Rabu, 03 April 2013

Pemulihan Sebagai Hasil Penebusan.(13)



"PENCIPTAAN KEMBALI"

PENDAHULUAN

Lama dan baru. Sebutan "langit dan bumi" adalah istilah Alkitab yang merujuk kepada satu dunia, yaitu satu bagian wilayah di alam semesta, yang merupakan tempat di mana manusia hidup dan beraktivitas. Inilah dunia yang sudah terkutuk akibat dosa yang akan diperbarui kembali, dipulihkan kepada keadaan semula seperti waktu diciptakan dan belum tercemar oleh dosa. Pemulihan itu akan terjadi pada "hari Tuhan" (2Ptr. 3:10) atau "hari Allah" (ay. 11). Dalam kata-kata rasul Petrus, "Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran" (ay. 12-13; huruf miring ditambahkan).
 Kata Grika untuk langit yang digunakan dalam ayat ini adalah οὐρανός, ouranós, sebuah kata-benda maskulin yang dalam hal ini berbentuk jamak. Kita sudah pernah pelajari sebelumnya, "langit" dalam PB mencakup tiga lapisan sesuai dengan pengertian masyarakat pada masa itu, yakni "langit biru" (atmosfir) sebagai langit pertama, "langit berbintang" (hamparan benda-benda langit) sebagai langit kedua, dan "surga" (tempat Allah dan malaikat-malaikat suci bersemayam) sebagai langit ketiga. Dalam 2Kor. 12:2 rasul Paulus menggunakan sebutan "tingkat yang ketiga" (TB) atau "langit yang ketiga" (TL). Jika dikaitkan dengan nubuatan rasul Petrus bahwa pada "hari Tuhan" nanti langit itu akan "binasa" maka tentu yang dimaksudkannya adalah langit yang pertama, yaitu "langit biru" atau atmosfir yang sesungguhnya merupakan lapisan terluar dan bagian tak terpisahkan dari planet Bumi. (Lihat ulasan Pelajaran Ke-II, 12 Januari.) Sedangkan kata bumi di sini adalah γῆ, gē, yang berarti (a) tanah tempat berpijak, atau (b) bumi secara keseluruhan
 Alasan mengapa "langit dan bumi" yang lama hendak dibinasakan ialah karena telah dicemari, dikuasai, dan dirusak oleh dosa. Untuk memulihkannya kepada keadaan asli, yaitu kondisi semula yang suci dan tanpa dosa seperti pada waktu baru diciptakan, "langit dan bumi" ini harus dibinasakan dengan api dalam arti kata yang sesungguhnya. "Lihatlah perbedaan antara dua perwujudan. Dosa telah berkuasa di dalam yang lama, kebenaran mendiami di dalam yang baru. Kematian berkuasa di dalam yang lama, kehidupan di dalam yang baru. Perbedaan yang sangat mencolok, atau mutlak" [alinea kedua].
 Allah hanya menciptakan Bumi ini satu kali, dan Ia akan tetap mempertahankan atau memelihara eksistensi dari salah satu warga tatasurya dan alam semesta ini. Betapa tidak? Inilah planet di mana Putra-Nya yang tunggal yang kita kenal sebagai Yesus Kristus itu datang menjelma, hidup, dan mati sebagai manusia biasa untuk menebus orang-orang berdosa yang menghuni planet ini. Selain itu, sesuai dengan rencana-Nya semula, Bumi ini akan menjadi tempat tinggal abadi dari satu umat yang dikasihi-Nya dan yang mengasihi Dia. Jadi, pemulihan bumi ini secara fisik sekaligus juga merupakan penggenapan dari maksud penciptaannya semula. Dosa boleh saja berhasil menaklukkan manusia, tetapi tidak dapat membatalkan rencana Allah.
1.      KIAMAT DAN PENCIPTAAN ULANG (Suatu Permulaan yang Baru).
 Ramalan kiamat. Empat tahun lalu, tepatnya 23 Maret 2009, situs resmi stasiun televisi FoxNews dari AS memuat tulisan tentang lima kemungkinan terjadinya kiamat dunia. Ramalan yang didasarkan pada perkiraan ilmiah ini adalah: (1) tabrakan dengan asteroida raksasa, (2) akibat letusan gunung berapi yang bersifat masif, (3) musim dingin nuklir, (4) pengaruh gravitasi "lubang hitam" dan (5) pembesaran matahari. Setidaknya salah satu dari skenario tersebut dapat memusnahkan segala bentuk kehidupan di muka bumi ini, dan dengan demikian merupakan kiamat dunia. (Lihat di sini---> http://www.foxnews.com/story/0,2933,477084,00.html).
