Minggu, 09 Juni 2013

Prinsip-prinsp Dasar Membina Hubungan Yang Harmonis dengan Anak.



PRINSIP-PRINSIP DASAR MEMBINA HUBUNGAN YANG HARMONIS DENGAN ANAK
    
    Dr. Haim Ginott, seorang psikotherapis, penulis buku Between Parent and Child dan juga sebagai professor psikologi di dua Universitas yakni: Universitas Adelphi dan Universitas New York memberikan beberapa saran kepada orang tua dalam hubungannya dengan anak-anak.
   Meskipun seorang therapis dapat menyembuhkan gangguan jiwa yang timbul akibat hubungan yang tidak harmonis atau serasi di antara orangtua dengan anak, namun hanya mereka yang terlibat dalam komunikasi setiap hari dengan anak-anak dapat mencegah gangguan mental.  Dalam hal ini ada beberapa prinsip dasar yang harus diketahui orang tua.

    BAGAIMANA BERBICARA DAN MENGOREKSI SEORANG ANAK.

   Sampaikanlah kata-kata yang dapat menunjukkan bahwa Anda sebenarnya menaruh perhatian kepadanya dan bukan menolaknya.  Kata-kata yang salah bisa menimbulkan perasaan seorang anak bahwa ia “ditolak”.  Kata-kata yang menyalahkan mereka, mempermalukan, mengkhotbai dan mencemooh, mengejek, mengancam dan cepat mencap, adalah kata-kata yang acapkali membuat mereka tersinggung.  Kita harus belajar menyingkirkan kalimat-kalimat kritis seperti: “Kapan kau akan belajar.  Apakah yang terjadi denganmu.  Sudah berapa kali kami katakan?.  Apakah kau tidak dengar?”.
   Tanganilah siatuasinya, bukan personnya.  Janganlah menyerang seorang anak/remaja.

    Ilustrasi:
   Seorang anak lelaki berusia 10 tahun suatu kali menjatuhkan gelas.  Ibu langsung meletup: “mengapa kau ini”.  Ayah kemudian ikut nimbrung, “dasar anak bodoh.  Memang sejak lahir begitu.”  Kritikan serta ejekan yang kejam ini menyerang pribadi seorang anak.  Ia akan mempercayai cap yang diberikan kepadanya.

BAGAIMANA MENGUCAPKAN AMARAH KEPADA SEORANG ANAK.

   Jelaskanlah apa yang Anda lihat, apa yang Anda rasakan dan apa yang diharapkan.  Jangan singgung apa-apa mengenai diri anak itu.  Jangan rendahkan dia dan jangan serang tabiatnya atau menyinggung kehormatan dirinya.   Anak-anak/remaja harus dilindungi dengan cara menggunakan kata-kata “SAYA”.  Misalnya, “Saya terganggu” atau “Saya menjadi marah.”  Kata-kata ini jauh lebih baik dan aman dibandingkan dengan kata-kata, “Kamu bodoh,” lihat apa yang kamu lakukan.” 
   Dalam soal mendisiplin, satu ons pencegahan lebih berharga daripada satu kg hukuman.  Ketika seorang anak berumur 10 tahun makan sambil bergurau ayahnya berteriak “pergi.  Kau makan seperti babi.  Kau tahu apa babi itu?”.  Anaknya segera menyahut, “Ya, anak celeng”.   Pertengkaran antara ayah dan anak sebenarnya dapat dicegah kalau ayah anak itu mengatakan, tanpa menghina, mungkin dengan mengatakan: “Nak, saya lebih suka kalau waktu makan kamu itu tidak gaduh”. 

