Pada postingan kali ini, saya
mencoba membagikan pengetahuan tentang urutan acara pernikahan pada suku Batak
Toba. Adapun maksudnya supaya kita sama-sama mengetahui urutan dari acara
pernikahan suku Batak Toba dari awal hingga akhir prosesi, terutama buat kaum
muda suku Batak Toba.
Berikut urutan acara pernikahan adat
Batak Toba dari awal hingga akhir acara :
MARSIBUHA BUHAI
Pagi hari sebelum dimulai
pemberkatan/ catatan sipil/ pesta adat, acara dimulai dengan penjemputan
mempelai wanita di rumah disertai dengan makan pagi bersama dan berdoa untuk
kelangsungan pesta pernikahan,
biasanya disini ada penyerahan bunga
oleh mempelai pria dan pemasangan bunga oleh mempelai wanita dilanjutkan dengan
penyerahan Tudu-tudu Ni Sipanganon dan Menyerahkan dengke lalu makan bersama,
selanjutmya berangkat menuju gereja untuk pemberkatan.
Beberapa
Istilah Dalam Pernikahan Adat Batak
- Suhut, kedua pihak yang punya hajatan
- Parboru, orang tua pengenten perempuan=Bona ni haushuton
- Paranak, orang tua pengenten Pria= Suhut Bolon.
- Suhut Bolahan amak: Suhut yang menjadi tuan rumah dimana acara adat di selenggrakan.
- Suhut naniambangan, suhut yang datang.
- Hula-hula, saudara laki-laki dari isteri masing-masing suhut.
- Dongan Tubu, semua saudara laki masing-masing suhut.
- Boru, semua yang isterinya semarga dengan marga kedua suhut.
- Dongan sahuta, arti harafiah “teman sekampung” semua yang tinggal dalam huta/ kampung komunitas (daerah tertentu) yang sama paradaton/ solupnya.
- Ale-ale, sahabat yang diundang bukan berdasarkan garis persaudaraan (kekerabatan atau silsilah).
- Uduran, rombongan masing-masing suhut, maupun rombongan masing-masing hula-hulanya.
- Raja Parhata (RP), Protokol (PR) atau Juru Bicara (JB) masing-masing suhut, juru bicara yang ditetapkan masing-masng pihak.
- Namargoar, Tanda Makanan Adat , bagian-bagian tubuh hewan yang dipotong yang menandakan makanan adat itu adalah dari satu hewan (lembu/ kerbau) yang utuh, yang nantinya dibagikan.
- Jambar, namargoar yang dibagikan kepada yang berhak, sebagai legitimasi dan fungsi keberadaannya dalan acara adat itu.
- Dalihan Na Tolu (DNT), terjemahan harafiah”Tungku Nan Tiga” satu sistim kekerabatan dan way of life masyarakat Adat Batak.
- Solup, takaran beras dari bambu yang dipakai sebagai analogi paradaton, yang bermakna dihuta imana acara adat batak diadakan solup/paradaton dari huta itulah yang dipakai sebagai rujukan, atau disebut dengan hukum tradisi “sidapot solup do na ro".
PROSESI
MASUK TEMPAT ACARA ADAT
(Contoh Acara di Tempat Perempuan)
Raja Parhata/ Protokol Pihak
Perempuan= PRW
Raja Parhata/ Protokol Pihak
Laki-laki = PRP
Suhut Pihak Wanita = SW
Suhut Pihak Pria
= SP
1.
PRW meminta semua dongan
tubu/semaraganya bersiap untuk menyambut dan menerima kedatangan rombongan
hula-hula dan tulang.
- PRW memberi tahu kepada Hula-hula, bahwa SP sudah siap menyambut dan menerima kedatangan Hula-hula.
- Setelah hula-hula mengatakan mereka sudah siap untuk masuk, PRW mempersilakan masuk dengan menyebut satu persatu, hula-hula dan tulangnya secara berurutan sesuai urutan rombongan masuk.Hula-hula, ……
1.Hula-hula,……
2.Tulang,…….
3.BonaTulang,…..
4.TulangRorobot,…..
5.Bonaniari,……
6.Hula-hulanamarhahamaranggi:
-a…
-b….
