WAHYU
KEPADA YOHANES –(38)
TINDAKAN PALING AMAN
ADALAH MENGASIHI.
“Namun demikian Aku
mencela engkau, karena engkau TELAH MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA “ (Wahyu
2:4).
“Jemaat di Efesus tampaknya mengulangi pengalaman bangsa Israel sebelum pembuangan
ke Babel. Mengutip perkataan Yeremia
bagi Yerusalem :”Aku teringat…kepada cintamu pada waktu engkau menjadi
pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun”.(Yer.2:2). Tahun-tahun awal pengalaman bangsa Israel di
padang belantara merupakan masa-masa penuh pengabdian dan kesetiaan. Tapi kemudian semuanya berubah: “Aku telah
membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan… Betapa engkau berubah
menjadi pohon berbau busuk, pohon anggur liar !”. (ayat 21). Seandainya Anda harus menekankan pada
kebenaran doktrinal yang teguh atau kasih dalam suatu situasi, manakah yang
Anda pilih? . Saat kita tidak tahu apa
yang mesti dibuat, tindakan paling aman adalah MENGASIHI.
Kitab 1 Korintus 13 mengatakan bahwa kita bisa saja memilili semua
kebenaran doctrinal dan segala macam pekerjaan baik, tetapi jika kita tidak
memiliki kasih, semua itu tidak ada gunanya.
Ellen G. White menyimpulkan, “Dalam pembaruan, sebaiknya kita tidak
berbuat kelewatan dengan melangkah terlalu jauh. Dan seandainya terjadi kesalahan pun,
sebaiknya kita berada tak melupakan sisi
manusiawinya”.
Ellen G White, Testimonies for the church (Mountain View,Calif:Pacific
Press Pub.Assn.,1948) jld.3,hlm.21.
Pada
dasarnya kita cenderung bersikap keras kepada sesama dan mengasihi diri
sendiri. Setiap gereja yang telah
meninggalkan pusat Injil maka akan mulai menyakiti orang-orang sekalipun dia
setia dan mempertahankan doktrin yang benar.
Ketika kita tak yakin bagaimana harus menangani situasi tertentu, lebih
baik kita mengambil risiko salah yaitu menebar kasih dan belas kasihan.” 1.
Ay 4: “Namun demikian Aku
mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula”.
1) ‘Namun
demikian Aku mencela engkau’.
a) Tadi ada
pujian, sekarang ada kritikan.
Tuhan bersikap fair;
memuji apa yang baik dan mengkritik apa yang jelek. Kita seringkali melakukan
hanya salah satu saja, baik terhadap anak, pegawai, jemaat, anak sekolah
minggu, dsb. Atau sering juga kita tidak melakukan kedua-duanya.
b) KJV: ‘Nevertheless
I have somewhat against thee’ (= Bagaimanapun Aku mempunyai sesuatu
yang kecil / sedikit terhadap engkau).
Ini salah, karena kata ‘somewhat’
(= sedikit) ini sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang salah ini mengecilkan
kesalahan gereja Efesus dalam persoalan meninggalkan kasih yang semula ini,
padahal itu sama sekali bukan sesuatu dosa yang remeh! Karena itu, kalau
saudara sedang meninggalkan kasih yang semula / pertama, jangan meremehkan
keadaan itu!
2) ‘karena
engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula’.
a) Dicela
sekalipun ‘baik’.
Sekalipun ada banyak
hal-hal yang sangat baik dalam diri gereja Efesus ini, seperti sikap orthodox,
menjaga kemurnian doktrin, bekerja keras, tidak menjadi lelah / bosan, membenci
kejahatan dsb, tetapi mereka tetap dicela karena meninggalkan kasih yang semula
/ pertama. Karena itu jelaslah bahwa:
·
Kemurnian doktrinal tidak bisa menggantikan kasih.
George Eldon Ladd: “Doctrinal
purity and loyalty can never be a substitute for love” (= Kemurnian dan
kesetiaan doktrinal tidak pernah bisa menjadi pengganti kasih) - hal 39.
Adalah sesuatu yang baik
kalau saudara adalah orang yang sangat memperhatikan dan menjaga doktrin,
tetapi pada saat yang sama saudara juga harus memperhatikan dan menjaga kasih
saudara kepada Tuhan.
·
Kebencian terhadap dosa / kejahatan tidak bisa menggantikan kasih kepada
Kristus.
John Stott: “to hate error
and evil is not the same as to love Jesus Christ” (= membenci kesalahan dan
kejahatan tidaklah sama dengan mengasihi Yesus Kristus) - hal 29.