BAGAIMANA MENANGANI KETIDAK JUJURAN?
   Cegahlah anak-anak untuk membiasakan diri mempertahankan sifat bohongnya.   Bila Anda mengetahui anak Anda jatuh dalam ujiannya, tidak perlu Anda menanyakan, “apakah engkau lulus ujian?”.(Karena ada sebagian orangtua sengaja melontarkan pertanyaan ini untuk menguji anaknya apakah ia berkata benar).
   Orangtua seharusnya mengatakan, “Kami mendapat berita dari sekolah bahwa kau tidak lulus.  Langkah-langkah apa yang dapat kami tempuh untuk menolongmu.?”  Tunjukkan kepada anak-anak bahwa tidak perlu berdusta.  Sebagai orangtua Anda siap sedia untuk mendengar berita yang pahit sekalipun.   Orangtua selalu menjadi marah bila seorang anak melakukan tindakan yang tidak jujur.  Karena merasa takut, mereka bertindak berlebihan.  Sebaiknya agar orangtua selalu mengajarkan kepada anak-anak, nilai-nilai hidup yang dipraktekkan dalam keluarga.

BAGAIMANA MENGAJAK KERJA-SAMA DAN MENGAJARKAN TANGGUNG JAWAB.
   Anak-anak suka menolak kecuali kalau permohonan kita menunjukkan respek dan menjaga otonominya.  Mereka lebih mudah mendengar kalimat-kalimat pendek dan tidak kedengaran seperti perintah.
   Ilustrasi:
   Di suatu hari yang dingin, seorang anak bernama Teddy berkata kepada ibunya: “Ibu,… saya ingin mengenakan jaket tebal itu”.  Ibunya menjawab, periksa dulu pengukur suhu/thermometer.  Kalau diatas 20 derajat kenakanlah jaket yang tipis.  Kalau dibawah 20 derajat kenakan jaket yang lebih tebal.  Teddy pun megenakan jaket yang tebal karena suhu berada dibawah 20 derajat.

HARUSKAH ANAK-ANAK DIBERI UPAH MELAKUKAN PEKERJAAN DI RUMAH.
   Jawabnya: Tidak!.  Namun seperti juga makanan, pakaian dan tempat kediaman, seorang anak perlu diberi semacam tunjangan.  Tapi ini tidak boleh diberikan sebagai upah, atau karena berkelakuan baik, lantas ditahan kalau ia berkelakuan buruk.  Tunjangan itu harus diberikan sebab anak itu memerlukannya.  Seorang anak diharapkan ikut menanggung kewajiban-kewajiban di dalam rumah tanpa mengharapkan imbalan.

BAGAIMANA MENETAPKAN JAM TIDUR BAGI ANAK-ANAK.
   Jam tidur bagi anak-anak hendaknya FLEKSIBEL.  Seorang ibu dapat mengatakan “jam tidur adalah antara pukul 8-10.  Kamu boleh menetapkan waktu sendiri asal di antara jam-jam itu.”  Anak-anak akan belajar menyesuaikan jam tidur dengan kebutuhannya.  Dan ini menjadi tanggungjawab anak itu sendiri.  Banyak anak tidur larut malam karena diharuskan orangtua tidur jauh sebelum mereka merasa kantuk.  Kalau mereka diberi beberapa waktu pilihan, mereka akan merasa bebas untuk tidur lebih dini.  Waktu tidur bisa juga menjadi waktu untuk berbicara dari hati ke hati.  Anak-anak mendapat kesempatan untuk menyampaikan keinginan, harapan serta keengganannya.

BAGAIMANA MENOLONG SEORANG ANAK MENGHADAPI RASA TAKUT.
   Penawar yang terbaik terhadap perasaan takut, ialah mengajarkan anak bahwa ia bebas untuk merasa, berpikir dan bermimpi tanpa kehilangan cinta dan respek dari orangtua.  Anak-anak perlu tahu, semua perasaannya itu wajar, baik yang negatif maupun yang positif, juga yang membingungkan.
   Kita bisa mencegah anak-anak kita memiliki perasaan bersalah dan gelisah oleh menangani perasaan itu sebagai hal-hal yang normal.   Kelakuan itu bisa “baik” dan bisa “buruk”, sedang perasaan dan fantasi tidak.
   Jangan beritahukan kepada seorang anak yang ketakutan bahwa tidak ada apa-apa yang perlu ditakuti, ini justru menambah ketakutannya.  Ditambah dengan rasa takut yang orisinal itu, ia sekarang takut karena perasaan takutnya itu.  Lebik baik mengakui rasa takutnya itu secara terbuka dan coba memahaminya. 
   Ketika seorang gadis berusia 11 tahun menyatakan rasa takutnya menghadapi ujian, ayahnya tidak menyangkal.  Ia malah mengatakan “ujian memang bisa menimbulkan rasa takut, apalagi ujian akhir”.