-c….
-dst
7.Hula-hula anak manjae, … dengan permintaan agara mereka bersam-sama masuk dan menyerahkan pengaturan selanjutnya kepada hula-hula Simorangkir
2.Tulang,…….
3.BonaTulang,…..
4.TulangRorobot,…..
5.Bonaniari,……
6.Hula-hulanamarhahamaranggi:
-a…
-b….
-c….
-dst
7.Hula-hula anak manjae, … dengan permintaan agara mereka bersam-sama masuk dan menyerahkan pengaturan selanjutnya kepada hula-hula Simorangkir
PR Hulahula, menyampaikan kepada
rombongan hula-hula dan tulang yang sudah disebutkan PRW pada III , bahwa SW
sudah siap menerima kedatangan rombongan hula-hula dan tulang dengan permintaan
agar uduran Hula-hula dan Tulang memasuki tempat acara , secara
bersama-sama.
Untuk itu diatur urut-urutan uduran
(rombongan) hula-hula dan tulang yang akan memasuki ruangan. Uduran yang
pertama adalah Hula-hula……, diikuti TULANG …….sesuai urut-urutan yang disebut
kan PRW pada (3).
MENERIMA KEDATANGAN SUHUT PARANAK (SP)
Setelah seluruh rombongan hula-hula
dan tulang dari SW duduk, rombongan Paranak/SP dipersilakan memasuki
ruangan.
PRW, memberitahu bahwa tempat untuk
SP dan uduran/rombongannya sudah disediakan dan SW sudah siap menerima
kedatangan mereka beserta Hula-hula , Tulang SP dan uduran/rombongannya
PRP menyampaikan kepada dongan tubu,
bahwa sudah ada permintaan dari Parboru agar mereka memasuki ruangan.
Kepada hula-hula dan tulang
(disebutkan satu perasatu) yaitu:
1. Hula-hula, ….
2. Tulang, …..
3. Bona Tulang, ….
4. Tulang Rorobot, …..
5. Bonaniari , …..
6. Hula-hula
namarhaha-marnggi:
- a…….
- b …….
- c…….
- dst
7. Hula-hula anak manjae…..
PRP memohon, sesuai permintaan
hula-hula SW agar mereka masuk bersama-sama dengan SP. Untuk itu tatacara dan
urutan memasuki ruangan diatur, pertama adalah Uduran/rombongan SP&
Borunya, disusul Hula-hula….., Tulang…..dan seterusnya sesuai urut-urutan yang
telah dibacakan PR (Dibacakan sekali lagi kalau sudah mulai masuk).
MENYERAHKAN TANDA MAKANAN ADAT
(Tudu-tudu Ni Sipanganon)
Tanda makanan adat yang pokok
adalah: kepala utuh, leher (tanggalan), rusuk melingkar (somba-somba), pangkal
paha (soit), punggung dengan ekor (upasira), hati dan jantung ditempatkan dalam
baskom/ ember besar.
Tanda makanan adat diserahkan SP beserta
Isteri didampingi saudara yang lain dipandu PRP, diserahkan kepada SW dengan
bahasa adat, yang intinya menunjukkan kerendahan hati dengan mengatakan
walaupun makanan yang dibawa itu sedikit/ala kadarnya semoga ia tetap
membawa manfaat dan berkat jasmani dan rohani hula-hula SW dan semua yang
menyantap nya, sambil menyebut bahasa adat/ umpasa :
Sitiktikma si gompa
Golang golang pangarahutna
Tung so sadia (otik) pe naung pinatupa
Sai godangma pinasuna.
Sitiktikma si gompa
Golang golang pangarahutna
Tung so sadia (otik) pe naung pinatupa
Sai godangma pinasuna.
MENYERAHKAN DENGKE/ IKAN OLEH SW
Aslinya ikan yang diberikan adalah
jenis “ihan” atau ikan Batak, sejenis ikan yang hanya hidup di Danau Toba dan
sungai Asahan bagian hulu dan rasanya memang manis dan khas. Ikan ini mempunyai
sifat hidup di air yang jernih (tio) dan kalau berenang/ berjalan selalu
beriringan (mudur-udur) , karena itu disebut ; dengke sitio-tio, dengke si
mudur-udur (ikan yang hidup jernih dan selalu beriringan/ berjalan beriringan
bersama)
Simbol inilah yang menjadi harapan
kepada pengantin dan keluarganya yaitu seia sekata beriringan dan murah rejeki
(tio pancarian dohot pangomoan).
