"PEMURIDAN DAN DOA"
PENDAHULUAN:
Doa, hal
pokok dalam pemuridan.
Sekalipun sukar untuk dimengerti, tapi
kenyataannya banyak orang Kristen yang jarang sekali bahkan tidak pernah berdoa
secara pribadi. Seseorang mungkin ikut dalam doa bersama pada acara-acara
kebaktian, atau berdoa sebelum makan sebagai suatu kebiasaan, tetapi doa
pribadi yang dilakukan sendirian di tempat yang terasing untuk berkomunikasi
dengan Tuhan adalah bentuk doa yang jika dilaksanakan secara terjadwal dan
terencana akan meningkatkan kualitas kehidupan rohani kita sebagai murid Kristus.
Nasihat rasul Paulus agar orang Kristen
"berdoa dengan tiada berkeputusan" (1Tes. 5:17, TL) itu tidak
memperhitungkan doa bersama, doa waktu makan, doa ketika hendak bepergian, dan
doa-doa sejenis itu. Meskipun pada prinsipnya setiap kali kita berdoa kita menempatkan
diri di hadapan Allah dan menyelaraskan hati kita dengan surga, doa pribadi
yang dilakukan secara khusus dalam ketenangan dan keheningan suasana itulah
yang mesti dijalankan secara konstan dan konsisten oleh umat Tuhan. Teristimewa
bilamana kita mengaitkan perlunya berdoa dalam pekerjaan penginjilan ataupun
proyek pemuridan.
"Apapun
hal lain yang kita lakukan dalam pekerjaan untuk jiwa-jiwa, apapun program
jangkauan keluar yang kita adakan, kita harus berdoa bagi mereka yang sedang
kita usahakan untuk jangkau. Ini merupakan hal pokok tentang apa artinya
menjadi seorang Kristen, apalagi sebagai seorang pencari murid. Betapa
perubahan-perubahan yang penuh kuasa bisa terjadi jika doa yang terus-menerus
dan tekun menjadi pusat dari metodologi kita dalam usaha mencari dan memelihara
murid-murid!" [alinea pertama].
Doa pribadi harus terintegrasi ke dalam
usaha penginjilan maupun program pemuridan, sebab tanpa doa segala teori dan
strategi apapun segera kehilangan daya dan makna. Untuk berhasil dalam sebuah
proyek pemuridan Kristen seseorang harus lebih dulu menjadikan dirinya sebagai
murid Kristus yang handal, dan hal itu hanya bisa terjadi jika seseorang
menerapkan "pola hidup berdoa dan pola berdoa yang hidup."
Doa dapat terbagi ke dalam 4 kategori. Kita
merumuskannya dengan "4P" yang berturut-turut terdiri atas
doa-doa pemujaan, pengakuan dosa, pengucapan syukur, dan permohonan. Dalam
bahasa Inggris pengelompokkan ini disingkat dengan "ACTS":
1. Adoration (pemujaan/penyembahan)
2. Confession (pengakuan
dosa)
3. Thanksgiving (pengucapan
syukur)
4. Supplication (permohonan).
1. MOTIVASI DALAM
BERDOA (Belas Kasihan yang Tahan Uji)
Berdoa demi siapa?
Kalau secara sempit dan kaku kita menganggap
sikap "memperhatikan kepentingan sendiri" adalah dosa (Flp. 2:4),
oleh karena hal itu berlawanan dengan perintah Yesus agar "mengasihi
sesama manusia seperti diri sendiri" (Mat. 22:39; Mrk. 12:31), maka jika
tak hati-hati berdoa bisa menjadi perangkap dosa. Misalnya kalau dalam doa kita
selalu hanya meminta dari Tuhan apa yang berkaitan dengan keperluan hidup diri
kita sendiri saja. Seperti memohon berkat, perlindungan, keselamatan,
kesehatan, dan kebahagiaan yang pada dasarnya adalah hal-hal yang menyangkut
kesejahteraan hidup pribadi. Sementara dalam segala keperluan hidup kita harus
bergantung pada Tuhan, doa yang selalu hanya terpusat pada kepentingan diri
sendiri saja akan menjadi doa yang cengeng.
