Senin, 29 April 2013

Dorongan Pelayanan Per orangan.



”ALLAH sebenarnya dapat mencapai tujuanNya dalam menyelamatkan orang berdosa tanpa bantuan kita; akan tetapi supaya kita dapat mengembangkan suatu tabiat seperti tabiat Kristus, wajiblah kita mengambil bagian dalam pekerjaanNya. Untuk dapat menikmati kegiranganNya,-- kegirangan melihat jiwa-jiwa yang ditebus oleh pengorbananNya, wajiblah kita mengambil bagian dalam segenap pekerjaanNya untuk penebusan mereka itu.”
Kerinduan Segala Zaman, hal 140
“Tabiat Jemaat yang sebenarnya di ukur, bukan dengan pengakuan yang dibuatnya…, Tetapi dengan apa yang benar-benar di lakukannya bagi Tuhan dan dengan jumlah mereka yang bekerja dengan setia dan sabar.” RH Sept 6,1881
“Engkau bersalah di hadapan Allah kalau engkau tidak berusaha sekuat tenaga membagikan air hidup ini kepada orang lain.” Historical Sketches, hal.291
Pekerjaan yang sangat penting dari gereja adalah evangelisasi, tanpa itu gereja tidak dapat berdiri. Gereja di bentuk untuk pusat pekabaran dan misi khusus adalah membawa injil keseluruh dunia.” Ev,694
“Bilamana ada aktivitas lain di dalam gereja yang mengancam atau menggantikan aktivitas “Evangelisasi dengan aktivitas yang lain, dapat di pastikan bahwa itu adalah alat setan, dan itu tidak sah.” Ev.694 .




KESIBUKAN:
Sibuk. Satu kata. Benar, kita semua sibuk. Pada posisi, pekerjaan masing-masing. Kesibukan, menemani perjalanan manusia dan kita. Anda pernah terjebak? Pekerjaan menggunung, tanggung jawab semakin besar. Namun masalahnya, kesibukan ini kita jadikan dalih, untuk membenarkan diri. Mari menginjil, maaf saya sibuk. Ayo ke KPA, maaf saya sibuk. Kita telah dan mendirikan kebohongan.
Kesibukan berhubungan dengan waktu. Di setiap tempat orang berkelahi dengan waktu. Sehingga orang tidak memiliki lagi waktu untuk dirinya sendiri, keluarga apalagi dengan Tuhan.
Sibuk, menjadi kata yang popular di tengah masyarakat, juga di masyarakat Advent. Menyebabkan hari kemarin, mungkin juga hari ini kita telah lewati tanpa membaca Alkitab. Tanpa terlibat menginjil.
Dalam aksara Cina, kata "sibuk" berarti "kematian hati" atau "hati yang mati" Kesibukan sanggup membunuh "rasa" kita, "mati rasa" Catatan buku Nehemia pasal 13, tentang kematian hati, kematian
kepekaan Israel terhadap kesucian Sabat. Delapan kali Nehemia menggunakan kata Sabat. Orang di Yehuda mengirik, memeras anggur, memuat dan mengangkut gandum, anggur dan ara. Menjual makanan pada hari Sabat. Dan Yehuda berbelanja ikan dan barang lain pada hari Sabat. Perasaan mereka telah mati? Untuk menjaga awal dan akhir Sabat. Ayat 21-Nehemia berkata: Kalau kamu berbuat itu sekali lagi, akan kukenakan tanganku kepadamu. Satu teguran keras Tuhan melalui seorang pemimpin. Nabi Nehemia. Bagaimana? Apakah hati saya mati?
Kesibukan akan mencuri dan merampas hal berharga dalam hidup kita. Sibuk menyebabkan kita kehilangan kepekaan terhadap Tuhan dan sesama. Dan lama kelamaan menyebabkan kita tidak peduli pada orang di luar diri kita.
II Korintus 10:16 Paulus menulis: Ya, kami hidup, supaya kami dapat memberitakan Injil. Hidup kita besok, karena kita menginjil hari ini. Saya hidup hari ini karena saya menginjil kemaren. Menginjil dalam arti luas. Konsep sederhana. Saya mempercayai konsep ini, karena saya mengalaminya dan merasakannya hingga sekarang.
Ketika matahari terbenam Jumat sore ini,kita telah mengakhiri satu ronde waktu, waktu untuk bertanding. Berperang.
Saya bagikan beberapa ayat yang telah menjadi kekuatan bagi saya:
1. Filipi 4:13. I Samuel 17:34-37 Bertandinglah dengan segala kekuatan Tuhan. Bukan kekuatan saya. Memikul beban 50 kg selama 6 hari yang lalu, akan memampukan kita memikul beban setidaknya 52 kg untuk satu ronde pertanding- an berikutnya
2. Yosua 14:13-14 Penantang-penantang, lawan-lawan kita untuk ronde berikutnya adalah musuh-musuh raksasa. II Samuel 21:20-22. Musuh yang lebih kuat dari sebelumnya. Tapi ingat! Ikuti terus Tuhan, Allah Israel, maka kita akan jadi pemenang-pemenang dan pahlawan-pahlawan Tuhan. Bila saya berada di wilayah peperangan Kiryat Arba, berhadapan dengan kekuatan-kekuatan raksasa jahat, atau menghadapi orang Gibeon yang licik, Tuhan akan memberikan kuasa membaca dan mengalahkan penipuan
3. Bilangan 23:23, Ulangan 18:9-22 Tidak ada mantera dan tenung setan yang dapat merubuhkan kita dalam ronde pertandingan sekarang dan berikutnya. Karena Tuhan Pencipta kekuatan kita,
 4.Yoel 3:10. Setiap petanding harus berkata: Aku ini pahlawan. Saat itu seluruh kekuatan bantuan surga akan dikirim kepadamu.
EG White, Maranatha, halaman 261: "Semboyan kita haruslah, Maju, maju terus! Malaikat-malaikat surga akan mendahului kita untuk menyediakan jalan".