Tetapi sekarang ihan sudah sangat
sulit didapat, dan jenis ikan mas sudah biasa digunakan. Ikan Masa ini dimasak
khasa Batak yang disebut “naniarsik” ikan yang dimasak (direbus) dengan bumbu
tertentu sampai airnya berkurang pada kadar tertentu dan bumbunya sudah meresap
kedalam daging ikan itu.
MAKAN BERSAMA
Sebelum bersantap makan, terlebih
dahulu berdoa dari suhut Pria (SP), karena pada dasarnya SP yang membawa
makanan itu walaupun acara adatnya di tempat SW.
Untuk kata pengantar makan, PRP
menyampaikan satu uppasa (ungkapan adat) dalam bahasa Batak seperti waktu
menyerahakan tanda makanan adat:
Sitiktikma si gompa, golang golang
pangarahutna
Tung, sosadiape napinatupa on, sai
godangma pinasuna.
Ungkapan ini menggambarkan
kerendahan hati yang memebawa makanan dengan mengatakan walaupun makanan
yang dihidangkan tidak seberapa (pada hal hewan yang diptong yang menjadi
santapan adalah hewan lembu atau kerbau yang utuh), tetapi mengharapkan agar
semua dapat menikmatinya serta membawa berkat.
Kemudian PRP mempersilakan bersantap
MEMBAGI JAMBAR/TANDA MAKANAN ADAT
Biasanya sebelum jambar dibagi,
terlebih dahulu dirundingkan bagian-bagian mana yang diberikan SW kepada SP.
Tetapi, yang dianut dalam acara adat yaitu Solup Batam, yang disebut dengan
“JAMBAR MANGIHUT”dimana jambar sudah dibicarakan sebelumnya dan dalam acara
adatnya (unjuk) SW tinggal memberikan bagian jambar untuk SP sebagai ulu ni
dengke mulak. Selanjutnya masing masing suhut membagikannya kepada
masing-masing fungsi dari pihaknya masing-masing saat makan sampai
selesai dibagikan
MANAJALO TUMPAK (SUMBANGAN TANDA
KASIH)
Arti harafiah tumpak adalah
sumbangan bentuk uang, tetapi melihat keberadaan masing-masing dalam
acara adat mungkin istilah yang lebih tepat adalah tanda kasih. Yang memberikan
tumpak adalah undangan SUHUT PRIA, yang diantarkan ketempat SUHUT duduk dengan
memasukkannya dalam baskom yang disediakan/ ditempatkan dihadapan SUHUT, sambil
menyalami pengenten dan SUHUT.
Setelah selesai santap makan, PRP
meminta ijin kepada PRW agar mereke diberi waktu untuk menerima para undangan
mereka untuk mengantarkan tumpak (tanda kasih)
Setelah PRW mempersilakan, PRP
menyampai kan kepada dongan tubu, boru/bere dan undangannya bahwa SP
sudah siap menerima kedatangan mereka untuk mengantar tumpak.
Setelah selesai PRP mengucapkan
terima kasih atas pemberian tanda kasih dari para undangannya
ACARA PERCAKAPAN ADAT
Mempersiapkan Percakapan
RPW menanyakan apakah sudah siap
memulai percakapan, yang dijawab oleh SP, mereka sudah siap
Masing-masing PRW dan PRP
menyampaikan kepada pihaknya dan hula-hula serta tulangnya bahwa percakapan
adat akan dimulai, dan memohon kepada hula-hulanya agar berkenan memberi
nasehat kepada mereka dalam percakapan adat nanti
Memulai Percakapan (Pinggan
Panungkunan)
Pinggan Panungkunan, adalah piring yang
didalamnya ada beras, sirih, sepotong daging (tanggo-tanggo) dan uang 4 lembar.
Piring dengan isinya ini adalah sarana dan simbol untuk memulai percakapan
adat.
