Rabu, 24 April 2013

Wahyu Kepada Yohanes ( 34 - 36)



WAHYU KEPADA YOHANES –(34)

   “AKU TAHU segala pekerjaanmu.”  AKU TAHU kesusahanmu dan kemiskinanmu.” “AKU TAHU di mana engkau diam.”  AKU TAHU segala pekerjaanmu.” ….AKU TAHU segala pekerjaanmu.” “AKU TAHU segala pekerjaanmu”. (Wahyu 2:2,9,13,19; 3:1,8,15).

RENCANA ALLAH BAGI KITA

   Allah punya maksud khusus bagi Yohanes dan bagi tujuh jemaat.  Dengan jelas Tuhan menjabarkan rancangan-Nya bagi mereka dalam bahasa Yunani sehari-hari.  Bagaimana kita menemukan rencana Allah bagi kita?.  Ada beberapa saran praktis  yang ditawarkan :
1.   Tunduk kepada rencana Allah dalam hidup Anda. Artinya disini adalah berniat untuk menurutinya.  Mau melakukan kehendak Allah.  “Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri” (Yoh.7:17) .  Carilah rencana Tuhan lewat doa dan belajar, dan saat rencana-Nya itu makin jelas bagi Anda, segeralah praktikkan.
2.   Ketahui sebanyak mungkin tentang masa kecil Anda.   Tanyalah kerabat yang lebih tua dan para sahabat tentang minat dan kepribadian Anda saat Anda masih kecil.
3.   Manfaatkan tes-tes dan inventarisasi.  Dewasa ini, kita punya banyak sumber daya yang bisa menolong kita untuk memahami temperamen, karunia rohani, tendensi otak ,serta kepribadian.
4.   Minta umpan balik mengenai kehidupan Anda saat ini.
5.   Eksperimen.  Tanyakan pada diri Anda tiga pertanyaan saat Anda bereksperimen :
a.    Apakah aku menyukai ini?
b.   Apakah saya ahli dalam bidang itu?
c.    Apakah orang-orang (terutama sesama orang Kristen beranggapan bahwa saya ahli dalam bidang itu?.
   Apabila semua jawaban untuk ketiga pertanyaan ini adalah ya, maka Anda mungkin telah memahami sebagian rencana Allah bagi hidup Anda.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007. hal. 42.




WAHYU KEPADA YOHANES –(35)

“Tuliskanlah kepada malaikat JEMAAT DI EFESUS: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu”. (Wahyu 2:1)

IGNATIUS MEMUJI PERSATUAN DI EFESUS

   “Sangatlah masuk akal bila menyebut Efesus sebagai jemaat pertama kepada siapa malaikat menyampaikan pekabarannya.  Karena, bila seseorang bepergian dari Patmos ke Asia Kecil, Efesus adalah kota pertama bakal di jumpai.  Selain paling menonjol di antara semua, secara politis kota itu juga lebih berkuasa dibandingkan Pergamus dan lebih disukai daripada Smirna berkenaan dengan penyembahan kepada kaisar.  Simbol-simbol agama sipil memenuhi kota.   Kaisar Agustus (27 SM – 14 M) telah mengizinkan Efesus mendirikan kuil penghormatan kepadanya, meskipun dia sendiri tidak begitu peduli pada pemujaan kaisar.  Domitianus (81 – 96 M) menyatakan kota itu sebagai pusat pemujaan kaisar di Asia.  Selain itu, kota ini terkenal karena pemujaan terhadap  Artemis (Kis.19:23-40), praktik-praktik sihir (ayat 13-19), serta komunitas Yahudi yang besar (ayat 8,9).  Semua elemen ini membuat Kitab Wahyu jadi relevan bagi jemaat di Efesus.  Tidak lama setelah Kitab Wahyu, jemaat menerima surat lain, kali ini dari Ignatius, kepala jemaat Antiokhia di Siria.  Sepuluh serdadi Romawi menangkap dan mengawal Ignatius serta membawanya melalui Asia Kecil ke Roma, di mana dia kemudian martir di arena.  Sepanjang perjalanan para serdadu mengizinkannya bertemu  dengan orang-orang Kristen lain.  Satu perjumpaan tak terlupakan adalah sambutan hangat di Smirna oleh Policarpus, pemimpin gereja setempat di sana.  Sementara Ignatius berada di Smirna, empat perwakilan juga datang dari Efesus untuk memberinya semangat.  Di antaranya kepala jemaat Efesus, Onesimus (yang kemungkinan besar mantan budak yang melarikan diri, dalam surat Pauls kepada Filemon).
    Ignatius menanggapi kunjungan mereka dengan mengirimkan surat kepada jemaat di Efesus.  Belakangan dia juga mengirimkan surat-surat ke Filadelfia dan Smirna.   Di dalam suratnya kepada jemaat Efesus, Ignatius berterima kasih atas kebaikan hati mereka, memuji persatuan mereka, serta memperingatkan mereka agar tunduk kepada kepala jemaat mereka serta tidak membiarkan terjadinya perpecahan dalam jemaat.  Seperti halnya Yohanes di dalam ketiga Suratnya, Ignatius menganggap DOCETISME (teori yang menolak kemanusiaan Yesus) sebagai ancaman terbesar yang dihadapi gereja pada saat itu. 
    Ignatius juga mengirimkan surat kepada orang-orang Kristen di Roma, meminta mereka agar tidak memintakan ampun baginya kepada kaisar.  Tampaknya dia tidak sabar lagi untuk mati sebagai martir, agar bisa lebih cepat bersama-sama Kristus.  Malah, dia menyatakan, jika binatang-binatang buas itu tidak lapar, dia yang akan mendesak mereka!.   Walaupun semangat kemartirannya mungkin kita rasa aneh, kasihnya kepada Yesus akan menjadi teladan besar bagi jemaat yang tidak memiliki kasih.  Biarlah kita juga setia kepada Allah, berapa pun harga yang harus dibayar.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007. hal. 43.

WAHYU KEPADA YOHANES –(36)

“AKU TAHU SEGALA PEKERJAANMU: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu….Namun demikian AKU MENCELA ENGKAU, KARENA ENGKAU TELAH MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA” (Wahyu 2:2-4).

SEIMBANGKAN UNTUK MEMILIKI DOKTRIN KUAT DAN KASIH YANG BESAR.

   “Inilah analisis Yesus terhadap jemaat di Efesus.  Ada beberapa hal positif yang dikatakan-Nya.  Jemaat ini bersemangat dan tahu bekerja (ayat 2), juga sabar dan bertahan tanpa lelah (ayat 2,3).  Jemaat itu tahu membedakan serta memiliki doktrin yang kuat (ayat 2 dan 6).  Tertarik hanya pada kebenaran, jemaat ini tidak ingin ada kepalsuan di antara orang-orang percaya.  Tetapi ada satu masalah kecil, jemaat ini telah meninggalkan kasihnya yang semula (ayat 4).
   Kehidupan Kristiani mengandung banyak paradox, dan bisa jadi  sulit untuk dipertahankan.  Di satu pihak, kita dipanggil agar setia, bersemangat, tahu membedakan, serta memiliki doktrin yang kuat.  Di lain pihak, Allah memanggil kita  agar memiliki kasih yang besar.  Menyeimbangkan karakteristik-karakteristik itu bisa menimbulkan ketegangan yang menyulitkan.     Hasrat untuk memiliki doktrin yang kokoh dan bertindak tegas seringkali mengarah pada lenyapnya kasih, yang merupakan cirri seorang murid Kristus.  “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi”.(Yoh.13:35).  Karena kita menghadapi berbagai permasalahan yang kita gumuli saat ini maka KITA MEMBUTUHKAN KEHADIRAN ROH KUDUS SEPANJANG WAKTU JIKA KITA INGIN MENJAGA KESEIMBANGAN KITA.  1.

