PRINSIP-PRINSIP
DASAR MEMBINA HUBUNGAN YANG HARMONIS DENGAN ANAK
Dr. Haim Ginott, seorang psikotherapis,
penulis buku Between Parent and Child dan juga sebagai professor
psikologi di dua Universitas yakni: Universitas Adelphi dan Universitas New
York memberikan beberapa saran kepada orang tua dalam hubungannya dengan
anak-anak.
Meskipun seorang therapis dapat menyembuhkan
gangguan jiwa yang timbul akibat hubungan yang tidak harmonis atau serasi di
antara orangtua dengan anak, namun hanya mereka yang terlibat dalam komunikasi
setiap hari dengan anak-anak dapat mencegah gangguan mental. Dalam hal ini ada beberapa prinsip dasar yang
harus diketahui orang tua.
BAGAIMANA BERBICARA DAN MENGOREKSI SEORANG
ANAK.
Sampaikanlah kata-kata yang dapat
menunjukkan bahwa Anda sebenarnya menaruh perhatian kepadanya dan bukan
menolaknya. Kata-kata yang salah bisa
menimbulkan perasaan seorang anak bahwa ia “ditolak”. Kata-kata yang menyalahkan mereka,
mempermalukan, mengkhotbai dan mencemooh, mengejek, mengancam dan cepat mencap,
adalah kata-kata yang acapkali membuat mereka tersinggung. Kita harus belajar menyingkirkan
kalimat-kalimat kritis seperti: “Kapan kau akan belajar. Apakah yang terjadi denganmu. Sudah berapa kali kami katakan?. Apakah kau tidak dengar?”.
Tanganilah siatuasinya, bukan
personnya. Janganlah menyerang seorang
anak/remaja.
Ilustrasi:
Seorang anak lelaki berusia 10 tahun suatu
kali menjatuhkan gelas. Ibu langsung
meletup: “mengapa kau ini”. Ayah
kemudian ikut nimbrung, “dasar anak bodoh.
Memang sejak lahir begitu.”
Kritikan serta ejekan yang kejam ini menyerang pribadi seorang
anak. Ia akan mempercayai cap yang diberikan
kepadanya.
BAGAIMANA
MENGUCAPKAN AMARAH KEPADA SEORANG ANAK.
Jelaskanlah apa yang Anda lihat, apa yang
Anda rasakan dan apa yang diharapkan.
Jangan singgung apa-apa mengenai diri anak itu. Jangan rendahkan dia dan jangan serang
tabiatnya atau menyinggung kehormatan dirinya.
Anak-anak/remaja harus dilindungi dengan cara menggunakan kata-kata
“SAYA”. Misalnya, “Saya terganggu” atau
“Saya menjadi marah.” Kata-kata ini jauh
lebih baik dan aman dibandingkan dengan kata-kata, “Kamu bodoh,” lihat apa yang
kamu lakukan.”
Dalam soal mendisiplin, satu ons pencegahan
lebih berharga daripada satu kg hukuman.
Ketika seorang anak berumur 10 tahun makan sambil bergurau ayahnya
berteriak “pergi. Kau makan seperti
babi. Kau tahu apa babi itu?”. Anaknya segera menyahut, “Ya, anak
celeng”. Pertengkaran antara ayah dan
anak sebenarnya dapat dicegah kalau ayah anak itu mengatakan, tanpa menghina,
mungkin dengan mengatakan: “Nak, saya lebih suka kalau waktu makan kamu itu
tidak gaduh”.
BAGAIMANA MENANGANI
KETIDAK JUJURAN?
Cegahlah anak-anak untuk membiasakan diri
mempertahankan sifat bohongnya. Bila
Anda mengetahui anak Anda jatuh dalam ujiannya, tidak perlu Anda menanyakan,
“apakah engkau lulus ujian?”.(Karena ada sebagian orangtua sengaja melontarkan
pertanyaan ini untuk menguji anaknya apakah ia berkata benar).