 

 

 

 

Motivasi Memberitakan Injil

Kita harus terlebih dahulu mengerti dengan jelas tentang istilah motivasi. Motivasi bukanlah tujuan, dan tujuan bukan motivasi. Motivasi adalah penyebab yang menghasilkan suatu tindakan, sedangkan tujuan adalah hasil yang diharapkan dapat tercapai melalui tindakan itu. Seringkali kita sudah mencampuradukkan kedua istilah tersebut. Misalnya, orang yang percaya kepada Yesus memperoleh hidup yang kekal. Hidup yang kekal adalah istilah hasil dari percaya, bukan motivasi dari untuk percaya. Motivasinya adalah: karena kasih karunia Allah telah dicurahkan kepada kita, Kristus telah mati bagi kita dan telah menebus kita supaya kita menjadi milik-Nya, maka terdorong oleh kasihNya itulah kita mau kembali kepadaNya. Itulah motivasi untuk percaya. Sedangkan masuk surga merupakan akibatnya atau hasilnya, bukan motivasinya.
Demikian pula motivasi dan tujuan pemberitaan Injil berbeda. Jika seseorang memiliki motivasi yang murni maka ia pasti memiliki jiwa yang lurus, baik antara Allah dan manusia, maupun antara langit dan bumi. Sebaliknya jika seseorang tak memiliki motivasi yang murni, betapapun banyaknya bakat dan talenta yang ia miliki, ia tidak akan dapat mencapai hasil yang positif menyeluruh. Motivasi memang sangat penting. Allah tidak akan menerima pelayanan yang bermotivasi campuran, oleh karena itu kita harus meniadakan unsur-unsur campuran dalam motivasi pelayanan kita.
Di dalam dunia kekristenan, banyak orang berbakat yang tidak mencapai hasil pelayanan yang seharusnya dicapainya. Salah satu penyebab utama ialah motivasi yang tidak murni. Paulus berkata, "Aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus" (2 Korintus 11:2). Kesucian dan kemurnian adalah hal yang terpenting pada saat kita melayani. Motivasi yang paling dasar dan paling minimal ini haruslah kita pertahankan.
Seorang yang bermotivasi murni tidak mudah mengalami depresi pada saat putus asa, tidak mudah berkompromi pada saat menghadapi musuh yang kuat, tidak mudah goyah pada saat menghadapi banyak godaan. Sebaliknya motivasi yang benar memberi kekuatan yang besar pada saat yang paling melelahkan, dan memberi keteguhan pada waktu penganiayaan menimpa, memberi suka cita pada waktu sengsara menekan; pada saat lingkungan menunjukkan kegelapan yang paling dahsyat, cahaya di dalam hati kita makin menjadi terang. Maka motivasi yang murni dan hati nurani yang suci adalah salah satu penyebab paling penting bagi suksesnya pelayanan kita. Kalau begitu, apakah sebenarnya motivasi yang murni dalam penginjilan?
1. PENGUTUSAN KRISTUS
Setelah Tuhan Yesus menang atas kuasa maut, Dia lalu mengutus gereja-Nya untuk memberitakan Injil. Jadi kita memberitakan Injil karena Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan telah mempercayakan tugas penginjilan kepada kita. Paulus berkata, "Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, ... pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku" (1 Korintus 9:17). Tuhan mempercayakan tugas itu pada diri kita, betapa mulia hal ini dan menakutkan! Siapakah yang telah menyerahkan tugas ini kepada kita? Pencipta semesta alam, Tuhan yang telah menyelamatkan saya, yang akan menghakimi saya bahkan menghakimi seluruh dunia! Tuhan yang begitu terhormat dan mulia menyerahkan tugas itu kepada kita, maka kita pun patut memiliki rasa tanggung jawab yang serius terhadapnya.
 Sejak saat rasul-rasul menerima Amanat Agung di bukit Galilea sampai sekarang kita melihat dalil yang tidak pernah berubah, yaitu barang siapa mematuhi pengutusan ini, mereka menerima pertolongan Roh Kudus. Mereka menikmati penyertaan Allah dan mereka menjadi rekan Allah untuk memberitakan Injil kepada umat manusia.
2. DORONGAN KASIH KRISTUS
Paulus menyebutkan dengan jelas, "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Roma 5:8). Di sini terlihat bahwa "Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka" (2 Korintus 5:15).