"Namun, doa pengantaraan yang terpusat
pada kebutuhan-kebutuhan orang lain menghilangkan kecenderungan motivasi yang
mementingkan diri. Sepanjang sejarah, doa-doa pengantaraan telah mewakili
ungkapan-ungkapan pembicaraan rohani yang paling tinggi. Tanpa dinodai oleh
keinginan akan kepuasan pribadi, percakapan-percakapan ini menunjukkan hal yang
tidak mementingkan diri sendiri, belas kasihan, dan kerinduan mendalam akan
keselamatan orang lain" [alinea kedua].
Doa pengantaraan (intercessory prayer), atau
dalam Alkitab disebut doa syafaat (1Tim. 2:1)--Grika: ἔντευξις, enteuxis--adalah
doa yang kita layangkan demi kepentingan orang lain, baik pribadi maupun
kelompok. Misalnya untuk orang-orang yang sedang sakit supaya beroleh
kesembuhan, mereka yang perlu dikuatkan dalam pergumulan hidup, orang-orang
yang sedang menghadapi tantangan hidup atau saat-saat genting dalam kehidupan,
dan sebagainya. Setiap orang akan merasa senang jika mengetahui bahwa kita
mendoakan mereka, tidak peduli apakah mereka itu seiman dengan kita atau tidak.
Bahkan orang yang tidak beragama sekalipun akan merasa terkesan bila mengetahui
bahwa kita berdoa demi kebaikan mereka. Dengan cara demikian secara tidak
langsung kita telah mengajarkan mereka tentang kuasa doa.
Bercermin pada kehidupan doa nabi
Daniel.
Salah satu tokoh dalam Alkitab yang terkenal
tekun berdoa secara teratur dan konsisten adalah Daniel, seorang nabi yang
terkenal dengan nubuatan-nubuatan besarnya yang menyingkap peristiwa-peristiwa
global hingga zaman akhir. Sebagai seorang penasihat utama kerajaan, baik
semasa kekuasaan kerajaan Babel maupun Persia, Daniel tinggal di lingkungan
istana dan di apartemennya itu dia memiliki sebuah kamar khusus yang jendelanya
dibiarkan terbuka menghadap ke arah kota Yerusalem di mana dia biasa berdoa
berlutut tiga kali sehari (Dan. 6:11). Apa saja hal-hal yang didoakan Daniel?
Berdoa sehari tiga kali tiap-tiap hari akan
terlalu banyak kalau isi doanya hanya melulu untuk keperluan pribadinya, dan
Daniel yang hidupnya serba cukup dan terjamin itu tidak mempunyai banyak
keperluan diri sendiri untuk didoakan. Sang nabi menggunakan hampir seluruh
jam-jam doanya itu demi kepentingan orang-orang lain, yaitu untuk bangsanya
sendiri serta demi raja dan bangsa kafir di mana dia hidup. Dalam pasal 9:2-19
kita membaca bahwa Daniel berdoa memohon pengampunan Allah atas dosa-dosa
bangsanya sendiri supaya Allah memulihkan Israel. Perhatikan, ketika sedang
berdoa itu malaikat Gabriel diutus Allah kepadanya untuk menjawab doanya.
"Ketika engkau mulai menyampaikan permohonan keluarlah suatu
firman, maka aku datang untuk memberitahukannya kepadamu, sebab engkau sangat
dikasihi. Jadi camkanlah firman itu dan perhatikanlah penglihatan itu!"
(ay. 23; huruf miring ditambahkan). Inilah jawaban doa tercepat yang pernah
tercatat dalam Kitabsuci!
"Pemulihan Yerusalem pun tidak akan
memulihkan keberuntungan pribadi Daniel. Tidak ada dalam doa Daniel yang
menunjukkan kepentingan pribadi. Nabi zaman purba itu secara tegas memohon
dengan sangat kepada Allah menyangkut masa depan bangsa Yahudi dalam pembuangan
dan demi nama baik Yehovah sendiri. Pengakuan dosa yang panjang mendahului
permohonan-permohonannya" [alinea terakhir: kalimat ketiga hingga keenam].
Apa
yang kita pelajari tentang doa dan belas kasihan yang terpantul dari padanya?
1. Meskipun
berstatus sebagai tawanan namun kehidupan Daniel dalam ukuran masa itu
tergolong sangat nyaman, tetapi keadaan itu tidak membuat dia lupa daratan.
