Jumat, 15 November 2013

5. Rumah Tangga Kristen.

Pelajaran 05 - RUMAH TANGGA KRISTEN

DAFTAR ISI

    ORANG TUA DALAM RUMAH TANGGA KRISTEN Ayat Hafalan
        Karunia Tuhan
        Rencana Untuk Mereka
        Mengajar Mereka
        Merawat dan Memelihara Mereka
        Mengasuh Mereka
        Membimbing Mereka
        Bersaksi bagi Mereka
        Mengasihi Mereka

    ANAK-ANAK DALAM KELUARGA KRISTEN
        Ketaatan
        Kasih Allah Kepada Anak-Anak
        Allah Ada di Atas Para Orang tua
        Ketika Anak-Anak Menjadi Dewasa

DOA

RUMAH TANGGA KRISTEN

A. ORANG TUA DALAM RUMAH TANGGA KRISTEN

Ayat Hafalan:

    "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitlah amarah di hati anak- anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Efe 6:4.

1. KARUNIA TUHAN

Anak-anak yang diberikan kepada suami dan istri merupakan karunia Tuhan. Ketika Esau bertanya kepada Yakub tentang orang-orang yang bersama-sama dengan dia, Yakub berkata bahwa mereka adalah "Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu ini." Kej 33:5. Beberapa tahun kemudian, ketika Yusuf ada di Mesir, dia menunjukkan dua anaknya kepada Yakub yang sudah tua dan berkata, "Inilah anak-anakku yang telah diberikan Allah kepadaku di sini." Kej 48:9.

Pemazmur menulis,"Sesungguhnya anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah." Maz 127:3. Dalam Perjanjian Lama, orang-orang umumnya hanya berbicara tentang anak-anak lelaki. Mereka kadang-kadang melupakan nilai dari anak-anak perempuan. Kristus datang ke dunia dalam bentuk manusia untuk memulihkan umat manusia ke dalam rencana Allah yang mula-mula. Sungguh dalam Kristus "tidak ada laki-laki atau perempuan" Gal 3:28. Karunia Allah adalah anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan.

Renungkan kembali tentang rencana Allah yang indah dalam pernikahan antara seorang pria dan wanita yang saling mengasihi dan menghormati Tuhan. Ingatlah kembali bahwa anak-anak adalah merupakan karunia Tuhan. Tuhan memberikan karunia berupa anak-anak di dalam beberapa rumah tangga; di beberapa rumah tangga yang lain yang juga dikasihi- Nya, Dia memberikan karunia yang lain. Kita akan mempelajari lebih banyak tentang rumah tangga tanpa anak dalam pelajaran berikutnya. Sekarang marilah kita mempelajari tanggung jawab dari orang tua terhadap anak-anak sebagai karunia yang indah.

2. RENCANA UNTUK MEREKA

Tanggung jawab apa yang dimiliki oleh orang tua dalam merencanakan besar kecilnya keluarga mereka? Apakah mereka seharusnya memunyai anak sebanyak mungkin menurut kekuatan tubuh mereka? Dalam beberapa masyarakat tradisional, tiap keluarga ingin memunyai anak sebanyak mungkin. Anak-anak merupakan kebanggaan keluarga; mereka diperlukan sebagai para pekerja. Banyak anak yang meninggal sebelum usia dewasa. Ada banyak faktor di Indonesia sekarang yang membuat pemerintah memikirkan program yang sungguh-sungguh mengenai keluarga berencana. Hal ini termasuk perlunya memikirkan tingginya biaya untuk membesarkan dan menyekolahkan anak-anak yang sering tidak sebanding dengan pendapatan keluarga. Angka kelahiran yang tinggi juga telah menambah masalah di Indonesia, misalnya kelaparan, kekurangan gizi, terbatasnya sekolah dan pengobatan, dll.. Alkitab memerintahkan untuk bertanggung jawab dalam merencanakan keluarga yang baik. "Tetapi jika ada orang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman." (1Ti 5:8). Orang tua Kristen perlu berdoa untuk mempertimbangkan jumlah anak yang bisa mereka asuh.

Seorang penulis dari Afrika, John S. Mbiti, mengatakan, "menjadi orang tua adalah suatu tanggung jawab yang besar. Anda melecehkan kesempatan dan kepercayaan itu jika Anda menjalaninya dengan ceroboh, jika Anda menjalankannya dengan cara dimana Anda hanya membuat anak- anak merana, lapar, berpakaian yang tidak layak, tidak berpendidikan, dan merasa rendah diri di masyarakat. Hal utama yang harus diketahui orang tua sekarang ini adalah berapa jumlah anak yang bisa diasuh dengan layak sehingga nantinya menjadi pribadi yang sehat, bahagia, berkembang dengan baik, dan bisa menjadi bagian yang memberkati masyarakat dan bangsa."

3. MENGAJAR MEREKA

Supaya bisa diterima masyarakat dan bangsa dengan baik, orang tua Kristen hendaknya membimbing perkembangan anak-anak mereka ke dalam jalan-jalan Tuhan. "Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya." (Kej 18:19). Ayat ini menyebutkan tentang perintah Allah yang harus diikuti Abraham sehingga Allah dapat membawa Abraham ke tanah yang sudah dijanjikan-Nya. Apakah dua hal yang harus dilakukan anak-anak dan seisi rumah Abraham dilakukan untuk "berjalan menurut jalan Tuhan?"

Mungkinkah Allah membuat bangsa yang besar dari anak-anak Abraham jika mereka tidak melakukan yang benar dan adil? Bagaimana mungkin anak-anak Anda menggenapi rencana Allah bagi mereka jika Anda tidak mengajarkan kepada mereka untuk menurut jalan-jalan Tuhan? Tuhan memberikan janji ini: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya maka pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang dari jalan itu." (Ams 22:6).

"Sesungguhnya diantara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis." kata Yesus, Mat 11:11. Bacalah Luk 1:6 untuk mempelajari macam lingkungan rumah tangga yang disediakan Zakharia dan Elisabet bagi Yohanes. Dapatkah Anda mengikuti contoh yang diberikan Zakharia dan Elisabet? Alkitab mengatakan bahwa mereka "keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat."

4. MERAWAT DAN MEMELIHARA MEREKA

Alkitab memberikan perintah yang khusus kepada orang tua. Paulus menggambarkan hubungannya dengan orang-orang Kristen di Korintus dengan mengatakan, "Karena bukan anak-anak yang mengumpulkan harta untuk orangtuanya, melainkan orang tualah untuk anak-anaknya." (1Ko 12:14). Paulus mengatakan bahwa dengan sukacita ia akan memberikan apa yang dia punya untuk orang-orang Korintus. Haruskah orang tua mempunyai permintaan terhadap anak-anaknya yang menyebabkan kesulitan keuangan yang besar? Permintaan-permintaan tersebut termasuk pesta, pesta pernikahan, hadiah yang mahal, dll.. Sebagai orang yang baru dewasa, Anda mungkin tidak bisa mengubah cara yang dipakai orang tua Anda. Tapi Anda harus belajar mengikuti ajaran-ajaran Kristen ketika Anda menjadi orang tua.

5. MENGASUH MEREKA

Paulus memberikan suatu perintah yang pasti kepada para orang tua. "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak- anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Efe 6:4.

Musa telah memimpin bangsa Israel sampai diusia tuanya. Dalam pidato perpisahannya, dia memberikan perintah yang terakhir dari Tuhan. Bacalah Ula 6 untuk mempelajari perintah-perintah yang penting ini. Bagaimana bangsa Israel mengatakan kebenaran-kebenaran ini kepada anak-anak mereka? Lihatlah ayat Ula 6:6-9.

Ayat Ula 6:4 memberikan perintah Allah yang Agung. Saat Anda membaca ayat Ula 6:7 carilah beberapa "waktu untuk pengajaran Firman Allah" yang bisa dipakai oleh seluruh keluarga untuk mengajar anak-anak. Perhatikan bagaimana Allah menjadi pusat bagi keluarga pada masa itu. Anak-anak diajarkan tentang Firman Tuhan dengan rajin dan rutin.

6. MEMBIMBING MEREKA

Luk 2:52 menyebutkan kepada kita bahwa Yesus "makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia." Dengan menggunakan empat bidang berikut ini, pikirkanlah sikap-sikap dan kecakapan-kecakapan yang ingin anak-anak Anda miliki jika mereka dewasa nantinya. Bagaimana cara terbaik yang bisa Anda tempuh untuk mengembangkan kecakapan dan sikap mental anak-anak? Pendidikan apa yang Anda inginkan bagi anak-anak Anda? Pikirkanlah juga perkembangan secara fisik. Apa yang perlu diketahui anak-anak Anda mengenai tubuh mereka agar mereka bisa memperlakukan tubuh mereka dengan benar sebagai Bait Roh Kudus? Apa yang perlu diketahui, dialami, dilakukan anak-anak untuk bisa bertumbuh secara rohani? Apa yang seharusnya menjadi ciri hubungan mereka dengan Allah? Bagaimana mereka perlu berhubungan dengan orang lain - dengan orang Kristen dan non-Kristen?

