Rabu, 12 Juni 2013

Wahyu Kepada Yohanes ( 49 - 50)



                             
WAHYU KEPADA YOHANES (49)

TANTANGAN-TANGAN KECIL- BESAR  MENUMBUHKAN   IMAN.
   “Dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau TIDAK MENYANGKAL IMANMU KEPADAKU,…yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu”. (Wahyu 2:13).
   “Umat percaya di Pergamus bukan hanya mempertahankan kepercayaan dan keyakinan mereka kepada Tuhan pada masa-masa senang, tetapi juga menolak menyangkal iman saat di bawah tekanan penyaniayaan.  Kita memperkembang iman kita kepada Allah dan ajaran-ajaran-Nya dengan menerapkan firman-Nya dalam hidup sehari-hari.  Saat kita menyaksikan tangan Tuhan bekerja dalam hidup sehari-hari, iman kita pun bertumbuh.  Saat iman kita melewati ujian-ujian kecil, iman itu semakin kuat sehingga dapat bertahan melewati tantangan-tantangan yang jauh lebih serius yang menghadang.  Iman juga dapat bertumbuh melalui langkah-langkah kecil.  
   Dalam perkata-perkara kecillah iman kita belajar untuk bertumbuh.  Dan di dalam tantangan-tantangan besarlah iman kita diuji”. 1)

  ‘engkau tidak menyangkal imanmu kepadaKu’.
    ‘imanmu kepadaKu’.
NIV: ‘your faith in me’ (= imanmu kepadaKu).
KJV/RSV/NASB/Lit: ‘my faith’ (= imanKu).
John Stott: “Commentators are agreed that, grammatically speaking, ‘my faith’ means ‘your faith in me’” (= Para penafsir setuju bahwa berbicara secara gramatika, ‘imanku’ berarti ‘imanmu kepadaKu’) - hal 56.
b)   ‘tidak menyangkal’.
Kata ‘menyangkal’ ada dalam aorist tense (= past tense / bentuk lampau), dan karena itu rupanya kata-kata ‘tidak menyangkal’ menunjuk pada satu kejadian tertentu di masa lampau, dimana jemaat dihadapkan pada pemaksaan untuk menyangkal Yesus. Rupanya pada peristiwa itu juga Antipas mengalami kematian syahid. Tetapi jemaat Pergamus tetap tidak mau menyangkal Kristus.
Pulpit Commentary: “Here is one of the million proofs that man’s moral character is not necessarily formed by external circumstances, however antagonistic those circumstances may be” (= Di sini ada satu dari jutaan bukti bahwa karakter moral manusia tidak harus dibentuk oleh keadaan luar, betapapun bermusuhannya keadaan itu) - hal 101-102.   2)
REFERENSI:

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal. 59.
2.   Pdt. Budi Asali M.Div. , Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.

                       WAHYU KEPADA YOHANES (50)
   “Dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman ANTIPAS, SAKSIKU, YANG SETIA KEPADAKU, yang dibunuh dihadapan kamu, di mana Iblis diam” (Wahyu 2:13).

MATI MARTIR DEMI IMAN

   “Kitab Wahyu melaporkan tentang vonis hukuman mati bagi seorang Kristen bernama ANTIPAS.  Makna namanya menarik: “Menentang setiap orang”.
   Ini sangat pas dengan tuduhan orang-orang bukan Yahudi terhadap orang-orang Kristen bahwa” mereka adalah “pembenci manusia”.  Warga kerajaan Romawi menerapkannya pada orang-orang Kristen karena menolak berpartisipasi dalam berbagai aspek keagamaan sipil yang diharapkan dari seorang warganegara Romawi yang baik.  Yang terburuk, banyak menganggap orang-orang Kristen itu kaum antisosial dan pembawa sial bagi komunitas.
   Walaupun Kitab Suci tak menyebutkan rinciannya, jelasnya Antipas mati martir demi imannya. “Dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam” (Wahyu 2:13). 