 Kemungkinan bumi kita ditabrak oleh benda-benda angkasa yang beterbangan di alam semesta, termasuk meteor, bukanlah khayalan. Bulan lalu, 15 Februari 2013, sebuah meteor yang berhasil menembus atmosfir bumi meledak di atas kota Chelyabinsk, Rusia sehingga mengakibatkan kerusakan 4000 bangunan dan memecahkan kaca gedung dan rumah seluas 200.000m2. Kejadian ini telah menimbulkan kerugian lebih dari 1 milyar rubel (lebih dari US$33 juta, sekitar Rp 3,1 trilyun), dan melukai lebih dari 1000 orang termasuk 200 anak-anak. Ini mengingatkan orang akan peristiwa Tunguska di Siberia, Rusia, 30 Juni 1908, ketika sebuah meteor raksasa atau mungkin komet yang menyusup sampai ke permukaan bumi lalu meledak sehingga meratakan hutan seluas 2000 Km2. Ledakan yang diperkirakan sedahsyat 10-15 megaton TNT itu tak urung menimbulkan gelombang kejut yang setara dengan gempa bumi berkekuatan 5,0 SR. Beruntung itu terjadi di kawasan yang nihil penduduk sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.
 Letusan gunung berapi dalam kekuatan besar adalah sebuah teori yang juga didasarkan pada pengalaman masa lalu. Antara lain ledakan gunung Tambora di pulau Jawa tahun 1815 yang mempengaruhi cuaca sehingga setahun kemudian, 1816, benua Eropa mengalami apa yang disebut "tahun tanpa musim kemarau" di mana salju turun dalam bulan Juni (seharusnya adalah musim panas) dan menggagalkan panen di seluruh belahan bumi bagian utara. Begitu pula dengan letusan gunung Krakatau di selat Sunda tahun 1883 yang fenomenal itu, dan juga gunung Pinatubo di Filipina tahun 1991, yang menyebabkan suhu dingin di sebagian besar wilayah bumi. Suhu dingin tersebut diakibatkan oleh gumpalan debu yang dilontarkan ke atmosfir bumi begitu tebalnya sehingga menghalangi sinar matahari. Sekarang ini yang paling ditakuti orang adalah meletusnya gunung api super (supervolcano) Yellowstone di negara bagian Wyoming, AS di mana terdapat Taman Nasional Yellowstone seluas 8983 Km2 dengan aliran mata air panas yang terkenal itu.
 Musim dingin nuklir akibat perang nuklir dianggap kecil kemungkinannya, sedangkan dua skenario lainnya, yaitu gravitasi lubang hitam dan pembesaran matahari, itu masih bersifat teoretis yang kemungkinannya jauh lebih kecil atau kalau pun terjadi waktunya masih jutaan tahun lagi. Tapi setidaknya "hari kiamat" atau tamatnya riwayat bumi ini adalah sesuatu yang masuk akal manusia dan diakui oleh dunia ilmu pengetahuan. Alkitab juga menubuatkan hal yang sama, tetapi dengan skenario yang sama sekali berbeda, yaitu bahwa hari kiamat yang akan datang itu bukanlah akhir dari riwayat dunia ini melainkan awal dari sejarah baru dunia ini. Tulis Yohanes Pewahyu, "Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi" (Why. 21:1).
 Memulai sejarah baru. Pada hakikatnya, menciptakan yang baru itu sama dengan memulai baru. Sekalipun rasul Yohanes mengatakan bahwa langit dan bumi yang lama sudah berlalu, bukan berarti planet yang sedang kita diami ini secara fisik akan hancur lalu musnah melainkan akan diperbarui atau diciptakan baru. Kalau kuasa Allah sanggup menciptakan bumi ini dari sesuatu yang tidak ada (ex nihilo), maka tentu saja untuk memperbaruinya adalah pekerjaan yang jauh lebih mudah bagi-Nya. Bumi ini tidak sekadar direnovasi, tapi memang akan diciptakan baru. Salah satu hal penting yang membedakan dunia yang baru dengan yang lama ialah bahwa di dunia baru nanti "tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya" (Why. 21:23). Ini mengingatkan kita pada hari pertama dalam minggu penciptaan ketika Allah menciptakan terang (Kej. 1:3-5) sebelum ada matahari dan bulan yang baru diciptakan pada hari keempat (ay. 14-19).