Orang yang mengasihi
Kristus pasti membenci kejahatan, tetapi orang yang membenci kejahatan belum
tentu mengasihi Kristus. Sebagai contoh, ada banyak orang yang mengutuk
perkosaan massal tanggal 14 Mei 1998, padahal mereka sama sekali bukan orang
kristen, dan karenanya tentu tidak mengasihi Kristus.
·
pelayanan yang bagaimanapun giatnya tidak bisa menggantikan kasih.
Pulpit Commentary: “Ere ever he
would restore the recreant Peter to his apostleship, thrice over was the
question asked, ‘Lovest thou me?’ as if the Lord would teach him and all of us
that love to himself is the one indispensable qualification of all acceptable
service” (= Sebelum Ia mengembalikan Petrus yang tidak setia / murtad dari
kerasulannya, tiga kali Ia menanyakan pertanyaan: ‘Apakah engkau mengasihi
Aku?’, seakan-akan Tuhan mengajar dia dan semua kita bahwa kasih kepadaNya
adalah satu persyaratan yang harus ada dalam semua pelayanan yang
menyenangkanNya) - hal 79.
b)
Bandingkan celaan di sini dengan Yer 2:1-8! (khususnya perhatikan Yer
2:2b,5)!
Yer 2:2b - “Aku
teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu
engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di
negeri yang tiada tetaburannya”.
NIV: ‘I remember the
devotion of your youth, how as a bride you loved me and followed me
through the desert, through a land not sown’ (= Aku mengingat kesetiaan
/ penyerahan / pembaktian masa mudamu, bagaimana sebagai mempelai engkau
mengasihi Aku dan mengikuti Aku melalui padang gurun, melalui tanah /
negeri yang tidak ditaburi).
Yer 2:5 - “Beginilah
firman TUHAN: Apakah kecurangan yang didapati nenek moyangmu padaKu,
sehingga mereka menjauh dari padaKu, mengikuti dewa kesia-siaan, sampai mereka
menjadi sia-sia?”.
Penerapan:
Kalau saudara sedang
meninggalkan kasih yang semula, tanyakan pertanyaan yang sama terhadap diri
saudara sendiri: apakah kecurangan / kesalahan yang aku dapati pada Allah,
sehingga aku meninggalkan kasihku yang semula kepadaNya?
c) Kasih
kepada siapa yang dimaksudkan di sini?
·
Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada kasih kepada sesama manusia.
Beasley-Murray: “the love which
had abated was primarily love for fellow men” (= Kasih yang telah berkurang
terutama adalah kasih kepada sesama manusia) - hal 75.
·
Leon Morris (hal 60) mengatakan bahwa tidak jelas apa yang dimaksud dengan
‘kasih’ di sini. Ada yang mengartikan bahwa ini adalah ‘kasih kepada Kristus’,
ada yang mengatakan bahwa ini adalah ‘kasih kepada sesama saudara seiman’, dan
ada juga yang mengatakan bahwa ini adalah ‘kasih kepada seluruh umat manusia’.
Leon Morris lalu mengatakan bahwa mungkin kasih di sini mencakup
ketiga-tiganya.
·
Tetapi saya berpendapat bahwa penekanan utama di sini adalah kasih kepada Allah
/ Kristus.
Barnes’ Notes: “The love here
referred to is evidently love to the Saviour” (= Kasih yang dimaksudkan di
sini jelas adalah kasih kepada sang Juruselamat) - hal 1553.
Pulpit Commentary: “Christ is very
jealous of our love” (= Kristus sangat cemburu akan cinta kita) - hal
69.
·
Tetapi perlu juga diingat bahwa kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama
sangat berhubungan. Kalau kasih kepada Allah berkurang, maka pasti kasih kepada
sesama juga demikian.
Robert H. Mounce (NICNT): “A cooling of
personal love for God inevitably results in the loss of harmonious relationship
within the body of believers” (= Kasih pribadi yang mendingin kepada Allah
secara tak terhindarkan menghasilkan hilangnya hubungan yang harmonis di dalam
tubuh orang-orang percaya) - hal 88.
Penerapan:
Untuk memperbaiki
hubungan / persekutuan dalam keluarga ataupun gereja, maka setiap individu
harus memperbaiki kasihnya kepada Tuhan. Ini juga berlaku sebaliknya. Untuk
memperbaiki kasih kepada Tuhan kita harus memperbaiki hubungan dengan sesama.
d) Siapa
yang dikatakan meninggalkan kasih yang semula / pertama ini? Ada 2 pandangan tg
hal ini:
1. Kata-kata
ini ditujukan kepada mereka sebagai gereja, bukan sebagai individu.