Dosa-dosa yang memadamkan cinta/kasih mula-mula:

   “Adalah menjadi tugas kita untuk mengetahui kegagalan-kegagalan dan dosa-dosa kita yang khusus, yang telah menyebabkan kegelapan dan kelemahan rohani, serta memadamkan cinta kita yang mula-mula.  Keduniawiankah itu?.  Cinta diri? Suka akan harga diri?.  Upaya untuk menjadi yang pertama?.  Ataukah dosa hawa-nafsu yang begitu giat?.  Adakah itu dosa pengikut Nikolaus, mengubah rahmat Allah menjadi nafsu birahi?.
   Ataukah itu penyalahgunaan terang yang besar dan kesempatan-kesempatan menyombongkan akan kearifan dan pengetahuan rohani sementara kehidupan dan tabiatnya tidak sesuai serta tak bermoral?
                        —E.G. White, Review and Herald, 7 Juni 1887.  2.
Catatan:
Kaum NIKOLAUS –Mengajarkan bahwa perilaku tubuh tidak mempengaruhi kesucian jiwa; karena itu tidak memberi beban pada keselamatan kita (that deeds of the flesh do not affect the purity of the soul and have no bearing on salvation.) Dalam Wahyu 2:14,15 menyamakan dosa-dosa Bileam dengan kaum Nikolaus.  Apakah dosa-dosa Bileam?.  Dosa-dosanya adalah tamak, munafik, musyrik, dan tidak bermoral. (Lihat Bil.22-24; 25:1,2; 31:8,16; 2 Petr.2:15; Yudas 11).
  Nikolaus merupakan sekte heretic yang jadi wabah di jemaat Efesus dan Pergamus.  Pendirinya : Nicolas dari Antiokia (Kis.6:5 – salah seorang dari ke tujuh diakon).