 Tapi perbedaan paling penting dan terutama yang menyangkut penghuni dunia yang akan dijadikan baru itu ialah bahwa di dunia baru tidak akan ada lagi dosa yang mendatangkan kesengsaraan dan kematian, sebab maut dan dukacita tidak akan ada lagi (Why. 21:4), dan karena para penghuni dunia baru itu adalah orang-orang yang mengenakan keadaan yang tidak dapat binasa dan tidak dapat mati (1Kor. 15:54). "Penciptaan baru membawa awal yang baru. Eksperimen dengan dosa yang buruk ini akan berakhir. Akibat-akibatnya ada dan jelas: dosa membawa kematian dan penderitaan, dan hukum Allah adalah hukum kehidupan" [alinea ketiga].
 Pena inspirasi menulis: "Dalam Alkitab warisan orang yang selamat itu disebut tanah air. (Ibrani 11:14-16.) Di sana Gembala agung itu menuntun domba-domba-Nya ke mata air kehidupan. Pohon kehidupan menghasilkan buahnya setiap bulan, dan daun-daun pohon itu untuk melayani bangsa-bangsa. Ada sungai yang terus mengalir, jernih seperti kristal, dan di sisi-sisinya pepohonan melambai yang menyediakan keteduhan pada jalan-jalan yang disediakan bagi umat tebusan Tuhan. Terdapat dataran-dataran luas yang menutupi bukit-bukit permai, dan gunung-gunung Tuhan menopang puncak-puncaknya yang megah. Pada dataran-dataran yang tenteram itu, di samping sungai-sungai hidup itu, umat Allah yang sudah begitu lama menjadi pengelana dan pengembara akan menemukan sebuah tanah air" (Ellen G. White, The Story of Redemption, hlm. 430-431).
 Apa yang kita pelajari tentang dunia yang akan diperbarui ini?
1. Sebagaimana dinubuatkan dalam Alkitab, ilmu pengetahuan juga meramalkan bahwa dunia ini sekali kelak akan hancur dan binasa. Namun, berbeda dari skenario ilmiah bahwa kehancuran dunia ini sebagai akhir dari segalanya, Firman Tuhan justeru menyebutkan bahwa kiamatnya dunia yang lama ini adalah awal dari dunia yang baru.
2. Bumi yang lama ini akan dihancurkan, tetapi di tempatnya yang lama itu akan muncul bumi yang baru dengan kondisi serupa dengan bumi yang lama pada waktu diciptakan pertama kali. Kemunculan dunia baru adalah penciptaan ulang dari dunia yang lama.
3. Di dunia baru, yaitu bumi yang diciptakan baru, akan berbeda dari dunia lama yang kita huni sekarang ini. Selain perbedaan yang bersifat fisik seperti tidak adanya malam dan tidak dibutuhkannya matahari dan bulan sebagai sumber cahaya, manusia yang mendiami dunia baru itu juga adalah orang-orang yang kondisi fisiknya telah dibarui pula dengan ciri kekekalan.
2. MANUSIA DICIPTAKAN BARU (Dari Debu Kepada Kehidupan)
 Dibangkitkan dari debu. Sebagai keturunan Adam dan Hawa, kita semua adalah manusia yang berasal dari debu tanah (Kej. 2:7), dan oleh karena dosa Adam dan Hawa juga kita pun akan kembali kepada debu dan tanah (Kej. 3:19). Pada hari kiamat, yaitu pada waktu kedatangan Yesus kedua kali, semua orang "yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal" (Dan. 12:2). Bagi umat Tuhan ada jaminan bahwa mereka "yang sudah mati akan hidup kembali, mayat-mayat mereka akan bangkit lagi" (Yes. 26:19, BIMK).
 Bagi umat percaya, kematian bukanlah akhir dari riwayat manusia, tetapi kematian adalah akhir dari satu periode hidup yang fana untuk menantikan periode hidup yang baka sesudah kematian. Namun bukan dalam pengertian serupa novelis Inggris, Joanne Rowling alias J.K. Rowling, yang mengatakan bahwa "kematian hanyalah petualangan yang besar selanjutnya" seperti yang ditampilkannya dalam serial fantasi Harry Potter yang digandrungi banyak orang itu.
 "Untuk orang beriman, kematian hanyalah sementara. Allah yang membentuk Adam dari debu dan menghembuskan kehidupan ke dalam dirinya belum lupa bagaimana menciptakan manusia dari debu. Kebangkitan akan menjadi sebuah tindakan penciptaan seperti halnya penciptaan semula dari Adam" [alinea kedua: tiga kalimat terakhir].