Herman Hoeksema (hal
58-59) mengatakan bahwa yang kehilangan kasih yang semula bukanlah jemaat /
individu yang tadinya mempunyai kasih yang semula, tetapi gereja
Efesus. Jadi gereja ini bertumbuh dalam hal jumlah, dan orang-orang yang baru
ini tidak mempunyai kasih yang semula seperti jemaat yang lama. Ia berpandangan
demikian karena ia berkata bahwa orang kristen sejati tidak bisa kehilangan
keselamatan. Tetapi saya berpendapat bahwa ‘kehilangan kasih yang semula’
tidaklah sama dengan ‘kehilangan keselamatan’ / ‘jatuh dari kasih
karunia’!
William Hendriksen
mempunyai pemikiran yang sejalan dengan Hoeksema. Ia berkata bahwa rasul
Yohanes menulis Kitab Wahyu ini lebih dari 40 tahun setelah gereja Efesus
didirikan. Jadi generasi pertama sudah mati, dan lalu muncul generasi kedua,
yang tidak mempunyai kasih yang semula.
Pandangan Hoeksema dan
Hendriksen ini memang memungkinkan. Apalagi kalau dilihat dari Yer 2:1-8,
yang pada ay 2nya berbicara tentang ‘cintamu’, padahal yang dimaksud
adalah ‘cinta nenek moyangmu’. Jadi bagian ini meninjau Israel sebagai suatu
bangsa, yang dahulu mengasihi Tuhan tetapi sekarang tidak. Karena itu adalah
mungkin bahwa dalam kasus gereja Efesus juga diartikan seperti itu.
Kalau ini benar, maka
ini menjadi peringatan bagi setiap gereja yang benar, untuk berjaga-jaga bukan
hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk generasi penerus. Apa yang
harus dilakukan untuk ini?
· perhatikan anak-anak
sekolah minggu supaya mempunyai guru-guru sekolah minggu yang baik dan injili. Guru-guru
Sekolah Minggu sendiri harus menjaga kerohanian mereka dan pengajaran mereka,
karena secara manusia boleh dikatakan bahwa nasib dari generasi penerus ada di
tangan mereka! Renungkan Mat 18:6 - “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari
anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu
kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.
·
perhatikan kerohanian pemuda remaja di gereja.
·
jaga agar Majelis gereja yang dipilih selalu adalah orang-orang yang rohani,
alkitabiah dan injili. Jangan memilih orang yang kaya tetapi yang rohaninya
brengsek!
·
hati-hati dalam memilih hamba Tuhan.
·
jaga supaya dalam gereja selalu terdapat Pemberitaan Injil. Dengan demikian orang-orang
yang baru bisa mendengar Injil dan bertobat.
2. Kata-kata
ini ditujukan kepada mereka sebagai individu. Jadi jemaat Efesus itu sendiri
yang meninggalkan kasih yang semula.
Kebanyakan penafsir
membahas bagian ini dari sudut pandang ke 2 ini. Saya sendiri, sekalipun
menganggap pandangan pertama di atas tetap mempunyai kemungkinan untuk benar,
lebih condong pada pandangan ke 2 ini, karena:
·
dari surat-surat kepada gereja-gereja yang lain terlihat bahwa Tuhan
memperhatikan individu, dan bukannya hanya gereja secara keseluruhan. Jadi
kalau yang salah hanya sebagian, maka Tuhan juga menegur yang sebagian itu
(bdk. 2:14,15,24 3:4).
·
Ay 5 menyuruh mereka untuk:
*
mengingat betapa dalamnya mereka telah jatuh.
*
bertobat.
*
melakukan lagi apa yang semula mereka lakukan.
Semua ini rasanya
menunjukkan bahwa yang meninggalkan kasih yang semula / pertama itu adalah diri
mereka sendiri, bukan generasi sebelum mereka.
e) ‘Meninggalkan
kasih yang semula / pertama’.
1. Pada
waktu Paulus menulis surat Efesus, gereja Efesus masih berkobar-kobar dalam
kasihnya kepada Allah. Ini ditunjukkan secara implicit oleh
Ef 6:24, dan ini juga diwujudkan dengan kasih kepada sesama orang kudus -
Ef 1:15 (ingat bahwa kasih kepada sesama berhubungan erat dengan kasih
kepada Tuhan). Tetapi sekarang gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang
semula / pertama itu. Perhatikan bahwa mereka tidak dikatakan ‘kehilangan’
(pasif) tetapi ‘meninggalkan’ (aktif) kasih yang semula / pertama itu.
Karena itu Allah menyuruh mereka kembali kepada kasih yang pertama itu.
