TANTANGAN-TANGAN KECIL- BESAR
MENUMBUHKAN IMAN.
“Dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau
TIDAK MENYANGKAL IMANMU KEPADAKU,…yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan
kamu”. (Wahyu 2:13).
“Umat percaya di Pergamus bukan
hanya mempertahankan kepercayaan dan keyakinan mereka kepada Tuhan pada
masa-masa senang, tetapi juga menolak menyangkal iman saat di bawah tekanan
penyaniayaan. Kita memperkembang iman
kita kepada Allah dan ajaran-ajaran-Nya dengan menerapkan firman-Nya dalam
hidup sehari-hari. Saat kita menyaksikan
tangan Tuhan bekerja dalam hidup sehari-hari, iman kita pun bertumbuh. Saat iman kita melewati ujian-ujian kecil,
iman itu semakin kuat sehingga dapat bertahan melewati tantangan-tantangan yang
jauh lebih serius yang menghadang. Iman
juga dapat bertumbuh melalui langkah-langkah kecil.
Dalam perkata-perkara kecillah
iman kita belajar untuk bertumbuh. Dan
di dalam tantangan-tantangan besarlah iman kita diuji”. 1)
‘engkau tidak
menyangkal imanmu kepadaKu’.
‘imanmu kepadaKu’.
NIV: ‘your faith in me’
(= imanmu kepadaKu).
KJV/RSV/NASB/Lit: ‘my
faith’ (= imanKu).
John
Stott: “Commentators are agreed that, grammatically speaking, ‘my
faith’ means ‘your faith in me’” (= Para penafsir setuju bahwa berbicara
secara gramatika, ‘imanku’ berarti ‘imanmu kepadaKu’) - hal 56.
b)
‘tidak menyangkal’.
Kata ‘menyangkal’
ada dalam aorist tense (= past tense / bentuk lampau), dan karena
itu rupanya kata-kata ‘tidak menyangkal’ menunjuk pada satu kejadian
tertentu di masa lampau, dimana jemaat dihadapkan pada pemaksaan untuk
menyangkal Yesus. Rupanya pada peristiwa itu juga Antipas mengalami kematian
syahid. Tetapi jemaat Pergamus tetap tidak mau menyangkal Kristus.
Pulpit
Commentary: “Here is one of the million proofs that man’s moral
character is not necessarily formed by external circumstances, however
antagonistic those circumstances may be” (= Di sini ada satu dari jutaan
bukti bahwa karakter moral manusia tidak harus dibentuk oleh keadaan luar,
betapapun bermusuhannya keadaan itu) - hal 101-102. 2)
REFERENSI:
1.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung:
Indonesia Publishing House, 2007 hal. 59.
2.
Pdt. Budi Asali M.Div. , Eksposisi Wahyu kepada
Yohanes.
WAHYU KEPADA YOHANES (50)
“Dan engkau tidak menyangkal imanmu
kepada-Ku, juga tidak pada zaman ANTIPAS, SAKSIKU, YANG SETIA KEPADAKU, yang
dibunuh dihadapan kamu, di mana Iblis diam” (Wahyu 2:13).
MATI
MARTIR DEMI IMAN
“Kitab Wahyu melaporkan tentang vonis
hukuman mati bagi seorang Kristen bernama ANTIPAS. Makna namanya menarik: “Menentang setiap
orang”.
Ini sangat pas dengan tuduhan orang-orang
bukan Yahudi terhadap orang-orang Kristen bahwa” mereka adalah “pembenci manusia”. Warga kerajaan Romawi menerapkannya pada
orang-orang Kristen karena menolak berpartisipasi dalam berbagai aspek
keagamaan sipil yang diharapkan dari seorang warganegara Romawi yang baik. Yang terburuk, banyak menganggap orang-orang
Kristen itu kaum antisosial dan pembawa sial bagi komunitas.
Walaupun Kitab Suci tak menyebutkan
rinciannya, jelasnya Antipas mati martir demi imannya. “Dan engkau tidak
menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang
setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam” (Wahyu
2:13).
Ada kemungkinan bahwa orang-orang Kristen
mula-mula melihat “pedang Kristus yang tajam dan bermata dua “ (ayat 12,16) dibandingkan dengan kuasa gubernur atas “pedang”, yaitu
hukuman mati. Jika demikian, gubernur
Roma mungkin menghukum mati Antipas karena dia seorang Kristen.