 Diubahkan dalam sekejap. Kutukan dosa mengakibatkan manusia kembali kepada debu tanah, tetapi penebusan mengangkat kembali manusia dari debu tanah. Rekondisi (pengkondisian ulang) ini adalah bagian dari rencana keselamatan yang Allah canangkan di Taman Eden, yaitu memulihkan kembali manusia yang fana kepada keadaannya yang baka sebelum berdosa. Dengan dihapusnya dosa dan ditiadakannya maut untuk selama-lamanya maka kondisi manusia yang baka tersebut kali ini akan bersifat permanen dan abadi. Sebab melalui iman di dalam Yesus Kristus, kematian yang kita alami sekarang ini adalah "kematian terhadap dosa" dari tubuh yang fana tapi kemudian kita akan "hidup bagi Allah" dalam tubuh yang baka (Rm. 6:10-12).
 Pada hari kedatangan Yesus kedua kali semua manusia yang sudah mati akan dibangkitkan untuk turut menyaksikan peristiwa kedatangan-Nya yang mulia itu bersama-sama dengan orang-orang yang masih hidup, sebab "setiap mata akan melihat Dia" (Why. 1:7). Tetapi ada satu kejadian istimewa yang hanya akan dialami oleh umat tebusan yang hendak diselamatkan, baik mereka yang masih hidup maupun yang baru dibangkitkan dari kematian. Yaitu, "kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir...karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati" (1Kor. 15:51-53).
 "Kebangkitan orang benar pada kedatangan Yesus yang kedua akan terjadi dengan seketika. Seperti pada penciptaan pertama umat manusia, itu akan menjadi sebuah peristiwa adikodrati di mana Allah melakukan segalanya. Semua ini secara mencolok bertentangan dengan evolusi teistik. Betapapun juga, jika Allah tidak akan menggunakan jutaan tahun evolusi untuk menciptakan kita kembali, tetapi melakukannya dalam sekejap, maka Ia pasti sudah menciptakan kita tanpa evolusi di babak pertama" [alinea terakhir: empat kalimat pertama].
Apa yang kita pelajari tentang penciptaan ulang manusia?
1. Setiap manusia yang pernah hidup di atas Bumi ini adalah keturunan Adam dan Hawa yang aslinya terbuat dari debu tanah. Akibat dosa nenek moyang pertama manusia itu maka seluruh keturunannya juga mewarisi kutukan dosa yang sama: semua harus mati dan kembali kepada debu tanah.
2. Kematian penebusan dosa yang dijalani oleh Yesus Kristus di kayu salib telah membuka pintu kepada penciptaan ulang manusia (rekondisi). Kematian atas tubuh yang lama harus terjadi sebagai upah dosa, tapi di dalam Yesus kita pun beroleh karunia hidup kekal dari Allah (Rm. 6:23).
3. Secara rohani, penciptaan ulang manusia dari "manusia lama" menjadi "manusia baru" terjadi ketika anda dan saya masih hidup dengan tubuh yang fana. Secara fisik, penciptaan ulang manusia dari "kondisi yang fana" kepada "kondisi yang baka" akan terjadi pada kedatangan Yesus kedua kali, baik bagi mereka yang masih hidup maupun yang sudah mati.
3. HASIL PENEBUSAN KRISTUS (Pemulihan Kekuasaan Manusia)
 Pemulihan status. Luar biasa! Rencana keselamatan Allah yang dilaksanakan melalui kematian penebusan Yesus Kristus di Golgota tidak saja memulihkan manusia secara fisik kepada keadaannya semula yang baka, tetapi penebusan-Nya itu juga memulihkan manusia kepada statusnya semula sebagai penguasa bumi ini. Pada waktu baru diciptakan Allah telah memberikan kuasa kepada manusia untuk memerintah bumi ini (Kej. 1:28), tetapi kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat kuasa itu direbut oleh Iblis. Namun Yesus datang ke dunia ini dan merebut kembali kuasa itu dan melemparkan ke luar penguasa dunia tersebut (Yoh. 12:31).
 "Adam diberi tanggungjawab untuk menjadi penguasa dunia. Ketika dia berbuat dosa, kekuasaan Adam dalam bahaya...Dan meskipun Setan masih diperbolehkan untuk beroperasi di bumi dan melakukan kerusakan, kita bisa bersyukur karena mengetahui bahwa hari-hari Setan sedang dihitung; kemenangan Kristus di salib menjamin hal itu" [alinea pertama: dua kalimat pertama; alinae kedua: kalimat terakhir].
 Mati bersama Kristus. Rasul Paulus menulis, "Benarlah perkataan ini: 'Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia'" (2Tim. 2:11-12; huruf miring ditambahkan). Ungkapan "benarlah perkataan ini" (Grika: πιστὸς ὁ λόγος, pistos ho logos; Inggris: faithful saying) merupakan gaya bahasa yang lazim dipakai untuk memberi tekanan akan kebenaran dari kata-kata selanjutnya. Ungkapan ini digunakan beberapa kali oleh sang rasul ketika hendak menekankan sesuatu pekabaran penting yang akan disampaikannya (baca juga 1Tim. 1:15, 1Tim. 4:8, dan Tit. 3:8).