7. BERSAKSI BAGI MEREKA

Ceritakan pada anak-anak Anda tentang pekerjaan Tuhan dalam hidup Anda. Ceritakan kepada mereka pada waktu Tuhan menyembuhkan Anda, atau ketika Allah dengan ajaib menyediakan makanan bagi Anda saat Anda tidak mempunyai uang. Ceritakan kepada mereka bagaimana perbuatan Tuhan selama ini kepada Anda. Maz 78:4, "Kami tidak hendak sembunyikan terhadap anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada Tuhan dan kekuatan-Nya dan perbuatan- perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya." Ambil Alkitab Anda sekarang dan bacalah Maz 78:1-7. Ceritakan tentang kebaikan Tuhan kepada anak- anak Anda. Maka, mereka juga akan menaruh kepercayaan mereka terhadap Tuhan.

8. MENGASIHI MEREKA

Tunjukkan kedekatan Anda kepada anak-anak. Jika mereka melakukan sesuatu yang baik, berikan pujian, ungkapkan, "Aku mengasihi engkau," dalam perkataan dan perbuatan. Dorong dan bimbing serta ajar mereka secara pribadi. Ada saatnya tiap orang tua meluangkan waktu sendiri dengan tiap anaknya.

Ajarkan kepada anak-anak Anda tentang Firman Tuhan dan berdoalah dengan anak-anak Anda. Firman Tuhan dapat memberikan hikmat kepada anak-anak Anda menuju kepada keselamatan melalui iman dalam Yesus Kristus.

B. ANAK-ANAK DALAM KELUARGA KRISTEN

Ayat Hafalan:

    "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian." Efe 6:1

    "Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia- nyiakan ajaran ibumu. Tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada lehermu." Ams 6:20-21. Allah memberikan kepada Musa sepuluh perintah, ya hanya sepuluh peraturan yang paling penting untuk menuntun hidup kita. Perintah yang kelima adalah, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." Ula 5:16. Paulus menyebutkan perintah ini dengan suatu janji, Efe 6:2.

1. KETAATAN

"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan." (Kol 3:20). Alasan apa yang diberikan oleh Paulus agar mentaati orang tua dalam segala hal?

"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu - ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi." (Efe 6:1-3). Paulus menuliskan ayat-ayat ini dalam sebuah surat ketika dia sudah tua dan ada di dalam penjara. Dia bukanlah seorang penjahat; dia salah satu murid Tuhan Yesus yang sejati. Paulus melayani dengan nasihat-nasihat yang penuh kasih kepada semua orang. Dalam tes ini dia mengikutsertakan anak-anak dan orang tua. Bacalah Rom 1:30 dan 2Ti 3:2. Apakah Anda memerhatikan bahwa ketidaktaatan kepada orang tua adalah termasuk sebagai dosa yang paling jahat? Baik ayah maupun ibu, keduanya harus dihormati.

2. KASIH ALLAH KEPADA ANAK-ANAK

Kasih Allah kepada anak-anak merupakan alasan yang utama mengapa Dia menekankan ketaatan kepada orang tua. Tuhan berfirman kepada kita untuk menghormati orang tua, "supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi." Efe 6:3. Anak-anak tidak bisa secara alamiah mengetahui untuk "menolak yang jahat dan memilih yang baik." Mereka mesti bertumbuh dalam hikmat ini, mereka mesti diajarkan pengetahuan ini. Orang tua adalah guru kedua yang penting setelah Tuhan sendiri. Bacalah masa kecil Yesus dalam Luk 2:41-51. Sebagai anak kecil, bagaimana Yesus melaksanakan perintah taurat yang kelima ini?

Efe 5 berbicara tentang para istri yang harus merendahkan diri/taat kepada suami mereka. Dalam Efe 6, suami dan istri sekarang disebut orang tua. Anak-anak hendaknya mentaati orang tua mereka. Tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa salah satu orang tua berhak atas penghormatan yang lebih besar dari yang lain.

3. ALLAH ADA DI ATAS PARA ORANG TUA

Kis 5:29 menunjukkan suatu masa dimana ditunjukkan sikap agar kita lebih mengasihi Tuhan dari pada yang lain. "Kita harus mentaati Allah lebih daripada manusia" Jika orang tua kita meminta agar kita berbuat yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, kita harus mentaati Allah. Allah berbicara kepada anak-anak, dan kehendak Allah harus menjadi yang pertama, bahkan sebelum kehendak orang tua. Samuel hanyalah seorang anak kecil ketika dengan cara yang ajaib Tuhan datang pada malam hari di tempat tidurnya dan berbicara kepadanya. Lihatlah dalam 1Sa 3.

Bahkan ketika maksud untuk mentaati Tuhan bertentangan dengan kehendak orang tua, kita tidak boleh begitu saja meremehkan keinginan orang tua kita. Kita harus berusaha sedemikian untuk mencapai suatu persetujuan. Kita tidak boleh marah terhadap mereka, atau membuat mereka marah. Kita hendaknya menunjukkan kepada mereka segala bentuk kasih dan penghormatan meskipun mereka menentang kehendak Tuhan.

Petrus mengingatkan kepada kita bahwa seorang Kristen harus rendah hati dalam semua hubungan. "Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: \'Allah menentang orang-orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.\'" (1Pe 5:5). Ketika kehendak orang tua bertentangan dengan perintah Tuhan, seorang Kristen memilih jalan Tuhan dengan kelembutan dan kerendahan hati.

4. KETIKA ANAK-ANAK MENJADI DEWASA

Orang dewasa pun harus terus menghormati orang tua mereka. Seorang anak yang telah dewasa mungkin hidup jauh dari orang tua dan harus membuat sebagian besar keputusan sendiri. Perpisahan ini dapat menyebabkan kekuatiran bagi orang tua mereka. Mereka mungkin akan merasa ditinggalkan atau bahkan ditolak kalau anak-anak mereka yang telah "modern" tidak menjaga suatu hubungan yang dekat. Selalu ada perbedaan dalam tiap generasi dari umat manusia. Hal ini nyata khususnya di negara-negara dimana gaya hidup berubah dengan cepat. Anak-anak yang sudah dewasa perlu untuk menjaga hubungan yang dekat dengan orang tua mereka, untuk memberitahu mereka bahwa mereka masih dikasihi dan dihormati.

Usia tua sering membawa masalah yang memerlukan perhatian yang penuh kasih dari anak-anak yang sudah dewasa. Dalam Mar 7 Yesus menegur para pemimpin agama pada masa itu karena melaksanakan tradisi mereka namun tidak betul-betul memerhatikan kebutuhan orang tua dan menghormati mereka. Di dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia dalam rumahnya. Yoh 19:25-27 Ayat ini menceritakan bagaimana Yesus membuat suatu rencana untuk merawat ibunya bahkan ketika Dia hampir mati di atas kayu salib. Seperti Yesus yang menunjukkan penghormatan dan perhatian untuk ibunya selama hidupnya, orang-orang Kristen saat ini perlu memegang perintah Tuhan untuk menghormati orang tua mereka.
Akhir Pelajaran (PKS-P05)

DOA

    "Bapa, terima kasih untuk anak-anak yang Kau karuniakan bagi kami. Berilah kami hikmat untuk dapat menjadi orang tua yang baik bagi mereka. Amin"

[Catatan: Tugas pertanyaan ada di lembar terpisah.]
Materi Pelajaran | Pelajaran 05 | Referensi 05a | Referensi 05b

Nama Kursus     :     Pernikahan Kristen Sejati (PKS)
Nama Pelajaran     :     Rumah Tangga Kristen
Kode Pertanyaan     :     PKS-T05

Pelajaran 05 - RUMAH TANGGA KRISTEN

INSTRUKSI

Harap setiap peserta mengikuti petunjuk mengerjakan tugas sbb.:

    Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran dengan teliti.
    Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, kemudian jawablah dengan jelas dan tepat.
    Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi Moderator di:
    < yulia(at)in-christ.net > atau < kusuma(at)in-christ.net >

Perhatian:

Setelah lembar jawaban di bawah ini diisi, mohon dikirim kembali dalam bentuk plain text (e-mail biasa) dan bukan dalam bentuk attachment ke:
< kusuma(at)in-christ.net > dan di cc ke:
< staf-pesta(at)sabda.org >

***Catatan: Ganti (at) dengan @

Selamat mengerjakan!

PERTANYAAN A:

    Apakah artinya bahwa anak-anak yang diberikan melalui suami istri adalah karunia Tuhan?
    Apakah orang Kristen perlu membuat perencanaan berapa anak yang akan dimiliki? Mengapa?
    Sebagai orang Kristen, pengajaran apakah yang paling penting diberikan orang tua kepada anak-anaknya?
    Ayat-ayat mana di dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Tuhan memberikan tanggung jawab penuh kepada orang tua untuk mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anaknya?
    Apakah upah seorang anak yang taat dan menghormati orang tua, menurut Efe 6:3?
    Dalam keadaan bagaimana anak boleh menentang orangtua?
    Menurut Kis 5:29, jika orang tua meminta melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, kita harus mematuhi .....
    Kapan kita bisa berhenti menghormati orang tua kita?
    Mengapa anak-anak yang sudah dewasapun harus tetap memelihara hubungan dengan orang tua mereka?
    Bagaimana Yesus menunjukkan kasih dan perhatian-Nya pada ibu-Nya?

PERTANYAAN B:

    Apakah Anda setuju orang tua perlu mendisiplin (menghajar) anak- anaknya jika anak-anaknya tidak menuruti perintah orang tua? Cara apa yang paling tepat untuk dipakai?
    Bagaimana menghadapi orang tua yang terlalu menuntut anak-anaknya untuk memperhatikan dan mendukung kebutuhan finansialnya?