2. Kalau sejak lahir seorang kristen
tidak pernah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, maka ini bukan ‘meninggalkan
kasih yang semula’, tetapi ‘suam-suam kuku’ (Wah 3:14-15) dimana
Kristus masih ada di luar hidupnya (bdk. Wah 3:20). Dengan kata lain,
orang ini tidak pernah menjadi kristen yang sejati.
Tetapi semua orang kristen sejati pasti pernah
mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, karena:
· Ro
5:5b mengatakan “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh
Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”.
Catatan: tentang ‘kasih Allah’ dalam Ro 5:5 ini ada yang
menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih Allah kepada kita’, tetapi ada juga
yang menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih kita kepada Allah’.
·
kasih adalah ‘buah Roh Kudus’ (Gal 5:22).
Penerapan:
Untuk bisa tahu apakah saudara termasuk orang
kristen sejati yang meninggalkan kasih yang semula, atau orang suam-suam kuku
yang adalah orang kristen KTP, telusurilah jalan hidup saudara selama ini.
Kalau tidak pernah ada saat dimana saudara berkobar-kobar dalam cinta saudara
kepada Tuhan, maka saudara adalah orang suam-suam kuku. Bertobatlah dan
terimalah Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, sebelum terlambat!
3. Kasih yang semula / pertama itu mudah memudar.
Thomas Manton: “That of all graces, love needeth keeping. Why? Because of
all graces it is most decaying. Mat. 24:12 Rev. 2:4” (= Bahwa dari
semua kasih karunia, kasih membutuhkan pemeliharaan. Mengapa? Karena dari semua
kasih karunia itu adalah yang paling mudah berkurang / hilang. Mat 24:12
Wah 2:4) - ‘Jude’, hal 344.
Tetapi supaya saudara tidak secara salah dan
terlalu cepat menganggap bahwa kasih saudara kepada Allah sudah memudar,
perhatikan kutipan di bawah ini.
Barnes’ Notes: “Individual Christians often lose much of their first
love. It is true, indeed, that there is often an appearance of this which does
not exist in reality. Not a little of the ardour of young converts is often
nothing more than the excitement of animal feeling, which will soon die away of
course, though their real love may not be diminished, or may be constantly
growing stronger. When a son returns home after a long absence, and meets his
parents and brothers and sisters, there is a glow, a warmth of feeling, a
joyousness of emotion, which cannot be expected to continue always, and which
he may never be able to recall again, though he may be ever growing in real
attachment to his friends and to his home” (= Individu-individu Kristen
sering kehilangan banyak dari kasih pertama mereka. Memang benar bahwa
seringkali kelihatannya terjadi hal ini, padahal sebetulnya tidak. Tidak
sedikit dari semangat / kobaran api / kehangatan emosi dari petobat-petobat
muda yang seringkali tidak lebih dari kegembiraan dari perasaan binatang, yang
tentu saja akan segera lenyap, sekalipun kasih sejati mereka mungkin tidak
berkurang, atau mungkin bertambah kuat secara konstan. Pada saat seorang anak
pulang ke rumah setelah pergi cukup lama, dan bertemu dengan orang tua dan
saudara-saudaranya, di sana ada suatu pijaran / sinar, suatu perasaan yang
hangat, suatu sukacita emosi, yang tidak bisa diharapkan berlangsung
senantiasa, dan yang mungkin tidak akan pernah bisa dihidupkan kembali,
sekalipun ia mungkin terus bertumbuh dalam kasih yang sejati kepada
teman-temannya dan rumahnya) - hal 1553.
4. Hal-hal yang menyebabkan
berkurangnya / hilangnya kasih yang semula.
a. Dosa.
Thomas Manton: “Some times it falleth out through freeness in sinning.
Neglect is like not blowing up the coals; sinning is like pouring on waters, a
very quenching of the Spirit, 1Thes. 5:19” (= Kadang-kadang itu terjadi
karena kebebasan dalam berbuat dosa. Kelalaian adalah seperti tidak mengipasi
arang; berbuat dosa adalah seperti menyiramnya dengan air, tindakan yang
memadamkan Roh, 1Tes 5:19) - ‘Jude’, hal 345.
Contoh dosa:
·
cinta uang / dunia.
Mat 6:24 - “Tak seorangpun dapat mengabdi
kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan
mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak
mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada
Mamon”.
Yak 4:4 - “Hai kamu, orang-orang yang
tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah
permusuh-an dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia
menjadikan dirinya musuh Allah”.
1Yoh 2:15 - “Janganlah kamu
mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia,
maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu”.
2Tim 3:4b - “lebih menuruti hawa nafsu
dari pada menuruti Allah”. Ini salah terjemahan.
NIV/NASB: ‘lovers of pleasure rather than
lovers of God’ (= pecinta kesenangan dan bukannya pecinta Allah).
