Jumat, 21 Juni 2013

JANJI YANG DITEPATI (12)





"PEMBERIAN SURGA YANG TERBAIK (ZAKHARIA)"*
PENDAHULUAN

Mesias dinubuatkan. Seperti telah kita pelajari pekan lalu, bagian kedua dari kitab Zakharia bertutur tentang Mesias (Ibrani: מָשִׁיחַmashiyach; Grika/Yunani: Χριστς, Christos; artinya "yang diurapi") dengan informasi yang lebih rinci, dan merupakan pekabaran nubuatan jangka panjang yang baru digenapi sekitar lima abad kemudian. Diawali dengan "injil pertama" (proto evangelium) yang Allah ucapkan sendiri dalam Kejadian 3:15, berbagai nubuatan tentang Mesias dalam PL yang sudah digenapi di masa PB. (Salah satu referensi cek situs ini: http://christianity.about.com/od/biblefactsandlists/a/Prophecies-Jesus.htm).
 "Walaupun konteks asli dari nubuatan-nubuatan ini jangan pernah diabaikan, pentingnya nubuatan-nubuatan itu jangan pula dibatasi pada penggenapannya di masa lalu. Sebaliknya, kita akan melihat pada cara-cara di mana hal itu telah digenapi dalam Yesus, penggenapan yang bersifat universil dan bukan lokal, karena nubuatan-nubuatan itu berdampak pada nasib akhir dunia ini dan tidak hanya pada Israel dan Yehuda purba" [alinea kedua: dua kalimat terakhir].
 Penuturan tentang Mesias yang ditakdirkan untuk menderita secara fisik dan mati, demi memungkinkan manusia berdosa untuk beroleh keselamatan, terdapat dalam Yesaya pasal 53. Para rabi Yahudi moderen pada umumnya sepakat bahwa pasal ini memang menubuatkan tentang kedatangan Mesias, meskipun mereka menolak untuk percaya bahwa nubuatan itu sudah digenapi oleh Yesus Kristus kurang-lebih 2000 tahun silam. Tapi tidak semua orang Yahudi menolak kegenapannya. Sebuah organisasi nirlaba kaum Yahudi yang bernama "Chosen People Ministry" yang berkedudukan di New York, AS percaya dan menerima penggenapan nubuatan dalam kitab nabi Yesaya tersebut, bahwa Mesias itu adalah Yesus Kristus.
 Organisasi kerohanian ini telah menerbitkan sebuah buku yang ditulis oleh Dr. Mitch Glaser berjudul Isaiah 53 Explained (Yesaya 53 Dijelaskan) dan dipublikasikan pada tahun 2010. Sementara format digital dari buku ini dijual seharga $6.95 oleh Amazon.com, saya mendapatkan edisi cetaknya (HVS, 164 halaman, sampul tipis) secara gratis dengan menghubungi situs www.isaiah53.com atau langsung ke http://isaiah53.com/free-book bagi peminat yang bermukim di AS dan Kanada. Merujuk pada nubuatan nabi Zakharia (Za. 12:10), penyusun buku ini menulis: "Di masa yang akan datang, sesaat sebelum Kedatangan Kedua dari Yeshua, orang Yahudi akan insaf bahwa Dia adalah Orang 'yang telah mereka tikam,' dan mereka akan meratap. Tidak ada manusia--Yahudi atau bukan Yahudi--yang bisa bertanggungjawab atas kematian Mesias; Dia mati oleh sebab Bapa merencanakan Dia untuk mati. Pada hari-hari terakhir nanti, semua orang akan melihat dengan jelas bahwa Seorang yang diutus Allah demi kelepasan kita adalah Yeshua" (hlm. 154).
 *Judul asli pelajaran pekan ini: "Heaven's Best Gift (Zechariah)"
1.   DARI MANA KESELAMATAN ITU DATANG ("Jubah seorang Yahudi")
Pesona Yerusalem. Secara politik, kota Yerusalem di Israel menjadi semacam magnet bagi banyak bangsa di dunia. Sejarah mencatat bahwa selama kurang-lebih 3000 tahun sejak didirikan oleh Raja Daud sekitar tahun 1000 SM, kota ini sudah mengalami 23 kali pengepungan, 52 kali penyerangan, 44 kali bolak-balik dicaplok dan direbut kembali, dan dua kali dihancurkan. Satu wilayah yang disebut "Kota Tua" dengan luas kurang dari satu kilometer persegi di bagian timur kota Yerusalem moderen, merupakan sisa-sisa yang secara tradisional terbagi ke dalam empat bagian, masing-masing dikuasai oleh kelompok Islam, Kristen, Yahudi dan Armenia sejak abad ke-19.