Materi Pelajaran | Pelajaran 05 | Pertanyaan 05

Nama Kursus     :     Pernikahan Kristen (PKS)
Nama Pelajaran     :     Rumah Tangga Kristen
Kode Pelajaran     :     PKS-R05a

Referensi PKS-R05a diambil dari:

Judul Buku     :     Hanya Maut yang Memisahkan Kita
Judul Artikel     :     10 Sifat dan Kebiasaan yang Perlu Diajarkan Kepada
        Anak-anak
Pengarang     :     Pdt. Roby Setiawan, Th.D.
Penerbit     :     Setiawan Literature Ministry, 2007
Halaman     :     102 -- 112

REFERENSI PELAJARAN 05a - RUMAH TANGGA KRISTEN

10 Sifat dan Kebiasaan yang Perlu Diajarkan Kepada Anak-Anak

Pengamsal menasehati para pembacanya demikian, "Ajarlah seorang anak cara hidup yang patut baginya, maka sampai masa tuanya ia akan hidup demikian" (Ams 22:6).

Ada sebagian orang mengijinkan anak mereka yang masih kecil untuk melakukan apa saja, walaupun perbuatan itu salah dan kurang ajar. Biasanya, alasan mereka adalah: "Anak kami masih kecil, nanti saja jikalau sudah besar, ia akan kami disiplin." Pendapat itu tidak benar! Lihatlah ilustrasi berikut ini.

Seekor ayam yang salah satu kakinya cacat, berjalan melewati lapisan semen basah dengan satu kaki saja. Kemudian, seorang pemuda mengusir ayam itu dari sana. Namun, bekas tapak kakinya masih tercetak di semen. Keesokan harinya setelah semen itu menjadi kering, bekas tapak kaki si ayam terlihat jelas sekali. Ayam itu sendiri telah dipotong dan dimakan, namun bekas tapak kakinya terus terlihat selama bertahun-tahun kemudian. Demikian pula dengan watak anak; sebelum watak anak Anda mengeras, cap apa yang orang tua sudah buat dan tinggalkan dalam kepribadian mereka?

85% dari pembentukan pribadi seseorang terjadi pada waktu ia masih berada di kandungan ibunya sampai dengan usia 7 tahun. Tujuh tahun pertama di dalam kehidupan seorang anak adalah masa yang sangat penting, bagaikan lapisan semen yang masih basah bisa diberikan "cap" apa saja dan akan membekas selama berpuluh-puluh tahun kemudian.

Figur Musa adalah contoh yang menarik. Pada waktu usianya sekitar 40 tahun, Musa, yang telah diadopsi oleh sang putri Firaun, membela bangsa Yahudi dan membunuh orang Mesir (Kel 2:11-14). Mengapa bisa timbul perasaan nasionalisme kepada budak-budak Yahudi, padahal ia sudah tinggal nyaman di istana Firaun? Jawabannya adalah karena sewaktu masih kecil, Musa pernah dididik oleh mamanya sendiri sambil disusui (Kel 2:8-10). Pastilah, sang mama terus menanamkan pemahaman di dalam diri Musa kecil, bahwa ia adalah orang Ibrani yang berTuhankan Allah Yahweh. Pengajaran itu berlangsung selama beberapa tahun sampai Musa menjadi besar (kemungkinan sampai berusia 7 tahun), barulah Musa diberikan kepada sang putri Firaun. Apa yang ditanamkan dalam usia 7 tahun pertama itu sungguh berdampak besar bagi kehidupan Musa. Berikut ini adalah 10 sifat dan kebiasaan penting yang perlu diajarkan kepada anak-anak dalam usia 7 tahun pertama:

    Menghormati Allah di dalam kehidupan mereka.

    Orang tua perlu setiap hari berdoa sambil menumpangkan tangan kepada sang janin yang masih di kandungan ibunya. Ketika bayi itu sudah lahir, sang ibu perlu membiasakannya berdoa terlebih dahulu sebelum diberi susu atau makanan lembut lainnya. Kebiasaan untuk berdoa perlu terus diajarkan sampai anak itu besar. Ajarlah mereka berdoa syafaat sebelum mereka tidur, misalnya berdoa untuk: guru-guru di sekolah, kakek-nenek, orang tua, pekerjaan misi, orang yang sedang mengalami musibah, dll. Dalam hal ini, altar keluarga yang dipimpin oleh kepala rumah tangga sangat penting. Biarlah kebiasaan berdoa "mendarah-daging" dalam kehidupan anak-anak.

    Bimbinglah anak-anak untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat pribadi mereka.

    Usia antara 4 - 14 tahun adalah masa yang mudah bagi seseorang untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Jikalau masa itu diperpanjang, maka hanya sampai pada usia 19 tahun seseorang dapat menerima Injil dengan agak mudah. Setelah usia 19 tahun, adalah sulit bagi seseorang untuk menerima berita keselamatan di dalam Yesus, kecuali hanya dengan mujizat Ilahi.

    Orang tua bisa mengajarkan Injil kepada anak-anak di dalam konteks dan dengan cara yang berbeda. Misalnya: ketika anak itu dibawa ke rumah duka dan melihat mayat yang terbaring di peti jenazah, orang tua bisa, memakai momen yang penting ini untuk memberitakan Injil bagi si anak.

    Mendisiplin anak sedini mungkin.

    Anak di bawah usia dua tahun sudah bisa diajar untuk makan dengan tidak berjalan-jalan. Selesai bermain, anak perlu diajar untuk membereskan mainannya dan mengembalikan ke tempatnya. Biarkanlah anak itu sendiri yang melakukannya, tidak perlu dilakukan oleh baby-sitternya atau pembantu. Anak tidak boleh bersikap kurang ajar kepada orang lain, walaupun kepada pembantu rumah tangga.

    Jikalau si anak bandel, maka orang tua boleh memukul anaknya (Ams 22:15), tetapi harus di bagian tubuh yang tepat, misalnya: di pantat (karena bagian ini berisi banyak lemak). Namun, pukulan apabila terlalu sering dilakukan akan menjadi tidak efektif. Pandangan mata yang berwibawa dari orang tua kepada anak akan lebih baik.

    Mengajarkan sifat adil kepada anak.

    Seorang anak tidak menuntut orang tuanya harus kaya, tetapi adil. Ada sebagian orang tua yang lebih mengasihi anaknya yang paling pintar atau yang paling cantik, sehingga anak yang lain merasa cemburu. Hal pilih kasih terjadi di dalam keluarga Yakub. Yusuf yang lahir pada masa tua Yakub, diperlakukan secara istimewa, sehingga membuat rasa cemburu di dalam hati anak-anaknya yang lain (Kej 37:1-4).

    Jikalau orang tua baru pulang dari luar kota dan mau membawakan oleh-oleh untuk anak-anak mereka, jangan lupa memberikannya kepada setiap anak. Anak kecil belumlah mengerti harga, oleh karena itu berikanlah kepada mereka sesuatu yang mereka senangi, walaupun murah.

    Disiplin haruslah adil kepada setiap anak. Disiplin bisa berbentuk pujian maupun hukuman (Ibr 12:5). Setiap anak, apabila berbuat baik harus dipuji; jika berbuat salah, haruslah dihukum. Berat atau ringannya hukuman harus disesuaikan dengan macam kesalahannya. Misalnya: seorang anak lelaki yang berusia 9 tahun mencoba untuk men-starter mobil ayahnya. Sebelumnya, sang ayah telah memberitahukannya beberapa kali tentang prosedur menyalahkan mesin mobil, yakni dengan menetralkan lebih dahulu posisi versneling. Si anak sudah melakukannya beberapa kali dengan baik. Namun pada suatu malam, si anak bersikap ceroboh. Ia tidak menetralkan posisi versneling lebih dahulu, sehingga ketika distarter, mobil itu langsung menabrak pintu garasi. Akibatnya, pintu garasi dan bemper mobil rusak. Si ayah mendisiplin anaknya dengan tidak mengijinkan bermain di Timezone selama 1 bulan. Bagi si anak, bermain di Timezone adalah hal yang sangat disukainya. Tetapi karena kesalahannya, ia harus menyangkal diri, dan itulah bentuk disiplin yang cocok baginya. Jadi, disiplin tidak selalu berbentuk pukulan fisik.

    Mengajar anak untuk menghargai setiap pemberian.

    Anak perlu diajar untuk berterima kasih atas setiap berkat Tuhan yang mereka terima, misalnya: makanan/minuman, kesempatan untuk belajar, tempat tinggal, kendaraan yang dipakai, pembantu yang setia melayani, semua mainan yang tersedia, kado HUT, dll. Jangan biarkan mereka bersungut-sungut.

    Anak yang sejak kecil sudah biasa hidup "enak", ada kecenderungan untuk tidak menghargai kenyamanan hidup yang mereka nikmati, dan bersikap take it for granted (menganggap hal itu sebagai sudah seharusnya demikian). Anak seperti itu perlu sesekali diajak, misalnya, menumpang bis umum atau angkota. Biarkan mereka melihat dan mengalami realita hidup yang sesungguhnya, dimana begitu banyak orang yang kondisi hidupnya begitu susah. Dengan demikian, mereka bisa mengucap syukur untuk mobil orang tua mereka yang ber-AC.

    Pada waktu Ebenezer, anak kami yang kedua, berulang tahun yang ketujuh, kami mengadakan pesta HUT yang unik. Bersama dengan perayaan HUT Angie, anak ketiga dari salah seorang anggota majelis gereja, kami mengundang anak-anak dari "kolong jembatan" untuk menghadiri acara ini. Tentu saja, anak-anak teman sekolah minggunya juga diundang. Kami menyediakan snack dan nasi untuk mereka yang kekurangan. Juga, beberapa anggota gereja menyumbangkan beberapa bahan pokok, seperti beras, minyak, dll, untuk orang tua dari anak-anak prasejahtera itu. Momen seperti itu sungguh memberikan kesan yang mendalam bagi anak kami. Mereka belajar untuk menghargai setiap anugerah Tuhan dan belajar untuk memberi kepada mereka yang berkekurangan.