PRP meminta seorang borunya
mengantar Pinggan Panungkunan itu kepada PRW
PRW, menyampaikan telah
menerima Pinggan Panungkunan dengan menjelaskan apa arti semua isi yang ada
dalam beras itu. Kemudian PRW mengambil 3 lembar uang itu, dan kemudian meminta
salah seorang borunya untuk mengantar piring itu kembali kepada PRP
PRW membuka percakapan dengan
memulainya dengan penjelasan makna dari tiap isi pinggan panungkunan
(beras, sirih, daging dan uang), kemudian menanyakan makna tanda dan makanan
adat yang sudah dibawa dan dihidangkan oleh pihak Paranak.
Akhir dari pembukaan percakapan ini,
keluarga Paranak mengatakan bahwa makanan dan minuman pertanda pengucapan
syukur karena berada dalam keadaan sehat, dan tujuan Paranak adalah
menyerahkan kekurangan sinamot , dilanjutkan adat yang terkait dengan
pernikahan anak mereka
PENYERAHAN PANGGOHI/ KEKURANGAN
SINAMOT
Dalam percakapan selanjutnya,
setelah PRW meminta PRP menguraikan apa/berapa yang mau mereka serahkan , PRP
memberi tahukan kekurangan sinamot yang akan mereka serahkan adalah sebsar
Rp…Juta, menggenapi seluruh sinamot Rp….Juta. (Pada waktu acara Pudun Saut,
Paranak sudah menyerahkan Rp 15 juta sebagai bohi sinamot (mendahulukan
sebagian penyerahan sinamot di acara adat na gok).
Sebelum PR mengiakan lebih dulu RP
meminta nasehat dari Hula-hula dan pendapat dari boru
Sesudah diiakan oleh PR, selanjutnya
penyerahan kekurangan sinamot kepada suhut.
PENYERAHAN PANANDAION
Tujuan acara ini memperkenalkan
keluarga pihak perempuan agar keluarga pihak pria mengenal siapa saja kerabat
pihak perempuan sambil memberikan uang kepada yang bersangkutan
Secara simbolis, yang diberikan
langsung hanya kepada 4 orang saja, yang disebut dengan patodoan atau “suhi
ampang na opat” ( 4 kaki dudukan/pemikul bakul) yang
merupakan symbol pilar jadinya acara adat itu. Dengan demikian biarpun hanya
yang empat itu yang dikenal/menerima langsung, sudah mewakili menerima
semuanya. (Mungkin dapat dianalogikan dengan pemberian tanda penghargaan massal
kepada pegawai PNS yang diwakili 4 orang, masing-masing 1 orang dari tiap
golngan I sampai golongan IV)
Kepada yang lain diberikan dalam
satu envelope saja yang nanti akan dibagikan kepada yang bersangkutan.
PENYERAHAN TINTIN MARANGKUP
Diberikan kepada tulang /paman
pengantin pria (saudara laki ibu pengantin pria). Yang menyerahkan adalah orang
tua pengantin perempuan berupa uang dari bagian sinamot itu
Secara tradisi pengantin pria
mengambil boru tulangnya untuk isterinya, sehingga yang menerima sinamot
seharusnya tulangnya
Dengan diterimanya sebagian sinamot
itu oleh Tulang Pengenten Pria yang disebut titin marangkup, maka Tulang Pria
mengaku pengantin wanita, isteri ponakannya ini, sudah dianggapnya sebagai
boru/putrinya sendiri walaupun itu boru dari marga lain.
PEMBERIAN ULOS OLEH PIHAK PEREMPUAN
Dalam Adat Batak tradisi lama atau
religi lama, ulos merupakan sarana penting bagi hula-hula, untuk menyatakan
atau menyalurkan sahala atau berkatnya kepada borunya, disamping ikan, beras
dan kata-kata berkat. Pada waktu pembuatannya ulos dianggap sudah mempunyai
“kuasa”. Karena itu, pemberian ulos, baik yang memberi maupun yang menerimanya
tidak sembarang orang , harus mempunyai alur tertentu, antara lain adalah
dari Hula-hula kepada borunya, orang tua kepada anank-anaknya. Dengan pemahaman
iman yang dianut sekarang, ulos tidak mempunyai nilai magis lagi sehingga ia
sebagai simbol dalam pelaksaan acara adat.