 Dalam ayat di atas, Paulus menekankan pekabaran penting tentang jaminan bahwa setiap orang yang mati bersama Kristus akan hidup pula bersama Dia. Alkitab mengajarkan kita tentang bagaimana kita "mati bersama Kristus" dalam dua cara: pertama, yang digambarkan dengan baptisan (Rm. 6:3-5); kedua, yang dialami oleh para syuhada (Mat. 10:39, Mrk. 8:35). Sementara kedua kematian tersebut sama-sama bernuansa penyangkalan diri, kematian yang pertama itu lebih bersifat rohani (kematian dari sifat-sifat manusia lama, dalam hal ini hanya dialami oleh manusia) sedangkan yang kedua adalah bersifat jasmani (mati dalam arti kata sesungguhnya, yang dalam hal ini dialami juga oleh Yesus Kristus). Terhadap kematian yang kedua itu kita beroleh jaminan untuk dibangkitkan kembali sama seperti Kristus.
 Memerintah bersama Kristus. Dalam penglihatannya, Yohanes Pewahyu menyaksikan bagaimana Yesus Kristus sebagai "Anak Domba yang tersembelih" itu menerima gulungan Kitab dari tangan Allah Bapa untuk kemudian membuka materainya (Why. 5:8). Kemudian rasul mendengar sebuah paduan suara yang menyampaikan pujian terhadap Anak Domba yang menyatakan kelayakan-Nya untuk berbuat itu oleh sebab Dia "telah disembelih" dan dengan darah-Nya "telah membeli" manusia dari "tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa" bagi Allah.
 Rombongan besar manusia yang berasal dari segala bangsa itu telah dikumpulkan-Nya dari sepanjang zaman untuk "membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi" (ay. 10; huruf miring ditambahkan). Hal ini selaras dengan pernyataan rasul Petrus perihal umat tebusan Allah, "kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri" (1Ptr. 2:9).
 Apa yang kita pelajari tentang pemulihan status manusia melalui penebusan Kristus?
1. Kematian penebusan oleh Yesus Kristus selain menghasilkan pemulihan kondisi manusia secara fisik, dari keadaan yang fana kepada keadaan yang baka, juga memulihkan status manusia yang hilang akibat dosa, yaitu kembali menjadi penguasa atas bumi ini.
2. Untuk memperoleh pemulihan tersebut--fisik maupun status--kita harus rela mati bersama Kristus supaya kita pun akan bangkit bersama Dia dalam kemenangan. 
3. Hanya orang-orang yang telah menjalani pengalaman seperti yang Kristus alami saja akan beroleh kesempatan untuk memerintah bersama Dia dan juga melayani sebagai imam-imam seperti Dia. Memerintah bersama Kristus artinya turut mengambil bagian dalam kuasa-Nya.
4. PENATAAN KEMBALI KEHIDUPAN (Lebih Banyak Pemulihan)
 Restorasi pertama. Dalam ekologi (ilmu yang mempelajari tentang hubungan organisme-organisme hidup dengan lingkungan abiotik) dikenal istilah "ekologi restorasi" yang mulai populer pada tahun 1980-an. Ini adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana memperbaiki dan memulihkan ekosistem yang sudah merosot dan rusak. Betapa tidak rusak? Manusia, yang seharusnya menjadi penguasa serta pelindung alam dan lingkungan hidup, justeru telah berubah menjadi perusak alam yang ganas. Manusia, yang pada waktu diciptakan Tuhan adalah makhluk paling mulia di planet ini dan bukan pemangsa makhluk hidup, malah belakangan tergolong dalam "rantai makanan" dengan kebuasan yang tak alang kepalang.
 Allah, Sang Pencipta, tentu sangat kecewa dengan kenyataan tersebut. Maka Ia pun berfirman, "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka" (Kej. 6:7). Ini adalah semacam tindakan "pemutihan" untuk merestorasi planet yang telah rusak ini. "Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi" (ay. 11-12). Jadi, dapat dikatakan bahwa kerusakan akhlak manusia berkorelasi dengan kerusakan lingkungan hidup atau alam. Memang kerusakan akhlak itu bukan baru sekarang, hanya saja sekarang ini kerusakan itu semakin meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya.
 "Apa yang telah dimulai sebagai sebuah kerajaan yang damai sudah menjadi penuh dengan penyelewengan, kekerasan, dan kejahatan. Ini adalah akibat dosa. Dunia yang tadinya 'amat baik' telah menjadi begitu buruk sehingga menyerukan kehancurannya sendiri" [alinea kedua].