Kepedulian nabi itu terhadap nasib bangsanya ditunjukkan dengan melayangkan doa
pengantaraan secara terjadwal dan konsisten.
2. Sebagai orang
Kristen kita diajar untuk mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri
sendiri, tetapi doktrin ini tampaknya "terlalu ideal" untuk diamalkan
dalam kehidupan nyata. Namun, setidaknya kita bisa mempraktikkan ajaran itu
dalam berdoa, yaitu dengan mendoakan orang lain sesering mendoakan diri
sendiri.
3. Tidak ada
kekikiran yang melebihi kekikiran untuk tidak mau berdoa demi orang lain. Kalau
untuk mendoakan orang lain saja anda begitu pelit, bagaimana anda mau berbagi
hal-hal lain yang lebih konkret (berujud)? Bukankah jauh lebih mudah untuk
berbagi doa dengan orang lain daripada berbagai sesuatu barang?
2. KAPAN KITA
BERDOA (Waktu Untuk Berdoa)
Kehidupan doa Yesus.
Sepanjang bisa kita cermati, masa hidup
kedewasaan Yesus Kristus di dunia ini sebelum penyaliban hanya dihabiskan untuk
dua hal: berdoa dan melayani. Murid-murid-Nya sering mendapati Yesus sedang
berdoa sendirian, suatu kehidupan doa yang begitu mengesankan sehingga mereka
ingin menirukannya. Lukas mencatat, "Pada suatu kali Yesus sedang berdoa
di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari
murid-murid-Nya kepada-Nya: 'Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang
diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya'" (Luk. 11:1; huruf miring
ditambahkan). Tampaknya Yesus berdoa begitu kusyuk dan cukup lama sehingga
murid-murid harus menunggu sampai Dia selesai berdoa. Tidak disebutkan apakah
mereka bisa mendengarkan kata-kata dalam doa-Nya atau saat itu Yesus sedang
berdoa dalam hati. Tetapi sesudah itu Yesus mengajarkan kepada mereka apa yang
kemudian dikenal oleh sebagian orang sebagai "Doa Bapa Kami."
Yesus biasa menyendiri ke tempat-tempat yang
sunyi untuk berdoa (Luk. 5:16), selain berdoa bersama murid-murid (Luk. 9:28;
22:39-41). Yesus juga suka berdoa untuk Diri sendiri (Yoh. 17:1, 5) maupun bagi
orang-orang lain (ay. 9) bahkan untuk anak-anak kecil (Mat. 19:14-15). Yesus
pun berdoa sebelum membuat keputusan penting semisal memilih murid-murid
terdekat-Nya (Luk. 6:12-13).
"Kristus sudah tentu mencontohkan
kehidupan berdoa yang Ia perintahkan pada murid-murid-Nya. Pagi hari, petang
hari, sesudah berkhotbah, sebelum berkhotbah, kapan saja memungkinkan--Yesus
berdoa. Taman, pegunungan, tempat-tempat yang terpencil, di mana saja
gangguan-gangguan mereda--Yesus berdoa. Terpisah secara ruang dari hadirat
Bapa, Yesus dipersatukan secara rohani dengan Bapa melalui doa. Sumber
kehidupan rohani Kristus mengalir melalui nadi rohani dari doa" [alinea
kedua: lima kalimat pertama].
Sedangkan Yesus berdoa.
Mungkin anda bertanya, mengapa Yesus perlu
berdoa? Secara teologis kita dapat menyimpulkan sedikitnya ada tiga alasan: (1)
Yesus berdoa untuk menjadi teladan bagi murid-murid dan semua pengikut-Nya; (2)
penjelmaan membuat Yesus memiliki ciri sifat keilahian dan juga kemanusiawian;
(3) hubungan Yesus dengan Bapa surgawi-Nya harus terjalin secara terus-menerus.
Yesus bukan hanya mengajarkan cara berdoa dan menganjurkan murid-murid untuk
berdoa, tetapi Dia memberi contoh dalam hal berdoa. Sebagai Oknum ilahi yang
mengenakan kemanusiawian selama penjelmaan-Nya, Yesus sebagai manusia perlu
untuk berdoa. Doa adalah satu-satunya saluran komunikasi yang menghubungkan
Yesus yang berada di Bumi langsung dengan Bapa surgawi.