    Menjauhkan anak dari sifat kejam

    Sifat kejam adalah sifat yang menikmati ketika melihat penyiksaan terjadi pada diri orang lain atau binatang. DR. Albert Schweitzer berkata, "Hargailah kehidupan!" Jangan siksa seekor anjing, kucing, atau semut sekalipun. Jikalau mau membunuhnya, bunuhlah, tetapi jangan disiksa sedikit demi sedikit sampai mati. Seorang anak yang dibiarkan menyiksa seekor binatang, pada suatu saat dia akan menyiksa manusia juga. Pertunjukan yang sadis di acara-acara TV perlu dijauhi, misalnya: free wrestling (gulat bebas), UFC, film-film dan game-game yang bernafaskan kekerasan hendaknya dijauhi. Apa yang ditonton oleh mereka akan sangat mudah ditiru. Rasul Paulus memberikan prinsip yang penting sbb,

    "Segala sesuatu diperbolehkan, benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain" (1Ko 10:23-24).

    Mengajar anak berkata jujur.

    Karena takut dihukum atau untuk menghindari suatu tugas yang mereka tidak senangi, sebagian anak berbohong kepada orang tua atau guru mereka. Orang tua perlu peka terhadap hal ini. Adakan cross-check dengan orang-orang yang menyaksikan hal itu, lalu bandingkan dengan apa yang dikatakan oleh si anak.

    Misalnya: seorang anak yang dileskan piano oleh orang tuanya, harus berlatih main piano setiap harinya. Pada suatu hari, si ibu bertanya kepada anaknya, apakah ia sudah berlatih piano pada hari itu. Si anak berkata: sudah. Namun, si ibu perlu sesekali melakukan cross-check kepada pembantunya, yang setiap saat di rumah, apakah betul si anak sudah berlatih piano. Jikalau si anak berbohong, maka ia perlu didisiplin. Jangan biarkan kebohongan sekecil apapun dilakukan oleh anak yang masih kecil, sebab hal itu menjadi benih yang tidak baik untuk masa depan hidupnya.

    Contoh lain lagi: si Andi menangis ketika pulang dari sekolah. Ia mengadu kepada orang tuanya, bahwa ia baru saja dipukul oleh Joni, temannya. Orang tua tidak perlu panik dalam hal ini, dan jangan langsung percaya 100% kepada perkataan Andi. Orang tua perlu bertanya kepada guru kelas dari Andi, atau kepada orang yang melihat kejadian itu. Ternyata, yang diceritakan Andi hanya separoh benar. Si Andi suka menggodai Joni, sehingga akhirnya Joni menjadi marah dan memukulnya. Dengan demikian, orang tua yang bijaksana harus mendisiplin Andi dan mengajarnya untuk berkata jujur; tidak menutup-nutupi sebagian fakta dengan tujuan untuk mendapat dukungan dari orang tua.

    Tentunya, teladan orang tua dalam hal kejujuran adalah sangat penting. Apabila si anak melihat orang tuanya sering berbohong kepada orang lain, bahkan ada pula orang tua yang mengajarkan anaknya untuk berbohong dalam hal-hal tertentu, maka hal itu pasti akan berdampak negatif bagi kepribadian si anak.

    Mengajar anak sikap tekun dan ulet.

    IQ yang tinggi tidak menjamin seorang anak menjadi sukses. Thomas Alva Edison (1847-1931) pernah berkata, bahwa IQ hanya menyumbangkan 5% saja dari kesuksesan seseorang, sisanya adalah ketekunan, keuletan, dan sifat-sifat positif lainnya.

    Memang dalam kehidupannya, Thomas telah berusaha untuk menjadi tekun dan ulet. Pada masa kecilnya, salah satu telinganya menjadi tuli karena infeksi. Thomas kecil sulit bergaul dengan teman- temannya di sekolah dan dianggap sebagai pembuat masalah oleh guru-gurunya. Pada usia 11 tahun, ia dikeluarkan oleh guru sekolahnya karena dianggap "anak bodoh"; namun, ibunya mendidiknya dengan sabar. Akhirnya, setelah mengalami kegagalan sebanyak lebih dari 1000 kali, muncullah seorang Thomas Alva Edison yang menemukan beberapa hal penting, yakni: bola lampu, phonograph (piringan hitam), gambar bergerak, telegraph, dan teknologi telepon. (1)

    Ketekunan dan keuletan perlu diajarkan sejak dini di dalam kehidupan anak-anak. Kepribadian mereka perlu dilatih untuk tidak mudah menyerah. Jikalau mendapat nilai merah di dalam pelajaran di sekolah, janganlah cepat-cepat mundur dan putus asa. Robert Schuller mendefinisi ulang makna "kegagalan":

    Kegagalan tidak berarti bahwa Anda adalah orang yang gagal. Itu berarti bahwa Anda masih belum berhasil.

    Kegagalan tidak berarti bahwa Anda tidak menyelesaikan apa-apa; itu berarti bahwa Anda telah belajar sesuatu.

    Kegagalan tidak berarti bahwa Anda telah dipermalukan; itu berarti bahwa Anda telah berkemauan mencoba.

    Kegagalan tidak berarti bahwa Anda tidak mendapatkannya; itu berarti bahwa Anda harus melakukannya dengan cara yang lain.

    Kegagalan tidak berarti bahwa Anda telah menyia-nyiakan hidup Anda; itu berarti bahwa Anda mempunyai alasan untuk mulai lagi.

    Kegagalan tidak berarti bahwa Anda harus menyerah; itu berarti bahwa Anda harus mencoba lebih keras.

    Kegagalan tidak berarti bahwa Anda tidak akan pernah mencapainya; itu berarti Anda masih memerlukan waktu sedikit lebih lama.

    Kegagalan tidak berarti bahwa Allah meninggalkan Anda; itu berarti bahwa Ia memiliki gagasan yang lebih baik. (2)

    Biarkan anak untuk bertanggung jawab atas segala perbuatannya Ada seorang anak yang berlari-lari mengelilingi suatu ruangan. Lalu, tiba-tiba kakinya tersandung kaki meja dan jatuh. Orang tuanya cepat-cepat datang dan memukul meja itu sambil berkata, "Meja nakal. Ayo anakku sayang, bangunlah." Padahal yang salah bukanlah meja itu, tetapi anak itu sendiri yang kurang hati-hati. Namun, kejadian yang nampaknya sederhana itu dapat menanamkan kesan yang kurang baik di dalam diri si anak. Orang tua terlalu melindungi si anak, sehingga si anak tidak diberikan kesempatan untuk bertanggung jawab atas tindakannya yang kurang hati-hati. Sebaiknya, orang tua itu berkata, "Ayo anakku, bangunlah. Lain kali hati-hati yakh, kalau berlari jangan menabrak meja" (sambil sang orang tua memeriksa lutut si anak yang jatuh itu).

    Apabila si anak nakal di sekolah, lalu kemudian gurunya mendisiplinnya; biarlah orang tua tidak dengan serta-merta membela anaknya. Anak itu perlu belajar untuk menerima risiko dari kenakalannya.

    Orang tua perlu merelakan anaknya menghadapi kesulitan dan tantangan.

    Nyanyian Musa memberikan kita pengajaran yang baik dalam melatih kepribadian anak, "Laksana rajawali menggoyang-bangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya" (Ula 32:11).

    Seekor induk burung rajawali melatih anak-anaknya untuk terbang dengan cara "membuang" anak itu di angkasa. Anak-anak burung itu dilatih untuk menggunakan sayap mereka. Ketika anak-anak burung itu hampir jatuh ke tanah, maka sang induk cepat-cepat menatangnya kembali di atas kepaknya. Berkaitan dengan training kepribadian anak, Jendral Mac Arthur pernah mengucapkan suatu doa yang unik:

    Ya Tuhan, aku mohon supaya anakku jangan dibawa ke jalan yang mudah dan lunak, melainkan dibawa ke jalan yang penuh desakan, kesulitan dan tantangan. Didiklah anakku supaya ulet berdiri di atas badai. Bentuklah anakku menjadi manusia yang hatinya jernih, yang cita-citanya luhur, anak yang sanggup memimpin dirinya sebelum sanggup memimpin orang lain. Dengan demikian, aku, ayahnya akan memberanikan diri untuk berbisik, "Hidupku ini tidaklah sia-sia. "Amin. (3)

Catatan:

    Groiler Incorporated, The New Book of Knowledge, vol. 5 (Dandury, Connecticut: Grolier Incorporated, 1995), s v. "Edision, Thomas Alva."
    Robert H. Schuller, Keuletan Kunci Keberhasilan: Penuh Inspirasi dan Motivasi untuk Hidup Lebih Kreatif dan Produktif (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 13 -- 14.
    Andar Ismail, Selamat Pagi Tuhan: 33 Renungan Tentang Doa (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000).