Ay 2: “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta”.
1)   ‘Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu’.
a)   ‘Aku tahu’.
Homer Hailey: “‘I know’ ... ‘thy works’ (Ephesus, Thyatira, Sardis, Philadelphia, Laodicea), ‘thy tribulation’ (Smyrna), ‘where thou dwellest’ (Pergamum). The variations are due to differing circumstances. The One in their midst knows all about each church and each one that makes up the church; nothing is hidden from His eyes, ‘but all things are naked and laid open before the eyes of him with whom we have to do’ (Heb. 4:13). Whether it be works, tribulation, or extremely trying surroundings that test the faith of His saints, He knows!” [= ‘Aku tahu’ ... ‘pekerjaanmu’ (Efesus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, Laodikia), ‘kesusahanmu’ (Smirna), ‘dimana engkau diam / tinggal’ (Pergamus). Variasi ini disebabkan oleh perbedaan keadaan. Ia yang ada di tengah-tengah mereka mengetahui segala sesuatu tentang setiap gereja dan setiap orang yang membentuk gereja itu; tidak ada apapun yang tersembunyi dari mataNya, ‘tetapi segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia dengan siapa kita harus berurusan’ (Ibr 4:13). Apakah itu adalah pekerjaan, kesusahan, atau keadaan sekitar yang sangat berat yang menguji iman dari para orang kudusNya, Ia tahu!] - hal 117-118.
Penerapan:
Apakah dalam penderitaan / problem yang banyak, berat, dan berlarut-larut, saudara lalu beranggapan bahwa Tuhan tidak mengetahui hal itu?
H. L. Ellison (Daily Bible Commentary): “Our knowledge of ourselves is at best distorted by self-interest, ignorance and prejudice. We see in part and we know in part. Christ’s knowledge is complete, objective and constructive” (= Sebaik-baiknya pengetahuan / pengenalan kita tentang diri kita sendiri, itu tetap disesatkan oleh kesenangan diri sendiri, ketidaktahuan dan prasangka. Kita melihat sebagian dan kita mengetahui / mengenal sebagian. Pengetahuan Kristus adalah lengkap, obyektif dan membangun) - hal 457.
b)   ‘segala pekerjaanmu’.
·        Kata ‘pekerjaan’ di sini sekalipun juga mencakup pelayanan mereka, tetapi tidak hanya menunjuk pada pelayanan mereka, melainkan menunjuk pada seluruh aspek kehidupan mereka.
·        kalau saudara adalah orang yang hidup benar tetapi selalu disalah-mengerti oleh orang lain, dan dianggap jahat, maka inilah hiburan bagi saudara: Kristus tahu segala pekerjaan / kehidupan saudara! Manusia bisa salah mengerti, tetapi Kristus tidak! Sebaliknya, kalau saudara hidup jahat tetapi saudara pandai bersikap munafik dan bersandiwara sehingga banyak orang menganggap bahwa saudara adalah orang baik, maka ingat bahwa Kristus tahu segala pekerjaan / kehidupan saudara!
c)   ‘jerih payahmu’.
Leon Morris (Tyndale): “KOPOS signifies labour to the point of weariness” (= KOPOS menunjukkan pekerjaan sampai lelah) - hal 59.
William Barclay: “The Risen Christ praises their ‘toil’. The word is KOPOS and it is a favourite New Testament word. Tryphena, Tryphosa and Persis all ‘work hard’ in the Lord (Romans 16:12). The one thing that Paul claims is that he has ‘worked harder’ than all (1Corinthians 15:10). He fears lest the Galatians slip back, and his ‘labour’ is in vain (Galatians 4:11). In each case - and there are many others - the word is either KOPOS or the verb KOPIAN. The special characteristic of these words is that they describe the kind of toil which takes everything of mind and sinew that a man can put into it. The Christian way is not for the man who fears to break sweat. The Christian is to be a toiler for Christ, and, even if physical toil is impossible, he can still toil in prayer” [= Kristus yang telah bangkit memuji ‘jerih payah’ mereka. Kata yang dipakai adalah KOPOS dan itu adalah kata favorit dalam Perjanjian Baru. Trifena, Trifosa dan Persis semua ‘bekerja keras’ dalam Tuhan (Ro 16:12). Satu hal yang diklaim oleh Paulus adalah bahwa ia bekerja lebih keras dari semua (1Kor 15:10). Ia takut orang Galatia akan tergelincir ke belakang, dan ‘jerih payah / susah payah’nya menjadi sia-sia (Gal 4:11). Dalam setiap kasus - dan ada banyak yang lain - kata yang dipakai adalah KOPOS atau kata kerja KOPIAN. Karakter khusus dari kata-kata ini adalah bahwa mereka menggambarkan jenis jerih payah yang menggunakan segala sesuatu dari pikiran dan otot. Jalan Kristen bukanlah untuk orang yang takut untuk berkeringat. Seorang Kristen harus berjerih payah untuk Kristus, dan bahkan jika jerih payah secara fisik tidak mungkin dilakukan, ia masih bisa berjerih payah dalam doa] - hal 62.
Pulpit Commentary: “it denotes the Divine delight in the quality as well as the quantity of their works. It was strenuous, whole-hearted, earnest. Too many who work for the Lord do so as if with but one hand, or even with one finger” (= ini menunjukkan kesenangan Ilahi terhadap kwalitas maupun kwantitas dari pekerjaan mereka. Itu adalah berat, sepenuh hati, sungguh-sungguh. Banyak orang yang bekerja untuk Tuhan melakukannya seakan-akan hanya dengan satu tangan, atau bahkan dengan satu jari) - hal 77.
Penerapan:
Apakah saudara betul-betul berjerih payah / bekerja keras untuk Kristus? Atau hanya bekerja secara santai? Atau bahkan tidak pernah bekerja sama sekali? Ingat bahwa Kristus tahu semua itu! Apakah pada akhir jaman saudara ingin mendengar kata-kata Kristus seperti yang ada dalam Mat 25:26 - ‘Hai kamu hamba yang jahat dan malas ...’? Bandingkan juga dengan Luk 19:22.
d)   ‘ketekunanmu’.
Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah HUPOMONE, yang telah saya jelaskan dalam pembahasan Wah 1:9.
John Stott (hal 24) mengatakan bahwa gereja Efesus ini mendapatkan oposisi lokal, karena Efesus merupakan:
·        tempat pertemuan dari banyak agama.
·        salah satu pusat penyembahan kaisar di propinsi itu.
·        pusat penyembahan kepada Dewi Diana / Artemis (Kis 19:23-40).
Ini menyebabkan gereja / orang kristen Efesus dibenci oleh banyak orang di sana, dan bahkan diboikot sehingga kehilangan langganan dalam bisnis, dan bahkan mendapatkan problem dalam berbelanja. Bahkan mungkin ada penganiayaan secara fisik terhadap orang kristen di Efesus. Tetapi menghadapi semua itu mereka tetap bertekun!
e)   Adam Clarke memperhatikan bahwa ay 2-3 merupakan pujian dan ay 4 merupakan kecaman, dan lalu mengatakan bahwa hal-hal yang baik selalu disebut lebih dulu, dan ini menunjukkan bahwa Allah lebih senang memperhatikan yang baik dari pada yang jahat dalam diri seseorang / sebuah gereja.
Penerapan:
Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara lebih senang / bersukacita pada waktu mendapatkan hal-hal yang baik dalam diri seorang kristen dari pada mendapatkan hal-hal yang jahat / jelek? Ada banyak orang kristen yang merasa senang / bersukacita kalau mendengar ada hal-hal yang jelek tentang seorang kristen lain. Ini aneh, tetapi nyata! Mungkin ini menyenangkan, karena dengan demikian mereka merasa dirinya lebih baik dari orang itu. Jangan menjadi orang seperti itu! Itu jelas lebih mirip setan dari pada Allah!
2)   ‘Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta’.
a)   Dalam Kitab Suci ada banyak peringatan untuk waspada terhadap nabi-nabi palsu.
·        Dalam Mat 7:15 Tuhan Yesus memperingatkan: “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar sebagai domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.
·        1Tes 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”.
·        1Yoh 4:1 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”.
Dan khusus untuk gereja Efesus, pada waktu Paulus meninggalkan mereka, ia sudah memperingatkan akan munculnya nabi-nabi palsu, dan ia menyuruh tua-tua Efesus untuk berjaga-jaga terhadap mereka.
Kis 20:28-31a - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah ...”.
Ini jelas mengharuskan tua-tua / majelis ‘menjaga mimbar’ dengan mengawasi setiap pemberitaan Firman Tuhan dalam gereja. Tetapi sekalipun mereka mengawasi pemberitaan Firman Tuhan dalam gereja, mereka tidak akan bisa tahu sesat atau tidaknya suatu ajaran kalau mereka tidak belajar Firman Tuhan dengan rajin dan tekun. Karena itu kalau saudara adalah tua-tua / majelis, ingatlah bahwa ‘belajar Firman Tuhan’ dan ‘menjaga mimbar’ adalah 2 tugas saudara yang harus selalu saudara lakukan!
Dan tua-tua Efesus mentaati perintah Paulus, sehingga mereka berhasil membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu yang masuk ke Efesus.
b)   ‘engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat’.
·        Terjemahan.
KJV: ‘thou canst not bear them which are evil’ (= engkau tidak dapat tahan terhadap mereka / memikul mereka yang jahat).
NASB: ‘you cannot endure evil men’ (= engkau tidak dapat tahan terhadap orang jahat).
NIV: ‘you cannot tolerate wicked men’ (= engkau tidak dapat menoleransi orang jahat).
Kata bahasa Yunani yang dipakai adalah BASTASAI (yang berasal dari kata dasar BASTAZO), yang berarti ‘to bear’ (= bertahan / memikul). A. T. Robertson mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa orang-orang jahat itu merupakan suatu beban bagi gereja Efesus.
·        Yang disebut sebagai ‘orang jahat’ di sini bukan seadanya orang jahat tetapi rasul-rasul palsu / para pengajar sesat itu. Jadi orang kristen bukannya harus menjauhi seadanya orang jahat, karena jika demikian siapa yang memberitakan Injil kepada mereka?