Ketika kasih hadir dalam hidup seseorang, dia akan menemukan bahwa hidupnya dilingkungi, dipegang dan diliputi oleh kasih. Kasih telah menguasai kebebasannya, juga telah menentukan arah langkahnya. Oleh sebab itu dirinya sendiri rela ia serahkan kepada Tuhan, dan segenap potensi yang ada pada dirinya ia serahkan sepenuhnya. Dengan kasih Allah inilah beribu-ribu misionaris rela meninggalkan keluarga mereka, bangsa mereka, dan menuju tempat yang jauh untuk memberitakan Injil.
  Propinsi Galatia, Atalia dan daerah-daerah lain, yang pernah dijelajahi oleh Paulus.  Daerah itu begitu tandus, begitu luas, begitu kering. Di daerah padang belantara yang kering kerontang semacam ini, bisakah kita membayangkan bagaimana Paulus telah pergi dengan kaki sebagai kendaraannya untuk memberitakan Injil. Jika bukan kasih Kristus yang mendorongnya, mungkinkah Paulus rela berkorban seperti ini?
Dalam hati para rasul terdapat suatu tekad yang agung yaitu pergi, pergi! Paulus pergi, Petrus pergi, Yohanes pergi, Thomas pergi. Pergi ke Afrika Utara, ke Arab, ke Eropa, ke India, ke Asia kecil. Baik di padang belantara, di hutan rimba mereka hanya tahu pergi, tanpa bertanya kemana mereka harus pergi, kapan mereka kembali, apakah dijamin dapat kembali. Asalkan bisa pergi, hati mereka sudah cukup puas. Bagi orang yang rela mati di tangan Tuhan, adakah tempat yang tak dapat dikunjunginya? Manusia semacam ini semakin berat jatuhnya, semakin besar aniaya yang dideritanya, justru mendesak dia untuk menyelinap ke dalam lengan Tuhan yang penuh kasih dan kelembutan. Itulah sebabnya mereka rela pergi.
Di sinilah letak rahasia rohani: berapa besar kasih seseorang terhadap Tuhan tergantung sampai berapa dalam dia menyelami kasih dan pengorbanan Tuhan di bukit Golgota. Bila seseorang sudah mengalami kasih itu dan menyelaminya dengan sungguh-sungguh, dengan sendirinya dia dapat mengasihi Tuhan dengan lebih mendalam.
Paulus mengalami pelbagai mara bahaya, baik yang berasal dari banjir, penyamun, saudara-saudara palsu, di darat, di laut, dari orang Yahudi dan bukan Yahudi; dalam keadaan telanjang, dihina, sengsara, kedinginan, diadili dan dipukul, mengalami penganiayaan dan penderitaan, tetapi dia tetap memberitakan Injil. Apakah sebabnya dia rela menanggung semua itu? Gilakah dia? Bodohkah dia? Sama sekali tidak! sebaliknya, Paulus tergolong kaum intelektual agung pada zaman itu. Sampai hari ini dia tetap termasuk salah seorang dari puluhan pemikir yang paling besar pengaruhnya terhadap umat manusia dalam sejarah. Tokoh yang demikian besar, ternyata telah melalui suatu kehidupan yang amat sangat menderita -- dia dipukuli, dicaci-maki, dan dianiaya. Apakah sebabnya dia mau menderita penganiayaan dunia yang sementara ini? Paulus sendiri pasti merasa heran, sehingga dia menjawab, "Sebab kasih Kristus yang menguasai kami ...." (2 Korintus 5:14; dalam terjemahan lain: menggerakkan dan mendorong). Sebagaimana seorang ibu yang melahirkan tidak lagi bisa tahan ketika saatnya sudah tiba, demikian juga orang yang didorong oleh kasih Tuhan tak mungkin menahan diri untuk memberitakan Injil. Itulah arti dari "menggerakkan dan mendorong."
3. PERASAAN BERHUTANG
Orang Kristen adalah orang yang menuju kesempurnaan melalui perasaan berhutang. Dalam Alkitab kita melihat hutang kemuliaan kita terhadap Allah, hutang kasih kita terhadap sesama, dan lebih dari itu kita masih mempunyai hutang terhadap dunia, yaitu hutang Injil. Bila gereja hari ini tidak maju, itu adalah karena gereja tidak memiliki perasaan berhutang. Paulus berkata, "Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar" (Roma 1:14). Perasaan berhutang semacam inilah yang selalu mendesak Paulus memberitakan Injil kepada manusia dari lapisan mana saja. Bagaimanakah dengan kita? Apakah kita juga menuju kesempurnaan melalui perasaan berhutang ini, atau merasa diri sudah kaya sehingga menuju kepada kemiskinan rohani kita? Bukankah kita yang seharusnya menginjili dunia, tidak peduli siapa mereka, baik kaum miskin, kaum kaya, orang intelektual, maupun rakyat jelata, yang sama-sama membutuhkan Injil? Bukankah perasaan berhutang ini harus diikuti oleh pembayarannya, yakni melaksanakan penginjilan? Apakah kita sudah memperlengkapi diri untuk mengisi kebutuhan setiap lapisan masyarakat dengan Injil secara relevan?