 Restorasi kedua. Pembersihan bumi dengan air bah yang Allah lakukan pada zaman Nuh adalah bersifat fisik, tidak dimaksudkan sebagai pembasuhan dosa yang telah menguasai dunia ini. Meskipun restorasi ekologis tersebut sudah dilakukan, di mana generasi baru manusia maupun hewan telah menggantikan generasi lama yang sudah musnah, tetapi karena dosa masih bercokol di hati manusia maka restorasi kedua harus dilakukan. Kali ini bukan sebatas restorasi ekologis saja tapi menyeluruh, sebuah restorasi total yang meliputi bumi dan segala isinya termasuk manusia dan hewan.
 Dalam kitab Yesaya pasal 65, penggambaran tentang "dunia baru" sebagai hasil dari restorasi kedua yang bersifat total itu sungguh menyenangkan dan membesarkan hati untuk dibaca. Restorasi total itu ditegaskan dalam ayat 17, yang berbunyi: "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati" (huruf miring ditambahkan). Artinya, dunia baru itu akan benar-benar berbeda dari yang lama, bahkan yang lama itu bakal dilupakan sama sekali. Kedamaian dan ketenteraman dunia baru itu dilukiskan dengan kata-kata ini: "Serigala dan anak domba akan bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan hidup dari debu" (ay. 25, bag. pertama). Versi BIMK menerjemahkan bagian ini: "Serigala dan anak domba sama-sama makan rumput; singa makan jerami seperti sapi, dan ular tidak berbahaya lagi."
 "Melalui keindahan bahasa puisi ini, Yesaya menunjukkan kepada kita bahwa tidak akan ada kekerasan di dunia baru. Penyelewengan dan kekerasan, yang menjadi karakteristik dari dunia sebelum air bah yang menyerukan kehancurannya, keduanya akan hilang dari yang baru. Itu akan menjadi satu dunia yang harmonis dan kooperatif, sebuah kerajaan damai" [alinea terakhir: tiga kalimat pertama].
 Sekilas tentang kitab Yesaya. Membaca Yesaya 65:17-25 membuat banyak dari kita membayangkan suasana dunia baru dalam pemahaman harfiah seperti itu, termasuk bahwa di surga keluarga-keluarga akan membangun rumah (ay. 21), bercocok-tanam (ay. 22), dan masih akan ada kelahiran bayi (ay. 23). Tetapi hal ini akan jadi bertentangan dengan perkataan Yesus sendiri, ketika menanggapi skenario kaum Saduki tentang seorang perempuan yang bersuamikan tujuh pria bersaudara secara berturut-turut, bahwa sesudah kebangkitan tidak ada lagi ikatan perkawinan karena semua akan hidup seperti malaikat (Mat. 22:30; Mrk. 12:25). Tetapi sementara kita perlu melakukan penelitian lebih mendalam tentang hal ini, ada baiknya kita menyimak dulu informasi perihal latar belakang kitab Yesaya.
 Para penyelidik Alkitab berpendapat bahwa kitab Yesaya tidak seluruhnya ditulis oleh nabi Yesaya, melainkan oleh setidaknya tiga penulis dalam periode waktu yang berbeda. Pakar-pakar membagi kitab Yesaya ke dalam tiga bagian: Proto-Yesaya atau Yesaya pertama dan asli merupakan tulisan nabi Yesaya (pasal 1-39), ditulis di Yerusalem antara tahun 740-687 SM; Deutero-Yesaya atau Yesaya kedua (pasal 40-55) yang ditulis oleh seorang tak dikenal yang tinggal di Babilonia pada masa pembuangan; Trito-Yesaya atau Yesaya ketiga (pasal 56-66) yang ditulis oleh salah satu atau lebih pengikut nabi Yesaya tak lama setelah pulang ke Yerusalem dari pembuangan di Babilonia. Alasan utama dari teori tiga bagian ini ialah karena bagian-bagian dari kitab Yesaya tersebut menggunakan gaya bahasa yang berbeda, keadaan dan suasana yang berbeda, serta tema isi yang berbeda. Pasal 1-39 berisi nubuatan perihal kejatuhan Yerusalem, pasal 40-55 menyangkut masa pembuangan di Babilon, dan pasal 56-66 tentang masa pemulihan Yerusalem yang dikaitkan dengan suasana dunia baru. Namun teori tiga bagian (tiga penulis) ini ditandingi pula dengan teori dua bagian (dua penulis) dan teori keutuhan kitab Yesaya (satu penulis tunggal). (Dari berbagai sumber.)
