 50-an Tarikh Masehi di mana dia menginjil dan mendirikan jemaat Efesus, salah satu dari tujuh jemaat yang disebutkan dalam Wahyu pasal 2. Dari kota inilah Paulus menulis surat pertama kepada jemaat di Korintus (kitab 1 Korintus), sedangkan surat untuk jemaat Efesus ditulisnya dari dalam penjara di kota Roma sekitar tahun 62 TM. Rasul Yohanes, salah satu dari 12 murid Yesus yang adalah juga murid kesayangan, menurut catatan pernah juga tinggal di kota ini.

 Paulus mengungkapkan keprihatinannya tentang jemaat Efesus ketika berbicara kepada para penatua jemaat itu yang diundang datang menemuinya di kota Miletus, kota persinggahannya dalam perjalanan pulang ke Yerusalem. "Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu...Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya" (Kis. 20:28-29, 32; huruf miring ditambahkan).

 Sang rasul paham betul dengan tantangan-tantangan yang dihadapi jemaat Efesus. Sebagai kota yang sarat dengan keduniawian dan pusat penyembahan berhala, ditandai dengan adanya Kuil Artemis yang terkenal itu, kota Efesus adalah sebuah perangkap bagi umat Kristen yang tinggal di situ. Tetapi ancaman yang paling besar dan harus lebih diwaspadai adalah pengaruh jahat dari "serigala-serigala yang ganas...dan tidak akan menyayangkan kawanan itu." Paulus sedang merujuk kepada kawanan iblis, yang oleh rasul Petrus disebut sebagai "singa yang mengaum-aum" (1Ptr. 5:8). Di bawah kendali iblis, beberapa orang dari antara jemaat itu akan muncul dengan ajaran palsu dan menarik sebagian dari anggota jemaat untuk menjadi pengikut mereka (Kis. 20:30). Sepertinya keadaan serupa juga sedang melanda sebagian gereja kita sekarang, bukan? Saya melihat hal ini sedang terjadi, khususnya di beberapa jemaat Indonesia di Amerika Serikat dan juga segelintir di tanah air.

 Dilahirkan kembali oleh Firman. Sementara kewaspadaan harus ditingkatkan, Paulus juga menyebutkan tentang perlunya membentengi diri dengan Firman Tuhan. Itulah sebabnya sang rasul menyerahkan jemaat di Efesus itu "kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia" (Kis. 20:32) yang berkuasa untuk membangunkan kembali kerohanian jemaat itu. Meskipun dia telah meminta para penatua jemaat Efesus itu untuk memperhatikan anggota-anggota jemaat, tetapi sang rasul merasa lebih terjamin untuk menyerahkan mereka kepada Tuhan dan firman-Nya. Manusia tidak dapat diandalkan, tetapi Firman Tuhan adalah benteng pertahanan rohani yang abadi. "Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya...Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya" (Yes. 40:6-8; huruf miring ditambahkan).

 Berbicara tentang kelahiran kembali secara rohani, rasul Petrus berkata: "Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal" (1Ptr. 1:23). Namun, Firman Allah tidak cukup untuk dibaca saja tapi harus dipraktikkan. Kata rasul Yakobus: "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya" (Yak. 1:22-24). Menurut rasul Yohanes, Firman Allah itu menguatkan baik anak-anak, orang muda, maupun orangtua. "Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat" (1Yoh. 2:14).

 Apa yang kita pelajari tentang peran Firman dalam kebangunan rohani?

1. Firman Tuhan berkuasa membangun dan memelihara kerohanian, firman itu juga menjadi pemicu kebangunan rohani dalam diri setiap orang yang membacanya dengan tekun. Firman Tuhan adalah benteng pertahanan kerohanian yang handal bagi semua umat percaya.

2. Anda tidak dapat mengandalkan pertumbuhan rohani maupun kebutuhan akan kebangunan rohani pada sesama manusia. Pendeta, guru Alkitab, penatua jemaat, pemimpin diskusi Sekolah Sabat, teman, orangtua, sanak keluarga, semuanya memiliki pergumulan rohani yang sama dengan anda.

3. Dilahirkan kembali melalui Firman Allah mengubah kita menjadi manusia baru secara menyeluruh. Kerohanian yang dibangun kembali oleh Firman Tuhan membuat anda dan saya memiliki fondasi yang baru, serta menjadikan kita sebagai pelaku-pelaku Firman yang giat dan tangguh.

PENUTUP

 Bersiap untuk perjuangan terakhir. Kita sekarang hidup di penghujung zaman akhir, dan waktu yang tersisa tinggal sedikit lagi. Setiap umat Tuhan perlu melengkapi diri dengan Firman Allah, bukan Alkitab secara fisik dalam bentuk buku ataupun aplikasi digital yang dapat dibawa ke mana-mana, melainkan sebagai pengetahuan yang tersimpan dalam memori pikiran dan hati kita. Itulah sebabnya kepada kita selalu dianjurkan untuk membaca, membaca, dan membaca Alkitab.

 Pengetahuan dan pengalaman batin dalam membaca Kitabsuci sangat penting bagi kehidupan rohani kita yang harus terus dibangunkan kembali, dan hal itu tidak dapat diunduh ke dalam sanubari kita seperti halnya men-download aplikasi ke perangkat elektronik yang bisa berlangsung hanya dalam hitungan detik. Pengetahuan dan pengalaman batin dalam Firman Tuhan memerlukan penghayatan yang berlangsung terus-menerus, tahun demi tahun bahkan sepanjang hidup. Alkitab sebagai buku bisa dikembangkan menjadi aplikasi, sebagai Firman Allah itu harus diaplikasikan agar iman berkembang.

 "Umat Allah diarahkan kepada Kitabsuci sebagai pelindung mereka terhadap pengaruh guru-guru palsu dan kuasa yang bersifat menipu dari roh-roh kegelapan. Setan memakai tiap sarana yang memungkinkan untuk mencegah manusia memperoleh pengetahuan dari Alkitab, karena perkataannya yang jelas menyingkapkan penipuan-penipuannya. Pada setiap kebangunan rohani dari pekerjaan Allah pangeran kejahatan itu tergerak untuk lebih giat lagi; sekarang dia sedang mengupayakan usaha-usaha yang sepenuhnya untuk suatu perjuangan terakhir melawan Kristus dan para pengikut-Nya" [alinea pertama: kalimat kedua hingga ketiga].

 Kita mesti membaca Alkitab karena kesadaran bahwa itu adalah Firman Tuhan, dan karena mengetahui bahwa dengan membacanya kita akan mengalami kebangunan rohani serta menjadi lebih siap untuk menghadapi tipudaya Setan. Menyelidik Firman Tuhan harus dengan cara dan motivasi yang benar, supaya sebagai makanan rohani itu bisa kita nikmati sedapnya dan memperoleh zat gizinya untuk pertumbuhan dan kebugaran jiwa kita.

 "Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam" (Yer. 15:16).

Sumber:
1. Mark Finley, Kebangunan & Pembaruan.
2. Loddy Lintong, California U.S.A.