 

 

GAIRAH DALAM BERSAKSI DAN MEMBERITAKAN INJIL

“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” (Matius 24:14)

Berbagai persoalan yang muncul di akhir zaman ini, menyebabkan gereja kehilangan semangatnya (passion) untuk bersaksi dan menginjil. Bersaksi dan memberitakan Injil sudah seharusnya menjadi program utama gereja. Apapun program pelayanan yang kita buat atau rencanakan dalam gereja lokal, jika hal itu tidak bermuara kepada jiwa-jiwa yang diselamatkan, maka sebenarnya gereja tersebut telah keluar dari tujuan yang sesungguhnya. Jangan kita berpikir apabila kita telah menghabiskan waktu berjam-jam melayani di gereja, memberi persembahan untuk membantu pekerjaan misi, itu sudah cukup. Itu tidak bisa menggantikan tugas utama kita untuk pergi bersaksi dan memberitakan Injil. Tugas memberitakan Injil, tidak bisa digantikan dengan yang lain. Kita harus pergi dan menyaksikan kepada orang banyak, apa yang Yesus perbuat terhadap diri kita. Kita perlu menyaksikan karya dan kasih Kristus kepada orang-orang yang berada di luar gereja dan memberitakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup.
Dalam Injil Matius 24 khususnya pada ayat 1 sampai 14 ini, kita melihat ada terjadi suatu dialog antara para murid dengan Yesus. Dalam dialog tersebut para murid mengajukan 3 pertanyaan kepada Yesus: pertama, kapan Bait Allah akan hancur; kedua, apa tanda-tanda kedatangan Kristus yang kedua kalinya, dan yang ketiga adalah apa tanda-tanda akhir jaman. Kemudian di dalam ayat 4-14, ini adalah jawaban yang diberikan Yesus atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Menarik sekali untuk kita renungkan ayat 14 ini, karena dari semua tanda-tanda yang disampaikan oleh Yesus, tanda tentang Injil Kerajaan harus diberitakan ke suluruh dunia dan menjadi kesaksian bagi semua bangsa merupakan tanda terakhir. Artinya seluruh dunia dan semua suku bangsa harus mendengar Injil, barulah tiba saatnya kedatangan Yesus yang kedua kali. Dan yang lebih menarik lagi adalah, walaupun ada berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh gereja Tuhan di akhir zaman ini seperti: ada nabi palsu dan ajaran sesat (ay 4,5,11); ada peperangan (ay 6); ada kelaparan dan gempa bumi (ay 7); umat Tuhan dianiaya (ay 9-10); banyak orang kristen murtad (ay 10); dan dosa merajalela sehingga banyak orang kristen menjadi suam (ay 12), gereja Tuhan harus tetap pada panggilannya yaitu bersaksi dan memberitakan injil. Ini adalah tugas utama yang harus dikerjakan oleh gereja Tuhan sampai kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Namun tugas penting ini seringkali dilalaikan oleh gereja Tuhan.
Ada orang berkata, ‘saya mau bersaksi tetapi saya takut.’ Saya coba memberi sebuah ilustrasi: apabila Saudara pergi kepengadilan, jika ada seorang saksi yang takut bersaksi maka kemungkinan besar bahwa kesaksiannya itu bohong atau tidak benar dan omong kosong. Kemungkinan lain adalah saksi tersebut sedang diintimidasi, ditekan, diancam dan sebagainya, sehingga ia takut berbicara. Jadi, jika Saudara tidak berani untuk bersaksi, atau gereja tidak punya gairah lagi untuk memberitakan Injil, pertanyaannya adalah, apakah Saudara sedang percaya pada Juruselamat yang palsu? Atau Saudara sedang berada di bawah ancaman? Ingat perkataan Yesus : “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:20). Tantangan dan ancaman apapun yang kita hadapi, percayalah bahwa Tuhan senantiasa menyertai orang-orang yang pergi memberitakan Injil. Haleluya!
Jika gereja Tuhan merindukan akan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali, maka gereja Tuhan harus bersemangat, bergairah, harus memiliki passion untuk bersaksi dan memberitakan Injil. Gereja Tuhan harus bersemangat dalam melatih, memuridkan serta mengutus para misionaris ke suku-suku yang belum dijangkau oleh Injil. Tapi sayangnya ada banyak gereja Tuhan akhir-akhir ini yang hanya memikirkan ke dalam saja, kepentingan dirinya sendiri, tetapi kurang memiliki kepedulian kepada orang-orang yang belum mendengar berita Injil. Seharusnya gereja memiliki gairah yang tinggi dalam bersaksi dan memberitakan Injil.
Ada 3 alasan mengapa kita harus tetap memiliki gairah atau passion dalam bersaksi dan memberitakan Injil :