 Wilayah di mana terdapat situs-situs keagamaan seperti masjid Al Aqsa dan Qubbat As-Sakhra (Dome of the Rock) untuk kaum muslim, Gereja Makam Suci (Church of Holy Sepulchre) untuk kaum nasrani, serta Bait Suci Bukit Moria (Temple Mount) dan Tembok Barat sebagai tempat sembahyang kaum Yahudi ini sejak 1981 oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai warisan sejarah dunia untuk dilestarikan di bawah pengawasan PBB. Dalam perang Arab-Israel tahun 1947 kawasan ini pernah direbut oleh Yordania tetapi kemudian direbut kembali oleh Israel dalam Perang Enam Hari bulan Juni 1967 dan menguasai seluruh kota hingga sekarang. Yerusalem dianggap sebagai kota suci bagi tiga agama besar dunia: Kristen, Islam, dan Yudaisme. Golongan Islam Sunni menganggap Yerusalem sebagai kota suci ketiga sesudah Mekah dan Medina. Pada bulan Maret 2000, bersamaan dengan hari raya Purim di Israel, mendiang Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Yerusalem dan melontarkan gagasannya untuk menginternasionalisasikan kota Yerusalem, namun gagasan yang dicurigai mengandung niat terselubung itu ditolak Israel dan tidak mendapat dukungan dunia internasional.
 "Rencana Allah adalah bahwa Yerusalem akan kembali menjadi sebuah tempat yang aman di mana orang-orang tua duduk-duduk di jalanan yang dipenuhi dengan anak-anak lelaki dan perempuan yang bermain-main (Za. 8:4-5). Kepada mereka yang mendiami sebuah kota yang dikalahkan oleh para penakluk, janji tentang jalanan yang aman bagi orang-orang tua dan muda kedengarannya seperti mimpi...Gantinya untuk selamanya tetap sebagai satu bangsa jajahan yang kecil, umat Allah itu akan menjadi sebuah magnet terhadap mana bangsa-bangsa akan ditarik untuk menyembah Tuhan, Raja atas seluruh bumi (Za. 14:9). Penggunaan ungkapan 'berbagai-bagai bangsa dan bahasa' dalam Zakharia 8:23 menandakan bahwa nubuatan ini membayangkan suatu pergerakan universil" [alinea kedua dan ketiga].
 Transformasi Yerusalem. Zakharia menuturkan kembali apa yang Tuhan hendak lakukan bagi Yerusalem, sebuah transformasi menyeluruh yang berdampak pada kehidupan segenap warga kota itu. Sebagaimana yang tertulis dalam pasal 8, secara berturut-turut:
 1. "Aku ingin sekali menolong Yerusalem karena Aku amat mengasihi penduduknya, dan karena kasih-Ku itu, hati-Ku panas kepada musuh-musuh kota itu" (ay. 2, BIMK). Perkataan ini menggambarkan kegairahan Allah, bukan saja untuk menolong umat-Nya tapi juga dalam menghukum musuh-musuh mereka.
 2. "Aku akan kembali ke Sion dan akan diam di tengah-tengah Yerusalem. Yerusalem akan disebut Kota Setia, dan gunung TUHAN semesta alam akan disebut Gunung Kudus" (ay. 3). Penduduk kota itu akan berubah dari semula sebagai orang-orang yang melawan Allah menjadi orang-orang yang setia kepada-Nya. Perubahan itu hanya dimungkinkan oleh kehadiran Allah di hati mereka, bukan karena usaha mereka sendiri.
 3. "Akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di jalan-jalan Yerusalem, masing-masing memegang tongkat karena lanjut usianya. Dan jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki dan anak perempuan yang bermain-main di situ" (ay. 4-5). Orang-orang yang sudah tua renta dan anak-anak kecil adalah mereka yang lemah secara fisik, dan keberadaan mereka di jalan-jalan itu melambangkan kemakmuran serta keamanan yang terjamin bagi warganya.
 4. "Kalau pada waktu itu sisa-sisa bangsa ini menganggap hal itu ajaib, apakah Aku akan menganggapnya ajaib?" (ay. 6). Kuasa Allah yang tidak terbatas akan digunakan-Nya untuk menolong umat-Nya dengan cara-cara ajaib. Bagi manusia banyak hal yang tidak mungkin, tetapi tidak ada yang mustahil bagi Tuhan (Mat. 19:26).
 5. "Aku akan menyelamatkan umat-Ku dari negeri-negeri tempat mereka telah diangkut, dan membawa mereka kembali dari timur dan dari barat, sehingga mereka tinggal di Yerusalem lagi. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku Allah mereka" (ay. 7-8, BIMK). Umat Yehuda waktu itu telah tersebar di sebelah timur (Babel) dan juga di kota-kota sebelah barat (daratan Eropa). Dalam bahasa Alkitab, "timur dan barat" melambangkan seluruh dunia.