"Juga, ketika Allah di dalam Kristus
membungkus Diri-Nya dalam daging manusia, menerima keterbatasan-keterbatasan
manusiawi, Dia juga merasakan perlunya doa. Walaupun tidak berdiri di hadapan
Bapa dalam posisi yang sama seperti kita sebagai orang-orang berdosa yang telah
jatuh, Yesus sebagai seorang manusia tetap melihat perlunya untuk
berdoa" [alinea pertama: dua kalimat terakhir].
Tatkala menjelma dan hidup sebagai manusia
di atas dunia ini, Yesus "telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia" (Flp. 2:7).
Untuk itu, "sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat"
(Ibr. 5:8). Penjelmaan Yesus adalah penjelmaan secara totalitas, dan Ia
melakukan itu demi untuk menunaikan kehendak Bapa-Nya. Seperti yang
dikatakan-Nya, "Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan
kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku"
(Yoh. 6:38).
Apa yang
kita pelajari tentang waktu yang digunakan Yesus dalam kehidupan doa-Nya?
1. Program
pemuridan yang dijalankan Yesus Kristus di dunia ini telah dimulai dengan doa
dan diakhiri dengan doa. Yesus berdoa sebelum memilih murid-murid-Nya, dan
menjelang kenaikan-Nya ke surga Ia mendoakan mereka serta menyerahkan mereka
kepada Bapa.
2. Kehidupan doa
Yesus setara dengan kehidupan pelayanan-Nya; seberapa banyak waktu yang
digunakan-Nya untuk melayani manusia sebanyak itu pula waktu yang diluangkannya
untuk berdoa. Bahkan saat tubuh-Nya tergantung di atas salib, demi pelayanan-Nya
yang terbesar bagi manusia sebagai Penebus, Yesus tetap berdoa.
3. Penjelmaan
Yesus bukan mengubah status-Nya sebagai Anak Allah menjadi manusia, melainkan
mengenakan rupa manusia pada sifat keilahian-Nya. Itulah sebabnya Yesus yang
secara wujud lahiriah adalah seorang manusia biasa merasa perlu untuk berdoa
terus-menerus kepada Bapa surgawi.
3. DOKTRIN
TENTANG DOA (Pengajaran Tanpa Batas Waktu)
Hubungan melalui doa.
Kata "doa" dalam PB berasal dari
kata Grika προσευχή, proseuchē (baca: prosuké), yaitu sebuah kata benda feminin yang dapat
diartikan sebagai "berhubungan dengan Tuhan" (Strong, G4335). Dalam
pemakaiannya sebagai kata kerja berubah menjadi προσεύχομαι, proseuchomai (baca: prosukomai), yang berarti "berdoa" atau
"melayangkan doa" (Strong, G4336). Dalam konkordansi Grika dari
Alkitab PB versi King James kata ini digunakan sebanyak 90 kali dalam 82 ayat.
Pada
dasarnya, berdoa adalah suatu pengalaman pribadi yang kita alami dalam
berhubungan dengan Allah, yang dalam iman Kristiani hubungan itu dilakukan melalui Yesus
Kristus sebagai "jalan masuk" kita (baca Yoh. 14:6). Kualitas
kehidupan doa kita ditentukan oleh kualitas dari doa-doa pribadi yang kita
layangkan kepada Tuhan, dan pada gilirannya hal itu mempengaruhi pula kualitas
hubungan kita dengan Tuhan. Sebagaimana hubungan timbal-balik dalam
rumahtangga--suami >< istri; orangtua >< anak--itu ditentukan oleh
kualitas komunikasi yang terjalin, demikian halnya hubungan kita dengan Tuhan
ditentukan oleh kualitas komunikasi yang kita jalin dengan Dia. Kualitas
komunikasi juga berkaitan erat dengan kualitas waktu yang kita sediakan dan
gunakan dalam komunikasi itu, semakin berkualitas komunikasi kita dengan Tuhan
kian berkualitas pula hubungan kita dengan Dia.
"Doa
secara ajaib mengikat jiwa-jiwa yang terbatas dengan Pencipta mereka yang tidak
terbatas. Doa adalah perekat rohani. Diikat dengan Bapa surgawi, umat percaya
melampaui sifat-sifat duniawi dan kencenderungan-kecenderungan jahat mereka.
