Kamis, 25 April 2013

Wahyu Kepada Yohanes (37)



WAHYU KEPADA YOHANES –(37)

KESABARAN DAN KETAHANAN

“AKU TAHU SEGALA PEKERJAANMU: baik jerih payahmu MAUPUN KETEKUNANMU. Aku tahu…DAN ENGKAU TETAP SABAR DAN MENDERITA OLEH KARENA NAMAKU; dan engkau tidak mengenal lelah” (Wahyu 2:2,3).

   “Di sini Yesus menggunakan dua kata bahasa Yunani untuk mengekspresikan “bertahan dengan sabar” dan “bertahan dalam kesulitan atau kesukaran.” Rasanya kedua kata itu mengungkapkan dua cara yang berbeda mengatakan hal yang sama.  Namun coba kita satukan kedua konsep ini, maka kita memperoleh makna yang berarti MAJU TERUS disaat Anda tidak bisa maju lagi, atau bertekun menanggung beban saat beban itu begitu menekan.  Kata itu adalah perpaduan dari kata bahasa Inggris “kesabaran” dan kata “ketahanan”.  Jika kita memutuskan mencari visi dari Allah, kita harus naik ke ketinggian gunung-gunung.  Kita harus melangkah ke udara yang tipis di tempat-tempat yang tinggi.   Dan dalam proses itu, kita belajar apakah yang dimaksud dengan sabar bertahan.  1.