Prosedur dalam kasus Antipas
ini diuraikan Gubernur Pliny kurang lebih 15 tahun kemudian di dalam suratnya
kepada Kaisar Trajan: “Aku menanyakan terdakwa apakah mereka orang-orang
Kristen. Jika mereka mengaku, aku
bertanya kedua dan ketiga kalinya, dengan mengancam hukuman mati.
Kepada mereka yang bersikeras,
aku memerintahkan hukuman mati, karena aku tidak ragu sama sekali, bahwa apapun
yang mereka akui, mereka pantas di hukum mati karena sikap keras kepala
mereka…Aku membebaskan mereka yang mengaku bukan atau tidak pernah menjadi
Kristen, dan yang di hadapanku memohon kepada dewa-dewa dan mempersembahkan
anggur dan dupa dihadapan patung (Trajan)- mu dan terutama yang mengutuk
Kristus, yang kudengar tidak bakalan dilakukan seorang Kristen sejati.
Trajan menanggapi bahwa pihak berwenang tidak seharusnya memburu
orang-orang Kristen atau mencobai mereka dengan tuduhan tak berdasar.
Namun demikian, jika secara
terbuka dihadapkan kepada gubernur, para pejabat harus menangani mereka seperti
yang di uraikan Pliny. Mungkin seorang
tetangga yang memusuhi, entah Yahudi atau bukan Yahudi, mendakwa Antipas
dihadapan gubernur.” 1)
PUJIAN KEPADA JEMAAT PERGAMUS:
“TIDAK MENYANGKAL IMAN”—Melukiskan pengalaman para pahlawan iman yang
tetap setia.
a. Pergamus terkenal dengan penyembahan dewa matahari Babilonia dan kaisar
masih hidup.
b. Dengan bertobatnya kaisar Konstantin (323) maka kepausan timbul menjadi
pimpinan agama dan politik di Eropa Barat
1.
Artinya Setan bertempat tinggal di tengah-tengah
gereja Kristen.
2.
Kepausan adalah perpaduan kekafiran da kekristenan,
yang masanya disebut “The Age of Popularity”.
“ANTIPAS, saksiku, juga tidak menyangkal iman”.
a. ANTI artinya menentang, dan PAS artinya PAPA (PAUS)
b. Jadi ANTIPAS –Melukiskan para martir yang korban karena menentang
penyembahan terhadap kaisar (Paus). “
2)
‘juga
tidak pada zaman Antipas, saksiKu, yang setia kepadaKu, yang dibunuh di hadapan
kamu’.
a)
‘Antipas’.
Ada yang menganggap bahwa
nama ‘Antipas’ ini adalah nama asli seseorang; tetapi ada juga yang menganggap
bahwa sama seperti nama-nama lain dalam Kitab Wahyu, ini hanya bersifat
simbolis, yang menunjuk kepada segolongan orang yang ‘anti Paus’.
Catatan: lihat
di depan tentang penafsiran simbolis dari ke tujuh gereja (hal 1-2, point no
1,c dari buku ini).
Matthew
Poole: “Our being able from no history to give an account of this
martyr, hath inclined some to think this epistle wholly prophetical, and that
Antipas signifieth not any particular person, but all those who opposed the
pope, as if it were Antipapa” (= Ketidakmampuan kita memberikan catatan /
cerita dari sejarah tentang martir ini, telah mencondongkan beberapa orang
untuk berpikir bahwa surat ini sepenuhnya bersifat nubuat, dan bahwa Antipas
tidak berarti seseorang yang tertentu, tetapi semua mereka yang menentang Paus,
seakan-akan kata itu adalah Antipapa) - hal 954-955.
Steve Gregg: “Some who take this approach have
suggested that Antipas does not refer to an individual, but to a class of men
opposed (‘anti’) to the popes (‘papas’), which men were martyred in great
numbers in Rome and Constantinople” [= Sebagian dari orang-orang yang
mengambil arti ini mengusulkan bahwa Antipas tidak menunjuk kepada seorang
individu, tetapi kepada segolongan orang yang menentang (‘anti’) Paus
(‘papas’), yaitu orang-orang yang mati syahid dalam jumlah besar di Roma dan
Constantinople] - hal 70.
Saya berpendapat bahwa Antipas adalah nama orang.
b)
Ada yang menterjemahkan kata-kata ‘saksiKu yang setia’ dengan ‘martirKu
yang setia’.