Materi Pelajaran | Pelajaran 05 | Pertanyaan 05

Nama Kursus     :     Pernikahan Kristen (PKS)
Nama Pelajaran     :     Rumah Tangga Kristen
Kode Pelajaran     :     PKS-R05b

Referensi PKS-R05b diambil dari:

Judul Buku     :     Raising Kids to Love Jesus 2
Judul Artikel     :     Bimbingan dalam Membesarkan dan Mendidik Anak
Pengarang     :     H. Norman Wright
Penerbit     :     Gloria, Jogjakarta, 2003
Halaman     :     63 -- 82

REFERENSI PELAJARAN 05b - RUMAH TANGGA KRISTEN

KELUARGA YANG SEHAT

    Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan; dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik. (Ams 24:3, 4)

Saya senang memelihara binatang. Saya memelihara anak ayam, itik, dan kucing ketika masih kecil. Setelah dewasa, saya pun memelihara anak anjing. Membesarkan anak anjing tidaklah sesederhana dan semudah yang dipikirkan banyak orang karena dibutuhkan kondisi dan suasana yang sesuai. Anda akan memahami yang saya maksud bila Anda pernah mencoba menetaskan telur. Telur tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena selain membutuhkan suhu yang tetap dari pemanas, telur itu juga perlu selalu dibolak-balik. Anak anjing yang baru lahir juga membutuhkan perawatan yang sangat saksama. Ia perlu dijauhkan dari anjing-anjing yang lain. Kita juga harus mencuci tangan dulu sebelum menyentuh anak anjing itu jika kita telah menyentuh anjing lain selain induknya. Mengapa? Karena sistem kekebalan tubuh mereka belum bekerja, sehingga mereka masih sangat rentan.

SUASANA YANG MEMBANTU ANAK MENJADI SERUPA DENGAN YESUS

Suasana dalam keluarga sangat berperan untuk menoiong anak-anak menjadi serupa dengan Yesus. Ada beberapa hal yang harus dihindari. Ada pula beberapa hal lain yang harus tersedia. Mari kita cermati hal- hal yang terjadi dalam keluarga dan apa saja yang masih perlu kita lakukan.

Pernahkah Anda membantu anak-anak membuat sesuatu yang rumit seperti miniatur pesawat terbang? Saya tidak tahu pengalaman Anda. Yang jelas ketika saya mengalaminya, saya merasa perlu memiliki sebuah perencanaan yang rinci mengenai setiap potongan miniatur serta letaknya. Kehidupan keluarga juga merupakan sesuatu yang paling rumit, karena terdiri atas banyak hubungan yang rumit dan saling terkait dengan dunia di sekeliling kita. Bukan berarti semua anggota dari sebuah keluarga yang sehat akan terlihat seolah-olah keluar dari satu cetakan yang sama. Oleh kreatifitas Allah yang tak terbatas, akan muncul banyak keanekaragaman di sekeliling kita.

Adakah suatu pola khusus yang dapat diikuti untuk membangun keluarga? Saya telah menemukan beberapa pola ketika meneliti berbagai buku berdasarkan topik ini. Saat ini, banyak orang mengaku sebagai ahli di bidang ini. Siapakah yang dapat kita percaya untuk proyek yang sangat berharga ini?

Jika Anda berkata kepada seorang dokter, "Saya sehat," maka untuk memastikan ketepatan diagnosa Anda, sang dokter akan menggunakan suatu kriteria tertentu. Jikalau Anda pergi ke seorang ahli terapi keluarga dan bertanya, "Apakah keluarga saya sehat?" Kriteria apakah yang akan digunakan sang ahli terapi ini untuk menganalisanya? Mari kita lihat beberapa dasar untuk membangun keluarga yang sehat.

MEMBANGUN DASAR PERNIKAHAN YANG SEHAT

Hubungan Pernikahan

Hubungan pernikahan merupakan faktor yang paling penting dalam kehidupan berkeluarga. Hubungan pernikahan merupakan fondasi dari struktur keluarga yang akan dibangun. Kita perlu membedakan suami dan istri sebagai unit pernikahan atau sebagai unit orang tua. Namun masing-masing punya peran dan tanggung jawab sendiri-sendiri. Dua orang secara bersamaan dapat berfungsi sebagai pasangan dan orang tua, tetapi tetap mempunyai peran yang berbeda.

Sebuah keluarga dengan pernikahan yang tidak sehat akan selalu menghadapi pertentangan yang berat. Hubungan pernikahan yang hangat, penuh kasih, dan saling mendukung akan berpengaruh sangat baik terhadap pertumbuhan anak. Dengan banyaknya buku mengenai pernikahan, kita takkan kekurangan informasi tentang topik ini.

Bagaimana Tanggapan Keluarga Terhadap Kekuasaan?

Apakah yang terlintas dalam pikiran Anda ketika berpikir mengenai kekuasaan? Dalam konteks pembicaraan ini, saya mengartikan "kekuasaan" sebagai kemampuan setiap orang untuk mempengaruhi orang lain; atau kemampuan untuk menjadikan pikiran dan perasaan kita sebagai kekuatan utama dalam mengambil keputusan.

Kekuasaan dalam keluarga dapat dipilah-pilah dalam berbagai cara. Kekuasaan dapat dibagi secara merata di antara seluruh anggota keluarga. Atau sebaliknya, kekuasaan hanya didominasi oleh satu orang. Dalam keluarga yang berpola dominasi seperti ini, peluang untuk membangun hubungan yang dekat atau intim sangat kecil. Pasangan atau orang tua yang sangat dominan biasanya tidak dapat membina hubungan yang akrab. Dalam keluarga yang sehat, kekuasaan dibagi di antara kedua pasangan, sementara itu sedikit demi sedikit memberikan peluang kepada anak-anak untuk belajar menggunakan kekuasaan dengan cara yang sehat. Mereka mengajar anak-anak untuk mandiri.

Keakraban Keluarga

Karakteristik ketiga dari keluarga yang sehat adalah tingkat dan jenis keakraban keluarga. Keakraban satu keluarga sangatlah penting, tetapi perlu diseimbangkan dengan adanya kebebasan berekspresi dan kesempatan untuk menyendiri bagi setiap individu bila diperlukan. Artinya, Anda saling memahami dan menerima kebutuhan-kebutuhan yang timbul karena perbedaan kepribadian.

Pengekangan emosi atau pengungkapan emosi secara berlebihan dalam keluarga dapat sangat merusak. Dalam dua situasi tersebut, batas-batas pribadi cenderung dilanggar. Tidak adanya kehangatan dan kasih sayang dapat menimbulkan rasa tak aman dan kehausan akan kasih sayang. Sebaliknya, kontrol yang berlebihan menekan kebebasan dan keakraban individu.

Keakraban dan otonomi perlu diusahakan dalam sebuah keluarga. Jika tidak, kelak semua anggota keluarga, terutama anak-anak, akan kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Seberapa akrab hubungan antar-anggota keluarga Anda? Seberapa baik batas-batas pribadi diperhatikan dan dihormati? Semua hal ini merupakan dasar- dasar penting dalam membangun keluarga yang sehat.

Satu keluarga memang berbeda dari keluarga lain. Demikian pula setiap orang mempunyai kepribadian yang unik. Pesan berikut perlu diperhatikan dengan saksama: tidak ada salahnya Anda menjadi diri Anda sendiri dan saya menjadi diri saya sendiri.

Pola Komunikasi

Hal keempat yang perlu dievaluasi adalah pola komunikasi dalam keluarga. Apakah setiap orang diperbolehkan untuk berbicara, membagikan perasaan, membagikan hal-hal yang disenangi dan yang tidak? Adakah setiap orang bebas mengungkapkan perasaan? Atau, adakah daftar larangan tak tertulis untuk beberapa macam emosi?

Beberapa keluarga mengizinkan anggotanya untuk marah, tetapi tidak untuk mengungkapkan kasih sayang. Mungkin saja keluarga yang lain menerapkan sebaliknya. Beberapa keluarga lainnya melarang anggota- anggotanya mengungkapkan semua jenis perasaan. Beberapa keluarga lagi membiarkan keadaan hati mempengaruhi suasana, baik itu kehangatan, sopan santun, kemarahan, depresi, atau kehilangan harapan.

Kita semua dapat bertumbuh dan berfungsi dengan baik bila lingkungan sekitar menerima kehadiran kita. Adakah setiap anggota keluarga bersedia saling mendengarkan? Yang saya maksud adalah mendengar sungguh-sungguh, dengan mata dan telinga. Kebanyakan percakapan dalam keluarga hanya seperti percakapan antara orang-orang tuli. Firman Allah memanggil kita untuk menjadi pendengar yang "selalu siap untuk mendengar" (Yak 1:19). "Seseorang yang memberi jawab sebelum mendengar fakta-faktanya adalah bodoh dan akan mendapat malu." (Ams 18:13).

Orang tua harus menjadi teladan. Dengan gaya komunikasi mereka sendiri, mereka dapat mengajarkan prinsip-prinsip berbicara dalam bahasa orang lain. Kita hanya perlu berhati-hati terhadap perbedaan gender dan kepribadian yang dapat memicu timbulnya berbagai macam reaksi.

Dapatkah setiap anggota keluarga mengungkapkan dirinya secara bebas? Mungkin dalam keluarga Anda setiap orang bebas memotong pembicaraan orang lain, berbicara mewakili anggota lain, atau menyelesaikan perkataan anggota keluarga lain. Kebiasaan-kebiasaan buruk seperti ini dapat berkembang tanpa kita sadari.

Berdasarkan kerangka pola komunikasi, pertumbuhan dan kemajuan setiap unit keluarga dicerminkan oleh kemampuan masing-masing pribadi untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan konflik. Kemampuan bermusyawarah merupakan keahlian yang perlu dipelajari oleh pasangan suami-istri dan kemudian diajarkan kepada anak-anak mereka.