Orangtua seharusnya mengatakan, “Kami
mendapat berita dari sekolah bahwa kau tidak lulus. Langkah-langkah apa yang dapat kami tempuh
untuk menolongmu.?” Tunjukkan kepada anak-anak
bahwa tidak perlu berdusta. Sebagai
orangtua Anda siap sedia untuk mendengar berita yang pahit sekalipun. Orangtua selalu menjadi marah bila seorang
anak melakukan tindakan yang tidak jujur.
Karena merasa takut, mereka bertindak berlebihan. Sebaiknya agar orangtua selalu mengajarkan
kepada anak-anak, nilai-nilai hidup yang dipraktekkan dalam keluarga.
BAGAIMANA
MENGAJAK KERJA-SAMA DAN MENGAJARKAN TANGGUNG JAWAB.
Anak-anak suka menolak kecuali kalau
permohonan kita menunjukkan respek dan menjaga otonominya. Mereka lebih mudah mendengar kalimat-kalimat
pendek dan tidak kedengaran seperti perintah.
Ilustrasi:
Di suatu hari yang dingin, seorang anak
bernama Teddy berkata kepada ibunya: “Ibu,… saya ingin mengenakan jaket tebal
itu”. Ibunya menjawab, periksa dulu
pengukur suhu/thermometer. Kalau diatas
20 derajat kenakanlah jaket yang tipis.
Kalau dibawah 20 derajat kenakan jaket yang lebih tebal. Teddy pun megenakan jaket yang tebal karena
suhu berada dibawah 20 derajat.
HARUSKAH
ANAK-ANAK DIBERI UPAH MELAKUKAN PEKERJAAN DI RUMAH.
Jawabnya: Tidak!. Namun seperti juga makanan, pakaian dan
tempat kediaman, seorang anak perlu diberi semacam tunjangan. Tapi ini tidak boleh diberikan sebagai upah,
atau karena berkelakuan baik, lantas ditahan kalau ia berkelakuan buruk. Tunjangan itu harus diberikan sebab anak itu
memerlukannya. Seorang anak diharapkan
ikut menanggung kewajiban-kewajiban di dalam rumah tanpa mengharapkan imbalan.
BAGAIMANA
MENETAPKAN JAM TIDUR BAGI ANAK-ANAK.
Jam tidur bagi anak-anak hendaknya
FLEKSIBEL. Seorang ibu dapat mengatakan
“jam tidur adalah antara pukul 8-10.
Kamu boleh menetapkan waktu sendiri asal di antara jam-jam itu.” Anak-anak akan belajar menyesuaikan jam tidur
dengan kebutuhannya. Dan ini menjadi tanggungjawab
anak itu sendiri. Banyak anak tidur
larut malam karena diharuskan orangtua tidur jauh sebelum mereka merasa
kantuk. Kalau mereka diberi beberapa
waktu pilihan, mereka akan merasa bebas untuk tidur lebih dini. Waktu tidur bisa juga menjadi waktu untuk
berbicara dari hati ke hati. Anak-anak
mendapat kesempatan untuk menyampaikan keinginan, harapan serta keengganannya.
BAGAIMANA
MENOLONG SEORANG ANAK MENGHADAPI RASA TAKUT.
Penawar yang terbaik terhadap perasaan
takut, ialah mengajarkan anak bahwa ia bebas untuk merasa, berpikir dan
bermimpi tanpa kehilangan cinta dan respek dari orangtua. Anak-anak perlu tahu, semua perasaannya itu
wajar, baik yang negatif maupun yang positif, juga yang membingungkan.
Kita bisa mencegah anak-anak kita memiliki
perasaan bersalah dan gelisah oleh menangani perasaan itu sebagai hal-hal yang
normal. Kelakuan itu bisa “baik” dan
bisa “buruk”, sedang perasaan dan fantasi tidak.
Jangan beritahukan kepada seorang anak yang
ketakutan bahwa tidak ada apa-apa yang perlu ditakuti, ini justru menambah
ketakutannya. Ditambah dengan rasa takut
yang orisinal itu, ia sekarang takut karena perasaan takutnya itu. Lebik baik mengakui rasa takutnya itu secara
terbuka dan coba memahaminya.