Transformasi ini memisahkan mereka dari dunia" [alinea pertama: empat
kalimat pertama].
Janji atas doa.
Sebagaimana dalam suatu hubungan horisontal
di antara sesama manusia dibangun atas dasar saling percaya, demikian pula
hubungan vertikal antara umat percaya dengan Allah berlandaskan pada percaya.
Ketika kita berdoa kepada Tuhan maka kita percaya bahwa Dia akan menjawab doa
kita, dan bilamana Tuhan mengabulkan doa kita Dia pun percaya bahwa kita dapat
memanfaatkan jawaban doa kita itu dengan baik. Allah bisa dipercaya dalam hal
menjawab doa kita sekalipun itu dilayangkan secara diam-diam di tempat yang
tersembunyi, sebab "Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu" (Mat. 6:6). Yesus sendiri sudah menjamin bahwa setiap orang yang
meminta kepada-Nya akan menerima, "Karena orang yang minta akan menerima;
orang yang mencari akan mendapat; dan orang yang mengetuk, akan dibukakan
pintu" (Mat. 7:8, BIMK).
Tetapi selain janji atas doa juga ada syarat
untuk berdoa, yang saya sebut sebagai "syarat teknis" dan
"syarat esensial." Syarat teknis termasuk cara kita berdoa
yang "tidak bertele-tele serta banyak kata-kata" (Mat. 6:6), dan juga
jangan berdoa seperti sebuah pertunjukan sehingga menimbulkan kesan cari
perhatian, baik dalam hal kata-kata maupun gaya (baca Luk. 18:11-12). Syarat
esensial dalam berdoa ialah keyakinan bahwa Allah mendengar dan menjawab
doa kita (Mat. 21:22). Selain itu, dalam memohon sesuatu melalui doa ialah motif
atas apa yang diminta. Rasul Yakobus berkata, "Kamu tidak memperoleh apa-apa,
karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga tetapi kamu tidak menerima
apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu
habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu" (Yak. 4:2-3).
"Orang percaya yang tulus percaya pada
kemampuan Allah untuk menghormati janji-janji-Nya. Belum pernah ada seorangpun
mengajukan permohonan yang menggertak Allah. Kekuasaan-Nya tak terbatas,
kekuatan-Nya tak tertandingi. Umat Allah menghampiri gerbang surga dengan
keyakinan pada Tuhan--bahwa Ia akan melakukan apa yang terbaik bagi kita,
sekalipun kita tidak bisa melihatnya sekarang...Keyakinan jangan dirancukan
dengan kesombongan atau keangkuhan. Menghampiri takhta Allah dengan keberanian
tidak dengan perasaan berhak. Sikap orang percaya ditandai dengan keberanian dan kerendahan
hati" [alinea kedua: empat kalimat pertama; alinea ketiga: tiga
kalimat pertama].
Apa
yang kita pelajari tentang doa sebagai sebuah pengajaran yang abadi?
1. Doa adalah
sarana komunikasi yang disediakan Tuhan bagi manusia yang percaya dan rindu
menjalin hubungan pribadi dengan-Nya. Bukan sekadar hubungan dangkal yang hanya
sesekali saja bilamana perlu, melainkan hubungan berkualitas yang konsisten.
2. Mahatma
Gandhi mengatakan, "Doa adalah kerinduan jiwa. Dalam berdoa lebih baik
mempunyai hati tanpa kata-kata daripada kata-kata tanpa hati." Kita berdoa
karena ada kerinduan dalam jiwa kita terhadap Tuhan, dan karena keakraban yang
terbangun di lubuk hati.
3. Keyakinan
(percaya) adalah esensi dari setiap doa kepada Tuhan. Yesus berkata,
"Sebab itu ingatlah ini: Apabila kalian berdoa dan minta sesuatu,
percayalah bahwa Allah sudah memberikan kepadamu apa yang kalian minta, maka
kalian akan menerimanya" (Mrk. 11:24, BIMK).
4. MAKNA DOA
PENGANTARAAN YESUS (Belas Kasihan Tanpa Batas Waktu)
Belas kasihan Yesus.