   Ada kemungkinan bahwa orang-orang Kristen mula-mula melihat “pedang Kristus yang tajam dan bermata dua “ (ayat 12,16) dibandingkan dengan kuasa gubernur atas “pedang”, yaitu hukuman mati. Jika demikian, gubernur
Roma mungkin menghukum mati Antipas karena dia seorang Kristen.
   Prosedur dalam kasus Antipas ini diuraikan Gubernur Pliny kurang lebih 15 tahun kemudian di dalam suratnya kepada Kaisar Trajan: “Aku menanyakan terdakwa apakah mereka orang-orang Kristen.  Jika mereka mengaku, aku bertanya kedua dan ketiga kalinya, dengan mengancam hukuman mati. 
   Kepada mereka yang bersikeras, aku memerintahkan hukuman mati, karena aku tidak ragu sama sekali, bahwa apapun yang mereka akui, mereka pantas di hukum mati karena sikap keras kepala mereka…Aku membebaskan mereka yang mengaku bukan atau tidak pernah menjadi Kristen, dan yang di hadapanku memohon kepada dewa-dewa dan mempersembahkan anggur dan dupa dihadapan patung (Trajan)- mu dan terutama yang mengutuk Kristus, yang kudengar tidak bakalan dilakukan seorang Kristen sejati.
   Trajan menanggapi bahwa pihak berwenang tidak seharusnya memburu orang-orang Kristen atau mencobai mereka dengan tuduhan tak berdasar.
   Namun demikian, jika secara terbuka dihadapkan kepada gubernur, para pejabat harus menangani mereka seperti yang di uraikan Pliny.  Mungkin seorang tetangga yang memusuhi, entah Yahudi atau bukan Yahudi, mendakwa Antipas dihadapan gubernur.”   1)

PUJIAN KEPADA JEMAAT PERGAMUS:
“TIDAK MENYANGKAL IMAN”—Melukiskan pengalaman para pahlawan iman yang tetap setia.
a.    Pergamus terkenal dengan penyembahan dewa matahari Babilonia dan kaisar masih hidup.
b.   Dengan bertobatnya kaisar Konstantin (323) maka kepausan timbul menjadi pimpinan agama dan politik di Eropa Barat
1.   Artinya Setan bertempat tinggal di tengah-tengah gereja Kristen.
2.   Kepausan adalah perpaduan kekafiran da kekristenan, yang masanya disebut “The Age of Popularity”.

“ANTIPAS, saksiku, juga tidak menyangkal iman”.
a.    ANTI artinya menentang, dan PAS artinya PAPA (PAUS)
b.   Jadi ANTIPAS –Melukiskan para martir yang korban karena menentang penyembahan terhadap kaisar (Paus). “      2)