 Keselamatan dari Yerusalem. Tetapi janji yang paling istimewa bagi kota Yerusalem ialah kedatangan Mesias, Yesus Kristus, yang membawa keselamatan abadi bukan hanya kepada bangsa itu saja tapi juga semua bangsa di dunia. "Masanya akan tiba penduduk dari banyak kota akan datang ke Yerusalem. Penduduk dari kota yang satu akan berkata kepada penduduk kota yang lain, 'Mari kita pergi menyembah TUHAN Yang Mahakuasa dan memohon berkat-Nya. Ikutlah dengan kami!' Lalu banyak orang dan banyak bangsa yang kuat akan datang ke Yerusalem untuk menyembah Aku TUHAN Yang Mahakuasa dan memohon berkat-Ku. Pada hari-hari itu sepuluh orang asing akan datang kepada satu orang Yahudi dan berkata, 'Kami ingin juga beruntung seperti kamu; sebab kami mendengar bahwa Allah memberkati kamu.' " TUHAN Yang Mahakuasa telah berbicara" (ay. 20-23, BIMK; huruf miring ditambahkan).
 Versi TB menerjemahkan bagian yang tertulis dengan huruf miring di atas: "Pada waktu itu sepuluh orang dari berbagai-bagai bangsa dan bahasa akan memegang kuat-kuat punca jubah seorang Yahudi..." (ay. 23, TB; huruf miring ditambahkan). Pada zaman dulu, memegang ujung jubah seseorang yang dihormati adalah pertanda sikap yang amat mendesak dan tidak ingin melewatkan kesempatan itu, misalnya untuk memohon pengampunan (1Sam. 15:24-28) atau penyembuhan (Mat. 9:20-21; 14:36). Dalam pengertian tertentu, dunia "berhutang budi" kepada orang Yahudi karena keselamatan yang berasal dari garis keturunan mereka. Seperti kata rasul Paulus, bahwa meskipun Allah adalah untuk semua orang, Yahudi atau bukan (Rm. 3:29), dan bahwa Tuhan memanggil umat-Nya dari kalangan bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa lain (Rm. 9:24), namun "kepada merekalah dipercayakan firman Allah" (Rm. 3:2), dan "bangsa-bangsa lain telah beroleh bagian dalam harta rohani orang Yahudi" (Rm. 15:27).
 "Gereja Kristus, juga disebut 'Israel milik Allah' (Gal. 6:16), diistimewakan pada zaman kita untuk mengambil bagian dalam missi ini. Kita harus membawa terang keselamatan itu sampai ke ujung-ujung bumi. Dengan cara ini umat Allah dapat menjadi suatu berkat yang besar bagi dunia" [alinea terakhir].
 Apa yang kita pelajari tentang makna "jubah seorang Yahudi" dalam kitab Zakharia?
1. Yerusalem adalah kota yang luar biasa karena beberapa hal: kota yang direncanakan Allah, kota di mana Allah pernah tinggal di Bait Suci-Nya, dan dari kota inilah keselamatan kekal bagi semua bangsa itu berasal. Namanya diabadikan dalam kota yang dibangun Allah di surga, "Yerusalem Baru."
2. Allah berjanji melalui nabi Zakharia bahwa kota Yerusalem duniawi akan kembali menawan karena kemakmuran dan keamanan, tapi itu baru bisa terjadi setelah penduduk kota itu diubahkan. Seperti kota Yerusalem itu, Gereja akan memiliki pesona jika jemaatnya sudah mengalami "pembaharuan budi" (Rm. 12:2).
3. Sebagaimana kota Yerusalem menjadi sumber keselamatan bagi dunia, demikianlah Gereja Tuhan yang benar akan menjadi sumber keselamatan bagi manusia. Orang akan datang ke gereja, menjadi yakin dan bertobat, lalu berkata: "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu" (1Kor. 14:24-25).
2. SAMBUTAN KEPADA MESIAS (Raja Damai)
 Parade kemenangan. Berabad-abad sebelum peristiwa itu sendiri terjadi, sang nabi telah menulis: "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda" (Za. 9:9). Nubuatan ini digenapi ratusan tahun kemudian tatkala Yesus Kristus yang menunggang seekor keledai dengan diiringi oleh murid-murid-Nya memasuki kota Yerusalem mendapat sambutan meriah dari masyarakat, hanya beberapa hari sebelum penyaliban-Nya (Mat. 21:4-9). Menunggang kuda adalah lambang kebesaran bagi bangsa-bangsa kafir, sedangkan orang Israel biasa menunggang keledai untuk menempuh suatu perjalanan. Dalam tradisi Yahudi, keledai adalah lambang kemenangan dan kebesaran (Hak. 5:9-10; 10:4; 12:14). Sangat mungkin bahwa Yesus sendiri sudah mengendarai keledai sejak masih bayi ketika mengungsi ke Mesir bersama orangtua-Nya untuk menghindari Herodes yang kalap (Mat. 2:13-15).