Tidak ada yang dapat menandingi rasa belas
kasihan Yesus Kristus atas nasib umat manusia. Betapa tidak! Bukankah Dia telah
datang ke dunia ini menjelma sebagai manusia biasa dan mati di kayu salib demi
menyediakan keselamatan bagi umat manusia? Selama hidup di antara manusia Yesus
juga telah menunjukkan belas kasihan-Nya melalui pelayanan dalam berbagai
kebutuhan manusia, baik rohani maupun jasmani. Menjelang penyaliban, Yesus
telah mengadakan doa pengantaraan secara khusus demi murid-murid-Nya bahkan
untuk para pengikut-Nya sepanjang zaman (baca Yohanes pasal 17). Semua itu
didorong oleh sifat belas kasihan yang merupakan salah satu ciri tabiat
Kristus. Inilah makna dari doa pengantaraan (doa syafaat) itu.
"Kristus
adalah perwujudan dari kesempurnaan; yakni, semua kesempurnaan Allah dinyatakan
dalam Dia. Jadi, pernahkah ada seseorang yang lebih berbelas kasihan daripada
Kristus? Siapakah yang memiliki kerinduan lebih besar daripada Yesus untuk
meringankan penderitaan manusia?" [alinea pertama].
Doa Yesus
yang tercatat dalam Yohanes 17 adalah doa pengantaraan paling penting yang
dilayangkan-Nya menjelang kematian-Nya di kayu salib. Doa ini kerap disebut
sebagai "doa pengantaraan yang agung" (great intercessory prayer)
atau "doa keimamatan besar" (high priestly prayer), dan
merupakan doa terpanjang yang pernah tercatat dalam Alkitab. Dalam doa ini
pertama-tama Yesus mendoakan diri-Nya selaku persembahan kurban (ay. 1-5),
kemudian mendoakan murid-murid-Nya (ay. 6-19), dan selanjutnya mendoakan umat
Kristen sepanjang zaman sebagai hasil dari pemuridan yang dilakukan oleh
murid-murid-Nya yang pertama (ay. 20-26).
Kepedulian
Yesus.
Hidup di antara manusia selama kurang-lebih
33 tahun sudah lebih dari cukup bagi Yesus untuk mengenal keadaan manusia,
khususnya dalam tiga setengah tahun terakhir hidup-Nya sejak Ia memulai
pelayanan-Nya pada usia 30 tahun (baca Luk. 3:23). Kemanusiaan Kristus adalah
fakta alkitabiah, dengan maksud untuk mengalami suatu kehidupan sebagai manusia
biasa yang tunduk di bawah hukum Allah. Seperti kata rasul Paulus: "Tetapi
setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang
perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang
takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak" (Gal.
4:4-5). Yesus mengerti apa itu godaan dan cobaan hidup, tetapi Dia tidak pernah
jatuh ke dalam dosa akibat godaan dan cobaan hidup. "Sebab Imam Besar yang
kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya
tidak berbuat dosa" (Ibr. 4:15).
Berdasarkan
pengalaman-Nya sendiri, dan didorong oleh rasa belas kasihan pada kondisi
manusiawi yang lemah dan tidak tahan godaan serta cobaan, maka Yesus menaruh
simpati dan sekaligus prihatin melihat Petrus yang belum berpengalaman itu
berjanji dalam ketulusannya untuk tetap setia. "Simon, Simon, lihat, Iblis
telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa
untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah
insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu" (Luk. 22:31-32; huruf miring
ditambahkan). Perkataan Yesus ini masih tetap bergaung hingga sekarang ini bagi
anda dan saya yang harus bergumul setiap hari.
"Yesus bisa
secara efektif mengantarai demi murid-murid-Nya karena Dia terlibat aktif dalam
hidup mereka, memahami mereka sepenuhnya, dan dengan kesungguhan menginginkan
kebaikan mereka. Pengantaraan yang efektif dewasa ini menuntut tidak kurang
dari itu...Pemuridan dewasa ini menuntut lebih dari sekadar membagikan traktat
dan argumentasi alkitabiah tanpa cela. Berdoa dalam kesadaran yang simpatik
terhadap penderitaan orang lain, dan dengan kerinduan yang sungguh untuk
meringankan penderitaan itu, masih merupakan ukuran dari doa pengantaraan dalam
pemuridan yang efektif" [alinea ketiga: dua kalimat pertama; alinea keempat:
dua kalimat terakhir].
Apa yang
kita pelajari tentang belas kasihan dan kepedulian Yesus terhadap umat-Nya?
