“Dan
tuliskanlah kepada malaikat JEMAAT DI TIATIRA…Aku tahu, bahwa PEKERJAANMU YANG
TERAKHIR LEBIH BANYAK DARI PADA YANG PERTAMA”(Wahyu 2:18,19).
MENGHORMATI MEREKA YANG TERSISIH DI DUNIA INI
“Tiatira seperti sebuah kota yang diterlantarkan di antara ketujuh
jemaat. Keenam kota lainnya memiliki
arti penting secara ekonomi dan politik.
Di dalam daftar kota-kota besar di Asia Kecil, keenam kota yang lain
berada di tempat teratas dalam daftar, sementara Tiatira biasanya tidak
disebut-sebut. Tetapi Yesus tidak
berpandangan seperti kita. Dia melihat
NILAI, sementara yang lain melihat sesuatu yang dibuang. Orang-orang Kristen paling sederhana
seringkali memiliki pengalaman mendalam bersama dengan Allah. Jika Anda kadang merasa seperti “orang aneh”
di komunitas gereja setempat Anda, Allah mengatakan kepada Anda, “Selamat
datang di Tiatira”. 1)
“Dibawah ini kita perlu ketahui tentang
4(empat) jemaat yakni : Jemaat Efesus, Smirna, Pergamus dan Tiatira:
Jemaat: Efesus Periode: Abad ke I
Makna Nama: Pertama/disukai.
Makna Nama: Pertama/disukai.
Gambaran tentang Yesus: Dia yang
mempunyai 7
bintang
pada tangan kanan-Nya. Dia yang berjalan di
tengah-tengah
7 kaki dian.
PUJIAN: Sabar,membenci perbuatan
guru-guru palsu.
Dia
mati atau menyerah.
TEMPLAKAN: Telah meninggalkan kasih
mula-mula.
NASIHAT:Bertobat—lakukan kembali
kebaikan yang
mula-mula.
JANJI UPAH : Makan buah pohon alhayat.
Jemaat SMIRNA Periode: Abad ke2,3 dan awal abad ke 4
(100-313)
Makna nama: Harum; Masa :
Penganiayaan,Mati syahid.
Gambaran tentang Yesus: Pertama dan
terakhir.Dia
yang
tadinya mati tapi sekarang hidup kembali.
Pujian: Kaya dalam iman & Perbuatan
baik walaupun
dalam
kekacauan & kemunafikan.
Templakan: Tidak ada.
Nasihat: Tetap setia sampai mati
Janji upah: Menerima mahkota
kehidupan.Tidak me-
ngalami
kematian kedua.
Jemaat PERGAMUS Periode: Abad ke 4 & 5, penggal pertama abad ke-6.
Tahun 313 – 538.
Makna nama: Ketinggian atau kuasa atau
peningkatan
oleh
pernikahan.
Gambaran tentang Yesus: Dia yang
memiliki pedang
tajam
bermata dua.
Pujian: Berpegang teguh. Tidak
menyangkal iman.
Templakan: Ada penganut ajaran Bileam. Toleransi
terhadap
paham Nikolaus Bileamisme Kompromis
kekafiran
& Amoral.
Nasihat: Bertobat.
Janji Upah: Menerima manna yang
tersimpan Batu
Putih
Nama yang baru.
Jemaat TIATIRA Periode : Abad ke-6 sampai ke-15
(538-1798)
The era of papal supremacy (Zaman ke emasan
dari kepausan kekafiran.
Makna nama: HARUM (Sweet savor of labor/sacrifice-
Bau
bakti harum atau korban pertobatan).
Gambaran tentang Yesus: Putra Allah.
Mata bernyala
nyala,
Kaki tembaga.
Pujian: Untuk kasih,iman,kesabaran
& perbuatan baik
(Pekerjaan
terakhir lebih banyak dari yang pertama.)
Templakan: Toleransi terhadap Izebel,
kekafiran,amoral,
tidak
bertobat.
Nasihat: Pegang teguh apa yang ada
padamu.
Janji Upah: Kuasa atas bangsa-bangsa,
Bintang
Fajar.