 Apa yang kita pelajari tentang pemulihan-pemulihan Allah atas bumi ini?
1. Dosa dan kejahatan manusia telah mengakibatkan kerusakan pada Bumi yang Allah sudah ciptakan dengan sempurna. Akibatnya, Allah bertindak dengan melakukan restorasi pertama--bersifat fisik--dengan mendatangkan air bah dan hanya menyisakan keluarga Nuh serta beberapa pasang hewan dari tiap jenis.
2. Karena warisan dosa terus dibawa oleh keturunan Nuh, umat manusia pasca air bah tetap saja jahat dan melakukan kejahatan-kejahatan seperti semula. Sesuai dengan rencana Allah, restorasi kedua yang bersifat total--fisik dan spiritual--akan dilakukan pada kedatangan Yesus kedua kali.
3. Keberhasilan "restorasi kedua" yang merupakan restorasi pamungkas (terakhir) terletak pada kenyataan bahwa dosa maupun upah dosa, yakni kematian, akan dihapuskan untuk selamanya (Mi. 7:19).
5. DIDAMAIKAN DENGAN ALLAH (Pemulihan Hubungan Dengan Allah)
 Permusuhan dengan Allah. Permusuhan Allah terhadap manusia telah ditunjukkan secara fisik dengan mengusir Adam dan Hawa keluar dari Taman Eden dengan cara yang tegas (Kej. 3:24), dan sejak itu manusia tidak dapat lagi memandang wajah Allah tanpa mengalami kematian (Kel. 33:20), bahkan kehadiran Allah secara fisik di dekat manusia dapat menimbulkan ketakutan dan kengerian yang hebat (Ul. 5:24-26). Sebuah ujud perseteruan yang dahsyat.
 "Dosa telah memutuskan hubungan antara Allah dengan umat manusia. Allah menjauhkan pasangan itu dari hadirat-Nya demi perlindungan mereka sendiri. Manusia tidak bisa lagi melihat wajah Allah dan tetap hidup...Namun, Tuhan dengan inisiatif-Nya sendiri membawa rencana keselamatan oleh mana hubungan yang rusak itu dapat diperbaiki, sekalipun dengan harga yang mengerikan terhadap Diri-Nya sendiri" [alinea kedua dan ketiga].
 Salib sebagai jalan pendamaian. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, hubungannya dengan Allah menjadi terputus dan manusia kehilangan kemuliaan Allah yang semula menyelubungi mereka. Paulus berkata, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rm. 3:23). Tetapi atas prakarsa Allah sendiri, Ia telah mengutus Putra-Nya datang ke dunia ini dan mati untuk kita sehingga kita "dibenarkan dengan cuma-cuma" (ay. 24), oleh sebab "Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya" (ay. 25). Salib adalah "jalan pendamaian" yang disediakan Allah untuk mendamaikan Diri-Nya sendiri dengan manusia yang telah berseteru gara-gara dosa (Rm. 5:10).
 Adalah manusia yang pertama kali memusuhi Allah oleh karena lebih mementingkan keinginan daging sehingga melanggar hukum-Nya (Rm. 8:7). Tetapi Yesus Kristus sudah datang untuk "mempersatukan kedua pihak dan merubuhkan tembok pemisah" antara manusia dengan Allah, "sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu" (Ef. 2:14-16). Inilah damai yang dinyanyikan oleh paduan suara malaikat di hadapan gembala-gembala di padang malam hari itu, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Luk. 2:14). Inilah perdamaian atas konflik vertikal antara bumi dan surga.
 Dipersatukan kembali. Jalan perdamaian yang disediakan oleh Allah sendiri dan dilaksanakan melalui Putra-Nya, Yesus Kristus, telah disahkan di atas salib. Secara resmi perseteruan antara Allah dengan manusia sudah berakhir dan secara teknis hubungan yang retak akibat dosa itu sudah pulih kembali. Namun secara fisik manusia belum langsung dipersatukan kembali dengan Allah, tetapi hal itu baru akan terwujud bilamana Yesus datang kedua kali ketika menjemput anak-anak Tuhan untuk dipertemukan dengan Allah Bapa di surga. Pertemuan ini terjadi pada waktu yang disebut sebagai "Hari Perkawinan Anak Domba" (Why. 19:7).