1. Besarnya belas
kasihan Yesus atas umat manusia tidak terbantahkan. Yesus sudah mati untuk
menebus manusia, Ia juga telah berdoa bagi kita dan menyerahkan kita ke dalam
pemeliharaan Bapa surgawi. Tentu saja Yesus berkepentingan agar semua umat
percaya selamat di dunia dan di akhirat.
2. Meskipun
sebagian orang menganggap Yesus adalah manusia biasa semata (paham Ebionisme),
sementara sebagian lagi melihat Yesus sebagai oknum ilahi sepenuhnya (paham
Docetisme), namun kemanusiaan dan keilahian yang menyatu dalam diri Yesus
Kristus adalah fakta alkitabiah yang tak dapat disangkal.
3. Dalam sifat
kemanusiaan-Nya yang nyata Yesus telah digoda, dicobai, dicerca, disakiti,
dianiaya bahkan dibunuh. Yesus mengerti apa itu penderitaan dan cobaan, karena
itu Dia berbelas kasihan atas umat-Nya yang harus menderita dan menghadapi
cobaan. Itulah sebabnya Dia telah mendoakan kita dan menjadi Pengantara untuk
doa-doa kita.
5. MENELADANI
BELAS KASIHAN KRISTUS (Belas Kasihan Tanpa Batas Waktu Berulang)
Mendoakan
orang lain.
Kehidupan doa yang Yesus amalkan selama
hidup di atas dunia ini adalah kehidupan doa yang berorientasi pada kepentingan
orang lain. Tentu saja sebagai "manusia biasa" Yesus juga perlu
berdoa bagi diri-Nya sendiri, tetapi porsi terbesar dari kehidupan doa Yesus
selama berada di Bumi ini dibaktikan untuk orang lain. Mendoakan orang lain
adalah ciri doa Yesus, dan itulah yang ditularkan kepada murid-murid-Nya.
"Persembahan pujian yang paling tulus
adalah peniruan. Murid-murid Kristus yang mula-mula menirukan kehidupan doa
Guru mereka. Secara alamiah mereka berdoa untuk keselamatan pribadi, bagi
keperluan-keperluan mereka sehari-hari, dan demi tuntunan kerohanian
perorangan. Namun demikian, doa pengantaraan telah menjadi satu bagian penting
dari pemuridan mereka" [alinea pertama].
Soal berdoa bagi kepentingan orang lain ini
sudah diterapkan dalam pelayanan para rasul. Murid-murid dan para pengikut
Kristus yang mula-mula terbiasa mengadakan doa bersama (Kis. 1:13, 14), dan
para rasul itu mendorong dilayangkannya doa syafaat. Misalnya untuk mendoakan
para penguasa dan pejabat-pejabat pemerintah (1Tim. 2:1-4), mendoakan saudara-saudara
seiman yang sakit atau sedang menderita (Yak. 5:13-16), yang terjebak dalam
perbuatan dosa (1Yoh. 5:16), mendoakan mereka yang bimbang (Yud. 20-22), dan
bagi penguasaan diri (1Ptr. 4:7).
Berkat
saling mendoakan.
Gereja yang mula-mula berkembang pesat
antara lain oleh kebiasaan saling mendoakan. Para rasul selaku pemimpin rohani
mendoakan jemaat, dan jemaat balik mendoakan para rasul di dalam perjalanan
penginjilan mereka. Doa pengantaraan (=doa syafaat) kerap dilayangkan, bukan
saja oleh rasul-rasul tetapi juga oleh sesama umat Tuhan. Allah mendengar doa
setiap orang percaya, rohaniwan ataupun kaum awam. "Apabila orang-orang
benar itu berseru-seru, maka Tuhan mendengar..." (Mzm. 34:18), itulah
sebabnya "doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar
kuasanya" (Yak. 5:16).
"Kitabsuci
mengatakan bahwa doa menyenangkan hati Allah karena Ia menginginkan keselamatan
bagi setiap orang dan mengusahakan kemajuan dari kebenaran. Melalui
doa--dipadukan dengan pengajaran, khotbah yang bersemangat, mukjizat, dan
persekutuan kasih dari para rasul--gereja yang mula-mula bertambah dengan
cepat. Kendati terjadi penganiayaan hebat, Kekristenan menyelimuti kekaisaran.