“ 2).
“Tiatira adalah sebuah kota tua
di Lidia yang terletak di tepi sungai Lycus…di bagian utara Lidia…Sejarah
awalnya tidak begitu diketahui kecuali bahwa itu adalah sebuah kota suci dari
Tirimnos, dewa matahari bangsa Lidia…Tiatir kuno merupaka sebuah kota kaum
pekerja”. 3)
“Tiatira adalah suatu lambang
yang pas dari jemaat Kristen sepajang Abad Pertengahan (538-1517). Banyak orang Kristen di berbagai negeri
memelihara hubungan mereka dengan Kristus serta kesetiaan kepada iman yang sungguh-sungguh
akan para rasul-Nya. Contohnya, umat
Kristen di Inggeris, Skotlandia, Irlandia yang bertaut pada agama berdasarkan
Alkitab. Kaum Waldensia serta para
pengikut Wycliffe dan Huss lebih dekat kepada Kekristenan zaman rasul-rasul
dibandingkan kebanyakan dari orang-orang pada zaman mereka”. 4)
Ay 18: “Dan tuliskanlah
kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mataNya
bagaikan nyala api dan kakiNya bagaikan tembaga”.
1) Kota
Tiatira.
a)
Letak dan ukuran kota Tiatira.
Herman
Hoeksema: “Thyatira was a city in Asia Minor southeast from
Pergamos, on the road to Sardis” (= Tiatira adalah sebuah kota di Asia
Kecil di sebelah tenggara dari Pergamus, pada jalan menuju Sardis) - hal
95-96.
Herman
Hoeksema: “It was not a large city, like Pergamos” (= Itu
bukanlah sebuah kota yang besar, seperti Pergamus) - hal 96.
b)
Kota Tiatira terkenal karena pewarnaan kain.
Herman
Hoeksema: “It was known for the art of dyeing” [= Kota itu
dikenal karena seni pewarnaan (kain)] - hal 96.
Bandingkan ini dengan
Lidia, petobat pertama di kota Filipi (Kis 16:14-15), yang adalah ‘seorang
penjual kain ungu dari kota Tiatira’. Kain ungu yang ia jual adalah
produksi utama kota Tiatira.
c)
Kota Tiatira mempunyai banyak serikat kerja yang berhubungan dengan penyembahan
berhala.
Kota Tiatira adalah kota
perdagangan, dan di kota ini ada banyak serikat kerja. Ada serikat kerja untuk
pekerja wol, ada serikat kerja untuk pekerja kain, ada serikat kerja untuk
pekerja kulit, dsb. Dan setiap serikat kerja ini mempunyai dewa pelindung /
penjaganya sendiri-sendiri, dan karena itu setiap serikat kerja berhubungan
dengan penyembahan terhadap dewa pelindung / penjaga tersebut. Ini menjadi
problem bagi orang kristen di Tiatira.
William
Hendriksen: “The situation, therefore, was somewhat as follows: if you
wish to get ahead in this world, you must belong to a guild; if you belong to a
guild, your very membership implies that you worship its god. You will be
expected to attend the guild-festivals and to eat food part of which is offered
to the tutelary deity and which you receive on your table as a gift from the
god. And then, when the feast ends, and the real - grossly immoral - fun
begins, you must not walk out unless you desire to become the object of
ridicule and persecution!” (= Karena itu, situasinya kira-kira adalah
sebagai berikut: jika engkau ingin maju di dunia ini, engkau harus termasuk
dalam suatu serikat kerja; jika engkau termasuk dalam suatu serikat kerja, maka
keanggotaanmu itu sendiri secara tidak langsung menunjukkan bahwa engkau
menyembah dewa dari serikat kerja itu. Engkau akan diharapkan untuk menghadiri
pesta / perayaan dari serikat kerja itu dan makan makanan yang merupakan bagian
dari apa yang dipersembahkan kepada dewa pelindung, dan yang engkau terima di
mejamu sebagai suatu pemberian dari dewa itu. Dan lalu, pada saat pesta /
perayaan berakhir, dan kesenangan yang sebenarnya, yang sangat tidak bermoral,
dimulai, janganlah engkau meninggalkan tempat itu kecuali engkau ingin menjadi
obyek dari ejekan dan penganiayaan) - hal 71.