Dalam keluarga yang sehat, kita dapat menanggapi konflik sebagai peluang untuk bertumbuh. Pernahkah Anda membayangkan konflik yang terjadi dalam keluarga Yesus? Antara Yesus dan orang tua-Nya serta saudara-saudara-Nya? Saya sangat ingin tahu cara mereka menyelesaikan konflik yang ada.

Munculnya sebuah konflik dapat menjadi peluang bagi Roh Kudus untuk menuntun dan memulihkan kita.

Keluarga yang terus-menerus bertumbuh secara sehat selalu memusatkan diri pada keberhasilan dan bukan pada kegagalan. Mereka lebih mengingat saat-saat permasalahan dapat terselesaikan dan juga cara- cara pemecahannya agar mereka dapat melakukannya lagi. Mereka mau belajar dari pengalaman. Mereka tak mau terus memperdebatkan kegagalan masa lalu.

MENYESUAIKAN DIRI DAN BERTUMBUH

Beberapa tahun lalu, Chicago Cubs memenangkan kompetisi regional. Namun seperti yang biasa terjadi, seorang pemain andalan mereka mengalami kemunduran selama musim kompetisi tersebut. Manajer tim memperhatikan bahwa pemain ini menghabiskan banyak waktu untuk menonton film yang merekam penampilannya di lapangan, untuk menemukan penyebab kemundurannya. Sayangnya, hal itu jusru membuat permainannya semakin buruk!

Manajer tim menghargai usahanya mengatasi masalah sang manajer menasihatkan pemain ini untuk mulai menonton rekaman pertandingan pada masa jayanya, saat ia memukul bola dengan kekuatan penuh. Ketika ia mulai memusatkan perhatian pada hal baik yang pernah dilakukan sebelumnya, barulah ia dapat melakukannya lagi.

Kehidupan ini penuh tantangan bagi kita semua. Salah satu tantangan yang tersulit adalah menghadapi sesuatu yang luar biasa dalam hidup kita karena kehilangan atau karena suatu peristiwa tragis. Kesanggupan keluarga dalam mengatasi situasi krisis maupun perubahan-perubahan yang sering terjadi dapat menjadi barometer kesehatan keluarga.

Perubahan yang umum, seperti anak meninggalkan rumah untuk sekolah, menikah, atau kembali ke rumah lagi, memberi peluang yang tak terhingga bagi seluruh keluarga untuk melakukan penyesuaian dan bertumbuh. Bagaimana tanggapan seseorang saat terjadi perubahan dan bagaimana tanggapan yang muncul antar-anggota keluarga mencerminkan kesehatan keluarga.

Banyak keluarga menjadi berantakan karena krisis yang mendadak atau perubahan yang tak terduga. Mereka memandang perubahan sebagai ancaman, sesuatu yang menakutkan. Keluarga lain mengalami kesulitan yang sama, tetapi dapat memetik pelajaran berharga dari pengalaman tersebut.

Semangat yang dimiliki keluarga berikut dapat menjadi contoh bagi kita. Seorang ibu menjalani operasi dan harus dirawat di rumah sakit selama 27 hari. Suami dan tiga anaknya yang berusia 7, 11, dan 14 tahun harus menjalani hidup tanpa ibu mereka selama masa tersebut. Mereka memasak, membersihkan rumah, dan melakukan tugas-tugas lain yang sama sekali asing bagi mereka. Ketika sang ibu kembali, ia masih perlu waktu untuk memulihkan kesehatan hingga akhirnya dapat melakukan tugasnya kembali. Pada saat-saat tertentu seluruh keluarga berkumpul dan saling berbagi tentang apa yang mereka rasakan, apa yang mereka pelajari, dan bagaimana mereka berubah dengan ketidakhadiran sang ibu.

Krisis seperti ini dapat memperkuat, atau sebaliknya memperlemah hubungan yang ada. Masalah merupakan peluang yang memungkinkan kita untuk bertumbuh, baik secara perorangan maupun sebagai keluarga. Paulus menjelaskan hal ini ketika berkata:

    Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa [tidak biasa bagi Anda dan posisi Anda] terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita [bersorak gembiral pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya [dipenuhi cahaya dan kemegahan] (1Pe 4:12,13).

MENJADI ORANG TUA YANG PENUH KASIH

Semua orang tua dalam keluarga yang sehat harus memenuhi panggilan Allah untuk menjadi orang tua yang penuh kasih. Tanggung jawab yang terutama adalah untuk membesarkan anak. Mari kita lihat beberapa hal yang dibutuhkan dalam membesarkan anak secara sehat.

Sebagai orang tua, pernahkah Anda berpikir, apakah yang telah saya lakukan bagi kerohanian anak saya? Banyak orang tua mempertanyakan hal ini, terutama setelah melewati hari yang penuh tekanan, sia-sia, kacau, dan melelahkan.

Ada orang tua yang berkata, "Suatu saat saya memertanyakan apakah saya telah menyelesaikan tugas saya. Kelihatannya saya hanya seperti mengawasi seorang anak pada saat-saat tertentu kemudian beralih ke anak yang lain, mencoba melindunginya dari suatu bencana, atau berusaha melakukan tindakan penyelamatan yang masih dapat dilakukan. Apakah ini, yang disebut menjadi orang tua? Apakah ini yang harus saya penuhi dalam hidup saya? Bagaimana saya dapat membawa mereka lebih dekat kepada Yesus? Saya hanya merasa seperti seorang pengawas."

Orang tua yang lain mengungkapkan, "Membesarkan anak ternyata jauh berbeda dari yang saya kira. Terkadang saya lebih merasa seperti seorang sopir dan di lain hari saya merasa seperti seorang pengontrol pekerjaan rumah anak-anak. Kemudian ada kalanya saya berperan sebagai penyeleksi acara TV dan koki untuk menyiapkan makan malam! Saya ingin berperan sebagai orang tua dalam hidup saya, dan saya tidak tahu kapan saya dapat melakukannya. Apakah saya telah kehilangan arah? Sudahkah saya memberikan waktu dan energi untuk bidang yang tepat, atau masih perlukah saya mengarahkan diri pada hal lain? Kapan saya dapat mengajar mereka menjadi lebih serupa dengan Yesus, di sela kegiatan mengasuh?"

Kadang kala mengasuh anak jauh lebih berat dibandingkan tugas lainnya. Kita sangat mudah tenggelam dalam tugas-tugas dan kegiatan rumah tangga, serta membereskan kekacauan-kekacauan yang terjadi. Dengan begitu kita tak lagi terfokus pada panggilan untuk menjadi orang tua kristiani.

Pada zaman dulu, ada saat-saat Allah memanggil umatNya untuk kembali pada tujuan utama mereka. Karena kesibukan yang ada, ada baiknya bila kita mengarahkan diri kembali pada panggilan kita sebagai orang tua. Pikirkan dan bacalah dengan cermat pemikiran berikut setiap hari selama satu bulan. Anda tidak akan kehilangan arah bila melakukannya.

Tujuan utama membesarkan anak adalah untuk menghasilkan anak yang berkarakter saleh, sehingga Allah dipermuliakan. Ini akan mengubah cara pandang kita terhadap kewajiban membesarkan anak. Tujuan kita bukan lagi untuk menyelesaikan masalah keluarga dan menemukan sedikit kedamaian. Kita terlibat dalam program akbar Allah. Kita sedang membentuk hidup yang siap masuk ke dalam kekekalan. Kita berperan dalam pembentukan watak anak sehingga ia dapat mencerminkan kemuliaan Allah.
Materi Pelajaran | Pertanyaan 06 | Referensi 06a | Referensi 06b

Nama Kursus     :     Pernikahan Kristen yang Sejati
Nama Pelajaran     :     Keluarga Kristen dan Masyarakat Luas
Kode Pelajaran     :     PKS-P06

Pelajaran 06 - KELUARGA KRISTEN DAN MASYARAKAT LUAS

DAFTAR ISI

    BERBAGAI MACAM BENTUK DARI KELUARGA Ayat Hafalan
        Keluarga Tanpa Anak
        Orang yang Tidak Pernah Menikah
        Rumah Tangga Dengan Orang Tua yang Hanya Satu
        Orang yang Bercerai
        Jika Hanya Satu yang Kristen

    KELUARGA DAN MASYARAKAT
    Upacara Pernikahan
    Keluarga Besar/Sanak Saudara
    Muliakanlah Allah dalam Rumah Anda
    Keluarga Anda dan Gereja
    Keluarga Anda dan Orang lain

DOA

KELUARGA DAN MASYARAKAT

A. BERBAGAI MACAM BENTUK DARI KELUARGA

Ayat Hafalan:

    "Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti ia waktu dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat." 1Ko 7:17.

Ketika kita berpikir tentang sebuah keluarga, biasanya kita berpikir tentang sepasang suami istri dan anak-anak mereka. Dalam pelajaran ini kita akan melihat pola keluarga yang berbeda; Ada pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak; dalam ada keluarga yang hanya memiliki satu orang tua; Selain itu ada juga orang-orang yang tetap tinggal sendiri (membujang). Allah bisa menghormati dan memberkati semua pola keluarga ini jika semua anggota keluarga tersebut mau menyerahkan diri kepada Tuhan.