Ketika seorang gadis berusia 11 tahun
menyatakan rasa takutnya menghadapi ujian, ayahnya tidak menyangkal. Ia malah mengatakan “ujian memang bisa
menimbulkan rasa takut, apalagi ujian akhir”.
BAGAIMANA
DENGAN TUGAS SEKOLAH.
Melakukan tugas sekolah di rumah merupakan
tanggung jawab anak dan gurunya. Bila
orangtua mengambil alih tugas pekerjaan ini, mereka ibarat memasuki jerat. Tugas sekolah bisa menjadi senjata seorang
anak untuk menghukum, mengeksploitasikan dan meresahkan orangtua. Orangtua yang selalu mengingatkan anaknya
mengenai tugas sekolahnya justru membatalkan kepentingannya itu sendiri yakni
manfaat dari disiplin diri.
Pertolongan terbaik yang dapat diberikan
orangtua adalah secara tidak langsung:
memberikan sebuah meja belajar yang serasi, penerangan lampu yang
memadai, memenuhi kebutuhan akan buku-buku pelajaran dan menghindarkan gangguan
apa pun. Sekali-kali orangtua dapat
memberikan penjelasan kalau seorang anak memang menemui jalan buntu. Tetapi terlalu banyak pertolongan akan
membuat Anda justru tidak tertolong.
BAGAIMANA
MEMBERIKAN REAKSI BILA ANAK MEMILIH TEMAN YANG TIDAK ANDA SENANGI.
Jangan terburu-buru menunjukkan reaksi
Anda. Pelajari terlebih dulu. Setelah meneliti teman anak Anda cukup lama
dan ternyata ia tetap merisaukan, beritahukan hal itu kepada anak Anda. Bisa saja Anda mengatakan, “Mama dan papa
telah mencoba untuk menerima temanmu itu, tetapi tidak bisa. Itu mungkin problem kami, namun kami harus
memintamu untuk tidak mengundangnya ke mari lagi.”
Seorang ayah mengatakan kepada putranya,
“Saya dengar Alex itu tergabung dalam gang
yang suka mencuri. Itu sangat
bertentangan dengan nilai-nilai hidup keluarga kita. Papa harap kamu tidak bergaul dengan dia
lebih lama lagi.” Kalau anak lelaki itu
tetap mendesak untuk bertemu Alex, maka perlu ada penjelasan ulang, dengan
suatu permohonan agar mereka menemukan suatu pemecahan yang disepakati.
BAGAIMANA
MENYATAKAN CINTA KEPADA ANAK-ANAK.
Peristiwa-peristiwa kecil bisa menciptakan
saat-saat “emas” untuk menyatakan cinta.
Contohnya : Disebuah restoran Robert menjatuhkan humberger-nya. “Tolol betul
aku ini,” teriaknya. Ayahnya berkata,
“Danny, ayah tidak mengizinkan siapapun menghina putra ayah. Dik, tolong berikan satu humberger lagi.” Danny sangat
berterimakasih dan merasakan cinta kasih ayahnya. Tidak ada kata-kata cinta yang lebih efektif
daripada pengertian pada saat yang runyam.
Miriam, seorang gadis berusia 12 tahun
kehilangan bross hadiah ulang tahun
orangtuanya. Ia menangis, takut reaksi
orangtuanya. Kata ibunya: “Benda-benda
begitu dapat diganti. Dalam rumah kita, manusia dan perasaannya jauh lebih penting”.
Tentu dalam kata-kata itu terungkap cinta.
Untuk menyampaikan cinta, orangtua perlu
menggunakan bahasa yang dapat dipahami.
Kata-kata yang menghargai perasaan, sambutan-sambutan yang dapat
mengubah semangat, dan sahutan yang memancarkan rasa hormat. Dunia kerap berbicara kepada otak manusia. Tapi orangtua berkata-kata lebih intim,
mereka berbicara kepada hati sanubari anak-anaknya.
Inilah beberapa prinsip dasar untuk membina
hubungan yang serasi dengan anak, kiranya dapat bermanfaat bagi kita.