Beribu-ribu orang menerima injil. Nyawa-nyawa yang telah diubahkan dibakar
menjadi sebagai obor-obor hidup dari istana Caesar hingga ke tempat-tempat yang
tak diketahui" [alinea kedua: lima kalimat terakhir].
Pena inspirasi
menulis: "Doa adalah nafas jiwa. Itulah rahasia kuasa rohani. Tidak ada
sarana kasih karunia lain dapat digantikan dan kesehatan jiwa terpelihara. Doa
membawa hati ke dalam hubungan langsung dengan Mata Air kehidupan, dan
menguatkan urat serta otot pengalaman rohani. Lalai berdoa, atau berdoa secara
tidak teratur, terkadang kelihatannya mudah, dan anda kehilangan pegangan anda
pada Tuhan. Kecerdasan rohani kehilangan vitalitasnya, pengalaman rohani
kekurangan kesehatan dan kebugarannya..." (Ellen G. White, To Be Like
Jesus, hlm. 33).
Apa
yang kita pelajari tentang belas kasihan Yesus dipantulkan dalam doa
pengantaraan kita?
1. Belas kasihan
adalah alasan utama mengapa Yesus mendoakan murid-murid yang mula-mula, dan
juga mendoakan para pengikut-Nya di kemudian hari. Doa pengantaraan (doa
syafaat) menjadi bagian utama dan terbesar dalam kehidupan doa Yesus selama di
dunia ini.
2. Sebagaimana
Yesus mendoakan orang-orang lain demikianlah murid-murid pun menirukan doa
pengantaraan Guru mereka itu, dan pada gilirannya umat Tuhan sepanjang masa
juga meneladani doa syafaat seperti itu. Dengan cara demikianlah rasa belas
kasihan Kristus terus dipantulkan melalui doa-doa pengantaraan umat-Nya.
2. Rahasia utama
dari pesatnya pertumbuhan gereja mula-mula di zaman para rasul adalah kebiasaan
saling mendoakan di antara mereka. Gereja dewasa ini pun dapat bertumbuh dengan
cepat, secara kuantitas maupun kualitas, apabila tradisi saling mendoakan ini
terus dipelihara.
PENUTUP
Berdoa
dan bekerja.
Sementara berdoa adalah penting, bekerja
(=berusaha) juga jangan diabaikan. Keberhasilan program pemuridan ditentukan
oleh perpaduan kedua unsur ini, yaitu bekerja dan berdoa. Doa bagi pekerjaan
Tuhan adalah ibarat pupuk bagi tanaman yang menjamin pertumbuhannya hingga
menghasilkan buah. Tetapi supaya doa kita tidak terkesan mementingkan diri,
kita juga perlu mendoakan program penginjilan ataupun proyek pemuridan yang
dilaksanakan oleh orang lain di tempat lain. Roh kasih dalam kebersamaan harus
selalu melandasi setiap doa pengantaraan atau doa syafaat yang kita layangkan.
"Orang yang
tidak berbuat apa-apa selain berdoa segera akan berhenti berdoa, atau
doa-doanya akan menjadi sebuah rutinitas...Doa-doa mereka menjadi bersifat
pribadi dan mementingkan diri. Mereka tidak dapat berdoa tentang keinginan umat
manusia atau pembinaan kerajaan Kristus, memohon kekuatan untuk bekerja"
[alinea kedua: kalimat pertama dan dua kalimat terakhir].
Doa syafaat
yang paling penting adalah mendoakan kemajuan pekerjaan Tuhan, baik yang sedang
dikerjakan sendiri maupun oleh saudara-saudara seiman lainnya. Pekerjaan
pemuridan adalah bagian dari strategi untuk memperluas Kerajaan Allah di dunia
ini, tetapi pekerjaan ini tidak dapat diselesaikan hanya oleh satu kelompok
tertentu dengan kekuatan dan sumberdayanya sendiri. Kita harus saling mendoakan
supaya oleh bantuan kuasa Allah usaha ini akan berhasil.
"Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur...Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan
kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus" (Flp. 4:6, 19).
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Dan Solis, PEMURIDAN -Pedoman
Pendalaman Alkitab SSD, Indonesia Publishing
House, Januari - Maret 2014.
2.
Loddy Lintong, California,
U.S.A-Face Book.