Juga perlu diperhatikan bahwa para pengajar sesat ini disebut sebagai orang jahat. Mengapa? Karena ada banyak orang kristen, yang sekalipun tahu bahwa pendeta-pendeta tertentu mengajar-kan ajaran sesat, tetapi tetap bersimpati kepada mereka dengan alasan bahwa hidup mereka saleh, dan bahkan membanggakan kesalehan nabi-nabi palsu itu! Ini adalah omong kosong terbesar! Bahwa mereka menyesatkan orang, itu sudah jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang jahat. Kalaupun dalam hal-hal lain mereka kelihatannya saleh, itu pasti hanya karena mereka pandai bersandiwara!
·        Perhatikan bahwa gereja Efesus di sini dipuji karena ketidak-sabarannya terhadap orang-orang jahat / rasul-rasul palsu itu!
Pujian rasul Yohanes terhadap ketidak-sabaran gereja Efesus dalam menghadapi rasul-rasul palsu, cocok / sejalan dengan celaan rasul Paulus terhadap kesabaran orang Korintus dalam menghadapi pengajar sesat.
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seseorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.
·        Apa maksudnya mereka tidak dapat sabar / tidak tahan / tidak menoleransi orang jahat?
Barnes’ Notes: “That is, they had no sympathy with their doctrines or practices; they were utterly opposed to them. They had lent them no countenance, but had in every way shown that they had no fellowship with them” (= Yaitu mereka tidak mempunyai simpati dengan doktrin atau praktek mereka; mereka sepenuhnya menentang orang-orang itu. Mereka tidak menyetujui / memberi muka kepada orang-orang itu, tetapi dengan segala cara menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai persekutuan dengan orang-orang jahat itu) - hal 1552.
Bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:
*        Tit 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi”.
Jadi jelas bahwa dalam menghadapi seorang pengajar sesat, kita mempunyai kewajiban untuk menegur / menasehati dia. Tetapi kalau teguran / nasehat itu tidak dihiraukan, maka kita harus menjauhi / mengucilkan dia!
*        2Yoh 10-11 - “Jikalau seseorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.
·        Perhatikan beberapa komentar lain di bawah ini tentang sikap tidak sabar dari gereja Efesus terhadap orang-orang jahat / rasul-rasul palsu itu.
*        Homer Hailey: “This attitude toward evil men is commendable; if they will not be transformed, let them be transferred” (= Sikap terhadap orang-orang jahat ini patut dipuji; jika mereka tidak mau diubah, biarlah mereka dipindahkan) - hal 121.
*        Homer Hailey: “In an age when we pride ourselves in tolerance and compromise, this attitude might appear bigoted and intolerant. Bigoted, no; intolerant, yes, but an intolerance commended by the Lord” (= Dalam jaman dimana kita membanggakan diri kita sendiri karena toleransi dan kompromi, sikap ini kelihatannya fanatik dan tidak bertoleransi. Fanatik, tidak; tidak bertoleransi, ya, tetapi ini adalah sikap tidak bertoleransi yang dipuji oleh Tuhan) - hal 121.
*        Pulpit Commentary: “Their holy intolerance. There is an intolerance, and there is far too much of it, which is the fruit of conceit, of spiritual pride, of abject narrowness, of gross ignorance, and blind bigotry. They in whom it is found are perhaps amongst the very chiefest enemies of the Church of God, although they loudly boast to belong to its very elect. The intolerance of such is never holy. But, on the other hand, there is a tolerance which is a mere giving in to wickedness because we have not enough zeal for God and righteousness to withstand it. Such people boast of their broadness, ... Of such people it could never have been said, as is here said of the Ephesian Church, ‘Thou canst not bear them which are evil’” (= Ketidak-toleransian yang kudus. Ada ketidak-toleransian, dan ada terlalu banyak ketidak-toleransian seperti itu, yang merupakan buah dari kesombongan, dari kesombongan rohani, dari pikiran sempit yang hina, dari ketidaktahuan / kebodohan yang hebat, dan dari kefanatikan yang buta. Mereka dalam siapa hal ini ditemukan, mungkin adalah musuh-musuh terbesar / terutama dari gereja Allah, sekalipun mereka dengan lantang membanggakan bahwa mereka termasuk orang pilihan. Ketidak-toleransian seperti itu tidak pernah kudus. Tetapi, di sisi lain, ada toleransi yang sekedar merupakan sikap menyerah / mengalah terhadap kejahatan, karena kita tidak mempunyai semangat yang cukup untuk Allah dan kebenaran untuk menahan kejahatan itu. Orang-orang seperti itu membanggakan pikiran luas mereka, ... Tentang orang seperti itu tidak akan pernah bisa dikatakan, seperti di sini dikatakan tentang gereja Efesus: ‘Engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat’) - hal 77.
*        Pulpit Commentary: “Woe to the Church that tolerates, knowingly, impostors in her midst! that lets them remain amongst the true, though they be false!” (= Celakalah gereja yang secara sadar menoleransi para penipu di tengah-tengah mereka! yang membiarkan mereka tetap tinggal di antara orang-orang benar, sekalipun mereka itu palsu!) - hal 78.
*        William R. Newell: “To permit men known to be bad to be in fellowship or even in office, is common today, but is treachery to Christ (= Mengijinkan orang yang diketahui sebagai orang jahat ada dalam persekutuan atau bahkan dalam jabatan, adalah sesuatu yang umum saat ini, tetapi itu adalah pengkhianatan terhadap Kristus) - hal 37.
·        Apakah saudara berhubungan dengan seorang nabi palsu, atau mempunyai seorang teman nabi palsu? Kalau ya, renungkanlah apakah sikap saudara selama ini terhadap dia sesuai dengan ajaran Kitab Suci yang baru saya uraikan di atas?
c)   ‘bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta’.
·        ‘menyebut dirinya rasul’.
Barnes’ Notes: “It cannot be supposed that they claimed to have been of the number of apostles selected by the Saviour, for that would have been too absurd; and the only solution would seem to be that they claimed either (1) that they have been called to that office after the Saviour ascended, as Paul was; or (2) that they claimed the honour due to this name or office in virtue of some election to it; or (3) that they claimed to be the successors of the apostles, and to possess and transmit their authority” [= Tidak bisa dianggap bahwa mereka mengklaim sebagai salah satu dari rasul yang dipilih oleh sang Juruselamat, karena itu akan terlalu menggelikan; dan satu-satunya penyelesaian kelihatannya adalah: atau (1) bahwa mereka dipanggil kepada jabatan itu setelah sang Juruselamat naik ke surga, sama seperti Paulus; atau (2) bahwa mereka mengklaim kehormatan yang merupakan hak dari sebutan atau jabatan ini berdasarkan pemilihan kepada jabatan itu; atau (3) bahwa mereka mengklaim sebagai pengganti dari rasul-rasul, dan memiliki dan meneruskan / membawa otoritas mereka] - hal 1553.
Catatan:
*        yang no 2 dalam kutipan di atas, misalnya seperti Matias (Kis 1:23-26); sedangkan yang no 3 seperti dalam Gereja Roma Katolik.
*        ada kemungkinan lain lagi, yaitu bahwa mereka dikatakan menyebut dirinya rasul palsu, hanya berarti bahwa mereka mengaku sebagai hamba Tuhan / pendeta, tetapi sebetulnya adalah pengajar sesat.
Penerapan:
Jaman sekarang ada banyak sekali orang yang mengaku diri / menyebut diri sebagai pendeta. Tetapi tidak semua mereka adalah pendeta di hadapan Tuhan. Karena itu saudara harus menguji mereka, dari ajaran ataupun kehidupan mereka.
·        ‘pendusta’.
Ini mungkin menunjukkan bahwa para rasul palsu itu melakukan penyesatan secara sadar dan sengaja. Jadi mereka tahu bahwa ajaran mereka itu salah / sesat, tetapi mereka tetap mengajarkannya, mungkin untuk bisa mendapatkan keuntungan dari semua itu. Memang jelas bahwa dalam dunia ini ada penyesat yang melakukan penyesatan secara tidak sadar / tidak sengaja (bdk. Yoh 16:2  Ro 10:2). Jadi mereka betul-betul mengira bahwa apa yang mereka ajarkan itu memang benar. Tetapi jelas juga ada penyesat yang melakukannya secara sadar dan sengaja! Yang kedua ini jelas hukumannya akan lebih berat (bdk. Luk 12:47-48).
d)   Bahwa gereja Efesus bisa membongkar penyesatan / kepalsuan rasul-rasul palsu itu, menunjukkan bahwa gereja Efesus kuat dalam doktrin.
Herman Hoeksema: “the church of Ephesus was strong in doctrine” (= gereja Efesus kuat dalam doktrin) - hal 51.
Mengapa bisa disimpulkan demikian? Karena penyesatan oleh nabi palsu boleh dikatakan selalu terjadi dalam persoalan doktrin.
Memang ada penyesatan dalam persoalan kehidupan praktis, seperti dalam kasus pengikut Nikolaus dalam Wah 2:6, atau dalam kasus sekte ‘Children of God’, tetapi inipun biasanya dilandasi oleh pengertian doktrinal yang salah. Bandingkan ini dengan 1Kor 15:32 - “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’”.
Dari ayat ini jelas bahwa kehidupan praktis yang salah disebabkan oleh pengertian doktrinal yang salah.
Semua ini menyebabkan sebuah gereja harus kuat dalam doktrin!
Penerapan:
·        Kalau saudara adalah hamba Tuhan, maulah mengajar hal-hal doktrinal kepada jemaat saudara. Ingat bahwa perbedaan kristen dengan agama-agama lain atau dengan sekte-sekte sesat dalam gereja, selalu terletak dalam persoalan doktrinal. Dalam persoalan kehidupan praktis, kristen yang benar atau sekte-sekte sesat maupun agama-agama lain, hampir sama ajarannya. Karena itu kalau saudara tidak mau mengajar doktrin, maka bagi jemaat saudara tidak terlalu jadi soal apakah mereka menjadi orang kristen atau beragama lain.
·        Kalau saudara adalah jemaat, maka maulah menerima ajaran yang bersifat doktrinal. Banyak hamba Tuhan yang sebetulnya mau mengajarkan doktrin, tetapi lalu berhenti karena jemaatnya tidak menyenangi doktrin! Memang sikap hamba Tuhan yang seperti ini merupakan sikap yang salah, karena sama seperti orang tua harus memberi makanan yang diperlukan oleh anaknya atau penting bagi anaknya dan bukannya makanan yang disenangi oleh anaknya, demikian juga hamba Tuhan seharusnya memberikan apa yang diperlukan oleh jemaat atau penting bagi jemaat, bukan apa yang disenangi oleh jemaat! Tetapi kalau saudara sebagai jemaat mau mendengar ajaran doktrinal, maka itu akan lebih memotivasi para hamba Tuhan untuk mengajarkan ajaran doktrinal.
Herman Hoeksema: “the church at Ephesus was faithful in discipline. This is usually connected with doctrinal soundness. ... Christian discipline is the reaction of the church against every form of evil, both in doctrine and life, through the preaching of the Word of God as well as through personal admonition and, ultimately, through excommunication” (= gereja Efesus setia dalam disiplin. Ini biasanya berhubungan dengan kesehatan doktrinal. ... Disiplin Kristen merupakan reaksi gereja terhadap setiap bentuk kejahatan, baik dalam doktrin maupun kehidupan, melalui pemberitaan Firman Allah dan melalui teguran pribadi dan akhirnya melalui pengucilan) - hal 53.
Ay 3: “Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu; dan engkau tidak mengenal lelah”.
1)   ‘engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu’.
Terjemahan Kitab Suci Indonesia ini agak kacau.
KJV: ‘And hast borne, and hast patience, and for my name's sake hast laboured’ (= Dan telah bertahan, dan mempunyai kesabaran, dan telah bekerja demi namaKu).
RSV: ‘I know you are enduring patiently and bearing up for my name's sake’ (= Aku tahu engkau bertahan dengan sabar dan bertahan demi namaKu).
NIV: ‘You have persevered and have endured hardships for my name’ (= Engkau telah bertekun dan telah menahan penderitaan demi namaKu).
NASB/Lit: ‘and you have perseverance and have endured for My name's sake’ (= dan engkau mempunyai ketekunan dan telah bertahan demi namaKu). Ini terjemahan yang paling tepat.
Catatan:
·        Kata Yunani yang diterjemahkan ‘perseverance’ (= ketekunan) adalah HUPOMONE.
·        Kata Yunani yang diterjemahkan ‘have endured’ (= telah bertahan) adalah EBASTASAS, yang sama dengan kata BASTASAI dalam ay 2 di atas, berasal dari kata dasar BASTAZO, yang berarti ‘to bear’ (= bertahan / memikul).
Ada beberapa hal yang bisa dibahas dari bagian ini:
a)   Ada saat untuk sabar / bertahan dan ada saat untuk tidak sabar / tidak bertahan (Pengkhotbah 3:1-8).
Kalau tadi dalam ay 2 ada pujian karena ketidaksabaran / sikap tidak tahan terhadap rasul-rasul palsu, maka sekarang dalam ay 3 ada pujian karena kesabaran / sikap bertahan terhadap penderitaan yang mereka alami demi Tuhan. Kesabaran / sikap bertahan di sini sengaja dikontraskan dengan ketidaksabaran / sikap tidak tahan dalam ay 2 di atas.
John Stott: “There is a deliberate contrast in the statement that although they could bear trials and tribulations for the sake of Christ’s name (v. 3), they could not bear the company of these evil men (v. 2)” [= Ada kontras yang disengaja dalam pernyataan bahwa sekalipun mereka mereka sabar dalam ujian dan kesusahan demi nama Kristus (ay 3), mereka tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat ini (ay 2)] - hal 26.
Jadi ada hal-hal terhadap mana kita tidak boleh sabar, tetapi juga ada hal-hal terhadap mana kita harus sabar, yaitu pada waktu mengalami penderitaan / penganiayaan demi Kristus!
b)   Apa artinya sabar di sini?
Sabar di sini berarti bahwa mereka tidak menjadi kecewa, marah, bersungut-sungut, lari dari Tuhan, dsb.
2)   ‘dan engkau tidak mengenal lelah’.
KJV: ‘hast not fainted’ (= tidak menjadi lemah / tak bersemangat).
RSV/NIV/NASB: ‘have not grown weary’ (= tidak menjadi lelah / bosan).
Dalam mengikut / melayani Tuhan selalu ada banyak serangan setan / penderitaan. Ada 2 kemungkinan dalam menghadapi semua itu:
a)   Kita sabar dan terus bertekun dalam ikut / melayani Tuhan.
b)   Kita menjadi lelah, bosan, kehilangan semangat.
Yang mana yang cocok dengan hidup saudara?
Homer Hailey: “A trait of human nature is the tendency to grow faint under hard work and pressures from without. How often in the advancing years of life do men and women who formerly were diligent in serving the Lord retire from the Lord’s work with the plea, ‘I carried the load in my younger years; I am now passing the work on to those in the vigor and strength of that age.’ But is there ever a time to grow weary, to retire and let others bear the brunt of battle and carry the load that should be mine? No, never!” (= Suatu ciri dari manusia adalah kecenderungan untuk menjadi lemah / takut / tak bersemangat di bawah pekerjaan berat dan tekanan-tekanan dari luar. Betapa seringnya dalam masa tuanya laki-laki dan perempuan, yang dulunya rajin dalam melayani Tuhan, berhenti dari pekerjaan Tuhan dengan alasan: ‘Aku telah membawa beban pada masa mudaku; sekarang aku menyerahkan pekerjaan itu kepada mereka yang muda dan kuat’. Tetapi apakah ada saat dimana kita boleh merasa bosan / lelah, berhenti dan membiarkan orang lain memikul bagian yang terberat dari pertempuran dan membawa beban yang seharusnya adalah milikku? Tidak, tidak pernah!) - hal 121-122.
Ay 4: “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula”.
1)   ‘Namun demikian Aku mencela engkau’.
a)   Tadi ada pujian, sekarang ada kritikan.
Tuhan bersikap fair; memuji apa yang baik dan mengkritik apa yang jelek. Kita seringkali melakukan hanya salah satu saja, baik terhadap anak, pegawai, jemaat, anak sekolah minggu, dsb. Atau sering juga kita tidak melakukan kedua-duanya.
b)   KJV: ‘Nevertheless I have somewhat against thee’ (= Bagaimanapun Aku mempunyai sesuatu yang kecil / sedikit terhadap engkau).
Ini salah, karena kata ‘somewhat’ (= sedikit) ini sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang salah ini mengecilkan kesalahan gereja Efesus dalam persoalan meninggalkan kasih yang semula ini, padahal itu sama sekali bukan sesuatu dosa yang remeh! Karena itu, kalau saudara sedang meninggalkan kasih yang semula / pertama, jangan meremehkan keadaan itu!
2)   ‘karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula’.
a)   Dicela sekalipun ‘baik’.
Sekalipun ada banyak hal-hal yang sangat baik dalam diri gereja Efesus ini, seperti sikap orthodox, menjaga kemurnian doktrin, bekerja keras, tidak menjadi lelah / bosan, membenci kejahatan dsb, tetapi mereka tetap dicela karena meninggalkan kasih yang semula / pertama. Karena itu jelaslah bahwa:
·        Kemurnian doktrinal tidak bisa menggantikan kasih.
George Eldon Ladd: “Doctrinal purity and loyalty can never be a substitute for love” (= Kemurnian dan kesetiaan doktrinal tidak pernah bisa menjadi pengganti kasih) - hal 39.
Adalah sesuatu yang baik kalau saudara adalah orang yang sangat memperhatikan dan menjaga doktrin, tetapi pada saat yang sama saudara juga harus memperhatikan dan menjaga kasih saudara kepada Tuhan.
·        Kebencian terhadap dosa / kejahatan tidak bisa menggantikan kasih kepada Kristus.
John Stott: “to hate error and evil is not the same as to love Jesus Christ” (= membenci kesalahan dan kejahatan tidaklah sama dengan mengasihi Yesus Kristus) - hal 29.
Orang yang mengasihi Kristus pasti membenci kejahatan, tetapi orang yang membenci kejahatan belum tentu mengasihi Kristus. Sebagai contoh, ada banyak orang yang mengutuk perkosaan massal tanggal 14 Mei 1998, padahal mereka sama sekali bukan orang kristen, dan karenanya tentu tidak mengasihi Kristus.
·        pelayanan yang bagaimanapun giatnya tidak bisa menggantikan kasih.
Pulpit Commentary: “Ere ever he would restore the recreant Peter to his apostleship, thrice over was the question asked, ‘Lovest thou me?’ as if the Lord would teach him and all of us that love to himself is the one indispensable qualification of all acceptable service” (= Sebelum Ia mengembalikan Petrus yang tidak setia / murtad dari kerasulannya, tiga kali Ia menanyakan pertanyaan: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’, seakan-akan Tuhan mengajar dia dan semua kita bahwa kasih kepadaNya adalah satu persyaratan yang harus ada dalam semua pelayanan yang menyenangkanNya) - hal 79.
b)   Bandingkan celaan di sini dengan Yer 2:1-8! (khususnya perhatikan Yer 2:2b,5)!
Yer 2:2b - “Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya”.
NIV: ‘I remember the devotion of your youth, how as a bride you loved me and followed me through the desert, through a land not sown’ (= Aku mengingat kesetiaan / penyerahan / pembaktian masa mudamu, bagaimana sebagai mempelai engkau mengasihi Aku dan mengikuti Aku melalui padang gurun, melalui tanah / negeri yang tidak ditaburi).