·
pelayanan / pekerjaan / kesibukan yang begitu ditekankan sehingga menyebabkan
tak ada waktu untuk sendirian dengan Tuhan (doa dan belajar Firman Tuhan).
Steve Gregg: “Like Martha, a
church may become so engrossed in religious work that it neglects the ‘one
thing needed’ (Luke 10:42)” [= Seperti Marta, sebuah gereja bisa
menjadi begitu asyik dalam pekerjaan agamawi sehingga mengabaikan ‘satu hal
yang diperlukan’ (Luk 10:42)] - hal 65.
Catatan: ‘bagian yang terbaik’
dalam Luk 10:42 diterjemahkan ‘one thing is needful’ (= satu hal
yang diperlukan) oleh RSV.
Kata-kata Steve Gregg
ini memang sangat mungkin. Orang yang terlalu bersemangat dalam pelayanan,
sampai tidak ada waktu untuk belajar Firman dan berdoa, akan kehilangan kasih
yang semula. Dan hal yang menyedihkan adalah bahwa ada banyak (bahkan mungkin
kebanyakan!) hamba Tuhan yang seperti ini!
·
allah lain, yaitu hal-hal yang dicintai / diutamakan lebih dari Tuhan.
·
occultisme, seperti: tenaga dalam, hipnotisme, yoga, dsb.
b. Penderitaan yang hebat, banyak,
dan berlarut-larut, khususnya kalau kita tidak menghadapinya dengan benar.
c. Banyaknya kejahatan di sekitar
kita.
Mat 24:12 - “Dan karena makin
bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin”.
d.
Peperangan mereka melawan kesesatan / nabi palsu.
Ramsey mengatakan bahwa
celaan tentang hilangnya kasih yang semula ini (ay 4) diletakkan setelah
pujian tentang semangat mereka membongkar kepalsuan dari rasul-rasul palsu
(ay 2), tetapi diletakkan sebelum pujian tentang kebencian mereka terhadap
tindakan para pengikut Nikolaus (ay 6), dan ini menunjukkan bahwa
hilangnya kasih yang semula ini berhubungan dengan semangat mereka dalam
membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu itu.
James B. Ramsey: “This censure is
administered in close connection with the praise of their zeal in exposing
these false apostles, and before the second ground of praise is mentioned,
implying some real connection between this zeal against false teachers, and
their declining love. There is such a connection, and it should never be
forgotten. When any are called to contend earnestly for the faith, when
patience is tried by daring and persistent error, and when at length the
pretensions of the false teachers are exposed, the process is apt to chafe and
embitter the spirit, and success to foster spiritual pride; thus holy love to
Jesus and His people insensibly loses that first fervour with which it gushes
forth in faith’s first view of the cross and the extinguished curse” (=
Celaan / kecaman ini diberikan dalam hubungan yang erat dengan pujian terhadap
semangat mereka dalam menyingkapkan rasul-rasul palsu ini, dan diberikan
sebelum pujian kedua ini disebutkan, menunjukkan adanya hubungan yang nyata
antara semangat menentang guru-guru palsu ini dengan penurunan kasih mereka.
Disana ada hubungan seperti itu, dan itu tidak pernah boleh dilupakan. Pada
waktu seseorang dipanggil untuk berjuang dengan sungguh-sungguh untuk iman,
pada waktu kesabaran diuji oleh kesalahan yang berani dan gigih, dan pada waktu
akhirnya pernyataan palsu dari guru-guru palsu itu tersingkap, proses itu
cenderung / mudah melukai dan memahitkan roh, dan berhasil mengembangkan
kesombongan rohani; sehingga kasih kudus kepada Yesus dan umatNya tanpa
terasa kehilangan gairah / semangat pertamanya yang dipancarkan oleh kasih itu
pada pandangan pertama dari iman terhadap salib dan kutuk yang dipadamkan)
- hal 131.
Catatan: Ramsey menganggap
bahwa pujian pertama berhubungan dengan semangat mereka dalam membongkar
kepalsuan rasul-rasul palsu itu, dan ay 3 berhubungan dengan pujian
pertama tersebut, karena penderitaan dalam ay 3 itu disebabkan hal itu.
Pujian kedua berkenaan dengan kebencian terhadap pengikut Nikolaus (ay 6).
Jadi kecaman tentang hilangnya kasih semula terletak setelah pujian pertama,
tetapi sebelum pujian kedua, dan karena itu ia lalu menyimpulkan bahwa kecaman
itu berhubungan dengan pujian pertama itu.
Kata-kata Ramsey di atas
sesuai dengan kata-kata Mounce yang berikut ini.