Steve
Gregg: “the Christians in Thyatira may have been hard pressed to
support themselves and their families without resorting themselves to some
measure of compromise with idolatry” (= orang-orang Kristen di Tiatira
mungkin telah sangat tertekan untuk menghidupi diri mereka sendiri dengan
keluarga mereka tanpa mengambil jalan kompromi sampai pada tingkat tertentu
dengan penyembahan berhala) - hal 71.
Bdk. 1Kor 10:21-22 - “Kamu
tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu
tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan
roh-roh jahat. Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih
kuat dari pada Dia?”.
Penerapan:
Situasi di Tiatira mirip
dengan situasi di Indonesia, dimana orang kristen sering diundang untuk ikut
slametan, dan kalau tidak pernah mau datang, mungkin sekali akan dianggap
sombong, dan lalu dikucilkan.
2) Surat kepada
gereja / jemaat Tiatira.
a)
Ini adalah surat yang terpanjang dari 7 surat dalam Wah 2-3.
Steve Gregg, William
Barclay, Leon Morris, dan banyak penafsir lain mengatakan bahwa dari ke 7 kota
yang mendapatkan surat dalam Wah 2-3, kota Tiatira adalah kota yang paling
tidak penting, tetapi kota ini mendapatkan surat yang paling panjang.
Leon
Morris (Tyndale): “The longest of the seven letters is written to the church
in the smallest and least important town! The values of God are not the values
of men” (= Surat yang terpanjang dari tujuh surat ditulis kepada gereja di
kota yang paling kecil dan paling tidak penting! Nilai / penilaian dari Allah
bukanlah nilai / penilaian dari manusia) - hal 69.
Penerapan:
Dalam melakukan pelayanan,
jangan menganggap gereja besar lebih penting dari gereja kecil, orang kaya /
orang yang mempunyai kedudukan tinggi lebih penting dari orang miskin / orang
yang berkedudukan rendah, dsb.
b)
Robert Mounce (NICNT) mengutip kata-kata Hemer yang mengatakan bahwa surat ini
bukan hanya paling panjang tetapi juga paling sukar.
Robert
Mounce (NICNT): “The difficulty in interpreting the letter grows out of
its numerous references to the details of daily life which have become obscured
with the passing of time and the lack of archaeological evidence which would
reveal its past” (= Kesukaran dalam menafsirkan surat ini timbul dari
banyaknya hubungan dengan hal-hal terperinci dari kehidupan sehari-hari pada
saat itu, yang telah menjadi kabur dengan berlalunya waktu dan kurang / tidak
adanya bukti arkheologi yang menyingkapkan masa lalu tempat itu) - hal 101.
3) Ada 3 hal
yang dinyatakan oleh Yesus tentang diriNya dalam ay 18 ini, yaitu:
a)
Ia adalah ‘Anak Allah’.
Ini adalah satu-satunya
kali dimana gelar ‘Anak Allah’ muncul dalam ke 7 surat, bahkan dalam seluruh
kitab Wahyu.
Barnes’ Notes (hal 1562)
mengatakan bahwa kerasnya teguran dalam surat ini menyebabkan otoritas dari si
Pembicara dibuat lebih mengesan-kan dengan memberi gelar ‘Anak Allah’.
Robert Mounce (NICNT)
mengatakan bahwa karena ay 27 mengutip Maz 2:9, maka mungkin sekali istilah
‘Anak Allah’ di sini diambil dari Maz 2:7.
b)
‘mataNya bagaikan nyala api’.
Ini menunjukkan
kemahatahuan. Ia tahu akan dosa-dosa mereka.
c)
‘kakiNya bagaikan tembaga’.
Ini menunjukkan penghakiman
/ penghukuman. Ia akan menginjak-injak mereka yang tidak mau bertobat. Gregg
mengatakan bahwa kaki ini akan menginjak-injak orang jahat dalam kilangan
anggur dari murka Allah (bdk. 14:19-20 19:15 Yes 63:3-4).