1. Karena kita percaya bahwa satu-satunya jalan keselamatan adalah hanya melalui Yesus Kristus.
Ada orang berkata bahwa ada banyak jalan ke Roma demikian juga jalan ke sorga. Tetapi Firman Tuhan dengan jelas berkata bahwa, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah Rasul 4:12). Demikian pula ditegaskan oleh Yesus sendiri di dalam Injil Yohanes 14 : 6 bahwa, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Firman Tuhan ini merupakan sebuah pernyataan tentang sebuah kepastian, tentang satu-satunya jalan serta cara yang harus ditempuh manusia, apabila ia ingin mendapatkan keselamatan yang kekal bersama Bapa di Sorga, yaitu dengan beriman dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Yesus Kristus adalah jalan bagi semua orang yang ingin memperoleh keselamatan, kebahagiaan, dan kesuksesan hidup. Pengakuan bahwa Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan bukan karena hanya didasarkan pada ajaran dan khotbah-Nya, tetapi lebih dari itu didasarkan pada bukti-bukti pekerjaan atau karya keselamatan yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus. Karya keselamatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus terlihat mulai dari saat Dia lahir, ketika Ia melayani dan akhirnya Ia mati di kayu salib serta dibangkitkan. Ini yang membuat kita tetap bergairah untuk bersaksi dan memberitakan Injil karena Kabar baik yang kita sampaikan bukan isapan jempol  tetapi sebuah fakta yang sangat akurat.

2. Karena ada janji penyertaan Tuhan.
Ada banyak alasan orang takut untuk bersaksi dan memberitakan Injil. Takut ditolak, dikucilkan, dianggap terlalu fanatik, dan lain sebagainya. Apapun alasan kita, pada dasarnya kita mau mencari aman saja. Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 16:24-25).
Kita harus percaya bahwa Tuhan pasti menjaga dan menyertai orang yang mau pergi untuk bersaksi dan memberitakan Injil. Matius 28:19-20, berkata “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Di dalam Injil Markus 16:20 juga dikatakan bahwa, “Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.” Jadi, apalagi yang perlu kita takuti. Bergairahlah dalam memberitakan Injil, karena janji penyertaan-Nya adalah ya dan amin.

3. Karena ada upahnya.
Selain janji akan penyertaan-Nya lewat tanda-tanda mujizat, Tuhan juga menyediakan upah khusus bagi mereka yang pergi memberitakan Injil. “Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.” (Matius 10:10). Hal ini juga ditegaskan dalam 1 Korintus 3:8 bahwa, “Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.” Jerih payah kita dalam memberitakan Injil tidaklah sia-sia. Tuhan selalu memperhitungkan hal itu.
Kiranya hal ini mendorong kita untuk tetap memiliki gairah dalam bersaksi dan memberitakan Injil sampai Yesus datang pada kali kedua.-