 "Parade kemenangan Yesus melambangkan Raja masa depan yang menunggang seekor keledai memasuki Yerusalem. Dalam Alkitab, kegembiraan dan sorak sorai sukacita secara khusus dikaitkan dengan perayaan Allah sebagai Raja (Mazmur 47, 96, 98). Penguasa yang lemah lembut ini akan membawa kebenaran, keselamatan dan kedamaian abadi, dan kekuasaan-Nya akan meluas hingga ke ujung bumi" [alinea pertama].
 Bagi prajurit-prajurit Romawi yang menyaksikan arak-arakan tersebut, pemandangan ini mungkin terasa menggelikan. Sebab mereka kenal sosok Yesus yang sering masuk-keluar kota Yerusalem, dan saat itu Yesus bukan baru pulang dari suatu peperangan yang berhasil dimenangkan-Nya. Apa yang mereka saksikan hari itu tentu hanya sebuah lelucon jika dibandingkan dengan parade kemenangan (triumphal entry) fenomenal dari Julius Caesar ketika memasuki kota Roma sekembalinya dari pertempuran di Gaul (Prancis) pada musim gugur tahun 57 SM. Mereka tentu tidak mengerti bahwa parade kemenangan Kristus yang sebenarnya bukan pada saat itu, tetapi baru akan terjadi nanti pada kedatangan-Nya yang kedua kali.
 Harapan yang dikecewakan. Selanjutnya Zakharia bertutur tentang Mesias: "Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi" (Za. 9:10). Kalau ayat 9 merupakan nubuatan tentang kedatangan Mesias yang pertama, maka ayat 10 ini adalah nubuatan tentang kedatangan-Nya yang kedua kali. Penuturan nabi Zakharia ini paralel dengan perkataan nabi Yesaya, "Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang" (Yes. 2:4).
 Tidak seperti yang diharapkan oleh rakyat Yahudi pada abad pertama, bahwa Mesias yang dinubuatkan dalam kitab nabi-nabi itu akan datang untuk memerdekakan mereka dari belenggu penjajahan Romawi, kedatangan Mesias yang mereka nanti-nantikan itu sesungguhnya adalah untuk melepaskan mereka dari belenggu dosa. "Sebagian bersukacita, berharap bahwa Kristus akan menggulingkan kekuasaan Roma dan mendirikan kerajaan Allah di Yerusalem. Tetapi gantinya membiarkan Diri-Nya menjadi raja Israel, Yesus mati di kayu salib dan kemudian bangkit dari kubur-Nya. Tidak disangsikan bahwa Dia telah mengecewakan banyak pengikut-Nya, yaitu orang-orang yang mencari seorang pemimpin yang lebih militeristik. Namun demikian, mereka kurang menyadari bahwa apa yang mereka inginkan itu tidak ada artinya dibandingkan dengan apa yang mereka akan peroleh melalui kematian Yesus" [alinea kedua: empat kalimat terakhir].
 Tantangan utama dan nyata yang dihadapi oleh para pengikut Kristus adalah ketika apa yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan. Tegasnya, bahwa ketika menjadi pengikut Kristus bukannya membawa kesejahteraan melainkan kesengsaraan. Keprihatinan seperti ini adalah manusiawi. Petrus, salah seorang murid Yesus, juga pernah mengutarakan keprihatinan semacam itu: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" (Mat. 19:27).
 Pena inspirasi menulis: "Membutuhkan pengendalian diri untuk menerima kekecewaan tanpa mengeluh; tetapi Yesus mengerti kebutuhan anda. Setiap doa yang dilayangkan kepada-Nya dalam ketulusan hati dan iman akan dijawab. Sesudah berusaha sekuat tenaga, jangan beri kesempatan kepada kekecewaan dan keputusasaan. Apabila terkurung dengan kesulitan-kesulitan yang kelihatannya tidak bisa diatasi, berarti sudah waktunya mengabaikan semua hal lain untuk percaya pada Tuhan" (Ellen G. White, Review and Herald, 30 Mei 1912).
 Apa yang kita pelajari tentang kedatangan Mesias sebagai Raja Damai?
1. Yesus Kristus, yaitu Mesias yang dinubuatkan itu, disebut sebagai Raja Damai. Inilah yang membedakan Dia dari raja-raja dunia yang untuk meraih dan mempertahankan takhta mereka harus melalui perang. Peperangan yang Kristus hadapi dan menangkan di dunia ini ialah peperangan melawan dosa dan kebinasaan.
2. Kedatangan Mesias yang pertama untuk memperdamaikan manusia dengan Allah, kedatangan-Nya yang kedua untuk membawa kedamaian bagi manusia. Inilah tujuan utama dari "Raja Damai" itu ke dunia ini sebagaimana direncanakan Allah.