Ujung dari ulos selalu banyak
rambunya sehingga disebut “ulos siganjang/sigodang rambu”(Rambu, benang di
ujung ulos yang dibiarkan terurai)
Pemberian
Ulos sesuai maknanya adalah sebagai berikut:
Ulos Namarhadohoan
No Uraian Yang
Menerima Keterangan
A Kepada
Paranak
1.
Pasamot/Pansamot Orang tua
pengenten pria
2.
Hela
Pengenten
B Partodoan/Suhi
Ampang Naopat
1.
Pamarai
Kakak/ Adik dari ayah pengenten pria
2.
Simanggokkon
Kakak/ Adik dari pengenten pria
3.
Namborunya
Saudra perempuan dari ayah pengenten pria
4.
Sihunti Ampang
Kakak/ Adik perempuan dari pengenten pria
Ulos Kepada Pengantin
No Uraian Yang
Mangulosi
A Dari
Parboru/Partodoan
1.
Pamarai 1 lembar, wajib Kakak/ Adik dari ayah pengenten wanita
2.
Simandokkon Kakak/ Adik laki-laki dari pengenten wanita
3.
Namborunya (Parorot) Iboto dari ayah pengantin wanita
4.
Pariban Kakak/ Adik dari pengantin wanita
B Hula-hula
dan Tulang Parboru
1.
Hula-hula 1 lembar, wajib
2.
Tulang 1 lembar, wajib
3.
Bona Tulang 1 lembar, wajib
4.
Tulang Rorobot 1 lembar, tidak wajib
C Hula-hula
dan Tulang Paranak
1.
Hula-hula 1 lembar, wajib
2.
Tulang 1 lembar, wajib
3.
Bona Tulang 1 lembar, wajib
4.
Tulang Rorobot 1 lembar, tidak wajib
MANGUNJUNGI ULAON (Menyimpulkan
Acara Adat)
Manggabei (kata-kata doa dan restu)
dari pihak SW Berupa kata-kata pengucapan syukur kepada Tuhan bahwa acara adat
sudah terselenggara dengan baik:
a. Ucapan terima
kasih kepada dongan tubu dan hula-hulanya
b. Permintaan
kepada Tuhan agar rumah tangga yang baru diberkati demikian juga orang tua
pengenten dan saudara yang lainnya
Mangampu (ucapan terima kasih) dari
pihak SP
Ucapan terima kasih kepada semua
pihak baik kepada hula-hula SW maupun kepada SP atas terselenggaranya acara
adat nagok ini.
Mangolopkon (Mengamenkan) oleh
Tua-tua/yang dituakan di Kampung itu
Kedua suhut menyediakan piring yang
diisi beras dan uang (biasanya ratusan lembar pecahan Rp1.000 yang baru)
kemudian diserahkan kepada Raja Huta yang mau mangolopkon Raja Huta berdiri
sambil mengangkat piring yang berisi beras dan uang olop-olop itu. Dengan
terlebih dahulu menyampaikan kata-kata ucapan Puji Syukur kepada Tuhan
Karen kasih-Nya cara adat rampung dalam suasan damai (sonang so haribo-riboan)
serta restu dan harapan kemudian diakhiri , dengan mengucapkan : olop
olop, olop olop, olop olop sambil menabur kan beras keatas dan kemudian
membagikan uang olop-olop itu.
Ditutup dengan doa/ ucapan syukur
Akhirnya acara adat ditutup dengan
doa oleh Hamba Tuhan.Sesudah amin, sama-sama mengucapkan: horas..! horas..!
horas..!
Bersalaman untuk pulang,, suhut na
niambangan Paranak menyalami Suhut Parboru
Catatan:
Sekarang ini ada yang melaksanakan
acara paulak une dan maningkir tangga langsung setelah acara adat ditempat
acara adat dilakukan, yang mereka namakan “Ulaon Sadari”
Referensi
Referensi
: http://berlipro.com/index6.html
Sumber: http://www.ladangtuhan.com
Sumber: http://www.ladangtuhan.com