Robert H. Mounce (NICNT): “Every virtue
carries within itself the seeds of its own destruction” (= Setiap sifat
baik / kebajikan membawa dalam dirinya sendiri benih kehancuran dirinya
sendiri) - hal 88.
Memang orang yang kuat
dalam doktrin dan berani / tegas biasanya rawan dalam persoalan kasih!
Sebaliknya orang yang penuh kasih, sabar, biasanya kompromistis / kurang tegas,
atau munafik / suka berdusta, pengecut, dsb.
Penerapan:
Karena itu kalau saudara
menjumpai apapun yang baik dalam diri saudara, maka renungkanlah hal buruk apa
yang ter-cakup dalam hal baik tersebut, dan berusahalah untuk memper-tahankan
hal baiknya dan membuang hal buruknya.
5. Ciri /
akibat berkurangnya / hilangnya kasih yang semula.
Thomas Manton: “Where we love there will be musing on the object beloved,
there will be familiarity and intimateness of converse. There is not a day can
pass but love will find some errand and occasion to confer with God, either to
implore his help or ask his counsel. But now, when men can pass over whole days
and weeks, and never give God a visit, such strangeness argueth little love.
Again, when there is no care of glorifying God, no plotting and contrivings how
we may be most useful for him, when we do not mourn over sin as we were wont to
do, are not so sensible of offences, have not these meltings of heart, are not
so careful to avoid all occasions of offending God, are not so watchful, so
zealous, as we were wont to be, do not rise up in arms against temptations and carnal
thoughts, love is decayed. Certainly when the sense of our obligation to Christ
is warm upon the heart, sin doth not escape so freely; love will not endure it
to live and act in the heart, Titus 2:11-12, Gen 39:9. But now, as this is worn
off, the heart is not watched, the tongue is not bridled, speeches are idle,
yea, rotten and profane; wrath and envy tyrannise over the soul, all runneth to
riot in the poor neglected heart; yea, further, God’s public worship is
performed perfunctorily, and in a careless, stupid manner; sin confessed
without remorse and sense of the wrong done to God; prayer made for spiritual
blessings without desire of obtaining; wrath deprecated without any fear of the
danger; intercession for others without any sympathy or brotherly love; thanks
given without any conference of holy things is either none at all, or very
slight and careless; hearing without attention; reading without a desire of
profit; singing without any delight or melody of heart. All this is but the
just account of a heart declining in the love of God” [= Dimana kita
mengasihi disana akan ada perenungan tentang obyek yang dikasihi, disana akan
ada keakraban dan keintiman dalam pembicaraan. Tidak ada satu haripun akan
berlalu dimana kasih tidak menemukan pesan / berita dan alasan / kesempatan
untuk berbicara dengan Allah, untuk meminta pertolonganNya atau nasehatNya.
Tetapi sekarang, ketika seseorang bisa melewati beberapa hari dan minggu tanpa
pernah mengunjungi Allah, keanehan seperti itu menunjukkan kasih yang sedikit /
kecil. Juga, pada saat ada ketidakpedulian dalam memuliakan Allah, tidak ada
perencanaan dan usaha / penyusunan tentang bagai-mana kita bisa menjadi paling
berguna untuk Dia, pada saat kita tidak berkabung atas dosa seperti yang biasa
kita lakukan, tidak peka terhadap pelanggaran, tidak mempunyai hati yang
hancur, tidak begitu hati-hati untuk menghindari semua kesempatan untuk
menyakiti hati / menyalahi Allah, tidak begitu berjaga-jaga dan bersemangat
seperti kita biasanya, tidak bangkit untuk melawan pencobaan dan pikiran
daging, kasih itu berkurang / melemah. Jelas bahwa ketika rasa kewajiban pada
Kristus itu hangat dalam hati kita, dosa tidak lolos dengan begitu bebas; kasih
tidak akan mengijinkannya hidup dan bertindak dalam hati, Titus 2:11-12, Kej
39:9. Tetapi sekarang, karena semua ini sudah luntur, hati tidak dijaga, lidah
tidak dikekang, kata-kata kosong bahkan busuk dan kotor / tak senonoh;
kemarahan dan iri hati merajalela dalam jiwa, semua menuju pada kekacauan dalam
hati yang diabaikan; lebih jauh lagi, bahkan kebaktian dilakukan dengan
asal-asalan / tak sungguh-sungguh dan dalam cara yang ceroboh dan bodoh; dosa
diakui tanpa penyesalan dan perasaan bersalah kepada Allah; doa untuk berkat
rohani tanpa keinginan untuk mendapatkan; kemarahan mengutuk tanpa takut
bahaya; doa syafaat untuk orang lain tanpa simpati atau kasih persaudaraan;
syukur diberikan tanpa menghargai kebaikan / manfaat atau kasih kepada Allah
dalam mengingat mereka; perundingan tentang hal-hal kudus tidak pernah dilakukan
atau sangat sedikit dan ceroboh; pembacaan (Kitab Suci / Firman Tuhan)
tanpa keinginan mendapatkan keuntungan / manfaat; menyanyi tanpa kesenangan
atau nyanyian di hati. Semua ini hanyalah laporan / catatan suatu hati yang
menurun dalam kasih kepada Allah] - ‘Jude’, hal 345-346.