‘juga tidak pada zaman Antipas, saksiKu, yang setia kepadaKu, yang dibunuh di hadapan kamu’.
a)   ‘Antipas’.
Ada yang menganggap bahwa nama ‘Antipas’ ini adalah nama asli seseorang; tetapi ada juga yang menganggap bahwa sama seperti nama-nama lain dalam Kitab Wahyu, ini hanya bersifat simbolis, yang menunjuk kepada segolongan orang yang ‘anti Paus’.
Catatan: lihat di depan tentang penafsiran simbolis dari ke tujuh gereja (hal 1-2, point no 1,c dari buku ini).
Matthew Poole: “Our being able from no history to give an account of this martyr, hath inclined some to think this epistle wholly prophetical, and that Antipas signifieth not any particular person, but all those who opposed the pope, as if it were Antipapa” (= Ketidakmampuan kita memberikan catatan / cerita dari sejarah tentang martir ini, telah mencondongkan beberapa orang untuk berpikir bahwa surat ini sepenuhnya bersifat nubuat, dan bahwa Antipas tidak berarti seseorang yang tertentu, tetapi semua mereka yang menentang Paus, seakan-akan kata itu adalah Antipapa) - hal 954-955.
Steve Gregg: Some who take this approach have suggested that Antipas does not refer to an individual, but to a class of men opposed (‘anti’) to the popes (‘papas’), which men were martyred in great numbers in Rome and Constantinople” [= Sebagian dari orang-orang yang mengambil arti ini mengusulkan bahwa Antipas tidak menunjuk kepada seorang individu, tetapi kepada segolongan orang yang menentang (‘anti’) Paus (‘papas’), yaitu orang-orang yang mati syahid dalam jumlah besar di Roma dan Constantinople] - hal 70.
Saya berpendapat bahwa Antipas adalah nama orang.
b)   Ada yang menterjemahkan kata-kata ‘saksiKu yang setia’ dengan ‘martirKu yang setia’.
William Barclay: “The Risen Christ calls Antipas my faithful MARTUS. We have translated that ‘martyr’; but MARTUS is the normal Greek word for ‘witness’. In the early church to be a martyr and to be a witness were one and the same thing. ‘Witness’ meant so often ‘martyrdom’” (= Kristus yang bangkit menyebut Antipas ‘MARTUS-Ku yang setia’. Kita telah menterjemahkannya ‘martir’, tetapi MARTUS adalah kata Yunani yang normal untuk ‘saksi’. Dalam gereja mula-mula menjadi ‘martir’ dan menjadi ‘saksi’ adalah hal yang satu dan sama) - hal 92.
Catatan: A. T. Robertson mengatakan (hal 305) bahwa arti ‘martir’ adalah arti modern yang baru muncul pada abad ke 3.
c)   Kematian Antipas.
Adam Clarke: “There is a work extant called ‘The Acts of Antipas’, which makes him bishop of Pergamos, and states that he was put to death by being enclosed in a burning brazen bull. But this story confutes itself, as the Romans, under whose government Pergamos then was, never put any person to death in this way. It is supposed that he was murdered by some mob, who chose this way to vindicate the honour of their god Aesculapius, in opposition to the claims of our Lord Jesus” (= Ada suatu karya yang masih ada yang disebut ‘Perbuatan / Kisah Antipas’, yang membuatnya sebagai uskup dari Pergamus, dan menyatakan bahwa ia dibunuh dengan dimasukkan ke dalam sapi dari kuningan yang dibakar. Tetapi cerita ini menentang dirinya sendiri, karena orang Romawi, dibawah pemerintahan siapa Pergamus saat itu, tidak pernah membunuh seseorang dengan cara ini. Diduga bahwa ia dibunuh oleh suatu gerombolan, yang memilih cara ini untuk mempertahankan kehormatan dari dewa mereka Aesculapius, dalam pertentangan dengan tuntutan dari Tuhan Yesus kita) - hal 978.
d)   Tak diingat dalam sejarah, tetapi diingat oleh Kristus.
Pulpit Commentary: “Of Antipas we know nothing more than is named here. No historic roll, save this, refers to him. But Christ never forgets. To be remembered by him is fame enough” (= Tentang Antipas kita tidak mengetahui apapun lebih dari yang disebutkan di sini. Tidak ada catatan sejarah, kecuali ini, yang menunjuk kepadanya. Tetapi Kristus tidak pernah lupa. Diingat oleh Dia adalah cukup masyhur / populer) - hal 73.
Mungkin kalau ini terjadi pada jaman sekarang, orang kristen sendiri bahkan akan mengecam Antipas sebagai orang kristen yang extrim. Tetapi Yesus justru memuji Antipas dengan sebutan ‘saksiKu yang setia’. Perlu diingat bahwa istilah ‘saksiKu yang setia’ yang diberikan kepada Antipas, merupakan istilah yang sama dengan yang ditujukan kepada Kristus sendiri dalam Wah 1:5. Jadi ini merupakan suatu pujian yang sangat tinggi.
e)   A. T. Robertson mengatakan (hal 305) bahwa kematian syahid Antipas ini disusul oleh beberapa orang lain di Pergamum, yaitu Agathonice, Attalus, Carpus, dan Polybus. Seringkali orang digoda setan dengan berpikir: ‘Dari pada mati secara sia-sia, lebih baik menyangkal Yesus / berkompromi’. Tetapi dari cerita tentang Antipas ini terlihat bahwa kematian syahid tidaklah sia-sia. Pertama, kesetiaan sampai mati itu menyenangkan Allah, dan kedua, itu memotivasi orang kristen lain untuk juga berani mati demi Kristus.
Tetapi sebaliknya kalau kita menyangkal Kristus, berkompromi dengan dunia, dsb, kita menghancurkan motivasi orang kristen lain untuk menderita dan mati demi Kristus!. “      3)
REFERENSI:

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal. 60.
2.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988 hal.14.
3.   Pdt. Budi Asali M.Div. , Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.