Ay 19: “Aku tahu
segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun
ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada
yang pertama”.
Ayat ini menunjukkan suatu
pujian terhadap hal-hal yang baik dalam gereja Tiatira.
1) Hal-hal yang
baik ialah: kasih, iman, pelayanan dan ketekunan mereka.
a)
Hoeksema (hal 99) berkata bahwa ‘kasih’ disebutkan sebagai yang pertama, tetapi
itu tidak berarti bahwa kasih merupakan sumber dari hal-hal yang disebutkan
berikutnya. ‘Kasih’ disebutkan sebagai yang pertama karena itu merupakan yang
paling menonjol dalam gereja Tiatira ini.
b)
Kata ‘ketekunan’ diterjemahkan dari kata Yunani HUPOMONE.
Kata bahasa Yunani HUPOMONE
berarti ‘kemampuan bertahan dalam kesukaran, bukan dengan sikap sekedar
bertahan (diam / pasif), tetapi dengan sikap sedemikian rupa sehingga mampu
untuk menjadikan situasi / hal yang tidak menyenangkan itu menjadi sesuatu yang
memuliakan Tuhan’.
2)
‘Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang
pertama’.
Ini
sesuatu yang baik dari gereja Tiatira, yaitu mereka maju dalam pekerjaan /
pelayanan. Jadi, kontras dengan jemaat Efesus yang mundur karena kehilangan
kasih yang semula, maka jemaat Tiatira justru maju.
Adam
Clarke: “They not only retained what they had received at first,
but grew in grace, and in the knowledge and love of Jesus Christ. This is a
rare thing in most Christian Churches: they generally lose the power of
religion, and rest in the forms of worship; and it requires a powerful revival
to bring them to such a state that their last works shall be more than their
first” (= Mereka tidak hanya mempertahankan apa yang telah mereka terima
pada mulanya, tetapi bertumbuh dalam kasih karunia, dan dalam pengenalan dan
kasih Yesus Kristus. Ini merupakan hal yang langka dalam kebanyakan
Gereja-gereja Kristen: mereka biasanya kehilangan kekuatan agama, dan bersandar
pada / berhenti dalam bentuk-bentuk ibadah / ibadah yang bersifat lahiriah; dan
membutuhkan kebangunan rohani yang kuat untuk membawa mereka pada suatu keadaan
dimana pekerjaan terakhir mereka lebih banyak dari pekerjaan mereka pada
mulanya) - hal 981.
Berusahalah
supaya saudara tidak seperti gereja pada umumnya, seperti kata-kata Clarke ini!
John
Stott: “Ephesus was backsliding; Thyatira was moving forward. The
church of Ephesus had abandoned the love it had at first; the church of
Thyatira was exceeding the works it did at first. Which of these two churches
do we resemble more? Alas! that of many Christians the solemn words could be
used: ‘the last state has become worse for them than the first’ (2Pet. 2:20;
cf. Mt. 12:45)” [= Efesus sedang merosot ke belakang; Tiatira sedang
bergerak ke depan. Gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang mereka miliki
pada mulanya; gereja Tiatira sedang melampaui pekerjaan-pekerjaan yang mereka
lakukan pada mulanya. Kita lebih mirip yang mana dari dua gereja ini? Aduh /
celaka! bahwa terhadap banyak orang Kristen bisa digunakan kata-kata yang
khidmat: ‘maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula’
(2Pet 2:20; bdk. Mat 12:45)] - hal 70. 5)
REFERENSI:
1.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung:
Indonesia Publishing House, 2007.hal 65.
2.
Materi Seminar Wahyu, Bandung: Indonesia Publishing
House, 1993.hal.227.
3.
The SDA Bible Commentary, Jilid 7, U.S.A: Review
and Herald Publishing Association, Revised, 1980. hal.96.
4.
Leo R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang
ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia Publishing
House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989 hal.42
5.
Pdt. Budi Asali M.Div. , Eksposisi Wahyu kepada
Yohanes.