3. Peperangan yang ditinggalkan kepada para pengikut-Nya untuk diperjuangkan, adalah peperangan melawan dosa dan diri sendiri. Kekecewaan adalah musuh yang harus ditaklukkan, dan untuk itu Yesus telah menyediakan bantuan kekuatan surgawi yang juga telah menolong Dia sendiri.
3. RAJA YANG MENDERITA (Seorang yang Tertikam)
 Perjanjian yang baru. Tuhan berfirman melalu nabi-Nya, "Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung" (Za. 12:10). Bangsa itu akan menyadari kesalahan mereka lalu menyesal dan bertobat, tetapi hal itu akan terjadi hanya apabila Tuhan "mencurahkan roh pengasihan" kepada mereka. Kitab Zakharia menyingkapkan suatu rahasia teologia yang patut dipahami oleh setiap orang, yaitu roh pertobatan hanya berasal dari Tuhan, dan bahwa manusia tidak pernah bisa berubah atas kemauannya sendiri.
 Realisasi dari janji ilahi ini akan terjadi apabila Allah mengadakan suatu "perjanjian baru" dengan umat itu, seperti yang diuraikan dalam kitab Yeremia: "Sesungguhnya akan datang waktunya, demikianlah firman Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman Tuhan. Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman Tuhan: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman Tuhan, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka" (Yer. 31:31-34).
 "Sementara Allah mencurahkan Roh-Nya, umat-Nya akan memandang kepada Orang yang mereka telah tikam dan menangisi Dia seperti seorang menangisi kematian anak satu-satunya. Kata Ibrani yang asli untuk 'menikam' selalu menerangkan sejenis kekerasan fisik yang biasanya mengakibatkan kematian (Bil. 25:8; 1Sam. 31:4). Kadar kesedihan bangsa itu meningkat oleh kenyataan bahwa dosa-dosa mereka sendiri yang telah menyebabkan kematian Yesus Kristus" [alinea ketiga].
 Akan memandang Dia. Pada kedatangan-Nya yang kedua segenap manusia yang pernah hidup sejak dunia ini dijadikan akan memandang Dia, karena semua orang yang sudah mati akan bangkit dari tempat mana saja mereka terkubur di Bumi ini. Orang jahat, yang masih hidup maupun yang bangkit dari kubur, juga akan melihat Mesias itu datang, setidaknya untuk beberapa saat sebelum kuasa kemuliaan-Nya membuat mereka terkapar mati. Termasuk di antara mereka itu adalah prajurit Roma yang menikam Yesus pada lambungnya ketika berada di atas kayu salib (Yoh. 19:34). "Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin" (Why. 1:7).
 Charles Spurgeon (1834-1892), pengkhotbah asal Inggris yang berpengaruh, berkata: "Adalah suatu ungkapan lama yang indah bahwa mata diciptakan setidaknya untuk dua hal; pertama untuk melihat, dan kedua untuk menangis. Mata yang memandang Dia yang tertikam itu adalah mata yang menangisi Dia."
 Pena inspirasi menulis: "'Juga mereka yang telah menikam Dia.' Kata-kata ini berlaku tidak saja kepada orang-orang yang telah menikam Kristus waktu Ia tergantung di salib Golgota, tetapi juga kepada mereka yang oleh perkataan yang jahat dan perbuatan yang salah menikam Dia hari ini. Setiap hari Dia merasakan penderitaan kayu salib. Tiap-tiap hari pria dan wanita menikam Dia dengan mempermalukan Dia, oleh menolak melakukan kehendak-Nya" (Ellen G. White, Signs of the Times, 28 Januari 1903).
 Apa yang kita pelajari tentang Dia yang tertikam?
1. Mesias menderita sampai mati di Bumi ini bukan lantaran Dia datang pada waktu yang tidak tepat di tempat yang salah. Orang Yahudi abad pertama yang sedang menderita tekanan penjajah sebagai hukuman atas dosa mereka seharusnya menikmati kesempatan pertama untuk bertobat agar dosa mereka diampuni.
2. Tetapi pertobatan memang tidak dapat diikhtiarkan sendiri oleh manusia, tapi manusia harus disadarkan oleh Roh Kudus yang dicurahkan oleh Allah. Sesuai dengan janji-Nya, Tuhan tidak saja mencurahkan Roh-Nya tapi juga menuliskan hukum-Nya di hati (=pikiran) manusia.
3. Lebih baik memandang Yesus di kayu salib yang membawa pengampunan, daripada memandang Dia datang kedua kali di awan-awan untuk membawa hukuman. 