William
Barclay: “The Risen Christ calls Antipas my faithful MARTUS. We
have translated that ‘martyr’; but MARTUS is the normal Greek word for
‘witness’. In the early church to be a martyr and to be a witness were one and
the same thing. ‘Witness’ meant so often ‘martyrdom’” (= Kristus yang
bangkit menyebut Antipas ‘MARTUS-Ku yang setia’. Kita telah menterjemahkannya
‘martir’, tetapi MARTUS adalah kata Yunani yang normal untuk ‘saksi’. Dalam
gereja mula-mula menjadi ‘martir’ dan menjadi ‘saksi’ adalah hal yang satu dan
sama) - hal 92.
Catatan: A. T.
Robertson mengatakan (hal 305) bahwa arti ‘martir’ adalah arti modern
yang baru muncul pada abad ke 3.
c)
Kematian Antipas.
Adam
Clarke: “There is a work extant called ‘The Acts of Antipas’,
which makes him bishop of Pergamos, and states that he was put to death by
being enclosed in a burning brazen bull. But this story confutes itself, as the
Romans, under whose government Pergamos then was, never put any person to death
in this way. It is supposed that he was murdered by some mob, who chose this
way to vindicate the honour of their god Aesculapius, in opposition to the
claims of our Lord Jesus” (= Ada suatu karya yang masih ada yang disebut
‘Perbuatan / Kisah Antipas’, yang membuatnya sebagai uskup dari Pergamus, dan
menyatakan bahwa ia dibunuh dengan dimasukkan ke dalam sapi dari kuningan yang
dibakar. Tetapi cerita ini menentang dirinya sendiri, karena orang Romawi,
dibawah pemerintahan siapa Pergamus saat itu, tidak pernah membunuh seseorang
dengan cara ini. Diduga bahwa ia dibunuh oleh suatu gerombolan, yang memilih
cara ini untuk mempertahankan kehormatan dari dewa mereka Aesculapius, dalam
pertentangan dengan tuntutan dari Tuhan Yesus kita) - hal 978.
d)
Tak diingat dalam sejarah, tetapi diingat oleh Kristus.
Pulpit
Commentary: “Of Antipas we know nothing more than is named here. No
historic roll, save this, refers to him. But Christ never forgets. To be
remembered by him is fame enough” (= Tentang Antipas kita tidak mengetahui
apapun lebih dari yang disebutkan di sini. Tidak ada catatan sejarah, kecuali
ini, yang menunjuk kepadanya. Tetapi Kristus tidak pernah lupa. Diingat oleh
Dia adalah cukup masyhur / populer) - hal 73.
Mungkin kalau ini terjadi
pada jaman sekarang, orang kristen sendiri bahkan akan mengecam Antipas sebagai
orang kristen yang extrim. Tetapi Yesus justru memuji Antipas dengan sebutan ‘saksiKu
yang setia’. Perlu diingat bahwa istilah ‘saksiKu yang setia’ yang
diberikan kepada Antipas, merupakan istilah yang sama dengan yang ditujukan
kepada Kristus sendiri dalam Wah 1:5. Jadi ini merupakan suatu pujian yang
sangat tinggi.
e)
A. T. Robertson mengatakan (hal 305) bahwa kematian syahid Antipas ini disusul
oleh beberapa orang lain di Pergamum, yaitu Agathonice, Attalus, Carpus, dan
Polybus. Seringkali orang digoda setan dengan berpikir: ‘Dari pada mati secara
sia-sia, lebih baik menyangkal Yesus / berkompromi’. Tetapi dari cerita
tentang Antipas ini terlihat bahwa kematian syahid tidaklah sia-sia. Pertama,
kesetiaan sampai mati itu menyenangkan Allah, dan kedua, itu memotivasi orang
kristen lain untuk juga berani mati demi Kristus.
Tetapi sebaliknya kalau
kita menyangkal Kristus, berkompromi dengan dunia, dsb, kita menghancurkan
motivasi orang kristen lain untuk menderita dan mati demi Kristus!. “ 3)
REFERENSI:
1.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia
Publishing House, 2007 hal. 60.
2.
DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent
Indonesia Cisarua -Bandung, 1988 hal.14.
3.
Pdt. Budi Asali M.Div. , Eksposisi Wahyu kepada
Yohanes.