1. KELUARGA TANPA ANAK

    Pola Perjanjian Lama

    Pada masa Perjanjian Lama (PL), mempunyai banyak anak dianggap sebagai berkat bagi keluarga. Banyak anak artinya Tuhan berpihak pada mereka. "Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN." (Maz 128:3-4). Sebaliknya, tidak mempunyai anak dianggap sebagai aib, suatu tanda bahwa Allah tidak memberkati mereka. Namun di pihak lain, kita juga melihat bahwa tanpa anak, keluarga PL sebenarnya masih dihargai. Elkana berkata kepada istrinya Hana yang tidak memunyai anak, "Bukankah engkau lebih berharga bagiku daripada sepuluh anak laki-laki?" (1Sa 1:8).

    Bangsa Israel tinggal di antara bangsa-bangsa penyembah dewa-dewa kesuburan. Namun bangsa Israel memandang Allah sebagai pemberi hidup dan berkat satu-satunya, "buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu." (Ula 28:4). Bacalah Kej 30:1-2 untuk mendengarkan tangisan Rahel yang mengeluh pada suaminya karena tidak memiliki anak. Yakub, suaminya marah, dan menjawab "Akukah pengganti Allah yang telah menghalangi engkau mengandung?"

    Penekanan yang Baru Bersama Yesus

    Dalam Perjanjian Baru (PB), setelah kedatangan Sang Mesias, Penebus, ada perubahan sikap terhadap ibu. Ada perubahan secara berangsur-angsur tentang pemikiran bahwa memunyai anak adalah hal yang paling utama bagi wanita. Nilai dari seorang wanita tidak lagi tergantung pada jumlah anak yang dilahirkannya. Titik berat beralih dari kelahiran secara fisik menjadi kelahiran secara rohani - yaitu jalan masuk ke dalam keluarga Allah melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Tentang hal memunyai anak disebutkan dalam 1Ti 5. Paulus menasihatkan untuk menangani masalah janda- janda yang masih muda, mengikuti apa yang diinginkan oleh budaya setempat, supaya menikah lagi dan mempunyai anak. Alasannya adalah masalah moral (1Ti 5:11) dan arti dari suatu kehidupan (1Ti 5:16). Mereka tidak ingin gereja dibebani dengan menghidupi orang-orang muda tanpa sumber penghasilan untuk masa yang panjang.

    Banyak Karunia

    Tuhan Yesus menghormati dan merawat ibu-Nya. Tapi, Yesus menunjukkan bahwa seorang wanita tidak dihargai dalam pandangan Allah karena kemampuannya melahirkan anak, namun karena melakukan kehendak Tuhan. Bacalah dalam Luk 11:27 tentang wanita yang berteriak di antara orang banyak, "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Yesus menjawab, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memelihara-Nya." Ada banyak karunia lain yang dapat diberikan di samping anak-anak, dan karunia tersebut sama pentingnya. Seseorang dapat menyenangkan Allah dengan memunyai anak atau tanpa anak.

    Beberapa Kepercayaan yang Salah.

    Kepercayaan salah yang pertama: "Tidak punya anak selalu merupakan kesalahan istri."

    Yang Benar: Tidak demikian! Tidak memunyai anak tidak seharusnya dianggap sebagai "kesalahan" suami atau pun istri, terutama istri. Saat ini, banyak yang dapat dilakukan secara medis untuk menolong pasangan yang tidak memunyai anak, dan mereka hendaknya tidak ragu-ragu untuk meminta nasihat dari dokter yang kompeten.

    Kepercayaan salah yang kedua: "Tidak mempunyai anak berarti pernikahan itu gagal."

    Yang Benar: Tidak demikian! Meskipun tidak ada anak-anak yang dilahirkan, ada banyak alasan untuk pernikahan tetap bertahan, berbahagia dan diberkati. Memunyai anak hanya salah satu alasan adanya pernikahan. Dapat saling memberikan kasih, membantu untuk menjadi apa yang Allah inginkan, menguatkan dan menghibur - semuanya itu dapat memberikan kepuasan yang penuh. Kemampuan untuk dapat melahirkan anak tidak membuktikan apa-apa kecuali bahwa Anda memang bisa melahirkan anak. Ada jauh lebih banyak lagi yang diperlukan untuk membuat seseorang menjadi seorang suami atau istri yang baik, menjadi seorang ibu atau ayah yang baik.

    Kepercayaan salah yang ketiga: "Tidak mempunyai anak merupakan hukuman Allah atas dosa."

    Yang Benar: Tidak demikian! Tidak dikaruniai anak bukanlah tanda bahwa Allah sedang menghukum dosa kita. Anak adalah karunia Allah, dan Allah memunyai banyak karunia lain yang bisa diberikan.

    Kepercayaan salah yang keempat: "Jika mereka berdoa dengan sungguh- sungguh, mereka pasti akan mendapatkan anak."

    Yang Benar: Tidak selalu! Jika sepasang suami istri mengasihi Allah, mereka harus percaya bahwa apa pun yang diberikan kepada mereka adalah yang terbaik, dan bukan terbaik nomor dua. Jika pasangan telah berkonsultasi dengan dokter yang baik dan sudah melaksanakan nasihatnya dan berdoa dengan sungguh-sungguh supaya diberikan anak - namun kemudian tidak ada anak yang dilahirkan, Tuhan memunyai sesuatu yang lebih baik bagi pasangan tersebut.

2. RUMAH TANGGA DENGAN ORANG TUA TUNGGAL

Ada keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua (orang tua tunggal). Hal ini bisa disebabkan karena kematian, perceraian, atau karena hidup yang tidak bertanggung jawab sehingga memiliki anak di luar nikah. Yang cocok bagi Allah adalah sebuah rumah tangga yang memunyai ayah dan ibu yang mengasihi. Tetapi, banyak orang yang akhirnya membesarkan anak-anak seorang diri. Tapi bagaimanapun, kita patut berterima kasih kepada orang tua tunggal yang rela menerima tanggung jawab ini.

Ketika anak-anak kehilangan satu orang tua karena kematian, maka orang tua yang masih hidup memunyai tugas yang berat untuk mengasuh anak-anak sendirian sementara masih berduka dan menyesuaikan diri karena kehilangan pasangannya. Sedangkan mereka yang gagal mengikuti rencana Allah dan sekarang harus merawat anak di luar nikah, hal ini juga menjadi tugas yang berat. Mereka bergumul mencari kehidupan yang baik bagi anak-anaknya agar dapat bertumbuh sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Tetapi Allah menerima kita apa adanya, karena Dia mengasihi kita. Dia mengampuni kehidupan kita yang keluar dari rencana-Nya dan gagal menerima berkat-berkat yang sudah disiapkan bagi kita. Maka kita harus menerima pengampunan itu dan mulai hidup dalam jalan-Nya dan mendidik anak-anak menurut jalan Tuhan (Ams 22:6).

3. ORANG YANG TIDAK PERNAH MENIKAH

Biasanya seorang pria atau wanita pasti menikah. Namun ada perkecualian. Anda tidak harus menikah untuk mendapatkan kehidupan yang penuh dan bahagia. Rasul Paulus memberikan nasihat yang baik dalam 1Ko 7:17 saat dia berkata, "Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang hidup tetap seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah." Orang-orang yang mempunyai karunia untuk hidup sendiri "demi Kerajaan Allah" mampu untuk bertumbuh dalam kedewasaan sebagai pribadi-pribadi yang mengasihi tanpa harus melewati sebuah pernikahan. Mereka mempersembahkan seluruh hidup mereka untuk melayani Tuhan. Paulus mengatakan bahwa ada keterbatasan untuk melayani Tuhan jika kita menikah. "Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku." (1Ko 7:8).

Orang yang tidak menikah secara khusus harus memandang Allah sebagai sumber kekuatannya. Sangat mudah pada masa sekarang ini untuk orang yang tidak menikah terjerumus dalam perzinahan. Kalau Allah memberikan karunia hidup sendiri, maka Dia juga akan memberikan kekuatan untuk hidup dengan moral yang baik dan benar yang akan membawa kesaksian yang indah bagi-Nya.

4. ORANG YANG BERCERAI

Perceraian bukanlah dosa yang tidak bisa diampuni. Allah masih mengasihi orang yang telah bercerai. Namun ia akan sangat bersalah jika dia tidak mencari dan menerima anugerah pengampunan dari Allah. Bagaimanapun perceraian bukanlah cara tepat untuk menangani masalah pernikahan. Perceraian melemahkan semangat, menghancurkan impian- impian dan mencerai-beraikan keluarga. Perceraian juga melemahkan kehidupan sebagai akibat dari kesepian, kepedihan, dan kedukaan. Perceraian merupakan pengumuman secara hukum di hadapan umum tentang kehancuran suatu keluarga. Hal ini jahat di mata Tuhan, Pencipta dari suatu keluarga. "Aku membenci perceraian," firman Allah dalam ayat Mal 2:16! Bacalah juga Mar 10:2-12 untuk belajar apa yang Yesus ajarkan tentang perceraian. Secara positif Tuhan Yesus mengatakan bahwa pernikahan adalah dari Allah dan tidak boleh dihancurkan.