Renungkanlah kata-kata Manton di atas ini kata
demi kata, dan ban-dingkanlah dengan hidup saudara. Dari situ saudara bisa
mengetahui apakah saudara sudah kehilangan kasih yang semula atau tidak.
Thomas Manton: “In our serious sequestration and retirements we should
have such thoughts as these are: - I was wont to spend some time every day with
God; I remember when it was a delight to me to think of him; now I have no
heart to pray or meditate, no relish of communion with his blessed majesty; it
was the joy of my soul to be at an ordinance, the returns of the Sabbath were
welcome to me; but now what a weariness is it! Time was when I had sweet
experiences, and the graces of God’s Spirit were more lively in me, but now all
is dead and inefficacious; time was when a vain thought was burdensome unto me,
but now I can away with sinful actions; time was when the mispence of ordinary
time was a grief unto my soul, now I can spend the Sabbath unprofitably and
never be troubled, &c. Thus should you consider your estate” (= Dalam
penyendirian kita yang serius kita harus mempunyai pemikiran-pemikiran seperti
ini: Saya biasanya menghabiskan beberapa waktu setiap hari dengan Allah; saya
ingat bahwa dulu adalah suatu kesenangan bagi saya untuk berpikir tentang Dia;
sekarang aku tidak mempunyai hati untuk berdoa dan bermeditasi, tidak ada
kesukaan dalam bersekutu dengan Dia; dulu adalah sukacita dari jiwaku untuk
berada dalam Perjamuan Kudus, datangnya hari Sa-bat kusambut dengan baik;
tetapi sekarang alangkah membosankannya hal itu! Ada saat dimana aku mempunyai
pengalaman yang manis, dan kasih karunia Roh Allah lebih hidup dalam diriku,
tetapi sekarang semua mati dan tidak manjur; ada saat dimana pemikiran sia-sia
adalah suatu beban bagiku, tetapi sekarang aku bisa mengabaikan
tindakan-tindakan berdosa; ada saat dimana penghamburan waktu biasa merupa-kan
kesedihan bagi jiwaku, sekarang aku bisa menghamburkan Sabat secara tak berguna
dan tidak merisaukannya, dsb. Begitulah engkau harus memikirkan / merenungkan
keadaanmu) - ‘Jude’, hal 346-347.
Pulpit Commentary: “with all their
discernment of evil, and zeal against it, they lacked reality. Their light
still burned, but in a dull, lifeless way; their service had become mechanical”
(= dengan pandangan mereka yang tajam terhadap kejahatan, dan semangat
menentangnya, mereka kekurangan realitas / kenyataan. Lampu mereka tetap
menyala, tetapi secara pudar dan tak bersemangat; pelayanan mereka telah
menjadi pelayanan mekanis) - hal 58.
John Stott: “Without this
love, the Church’s work is lifeless” (= Tanpa kasih ini, pekerjaan Gereja
tidak bersemangat) - hal 28.
John Stott: “It is the duty
of man to worship God, of the creature to worship his Creator, but the duty is
barren without love. If the worship of the Church is to be more than
lip-service, it must spring from hearts that love God. ... I expect the worship
of the church of Ephesus was almost dead. The singing had become drab and
uninspired, and the prayers were scarcely better than heathen incantations.
There was form but no spirit. There was no life because there was no love. What
was true of the public worship of the Ephesian Christians was true no doubt of
their private devotions also. Only love can save private prayer and Bible
reading from degenerating into a mechanical routine” (= Adalah kewajiban
dari manusia untuk menyembah / berbakti kepada Allah, dari makhluk ciptaan
untuk menyembah / berbakti kepada Penciptanya. Jika penyembahan / kebaktian
dari Gereja tidak merupakan kebaktian di bibir saja, maka itu harus keluar dari
hati yang mengasihi Allah. ... Saya memperkirakan bahwa kebaktian gereja Efesus
hampir mati. Nyanyian telah menjadi membosankan / tidak menarik dan tak
bersemangat, dan doa-doa hampir tidak lebih baik dari mantera-mantera orang
kafir. Di sana ada upacara tetapi tidak ada roh / semangat. Di sana tidak ada
kehidupan / semangat karena di sana tidak ada kasih. Apa yang benar tentang
kebaktian umum orang-orang kristen Efesus pasti juga benar tentang Saat Teduh
pribadi mereka. Hanya kasih yang bisa menyelamatkan doa dan pembacaan Kitab
Suci secara pribadi terhadap penurunan menjadi suatu kerutinan yang bersifat
mekanis) - hal 30.