Yer 2:5 - “Beginilah firman TUHAN: Apakah kecurangan yang didapati nenek moyangmu padaKu, sehingga mereka menjauh dari padaKu, mengikuti dewa kesia-siaan, sampai mereka menjadi sia-sia?”.
Penerapan:
Kalau saudara sedang meninggalkan kasih yang semula, tanyakan pertanyaan yang sama terhadap diri saudara sendiri: apakah kecurangan / kesalahan yang aku dapati pada Allah, sehingga aku meninggalkan kasihku yang semula kepadaNya?
c)   Kasih kepada siapa yang dimaksudkan di sini?
·        Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada kasih kepada sesama manusia.
Beasley-Murray: “the love which had abated was primarily love for fellow men” (= Kasih yang telah berkurang terutama adalah kasih kepada sesama manusia) - hal 75.
·        Leon Morris (hal 60) mengatakan bahwa tidak jelas apa yang dimaksud dengan ‘kasih’ di sini. Ada yang mengartikan bahwa ini adalah ‘kasih kepada Kristus’, ada yang mengatakan bahwa ini adalah ‘kasih kepada sesama saudara seiman’, dan ada juga yang mengatakan bahwa ini adalah ‘kasih kepada seluruh umat manusia’. Leon Morris lalu mengatakan bahwa mungkin kasih di sini mencakup ketiga-tiganya.
·        Tetapi saya berpendapat bahwa penekanan utama di sini adalah kasih kepada Allah / Kristus.
Barnes’ Notes: “The love here referred to is evidently love to the Saviour” (= Kasih yang dimaksudkan di sini jelas adalah kasih kepada sang Juruselamat) - hal 1553.
Pulpit Commentary: “Christ is very jealous of our love” (= Kristus sangat cemburu akan cinta kita) - hal 69.
·        Tetapi perlu juga diingat bahwa kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama sangat berhubungan. Kalau kasih kepada Allah berkurang, maka pasti kasih kepada sesama juga demikian.
Robert H. Mounce (NICNT): “A cooling of personal love for God inevitably results in the loss of harmonious relationship within the body of believers” (= Kasih pribadi yang mendingin kepada Allah secara tak terhindarkan menghasilkan hilangnya hubungan yang harmonis di dalam tubuh orang-orang percaya) - hal 88.
Penerapan:
Untuk memperbaiki hubungan / persekutuan dalam keluarga ataupun gereja, maka setiap individu harus memperbaiki kasihnya kepada Tuhan. Ini juga berlaku sebaliknya. Untuk memperbaiki kasih kepada Tuhan kita harus memperbaiki hubungan dengan sesama.
d)   Siapa yang dikatakan meninggalkan kasih yang semula / pertama ini? Ada 2 pandangan tg hal ini:
1.   Kata-kata ini ditujukan kepada mereka sebagai gereja, bukan sebagai individu.
Herman Hoeksema (hal 58-59) mengatakan bahwa yang kehilangan kasih yang semula bukanlah jemaat / individu yang tadinya mempunyai kasih yang semula, tetapi gereja Efesus. Jadi gereja ini bertumbuh dalam hal jumlah, dan orang-orang yang baru ini tidak mempunyai kasih yang semula seperti jemaat yang lama. Ia berpandangan demikian karena ia berkata bahwa orang kristen sejati tidak bisa kehilangan keselamatan. Tetapi saya berpendapat bahwa ‘kehilangan kasih yang semula’ tidaklah sama dengan ‘kehilangan keselamatan’ / ‘jatuh dari kasih karunia’!
William Hendriksen mempunyai pemikiran yang sejalan dengan Hoeksema. Ia berkata bahwa rasul Yohanes menulis Kitab Wahyu ini lebih dari 40 tahun setelah gereja Efesus didirikan. Jadi generasi pertama sudah mati, dan lalu muncul generasi kedua, yang tidak mempunyai kasih yang semula.
Pandangan Hoeksema dan Hendriksen ini memang memungkinkan. Apalagi kalau dilihat dari Yer 2:1-8, yang pada ay 2nya berbicara tentang ‘cintamu’, padahal yang dimaksud adalah ‘cinta nenek moyangmu’. Jadi bagian ini meninjau Israel sebagai suatu bangsa, yang dahulu mengasihi Tuhan tetapi sekarang tidak. Karena itu adalah mungkin bahwa dalam kasus gereja Efesus juga diartikan seperti itu.
Kalau ini benar, maka ini menjadi peringatan bagi setiap gereja yang benar, untuk berjaga-jaga bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk generasi penerus. Apa yang harus dilakukan untuk ini?
·        perhatikan anak-anak sekolah minggu supaya mempunyai guru-guru sekolah minggu yang baik dan injili. Guru-guru Sekolah Minggu sendiri harus menjaga kerohanian mereka dan pengajaran mereka, karena secara manusia boleh dikatakan bahwa nasib dari generasi penerus ada di tangan mereka! Renungkan Mat 18:6 - Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.
·        perhatikan kerohanian pemuda remaja di gereja.
·        jaga agar Majelis gereja yang dipilih selalu adalah orang-orang yang rohani, alkitabiah dan injili. Jangan memilih orang yang kaya tetapi yang rohaninya brengsek!
·        hati-hati dalam memilih hamba Tuhan.
·        jaga supaya dalam gereja selalu terdapat Pemberitaan Injil. Dengan demikian orang-orang yang baru bisa mendengar Injil dan bertobat.
2.   Kata-kata ini ditujukan kepada mereka sebagai individu. Jadi jemaat Efesus itu sendiri yang meninggalkan kasih yang semula.
Kebanyakan penafsir membahas bagian ini dari sudut pandang ke 2 ini. Saya sendiri, sekalipun menganggap pandangan pertama di atas tetap mempunyai kemungkinan untuk benar, lebih condong pada pandangan ke 2 ini, karena:
·        dari surat-surat kepada gereja-gereja yang lain terlihat bahwa Tuhan memperhatikan individu, dan bukannya hanya gereja secara keseluruhan. Jadi kalau yang salah hanya sebagian, maka Tuhan juga menegur yang sebagian itu (bdk. 2:14,15,24  3:4).
·        Ay 5 menyuruh mereka untuk:
*        mengingat betapa dalamnya mereka telah jatuh.
*        bertobat.
*        melakukan lagi apa yang semula mereka lakukan.
Semua ini rasanya menunjukkan bahwa yang meninggalkan kasih yang semula / pertama itu adalah diri mereka sendiri, bukan generasi sebelum mereka.
e)   Meninggalkan kasih yang semula / pertama’.
1.   Pada waktu Paulus menulis surat Efesus, gereja Efesus masih berkobar-kobar dalam kasihnya kepada Allah. Ini ditunjukkan secara implicit oleh Ef 6:24, dan ini juga diwujudkan dengan kasih kepada sesama orang kudus - Ef 1:15 (ingat bahwa kasih kepada sesama berhubungan erat dengan kasih kepada Tuhan). Tetapi sekarang gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang semula / pertama itu. Perhatikan bahwa mereka tidak dikatakan ‘kehilangan’ (pasif) tetapi ‘meninggalkan’ (aktif) kasih yang semula / pertama itu. Karena itu Allah menyuruh mereka kembali kepada kasih yang pertama itu.
2.   Kalau sejak lahir seorang kristen tidak pernah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, maka ini bukan ‘meninggalkan kasih yang semula’, tetapi ‘suam-suam kuku’ (Wah 3:14-15) dimana Kristus masih ada di luar hidupnya (bdk. Wah 3:20). Dengan kata lain, orang ini tidak pernah menjadi kristen yang sejati.
Tetapi semua orang kristen sejati pasti pernah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, karena:
·        Ro 5:5b mengatakan “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”.
Catatan: tentang ‘kasih Allah’ dalam Ro 5:5 ini ada yang menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih Allah kepada kita’, tetapi ada juga yang menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih kita kepada Allah’.
·        kasih adalah ‘buah Roh Kudus’ (Gal 5:22).
Penerapan:
Untuk bisa tahu apakah saudara termasuk orang kristen sejati yang meninggalkan kasih yang semula, atau orang suam-suam kuku yang adalah orang kristen KTP, telusurilah jalan hidup saudara selama ini. Kalau tidak pernah ada saat dimana saudara berkobar-kobar dalam cinta saudara kepada Tuhan, maka saudara adalah orang suam-suam kuku. Bertobatlah dan terimalah Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, sebelum terlambat!
3.   Kasih yang semula / pertama itu mudah memudar.
Thomas Manton: “That of all graces, love needeth keeping. Why? Because of all graces it is most decaying. Mat. 24:12  Rev. 2:4” (= Bahwa dari semua kasih karunia, kasih membutuhkan pemeliharaan. Mengapa? Karena dari semua kasih karunia itu adalah yang paling mudah berkurang / hilang. Mat 24:12  Wah 2:4) - ‘Jude’, hal 344.
Tetapi supaya saudara tidak secara salah dan terlalu cepat menganggap bahwa kasih saudara kepada Allah sudah memudar, perhatikan kutipan di bawah ini.
Barnes’ Notes: “Individual Christians often lose much of their first love. It is true, indeed, that there is often an appearance of this which does not exist in reality. Not a little of the ardour of young converts is often nothing more than the excitement of animal feeling, which will soon die away of course, though their real love may not be diminished, or may be constantly growing stronger. When a son returns home after a long absence, and meets his parents and brothers and sisters, there is a glow, a warmth of feeling, a joyousness of emotion, which cannot be expected to continue always, and which he may never be able to recall again, though he may be ever growing in real attachment to his friends and to his home” (= Individu-individu Kristen sering kehilangan banyak dari kasih pertama mereka. Memang benar bahwa seringkali kelihatannya terjadi hal ini, padahal sebetulnya tidak. Tidak sedikit dari semangat / kobaran api / kehangatan emosi dari petobat-petobat muda yang seringkali tidak lebih dari kegembiraan dari perasaan binatang, yang tentu saja akan segera lenyap, sekalipun kasih sejati mereka mungkin tidak berkurang, atau mungkin bertambah kuat secara konstan. Pada saat seorang anak pulang ke rumah setelah pergi cukup lama, dan bertemu dengan orang tua dan saudara-saudaranya, di sana ada suatu pijaran / sinar, suatu perasaan yang hangat, suatu sukacita emosi, yang tidak bisa diharapkan berlangsung senantiasa, dan yang mungkin tidak akan pernah bisa dihidupkan kembali, sekalipun ia mungkin terus bertumbuh dalam kasih yang sejati kepada teman-temannya dan rumahnya) - hal 1553.