4. KEMATIAN YANG DIRENCANAKAN (Gembala yang Baik)
 "Hai pedang, bangkitlah..." Dari 365 nubuatan tentang Mesias yang bisa diinventarisasikan dalam PL, 30 di antaranya terdapat dalam kitab Zakharia. Ini menempatkan kitab Zakharia pada urutan ketiga terbanyak sesudah kitab Yesaya (132) dan kitab Mazmur (96). Salah satu nubuatan dalam kitab Zakharia menegaskan tentang kematian Mesias yang direncanakan oleh Allah sendiri. Berfirmanlah Allah, "Hai pedang, bangkitlah terhadap gembala-Ku, terhadap orang yang paling karib kepada-Ku!...Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba tercerai-berai!" (Za. 13:7). Sang Mesias sendiri mengutip nubuatan tentang diri-Nya ini ketika Dia berkata kepada murid-murid-Nya seusai perjamuan terakhir malam itu, "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai" (Mat. 26:31; bandingkan dengan Mrk. 14:27).
 "Dalam Zakharia 13:7-9 kepada nabi itu diperlihatkan suatu pemandangan di mana pedang penghakiman Tuhan keluar menyerang Gembala yang Baik. Pada peristiwa sebelumnya sang nabi melihat pedang itu teracung terhadap seorang 'gembala yang tidak berguna' (Za. 11:17, BIMK). Tapi dalam ayat-ayat ini Gembala yang Baik itulah yang terkena, dan domba-domba itu tercerai-berai. Kematian-Nya menyebabkan suatu ujian dan cobaan besar bagi umat Tuhan di mana sebagian binasa; namun, semua yang setia dimurnikan" [alinea kedua].
 Nubuatan tentang kematian Mesias ini menguatkan apa yang sebelumnya dinubuatkan oleh nabi Yesaya (750-690 SM), "Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul" (Yes. 53:10-11; huruf miring ditambahkan). Di kemudian hari, setelah nubuatan ini digenapi, rasul Paulus menerangkan perihal "kehendak Tuhan" itu dalam tulisannya, "Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya...Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka" (2Kor. 5:18-19; huruf miring ditambahkan).
 Ayat-ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah sendiri yang menghendaki dan merencanakan kematian Yesus Kristus sebagai Mesias agar dengan itu "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya." Kata Grika (bahasa asli PB) yang diterjemahkan dengan "mendamaikan" dalam ayat ini adalah καταλλσσω, katallassō, sebuah katakerja yang berarti "mengubah" dan dalam hal ini adalah mengubah keadaan seseorang untuk menyesuaikannya kembali kepada "keadaan yang disukai." Rasul Paulus menyatakan bahwa kematian Mesias yang merupakan prakarsa Allah itu adalah kasih karunia "dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita" (Gal. 1:3-4; huruf miring ditambahkan). Jadi, dapat kita katakan bahwa kasih karunia Allah itu terlaksana oleh perpaduan antara "kehendak Bapa" dan "kesediaan Anak" untuk mati bagi dosa manusia. Kematian Yesus Kristus sama sekali bukan akibat dari penolakan orang Yahudi ataupun vonis Pilatus atas diri-Nya!
 Yesus, Gembala yang Baik. Adalah Yesus sendiri yang menyatakan, "Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku, sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku" (Yoh. 10:14-15). Penulis kitab Ibrani menggunakan istilah "Gembala Agung" untuk Yesus Kristus (Ibr. 13:20), sama seperti yang digunakan oleh rasul Petrus (1Ptr. 5:4). Sebagai Pemelihara umat-Nya, Kristus adalah Gembala yang baik; sebagai Penebus umat-Nya, Kristus adalah "Anak Domba yang disembelih" (Why. 5:6, 12).
 "Citra Allah sebagai gembala ditemukan di banyak tempat dalam Alkitab. Berawal dengan kitab Kejadian (Kej. 48:15) dan berakhir dengan kitab Wahyu (Why. 7:17). Melalui nabi Yehezkiel, Allah menegur gembala-gembala umat-Nya yang tidak bertanggungjawab dan berjanji untuk mencari domba-domba yang hilang itu serta memelihara mereka. Dengan menerapkan kata-kata ini kepada Diri-Nya, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Gembala yang Baik yang menyerahkan hidup-Nya bagi domba-domba (Yoh. 10:11)" [alinea terakhir].
 Pena inspirasi menulis: "Yesus adalah Gembala yang Baik yang telah menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba itu. Setiap jiwa yang mau berserah untuk ditebus, Yesus akan mengangkatnya dari jurang kebusukan atau dari onak dosa. Ia menanggung dosa-dosa kita, Ia memikul penderitaan-penderitaan kita. Yesus memanggul jiwa yang berdosa dan tercemar itu pada pundak-Nya, lalu dengan sukacita membawanya ke tempat perlindungan yang aman...Satu domba yang tersesat sudah cukup untuk Yesus memulai pencarian demi untuk membawanya pulang ke kandang. Sekarang, apakah mereka yang sudah dipanggul Kristus ke kandang tidak akan bekerja bagi yang lain seperti gembala yang mencari domba yang tersesat itu? Tidak kurang dari hal seperti ini yang Yesus harapkan dari para rekan sekerja-Nya" (Ellen G. White, The Youth's Instructor, 30 Desember 1897).