BAGAIMANA DENGAN TUGAS SEKOLAH.
   Melakukan tugas sekolah di rumah merupakan tanggung jawab anak dan gurunya.  Bila orangtua mengambil alih tugas pekerjaan ini, mereka ibarat memasuki jerat.  Tugas sekolah bisa menjadi senjata seorang anak untuk menghukum, mengeksploitasikan dan meresahkan orangtua.   Orangtua yang selalu mengingatkan anaknya mengenai tugas sekolahnya justru membatalkan kepentingannya itu sendiri yakni manfaat dari disiplin diri.
   Pertolongan terbaik yang dapat diberikan orangtua adalah secara tidak langsung:  memberikan sebuah meja belajar yang serasi, penerangan lampu yang memadai, memenuhi kebutuhan akan buku-buku pelajaran dan menghindarkan gangguan apa pun.   Sekali-kali orangtua dapat memberikan penjelasan kalau seorang anak memang menemui jalan buntu.  Tetapi terlalu banyak pertolongan akan membuat Anda justru tidak tertolong.

BAGAIMANA MEMBERIKAN REAKSI BILA ANAK MEMILIH TEMAN YANG TIDAK ANDA SENANGI.
   Jangan terburu-buru menunjukkan reaksi Anda.  Pelajari terlebih dulu.  Setelah meneliti teman anak Anda cukup lama dan ternyata ia tetap merisaukan, beritahukan hal itu kepada anak Anda.  Bisa saja Anda mengatakan, “Mama dan papa telah mencoba untuk menerima temanmu itu, tetapi tidak bisa.  Itu mungkin problem kami, namun kami harus memintamu untuk tidak mengundangnya ke mari lagi.”
   Seorang ayah mengatakan kepada putranya, “Saya dengar Alex itu tergabung dalam gang yang suka mencuri.  Itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai hidup keluarga kita.  Papa harap kamu tidak bergaul dengan dia lebih lama lagi.”   Kalau anak lelaki itu tetap mendesak untuk bertemu Alex, maka perlu ada penjelasan ulang, dengan suatu permohonan agar mereka menemukan suatu pemecahan yang disepakati.

BAGAIMANA MENYATAKAN CINTA KEPADA ANAK-ANAK.
   Peristiwa-peristiwa kecil bisa menciptakan saat-saat “emas” untuk menyatakan cinta.  Contohnya : Disebuah restoran Robert menjatuhkan humberger-nya.  “Tolol betul aku ini,” teriaknya.  Ayahnya berkata, “Danny, ayah tidak mengizinkan siapapun menghina putra ayah.  Dik, tolong berikan satu humberger lagi.”   Danny sangat berterimakasih dan merasakan cinta kasih ayahnya.  Tidak ada kata-kata cinta yang lebih efektif daripada pengertian pada saat yang runyam.
   Miriam, seorang gadis berusia 12 tahun kehilangan bross hadiah ulang tahun orangtuanya.  Ia menangis, takut reaksi orangtuanya.  Kata ibunya: “Benda-benda begitu dapat diganti.  Dalam rumah kita, manusia dan perasaannya jauh lebih penting”.   Tentu dalam kata-kata itu terungkap cinta.
   Untuk menyampaikan cinta, orangtua perlu menggunakan bahasa yang dapat dipahami.  Kata-kata yang menghargai perasaan, sambutan-sambutan yang dapat mengubah semangat, dan sahutan yang memancarkan rasa hormat.  Dunia kerap berbicara kepada otak manusia.  Tapi orangtua berkata-kata lebih intim, mereka berbicara kepada hati sanubari anak-anaknya.

   Inilah beberapa prinsip dasar untuk membina hubungan yang serasi dengan anak, kiranya dapat bermanfaat bagi kita.