Pulpit Commentary: “The outward
forms may be perfect, zeal may be maintained, patience unwearied, orthodoxy
untarnished; but if love - the soul’s secret energy - be impaired, time only is
needed to bring the Church to utter decay” (= Hal-hal luar / lahiriah
mungkin sempurna, semangat mungkin dipertahankan, kesabaran tidak pernah lelah,
keorthodoxan tidak bercacat; tetapi kalau kasih - kekuatan rahasia dari jiwa -
berkurang / rusak, hanya waktu yang dibutuhkan untuk membawa gereja pada
kebusukan total) - hal 92.
Memang saya percaya bahwa orang yang
meninggalkan kasih yang semula mula-mula bisa kelihatan tetap baik. Mungkin ia
tetap melayani, tetap bersaat teduh, tetap memberi persembahan, dsb. Tetapi
kalau keadaan ini dibiarkan, maka keadaan akan makin lama makin memburuk,
sehingga dari luarpun hal itu akan kelihatan.
John Stott: “toil becomes
drudgery if it is not a labour of love. Jacob could work seven years for the
hand of Rachel only because he loved her, and the seven years ‘seemed to him
but a few days because of the love he had for her’ (Gen. 29:20). The endurance
of suffering can be hard and bitter if it is not softened and sweetened by
love. It is one thing to grit the teeth and clench the fists with Stoical
indifference, and quite another to smile in the face of adversity with
Christian love” [= jerih payah menjadi pekerjaan yang membosankan jika itu
bukanlah pekerjaan kasih. Yakub bisa bekerja 7 tahun untuk mendapatkan tangan
Rahel hanya karena ia mengasihinya, dan 7 tahun itu ‘baginya terlihat seperti
hanya beberapa hari karena kasihnya kepadanya’ (Kej 29:20). Bertahan terhadap
penderitaan bisa menjadi berat dan pahit jika itu tidak dilunakkan dan
dimaniskan oleh kasih. ‘Mengertakkan gigi dan mengepalkan kepalan dengan
ke-tidak-acuhan Stoa’ berbeda dengan ‘tersenyum menghadapi kesengsaraan dengan
kasih Kristen’] - hal 28.
Catatan: golongan Stoic / Stoa
adalah golongan yang disebutkan dalam Kis 17:18. Ini adalah golongan yang
percaya pada takdir, tetapi mereka percaya bahwa takdir itu bahkan ada di atas
Allah.
6. Apa yang harus dilakukan supaya
kasih yang semula tidak berkurang / hilang?
·
terus bertumbuh secara rohani; jangan pernah puas dengan apa yang saudara capai
secara rohani, baik dalam pengertian Firman Tuhan, keteguhan iman, pengudusan
dsb.
Thomas Manton: “Increase and grow in love, 1Thes. 4:10. Nothing conduceth
to a decay more than contentment with what we have received; every day you
should love sin less, self less, world less, but Christ more and more” (=
Bertambahlah dan bertumbuhlah dalam kasih, 1Tes 4:10. Tidak ada yang lebih
menimbulkan kebusukan / penurunan kasih dari pada kepuasan dengan apa yang
telah kita terima; setiap hari engkau harus makin kurang mengasihi dosa, diri
sendiri, dunia, tetapi mengasihi Kristus makin lama makin banyak) - ‘Jude’,
hal 346.
1Tes 4:10 - “Hal itu kamu lakukan juga terhadap
semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu,
saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya”.
·
kalau terjadi penurunan kasih, tanganilah secepat mungkin.
Thomas Manton: “Observe the first declinings, for these are the cause of
all the rest. Evil is best stopped in the beginning; if, when we first began to
grow careless, we had taken heed, then it would never have come to this. ... it
is easier to crush an egg than to kill the serpent” (= Amatilah penurunan
pertama, karena ini adalah penyebab dari semua yang lain. Kejahatan sebaiknya
dihentikan pada permulaan; jika pada waktu pertama-tama kita mulai bertumbuh
menjadi ceroboh kita sudah memperhatikan, maka itu tidak akan pernah menjadi seperti
ini. ... adalah lebih mudah menghancurkan sebuah telur dari pada membunuh
ularnya) - ‘Jude’, hal 346.
2.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Jon
Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
hal. 46
2.
Pdt.
Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.