 Apa yang kita pelajari tentang Yesus, Gembala yang Baik?
1. Yesus disebut "Gembala yang Baik" bahkan "Gembala Agung" oleh karena Dia rela menyerahkan nyawa demi keselamatan domba-domba-Nya, yaitu anda dan saya. Kesediaan-Nya untuk mati itu memungkinkan terlaksananya maksud Allah yang merencanakan kematian-Nya sebagai satu-satunya jalan pendamaian.
2. Jalan pendamaian melalui penebusan dosa manusia yang tertanggung atas Yesus Kristus, dan yang hanya bisa direalisasikan oleh kematian-Nya, itu merupakan "hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita" (1Kor. 2:7).
3. Kematian Yesus Kristus adalah atas kehendak Allah, tetapi penyiksaan yang diderita-Nya adalah akibat kejahatan kita. Sebab "kesengsaraan kita yang dipikulnya...dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita" (Yes. 53:4-5).
5. KEDATANGAN KEDUA DINUBUATKAN (Raja Seluruh Dunia)
 "Hari yang ditetapkan Tuhan." Sejauh ini kita sudah membahas nubuatan-nubuatan tentang kedatangan Mesias--yaitu kedatangan pertama dari Anak Allah sebagai Juruselamat manusia, dalam sosok Yesus Kristus--yang telah digenapi secara harfiah dan nyata. Sekarang, memasuki pembahasan bagian terakhir kitab Zakharia kita dihadapkan dengan nubuatan tentang kedatangan kedua dari Anak Allah yang tidak lagi dalam missi sebagai Penebus dosa dunia melainkan sebagai "Hakim yang adil" (2Tim. 4:8) untuk "menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati" (Kis. 10:42).
 Zakharia pasal 14 diawali dengan kata-kata "Sesungguhnya, akan datang hari yang ditetapkan Tuhan" (ay. 1), dan selanjutnya menubuatkan tentang bangsa-bangsa yang berkumpul untuk memerangi Yerusalem (ay. 2), kemudian Tuhan sendiri akan "maju berperang melawan bangsa-bangsa itu" (ay. 3). Selanjutnya tertulis, "Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar; setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke selatan" (ay. 4). Berdasarkan kegenapan yang bersifat harfiah dari nubuatan-nubuatan tentang Mesias dalam pasal-pasal terdahulu kitab Zakharia, sebagian orang percaya bahwa nubuatan dalam pasal 14 tentang kedatangan yang kedua inipun bersifat harfiah, yaitu bahwa Yesus Kristus benar-benar akan turun dan menjejakkan kaki-Nya di atas Bukit Zaitun di Israel. Tetapi Alkitab menegaskan bahwa bilamana Yesus datang kedua kali Dia tidak menjejakkan kaki di Bumi ini, oleh sebab umat tebusan, yaitu mereka yang "mati dalam Kristus" maupun "yang hidup, yang masih tinggal," semuanya "akan diangkat...dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa" (1Tes. 4:16-17).
 "Ketika Zakharia mengumumkan kedatangan Mesias, dia tidak menarik garis pemisah antara kedatangan-Nya yang pertama dengan yang kedua. Sama halnya dengan nabi-nabi yang lain, dia melihat kedatangan kerajaan Mesias sebagai sebuah masa depan yang mulia. Hanya dalam terang kedatangan Kristus yang pertama kita sekarang dapat membedakan antara kedua kedatangan itu" [alinea kedua: tiga kalimat pertama].
 Janji yang mulia. Kitab Zakharia pasal 14 berisi nubuatan perihal kota Yerusalem yang akan berjaya, kehancuran semua bangsa yang memerangi kota itu, juga tentang bangsa-bangsa yang setiap tahun akan datang menyembah Raja di Yerusalem dan merayakan hari raya Pondok Daun atau kalau tidak akan kena tulah. Seperti halnya bagian pertama dari pasal ini, nubuatan pada bagian kedua ini juga bersifat figuratif (kiasan). Artinya, apa yang diuraikan di sini tidak untuk dipahami dalam arti kata yang sesungguhnya, seperti halnya paham teologia pra-millenium (premillennial theology) yang mengajarkan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut akan terjadi pada kedatangan Yesus kedua kali sebelum masa seribu tahun. Selain nubuatan tentang kedatangan Yesus kedua kali itu sendiri, uraian-uraian lainnya dalam pasal terakhir kitab Zakharia ini tidak dapat ditafsirkan sebagai peristiwa-peristiwa dunia yang harus berlangsung seperti apa yang tertulis (dispensational interpretation).