 Pertemuan inilah yang dijanjikan Yesus kepada murid-murid-Nya sesaat Ia hendak diangkat ke surga (Why. 14:1-3). Di tempat yang disediakan Kristus bagi mereka serta untuk semua umat tebusan-Nya itu adalah tempat yang sangat nyaman dan menyenangkan. "Di dalam kota itu tidak terdapat sesuatu pun yang terkena kutuk Allah. Takhta Allah dan Anak Domba itu akan berada di dalam kota itu. Hamba-hamba-Nya akan berbakti kepada-Nya, dan melihat wajah-Nya. Nama-Nya akan ditulis di dahi mereka. Mereka tidak akan memerlukan lampu atau cahaya matahari, sebab malam tidak ada lagi, dan Tuhan Allah sendiri akan menerangi mereka. Maka mereka akan memerintah sebagai raja untuk selama-lamanya" (Why. 22:3-5, BIMK).
 "Allah dan umat manusia akan dipersatukan kembali, dalam damai dan bertatap muka. Bumi akan menjadi bebas dari kutukan apa pun, dan semua yang telah hilang akan dipulihkan. Umat tebusan akan diberikan suatu lingkungan baru, kehidupan baru, kekuasaan baru, perdamaian baru dengan seluruh ciptaan lainnya, dan hubungan baru dengan Allah. Maksud semula di balik penciptaan manusia sekarang akan terpenuhi. Allah, umat manusia, dan ciptaan akan menjadi harmonis, dan keharmonisan itu akan berlangsung selamanya" [alinea terakhir].
 Apa yang kita pelajari tentang pemulihan hubungan kita dengan Allah?
1. Dosa telah memutuskan hubungan yang harmonis antara Allah dengan manusia. Bahkan, dosa telah menjauhkan manusia dari Allah dan sejak itu tidak dapat dipertemukan lagi. Tetapi terdorong oleh kasih, Allah mengambil inisiatif untuk merukunkan kembali Diri-Nya dengan manusia.
2. Salib menjadi jalan perdamaian yang memungkinkan hubungan yang rusak itu dipulihkan. Pemulihan hubungan itu membuka jalan bagi pemulihan keadaan manusia dan kondisi alamiah bumi ini kembali kepada aslinya.
3. Perdamaian yang diciptakan Kristus akan berujud dengan dipersatukannya kembali Allah dengan umat-Nya, secara rohani sejak masih di dunia ini, dan secara jasmani bilamana umat tebusan itu akan dijemput Yesus untuk bertemu dengan Allah Bapa di surga. Tujuan penciptaan manusia dan dunia ini akan terpenuhi pada akhirnya.
PENUTUP
 Masa kekekalan. Seperti telah kita pelajari, kedatangan Yesus kedua kali nanti akan ditandai dengan pemulihan fisik atas orang-orang saleh yang selamat, yaitu diubahkan dari kondisi tubuh yang dapat binasa menjadi tidak dapat binasa (1Kor. 15:52-54). Pada saat itulah masa kekekalan dimulai. Jadi, masa kekekalan diawali di dunia ini dan dilanjutkan juga di dunia ini setelah masa seribu tahun orang saleh bermukim di surga (milenium), kemudian kita akan kembali ke bumi ini untuk hidup selama-lamanya.
 "Dan sementara bergulir, tahun-tahun kekekalan itu akan mengantar penyataan-penyataan tentang Allah dan Kristus yang semakin lengkap dan terus bertambah mulia. Sementara pengetahuan berkembang, demikian jugalah kasih, rasa hormat dan kebahagian itu pun meningkat. Semakin manusia belajar tentang Allah, semakin besar kekaguman mereka akan tabiat-Nya" [alinea pertama: tiga kalimat pertama].
 Tidak lama setelah bangkit dari kematian-Nya, yang menandai kemenangan-Nya atas maut, Yesus Kristus terangkat ke surga. Pesan yang disampaikan-Nya kepada murid-murid pada waktu itu adalah juga pesan untuk kita semua yang percaya:
 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada" (Yoh. 14:1-3).
 Tidak perlu waktu sampai 2000 tahun lamanya untuk menyediakan tempat bagi kita di surga sehingga Yesus belum datang sekarang. Bahkan, Dia sendiri menyatakan bahwa di rumah Bapa-Nya ada banyak tempat. Lalu, apa lagi yang harus disediakan? Mungkin maksud dari "menyediakan tempat" di sini harus dipahami sebagai "memastikan tempat" untuk anda dan saya, yaitu dengan menjadi Pembela atas kasus kita di pengadilan surgawi. Dalam hal ini, satu-satunya hal yang anda dan saya dapat lakukan sebagai bentuk kerjasama kita dengan Kristus demi memuluskan pembelaan-Nya adalah bertobat sekarang juga!.
 SUMBER :

1.      James L. Gibson, Dir.Geoscience Research Institute, Lomalinda: “Asal “Usul, Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, Trw.I, 2013. Bandung: Indonesia Publishing House.
2.      Loddy Lintong, California U.S.A.