4.   Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya / hilangnya kasih yang semula.
a.   Dosa.
Thomas Manton: “Some times it falleth out through freeness in sinning. Neglect is like not blowing up the coals; sinning is like pouring on waters, a very quenching of the Spirit, 1Thes. 5:19” (= Kadang-kadang itu terjadi karena kebebasan dalam berbuat dosa. Kelalaian adalah seperti tidak mengipasi arang; berbuat dosa adalah seperti menyiramnya dengan air, tindakan yang memadamkan Roh, 1Tes 5:19) - ‘Jude’, hal 345.
Contoh dosa:
·        cinta uang / dunia.
Mat 6:24 - “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”.
Yak 4:4 -  “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuh-an dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.
1Yoh 2:15 -  “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
2Tim 3:4b - “lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah”. Ini salah terjemahan.
NIV/NASB: ‘lovers of pleasure rather than lovers of God’ (= pecinta kesenangan dan bukannya pecinta Allah).
·        pelayanan / pekerjaan / kesibukan yang begitu ditekankan sehingga menyebabkan tak ada waktu untuk sendirian dengan Tuhan (doa dan belajar Firman Tuhan).
Steve Gregg: “Like Martha, a church may become so engrossed in religious work that it neglects the ‘one thing needed’ (Luke 10:42)” [= Seperti Marta, sebuah gereja bisa menjadi begitu asyik dalam pekerjaan agamawi sehingga mengabaikan ‘satu hal yang diperlukan’ (Luk 10:42)] - hal 65.
Catatan: ‘bagian yang terbaik’ dalam Luk 10:42 diterjemahkan ‘one thing is needful’ (= satu hal yang diperlukan) oleh RSV.
Kata-kata Steve Gregg ini memang sangat mungkin. Orang yang terlalu bersemangat dalam pelayanan, sampai tidak ada waktu untuk belajar Firman dan berdoa, akan kehilangan kasih yang semula. Dan hal yang menyedihkan adalah bahwa ada banyak (bahkan mungkin kebanyakan!) hamba Tuhan yang seperti ini!
·        allah lain, yaitu hal-hal yang dicintai / diutamakan lebih dari Tuhan.
·        occultisme, seperti: tenaga dalam, hipnotisme, yoga, dsb.
b.   Penderitaan yang hebat, banyak, dan berlarut-larut, khususnya kalau kita tidak menghadapinya dengan benar.
c.   Banyaknya kejahatan di sekitar kita.
Mat 24:12 - “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin”.
d.   Peperangan mereka melawan kesesatan / nabi palsu.
Ramsey mengatakan bahwa celaan tentang hilangnya kasih yang semula ini (ay 4) diletakkan setelah pujian tentang semangat mereka membongkar kepalsuan dari rasul-rasul palsu (ay 2), tetapi diletakkan sebelum pujian tentang kebencian mereka terhadap tindakan para pengikut Nikolaus (ay 6), dan ini menunjukkan bahwa hilangnya kasih yang semula ini berhubungan dengan semangat mereka dalam membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu itu.
James B. Ramsey: “This censure is administered in close connection with the praise of their zeal in exposing these false apostles, and before the second ground of praise is mentioned, implying some real connection between this zeal against false teachers, and their declining love. There is such a connection, and it should never be forgotten. When any are called to contend earnestly for the faith, when patience is tried by daring and persistent error, and when at length the pretensions of the false teachers are exposed, the process is apt to chafe and embitter the spirit, and success to foster spiritual pride; thus holy love to Jesus and His people insensibly loses that first fervour with which it gushes forth in faith’s first view of the cross and the extinguished curse” (= Celaan / kecaman ini diberikan dalam hubungan yang erat dengan pujian terhadap semangat mereka dalam menyingkapkan rasul-rasul palsu ini, dan diberikan sebelum pujian kedua ini disebutkan, menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara semangat menentang guru-guru palsu ini dengan penurunan kasih mereka. Disana ada hubungan seperti itu, dan itu tidak pernah boleh dilupakan. Pada waktu seseorang dipanggil untuk berjuang dengan sungguh-sungguh untuk iman, pada waktu kesabaran diuji oleh kesalahan yang berani dan gigih, dan pada waktu akhirnya pernyataan palsu dari guru-guru palsu itu tersingkap, proses itu cenderung / mudah melukai dan memahitkan roh, dan berhasil mengembangkan kesombongan rohani; sehingga kasih kudus kepada Yesus dan umatNya tanpa terasa kehilangan gairah / semangat pertamanya yang dipancarkan oleh kasih itu pada pandangan pertama dari iman terhadap salib dan kutuk yang dipadamkan) - hal 131.
Catatan: Ramsey menganggap bahwa pujian pertama berhubungan dengan semangat mereka dalam membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu itu, dan ay 3 berhubungan dengan pujian pertama tersebut, karena penderitaan dalam ay 3 itu disebabkan hal itu. Pujian kedua berkenaan dengan kebencian terhadap pengikut Nikolaus (ay 6). Jadi kecaman tentang hilangnya kasih semula terletak setelah pujian pertama, tetapi sebelum pujian kedua, dan karena itu ia lalu menyimpulkan bahwa kecaman itu berhubungan dengan pujian pertama itu.
Kata-kata Ramsey di atas sesuai dengan kata-kata Mounce yang berikut ini.
Robert H. Mounce (NICNT): “Every virtue carries within itself the seeds of its own destruction” (= Setiap sifat baik / kebajikan membawa dalam dirinya sendiri benih kehancuran dirinya sendiri)  - hal 88.
Memang orang yang kuat dalam doktrin dan berani / tegas biasanya rawan dalam persoalan kasih! Sebaliknya orang yang penuh kasih, sabar, biasanya kompromistis / kurang tegas, atau munafik / suka berdusta, pengecut, dsb.
Penerapan:
Karena itu kalau saudara menjumpai apapun yang baik dalam diri saudara, maka renungkanlah hal buruk apa yang ter-cakup dalam hal baik tersebut, dan berusahalah untuk memper-tahankan hal baiknya dan membuang hal buruknya.
5.   Ciri / akibat berkurangnya / hilangnya kasih yang semula.
Thomas Manton: “Where we love there will be musing on the object beloved, there will be familiarity and intimateness of converse. There is not a day can pass but love will find some errand and occasion to confer with God, either to implore his help or ask his counsel. But now, when men can pass over whole days and weeks, and never give God a visit, such strangeness argueth little love. Again, when there is no care of glorifying God, no plotting and contrivings how we may be most useful for him, when we do not mourn over sin as we were wont to do, are not so sensible of offences, have not these meltings of heart, are not so careful to avoid all occasions of offending God, are not so watchful, so zealous, as we were wont to be, do not rise up in arms against temptations and carnal thoughts, love is decayed. Certainly when the sense of our obligation to Christ is warm upon the heart, sin doth not escape so freely; love will not endure it to live and act in the heart, Titus 2:11-12, Gen 39:9. But now, as this is worn off, the heart is not watched, the tongue is not bridled, speeches are idle, yea, rotten and profane; wrath and envy tyrannise over the soul, all runneth to riot in the poor neglected heart; yea, further, God’s public worship is performed perfunctorily, and in a careless, stupid manner; sin confessed without remorse and sense of the wrong done to God; prayer made for spiritual blessings without desire of obtaining; wrath deprecated without any fear of the danger; intercession for others without any sympathy or brotherly love; thanks given without any conference of holy things is either none at all, or very slight and careless; hearing without attention; reading without a desire of profit; singing without any delight or melody of heart. All this is but the just account of a heart declining in the love of God” [= Dimana kita mengasihi disana akan ada perenungan tentang obyek yang dikasihi, disana akan ada keakraban dan keintiman dalam pembicaraan. Tidak ada satu haripun akan berlalu dimana kasih tidak menemukan pesan / berita dan alasan / kesempatan untuk berbicara dengan Allah, untuk meminta pertolonganNya atau nasehatNya. Tetapi sekarang, ketika seseorang bisa melewati beberapa hari dan minggu tanpa pernah mengunjungi Allah, keanehan seperti itu menunjukkan kasih yang sedikit / kecil. Juga, pada saat ada ketidakpedulian dalam memuliakan Allah, tidak ada perencanaan dan usaha / penyusunan tentang bagai-mana kita bisa menjadi paling berguna untuk Dia, pada saat kita tidak berkabung atas dosa seperti yang biasa kita lakukan, tidak peka terhadap pelanggaran, tidak mempunyai hati yang hancur, tidak begitu hati-hati untuk menghindari semua kesempatan untuk menyakiti hati / menyalahi Allah, tidak begitu berjaga-jaga dan bersemangat seperti kita biasanya, tidak bangkit untuk melawan pencobaan dan pikiran daging, kasih itu berkurang / melemah. Jelas bahwa ketika rasa kewajiban pada Kristus itu hangat dalam hati kita, dosa tidak lolos dengan begitu bebas; kasih tidak akan mengijinkannya hidup dan bertindak dalam hati, Titus 2:11-12, Kej 39:9. Tetapi sekarang, karena semua ini sudah luntur, hati tidak dijaga, lidah tidak dikekang, kata-kata kosong bahkan busuk dan kotor / tak senonoh; kemarahan dan iri hati merajalela dalam jiwa, semua menuju pada kekacauan dalam hati yang diabaikan; lebih jauh lagi, bahkan kebaktian dilakukan dengan asal-asalan / tak sungguh-sungguh dan dalam cara yang ceroboh dan bodoh; dosa diakui tanpa penyesalan dan perasaan bersalah kepada Allah; doa untuk berkat rohani tanpa keinginan untuk mendapatkan; kemarahan mengutuk tanpa takut bahaya; doa syafaat untuk orang lain tanpa simpati atau kasih persaudaraan; syukur diberikan tanpa menghargai kebaikan / manfaat atau kasih kepada Allah dalam mengingat mereka; perundingan tentang hal-hal kudus tidak pernah dilakukan atau sangat sedikit dan ceroboh; pembacaan (Kitab Suci / Firman Tuhan) tanpa keinginan mendapatkan keuntungan / manfaat; menyanyi tanpa kesenangan atau nyanyian di hati. Semua ini hanyalah laporan / catatan suatu hati yang menurun dalam kasih kepada Allah] - ‘Jude’, hal 345-346.