 "Apabila janji-janji yang mulia ini dipelajari bersama-sama dengan pengajaran Alkitab yang menyeluruh, kita akan datang kepada kesimpulan bahwa puncak penggenapan dari nubuatan ini akan terjadi di YerusalemBaru, di mana umat Allah dari segala penjuru akan datang bersama-sama dengan menyembah Dia selamanya" [alinea keempat: kalimat pertama].
 Pena inspirasi menulis: "Kita sedang pulang ke rumah. Dia yang sangat mengasihi kita hingga mau mati bagi kita itu telah membangun sebuah kota untuk kita. Yerusalem Baru adalah tempat peristirahatan kita. Tidak akan ada kenestapaan di kota Allah. Tiada ratapan kesedihan, tiada lagu sendu dari pengharapan yang hancur dan kasih sayang yang terkubur akan pernah terdengar. Tidak lama lagi baju kemalangan akan digantikan dengan jubah perkawinan. Tidak lama lagi kita akan menyaksikan pemahkotaan Raja kita. Mereka yang kehidupannya telah tersembunyi dalam Kristus, mereka yang di dunia ini sudah berjuang dengan baik dalam pergumulan iman, akan bersinar dengan kemuliaan Sang Penebus di dalam kerajaan Allah" (Ellen G. White, Testimonies for the Church, jld. 9, hlm. 287).
 Apa yang kita pelajari tentang kedatangan Yesus yang pertama dan yang kedua?
1. Kedatangan Mesias ke dunia ini telah mengecewakan banyak penduduk Yerusalem purba karena mereka tidak mengerti tujuan kedatangan-Nya yang pertama itu. Sekarang kita menantikan kedatangan-Nya yang kedua untuk membawa umat-Nya pulang ke kota Yerusalem Baru. Kali ini kita tidak akan salah mengerti.
2. Kedatangan Yesus yang pertama tidak terlalu perlu untuk dibahas sebab itu sudah terjadi. Lebih penting adalah memikirkan tentang kedatangan kedua yang segera akan terjadi. Manusia boleh saja keliru menafsirkan kedatangan yang pertama itu, tetapi jangan sampai keliru tentang kedatangan-Nya yang kedua.
3. Allah sudah memenuhi janji-Nya untuk mengutus Anak-Nya sebagai Mesias demi menebus manusia dari dosa, Ia pasti menggenapi janji-Nya untuk mendatangkan Anak-Nya sebagai Raja Dunia demi menyelamatkan umat tebusan dari akibat dosa.
PENUTUP
 Puncak pengharapan umat Allah. Manusia telah bergumul dengan dosa tidak lama setelah penciptaan. Sejak itu banyak orang yang berguguran, mati sebagai korban dosa tanpa mengetahui adanya pengharapan untuk diselamatkan. Kita tidak tahu pasti berapa banyak manusia yang pernah hidup di Bumi selama berabad-abad sejak Adam dan Hawa berdosa dan terusir dari Taman Eden, sampai pada hari kedatangan Yesus kedua kali nanti. Kita pun tidak tahu berapa banyak dari antara mereka yang akan diselamatkan dan mendapat tempat di kota Yerusalem Baru. Namun satu hal pasti, bahwa akan ada satu umat dari segala zaman yang akan diangkat ke surga dan kemudian mewarisi Dunia Baru kelak. Inilah puncak pengharapan umat Allah sepanjang zaman.
 "Pada hari-hari yang paling kelam dalam peperangannya yang panjang dengan kejahatan, jemaat Allah telah diberikan wahyu tentang maksud Tuhan yang kekal. Umat-Nya sudah diizinkan untuk memandang di seberang cobaan-cobaan saat ini kepada kemenangan-kemenangan masa depan, ketika peperangan itu telah berakhir, bilamana umat tebusan akan masuk untuk mewarisi tanah perjanjian itu"  [alinea pertama: dua kalimat pertama].
 Selama kita hidup di dunia yang fana ini godaan dan cobaan akan terus menghiasi kehidupan anda dan saya. Tak seorang pun di antara umat Allah yang sama sekali bebas dari segala ujian karena semua itu diperlukan untuk memurnikan iman kita (1Ptr. 1:6-7). Namun suatu jaminan diberikan kepada setiap orang saleh, bahwa penderitaan yang diakibatkan oleh ujian-ujian yang kita alami sekarang ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita (Rm. 8:18).
 "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi, dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus" (Tit. 2:11-13).
 REFERENSI :

1.   Zdravko Stefanofic, Profesor bidang studi Ibrani dan Perjanjian Lama, Universitas Walla Walla,U.S.A--- Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, Trw.II, 2013. Bandung: Indonesia Publishing House.
2.   Loddy Lintong, California U.S.A.