5. JIKA HANYA SATU YANG KRISTEN

Kita sudah mempelajari pentingnya memilih seorang Kristen sebagai pasangan hidup. Namun kadang-kadang seseorang menikah dengan pasangan yang tidak seiman. Mungkin saja pasangannya itu akan diselamatkan setelah menikah, tapi yang jelas ia telah membuat suatu pilihan tanpa memperhatikan dengan serius pada rencana Allah. Dalam 1Ko 7 Paulus berbicara tentang menikah dengan orang yang belum diselamatkan. Dalam ayat 1Ko 7:15 dia mengingatkan kepada kita, "Tuhan memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera." Orang Kristen yang memiliki pasangan yang belum diselamatkan memunyai tanggung jawab besar untuk mempraktekkan prinsip-prinsip kekristenan tanpa dukungan dari pasangannya. Dalam hal ini, orang Kristen tersebut harus ingat untuk tetap berhubungan dengan kasih, lemah lembut, dan rendah hati dengan pasangannya. Petrus secara khusus berbicara kepada seorang istri yang suaminya belum diselamatkan, mendorongnya untuk hidup dengan jalan yang memungkinkan bisa membawa suaminya untuk mengenal Tuhan (1Pe 3:1).

Paulus memerintahkan pada pihak yang Kristen untuk tidak menghancurkan pernikahan, tapi membebaskan pihak Kristen dari tanggung jawab jika pasangannya yang belum percaya tersebut meninggalkannya. Bacalah 1Ko 7:12-15. Ketika pasangannya memilih untuk pergi, orang Kristen tersebut memiliki kebutuhan yang besar akan kasih dan dukungan dari lingkungan Kristen.

B. KELUARGA DAN MASYARAKAT

Ayat Hafalan

    "...Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;... Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" (Yos 24:15).

Ketika Yosua dan umat Israel mengamati Tanah Perjanjian, mereka mempunyai pilihan yang harus dipilih.

    Mereka bisa melayani allah nenek moyang mereka dulu.
    Mereka bisa melayani allah asing di tanah baru yang mereka masuki.
    Mereka bisa melayani satu-satunya Allah yang benar yang menyatakan diri-Nya pada umat Israel dan membebaskan mereka dari perbudakan.

Anda pun memiliki beberapa pilihan, khususnya untuk mengikuti atau tidak mengikuti budaya atau adat yang berlaku di tempat Anda tinggal.

1. UPACARA PERNIKAHAN

Sebuah pernikahan Kristen dimulai dengan persetujuan antara dua keluarga bersama dengan sumpah dan khalayak ramai. Ini adalah saat yang indah untuk menjadi saksi di lingkungan masyarakat Anda. Dalam pernikahan Kristen, sebuah upacara pernikahan hendaknya menjadi kesaksian dari iman dalam Tuhan dan komitmen Anda pada pasangan Anda. Anda punya kesempatan yang unik bagi penafsiran secara Kristen tentang nilai-nilai budaya.

Hati-hatilah dalam mempersiapkan pernikahan, buatlah sederhana supaya tidak memberi kesaksian yang buruk untuk nama Tuhan. Tujuan dari pernikahan Kristen adalah untuk memuliakan Allah, bukan untuk membuat orang lain kagum. "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Luk 12:15).

Pasangan yang baru saja menikah kadang-kadang terjebak untuk terlibat dalam hutang karena harus membayar biaya pernikahan yang mahal, hadiah untuk anggota keluarga, bahkan akhirnya ikut membantu kebutuhan keluarga, baik keluarga suami atau istri. Bicarakan terlebih dahulu dengan pasangan Anda dan putuskan apa yang terbaik dengan uang yang ada. Belajarlah untuk hidup sederhana dan bertanggung jawab.

2. KELUARGA BESAR/SANAK SAUDARA

Ketika hari pernikahan tiba, terjadi perubahan; si pria dan wanita yang dulu hidup dengan ayah dan ibu mereka, sekarang harus menggabungkan diri untuk mendirikan keluarga yang baru. Kasih dan kesetiaan mereka yang pertama sekarang adalah untuk pasangan mereka. Alkitab mengatakan, "...laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan akan bersatu dengan istrinya, sehingga mereka akan menjadi satu daging." (Mat 19:5). Curahkan semua simpati, penghiburan dan persahabatan yang Anda inginkan pada pasangan Anda, supaya hubungan yang intim dan dalam terbentuk. Kalau Anda bicara lebih terbuka kepada ibu atau ayah Anda daripada dengan suami atau istri Anda, maka Anda kehilangan sukacita yang penuh dari suatu pernikahan.

Namun hal ini tidak berarti bahwa keluarga dan sanak saudara yang lain segera dilupakan saat upacara pernikahan selesai. Di belakang dan di samping pasangan muda tersebut berdiri orang tua dan kakek atau nenek, bibi dan paman, saudara laki-laki dan perempuan. Bersama- sama, pasangan muda akan belajar untuk mengasihi dan menghargai semua saudara baik dari pihak suami atau istri. Bersama-sama mereka akan memberikan hormat dan kebaikan kepada para orang tua yang telah mengasuh mereka dari masa kanak-kanak. Tanggung jawab keluarga, yang dimiliki oleh suami atau istri secara pribadi, setelah pernikahan akan ditanggung bersama. Jika satu pihak mempunyai adik, orang tua yang sudah lanjut, sanak saudara yang sakit atau miskin yang harus dibantu, maka sudah sewajarnya dengan senang hati membantu seberapa bisa. Yang harus diingat, janganlah hal-hal tersebut memisahkan atau merenggangkan hubungan mereka. Bekerja sama untuk saling mengasihi dan menolong orang lain seharusnya menarik suami dan istri ke dalam hubungan yang lebih intim satu dengan yang lain.

Rumah tangga Kristen Anda dapat menjadi contoh bagi sanak saudara dan masyarakat. Kalau kasih Kristus dapat dilihat dalam hubungan keluarga Anda, maka yang lain akan menginginkan bimbingan Anda. Kalau Anda menunjukkan kedewasaan dan kepemimpinan Kristen, orang-orang di sekitar Anda akan menginginkan Anda duduk bersama mereka dan menjelaskan jalan hidup orang Kristen.

3. MULIAKANLAH ALLAH DALAM RUMAH ANDA

Pergi ke gereja bersama-sama sangatlah penting. Namun pergi ke gereja tidak bisa menggantikan kesempatan melakukan ibadah keluarga. Dalam ibadah keluarga, setiap anggota keluarga dapat berperan. Ibadah dapat dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga untuk belajar Alkitab, berdiskusi atau memuji dan memuliakan Allah bersama. Jika Anda tidak merencanakan dan mempersiapkan pengalaman-pengalaman seperti itu, maka hal-hal itu tidak akan terjadi.

Keluarga bertanggung jawab atas pendidikan rohani anggotanya. "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ula 6:6-7). Pendidikan Kristen terdiri dari memberikan pengajaran, koreksi, dorongan, mendisiplin secara rohani. Mungkin yang lebih penting dan merupakan perintah secara langsung adalah memberi contoh kehidupan Kristen, terutama bagi anak-anak. Dengan sikap hidup Anda, bukti dari iman Anda, dan kerajinan Anda dalam mempelajari Firman Tuhan, lebih banyak yang bisa dipelajari jika dibandingkan dengan hanya mengajar.

Rayakanlah kebaikan Tuhan dalam keluarga Anda, demikian juga kejadian-kejadian penting bagi anggota keluarga seperti ulang tahun, kedatangan saudara atau teman, hari pertama sekolah, dll.. Para anggota keluarga dapat merenungkan pekerjaan dan berkat Tuhan lalu memberikan kesaksian bagi orang-orang di sekeliling mereka.

4. KELUARGA ANDA DAN GEREJA

"Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." (1Yo 1:7). Bacalah Ibr 10:24-25. Gereja membentuk semacam keluarga besar yang mana seluruh anggota berhubungan seperti saudara-saudara dalam Kristus. Gereja akan menyediakan makanan rohani, semangat untuk bertumbuh, kesempatan untuk beribadah, bersekutu dan saling mendukung di masa-masa sulit. Keluarga perlu berdiskusi dan merencanakan terlibat dalam pelayanan gereja. Mereka perlu menjadi anggota dari sekolah Minggu, kebaktian, persekutuan doa, pelayanan keluar, pemuridan dan kegiatan-kegiatan lain. Keluarga harus merencanakan bersama-sama untuk memberikan perpuluhan dan persembahan. Keluarga dapat mendukung para pemimpin gereja dengan mengungkapkan sikap-sikap yang positif dan memberikan semangat. Keluarga-keluarga di gereja akan mempunyai hubungan yang dekat saat mereka ingat untuk saling mendoakan.

5. KELUARGA ANDA DAN ORANG LAIN

Selain dari orang-orang atau kelompok-kelompok yang telah dibicarakan, suatu keluarga hendaknya juga berhubungan baik dengan para tetangga, teman, orang-orang yang kekurangan, orang asing, rekan sekerja, pemerintah, pegawai di sekolah, dan masih banyak lagi yang lain. Sama seperti tiap orang percaya diperintahkan untuk melayani, demikian juga keluarga. Alkitab menekankan bahwa apapun yang Anda lakukan, lakukanlah untuk kemuliaan Tuhan. "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (1Ko 10:31). "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita." (Kol 3:17).

MANUSIA DAPAT MENEMUKAN SUKACITA DAN KEPUASAN JIKA DIA MENGATUR HIDUPNYA MENURUT RENCANA ALLAH
Akhir Pelajaran (PKS-P06)

DOA

    "Bapa, tolonglah keluarga kami agar dapat menjadi saksi-saksi- Mu yang memuliakan Engkau melalui kegiatan hidup kami sehari- hari. Kiranya kasih karunia-Mu memancar melalui kehidupan kami dan keluarga kami sehari-hari. Amin"

[Catatan: Tugas pertanyaan ada di lembar terpisah.]
Materi Pelajaran | Pelajaran 06 | Referensi 06a | Referensi 06b