Renungkanlah kata-kata Manton di atas ini kata demi kata, dan ban-dingkanlah dengan hidup saudara. Dari situ saudara bisa mengetahui apakah saudara sudah kehilangan kasih yang semula atau tidak.
Thomas Manton: “In our serious sequestration and retirements we should have such thoughts as these are: - I was wont to spend some time every day with God; I remember when it was a delight to me to think of him; now I have no heart to pray or meditate, no relish of communion with his blessed majesty; it was the joy of my soul to be at an ordinance, the returns of the Sabbath were welcome to me; but now what a weariness is it! Time was when I had sweet experiences, and the graces of God’s Spirit were more lively in me, but now all is dead and inefficacious; time was when a vain thought was burdensome unto me, but now I can away with sinful actions; time was when the mispence of ordinary time was a grief unto my soul, now I can spend the Sabbath unprofitably and never be troubled, &c. Thus should you consider your estate” (= Dalam penyendirian kita yang serius kita harus mempunyai pemikiran-pemikiran seperti ini: Saya biasanya menghabiskan beberapa waktu setiap hari dengan Allah; saya ingat bahwa dulu adalah suatu kesenangan bagi saya untuk berpikir tentang Dia; sekarang aku tidak mempunyai hati untuk berdoa dan bermeditasi, tidak ada kesukaan dalam bersekutu dengan Dia; dulu adalah sukacita dari jiwaku untuk berada dalam Perjamuan Kudus, datangnya hari Sa-bat kusambut dengan baik; tetapi sekarang alangkah membosankannya hal itu! Ada saat dimana aku mempunyai pengalaman yang manis, dan kasih karunia Roh Allah lebih hidup dalam diriku, tetapi sekarang semua mati dan tidak manjur; ada saat dimana pemikiran sia-sia adalah suatu beban bagiku, tetapi sekarang aku bisa mengabaikan tindakan-tindakan berdosa; ada saat dimana penghamburan waktu biasa merupa-kan kesedihan bagi jiwaku, sekarang aku bisa menghamburkan Sabat secara tak berguna dan tidak merisaukannya, dsb. Begitulah engkau harus memikirkan / merenungkan keadaanmu) - ‘Jude’, hal 346-347.
Pulpit Commentary: “with all their discernment of evil, and zeal against it, they lacked reality. Their light still burned, but in a dull, lifeless way; their service had become mechanical (= dengan pandangan mereka yang tajam terhadap kejahatan, dan semangat menentangnya, mereka kekurangan realitas / kenyataan. Lampu mereka tetap menyala, tetapi secara pudar dan tak bersemangat; pelayanan mereka telah menjadi pelayanan mekanis) - hal 58.
John Stott: “Without this love, the Church’s work is lifeless” (= Tanpa kasih ini, pekerjaan Gereja tidak bersemangat) - hal 28.
John Stott: “It is the duty of man to worship God, of the creature to worship his Creator, but the duty is barren without love. If the worship of the Church is to be more than lip-service, it must spring from hearts that love God. ... I expect the worship of the church of Ephesus was almost dead. The singing had become drab and uninspired, and the prayers were scarcely better than heathen incantations. There was form but no spirit. There was no life because there was no love. What was true of the public worship of the Ephesian Christians was true no doubt of their private devotions also. Only love can save private prayer and Bible reading from degenerating into a mechanical routine” (= Adalah kewajiban dari manusia untuk menyembah / berbakti kepada Allah, dari makhluk ciptaan untuk menyembah / berbakti kepada Penciptanya. Jika penyembahan / kebaktian dari Gereja tidak merupakan kebaktian di bibir saja, maka itu harus keluar dari hati yang mengasihi Allah. ... Saya memperkirakan bahwa kebaktian gereja Efesus hampir mati. Nyanyian telah menjadi membosankan / tidak menarik dan tak bersemangat, dan doa-doa hampir tidak lebih baik dari mantera-mantera orang kafir. Di sana ada upacara tetapi tidak ada roh / semangat. Di sana tidak ada kehidupan / semangat karena di sana tidak ada kasih. Apa yang benar tentang kebaktian umum orang-orang kristen Efesus pasti juga benar tentang Saat Teduh pribadi mereka. Hanya kasih yang bisa menyelamatkan doa dan pembacaan Kitab Suci secara pribadi terhadap penurunan menjadi suatu kerutinan yang bersifat mekanis) - hal 30.
Pulpit Commentary: “The outward forms may be perfect, zeal may be maintained, patience unwearied, orthodoxy untarnished; but if love - the soul’s secret energy - be impaired, time only is needed to bring the Church to utter decay” (= Hal-hal luar / lahiriah mungkin sempurna, semangat mungkin dipertahankan, kesabaran tidak pernah lelah, keorthodoxan tidak bercacat; tetapi kalau kasih - kekuatan rahasia dari jiwa - berkurang / rusak, hanya waktu yang dibutuhkan untuk membawa gereja pada kebusukan total) - hal 92.
Memang saya percaya bahwa orang yang meninggalkan kasih yang semula mula-mula bisa kelihatan tetap baik. Mungkin ia tetap melayani, tetap bersaat teduh, tetap memberi persembahan, dsb. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan, maka keadaan akan makin lama makin memburuk, sehingga dari luarpun hal itu akan kelihatan.
John Stott: “toil becomes drudgery if it is not a labour of love. Jacob could work seven years for the hand of Rachel only because he loved her, and the seven years ‘seemed to him but a few days because of the love he had for her’ (Gen. 29:20). The endurance of suffering can be hard and bitter if it is not softened and sweetened by love. It is one thing to grit the teeth and clench the fists with Stoical indifference, and quite another to smile in the face of adversity with Christian love” [= jerih payah menjadi pekerjaan yang membosankan jika itu bukanlah pekerjaan kasih. Yakub bisa bekerja 7 tahun untuk mendapatkan tangan Rahel hanya karena ia mengasihinya, dan 7 tahun itu ‘baginya terlihat seperti hanya beberapa hari karena kasihnya kepadanya’ (Kej 29:20). Bertahan terhadap penderitaan bisa menjadi berat dan pahit jika itu tidak dilunakkan dan dimaniskan oleh kasih. ‘Mengertakkan gigi dan mengepalkan kepalan dengan ke-tidak-acuhan Stoa’ berbeda dengan ‘tersenyum menghadapi kesengsaraan dengan kasih Kristen’] - hal 28.
Catatan: golongan Stoic / Stoa adalah golongan yang disebutkan dalam Kis 17:18. Ini adalah golongan yang percaya pada takdir, tetapi mereka percaya bahwa takdir itu bahkan ada di atas Allah.
6.   Apa yang harus dilakukan supaya kasih yang semula tidak berkurang / hilang?
·        terus bertumbuh secara rohani; jangan pernah puas dengan apa yang saudara capai secara rohani, baik dalam pengertian Firman Tuhan, keteguhan iman, pengudusan dsb.
Thomas Manton: “Increase and grow in love, 1Thes. 4:10. Nothing conduceth to a decay more than contentment with what we have received; every day you should love sin less, self less, world less, but Christ more and more” (= Bertambahlah dan bertumbuhlah dalam kasih, 1Tes 4:10. Tidak ada yang lebih menimbulkan kebusukan / penurunan kasih dari pada kepuasan dengan apa yang telah kita terima; setiap hari engkau harus makin kurang mengasihi dosa, diri sendiri, dunia, tetapi mengasihi Kristus makin lama makin banyak) - ‘Jude’, hal 346.
1Tes 4:10 - “Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya.
·        kalau terjadi penurunan kasih, tanganilah secepat mungkin.
Thomas Manton: “Observe the first declinings, for these are the cause of all the rest. Evil is best stopped in the beginning; if, when we first began to grow careless, we had taken heed, then it would never have come to this. ... it is easier to crush an egg than to kill the serpent” (= Amatilah penurunan pertama, karena ini adalah penyebab dari semua yang lain. Kejahatan sebaiknya dihentikan pada permulaan; jika pada waktu pertama-tama kita mulai bertumbuh menjadi ceroboh kita sudah memperhatikan, maka itu tidak akan pernah menjadi seperti ini. ... adalah lebih mudah menghancurkan sebuah telur dari pada membunuh ularnya) - ‘Jude’, hal 346.  3.

DAFTAR PUSTAKA:
1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.hal 44
2.   Leo R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989 hal.37
3.   Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.