Ay 2: “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta”.
1)   ‘Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu’.
a)   ‘Aku tahu’.
Homer Hailey: “‘I know’ ... ‘thy works’ (Ephesus, Thyatira, Sardis, Philadelphia, Laodicea), ‘thy tribulation’ (Smyrna), ‘where thou dwellest’ (Pergamum). The variations are due to differing circumstances. The One in their midst knows all about each church and each one that makes up the church; nothing is hidden from His eyes, ‘but all things are naked and laid open before the eyes of him with whom we have to do’ (Heb. 4:13). Whether it be works, tribulation, or extremely trying surroundings that test the faith of His saints, He knows!” [= ‘Aku tahu’ ... ‘pekerjaanmu’ (Efesus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, Laodikia), ‘kesusahanmu’ (Smirna), ‘dimana engkau diam / tinggal’ (Pergamus). Variasi ini disebabkan oleh perbedaan keadaan. Ia yang ada di tengah-tengah mereka mengetahui segala sesuatu tentang setiap gereja dan setiap orang yang membentuk gereja itu; tidak ada apapun yang tersembunyi dari mataNya, ‘tetapi segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia dengan siapa kita harus berurusan’ (Ibr 4:13). Apakah itu adalah pekerjaan, kesusahan, atau keadaan sekitar yang sangat berat yang menguji iman dari para orang kudusNya, Ia tahu!] - hal 117-118.
Penerapan:
Apakah dalam penderitaan / problem yang banyak, berat, dan berlarut-larut, saudara lalu beranggapan bahwa Tuhan tidak mengetahui hal itu?
H. L. Ellison (Daily Bible Commentary): “Our knowledge of ourselves is at best distorted by self-interest, ignorance and prejudice. We see in part and we know in part. Christ’s knowledge is complete, objective and constructive” (= Sebaik-baiknya pengetahuan / pengenalan kita tentang diri kita sendiri, itu tetap disesatkan oleh kesenangan diri sendiri, ketidaktahuan dan prasangka. Kita melihat sebagian dan kita mengetahui / mengenal sebagian. Pengetahuan Kristus adalah lengkap, obyektif dan membangun) - hal 457.
b)   ‘segala pekerjaanmu’.
·        Kata ‘pekerjaan’ di sini sekalipun juga mencakup pelayanan mereka, tetapi tidak hanya menunjuk pada pelayanan mereka, melainkan menunjuk pada seluruh aspek kehidupan mereka.
·        kalau saudara adalah orang yang hidup benar tetapi selalu disalah-mengerti oleh orang lain, dan dianggap jahat, maka inilah hiburan bagi saudara: Kristus tahu segala pekerjaan / kehidupan saudara! Manusia bisa salah mengerti, tetapi Kristus tidak! Sebaliknya, kalau saudara hidup jahat tetapi saudara pandai bersikap munafik dan bersandiwara sehingga banyak orang menganggap bahwa saudara adalah orang baik, maka ingat bahwa Kristus tahu segala pekerjaan / kehidupan saudara!
c)   ‘jerih payahmu’.
Leon Morris (Tyndale): “KOPOS signifies labour to the point of weariness” (= KOPOS menunjukkan pekerjaan sampai lelah) - hal 59.
William Barclay: “The Risen Christ praises their ‘toil’. The word is KOPOS and it is a favourite New Testament word. Tryphena, Tryphosa and Persis all ‘work hard’ in the Lord (Romans 16:12). The one thing that Paul claims is that he has ‘worked harder’ than all (1Corinthians 15:10). He fears lest the Galatians slip back, and his ‘labour’ is in vain (Galatians 4:11). In each case - and there are many others - the word is either KOPOS or the verb KOPIAN. The special characteristic of these words is that they describe the kind of toil which takes everything of mind and sinew that a man can put into it. The Christian way is not for the man who fears to break sweat. The Christian is to be a toiler for Christ, and, even if physical toil is impossible, he can still toil in prayer” [= Kristus yang telah bangkit memuji ‘jerih payah’ mereka. Kata yang dipakai adalah KOPOS dan itu adalah kata favorit dalam Perjanjian Baru. Trifena, Trifosa dan Persis semua ‘bekerja keras’ dalam Tuhan (Ro 16:12). Satu hal yang diklaim oleh Paulus adalah bahwa ia bekerja lebih keras dari semua (1Kor 15:10). Ia takut orang Galatia akan tergelincir ke belakang, dan ‘jerih payah / susah payah’nya menjadi sia-sia (Gal 4:11). Dalam setiap kasus - dan ada banyak yang lain - kata yang dipakai adalah KOPOS atau kata kerja KOPIAN. Karakter khusus dari kata-kata ini adalah bahwa mereka menggambarkan jenis jerih payah yang menggunakan segala sesuatu dari pikiran dan otot. Jalan Kristen bukanlah untuk orang yang takut untuk berkeringat. Seorang Kristen harus berjerih payah untuk Kristus, dan bahkan jika jerih payah secara fisik tidak mungkin dilakukan, ia masih bisa berjerih payah dalam doa] - hal 62.
Pulpit Commentary: “it denotes the Divine delight in the quality as well as the quantity of their works. It was strenuous, whole-hearted, earnest. Too many who work for the Lord do so as if with but one hand, or even with one finger” (= ini menunjukkan kesenangan Ilahi terhadap kwalitas maupun kwantitas dari pekerjaan mereka. Itu adalah berat, sepenuh hati, sungguh-sungguh. Banyak orang yang bekerja untuk Tuhan melakukannya seakan-akan hanya dengan satu tangan, atau bahkan dengan satu jari) - hal 77.
Penerapan:
Apakah saudara betul-betul berjerih payah / bekerja keras untuk Kristus? Atau hanya bekerja secara santai? Atau bahkan tidak pernah bekerja sama sekali? Ingat bahwa Kristus tahu semua itu! Apakah pada akhir jaman saudara ingin mendengar kata-kata Kristus seperti yang ada dalam Mat 25:26 - ‘Hai kamu hamba yang jahat dan malas ...’? Bandingkan juga dengan Luk 19:22.
d)   ‘ketekunanmu’.
Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah HUPOMONE, yang telah saya jelaskan dalam pembahasan Wah 1:9.
John Stott (hal 24) mengatakan bahwa gereja Efesus ini mendapatkan oposisi lokal, karena Efesus merupakan:
·        tempat pertemuan dari banyak agama.
·        salah satu pusat penyembahan kaisar di propinsi itu.
·        pusat penyembahan kepada Dewi Diana / Artemis (Kis 19:23-40).
Ini menyebabkan gereja / orang kristen Efesus dibenci oleh banyak orang di sana, dan bahkan diboikot sehingga kehilangan langganan dalam bisnis, dan bahkan mendapatkan problem dalam berbelanja. Bahkan mungkin ada penganiayaan secara fisik terhadap orang kristen di Efesus. Tetapi menghadapi semua itu mereka tetap bertekun!
e)   Adam Clarke memperhatikan bahwa ay 2-3 merupakan pujian dan ay 4 merupakan kecaman, dan lalu mengatakan bahwa hal-hal yang baik selalu disebut lebih dulu, dan ini menunjukkan bahwa Allah lebih senang memperhatikan yang baik dari pada yang jahat dalam diri seseorang / sebuah gereja.
Penerapan:
Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara lebih senang / bersukacita pada waktu mendapatkan hal-hal yang baik dalam diri seorang kristen dari pada mendapatkan hal-hal yang jahat / jelek? Ada banyak orang kristen yang merasa senang / bersukacita kalau mendengar ada hal-hal yang jelek tentang seorang kristen lain. Ini aneh, tetapi nyata! Mungkin ini menyenangkan, karena dengan demikian mereka merasa dirinya lebih baik dari orang itu. Jangan menjadi orang seperti itu! Itu jelas lebih mirip setan dari pada Allah!
2)   ‘Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta’.
a)   Dalam Kitab Suci ada banyak peringatan untuk waspada terhadap nabi-nabi palsu.
·        Dalam Mat 7:15 Tuhan Yesus memperingatkan: “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar sebagai domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.
·        1Tes 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”.
·        1Yoh 4:1 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”.
Dan khusus untuk gereja Efesus, pada waktu Paulus meninggalkan mereka, ia sudah memperingatkan akan munculnya nabi-nabi palsu, dan ia menyuruh tua-tua Efesus untuk berjaga-jaga terhadap mereka.
Kis 20:28-31a - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah ...”.
Ini jelas mengharuskan tua-tua / majelis ‘menjaga mimbar’ dengan mengawasi setiap pemberitaan Firman Tuhan dalam gereja. Tetapi sekalipun mereka mengawasi pemberitaan Firman Tuhan dalam gereja, mereka tidak akan bisa tahu sesat atau tidaknya suatu ajaran kalau mereka tidak belajar Firman Tuhan dengan rajin dan tekun. Karena itu kalau saudara adalah tua-tua / majelis, ingatlah bahwa ‘belajar Firman Tuhan’ dan ‘menjaga mimbar’ adalah 2 tugas saudara yang harus selalu saudara lakukan!
Dan tua-tua Efesus mentaati perintah Paulus, sehingga mereka berhasil membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu yang masuk ke Efesus.
b)   ‘engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat’.
·        Terjemahan.
KJV: ‘thou canst not bear them which are evil’ (= engkau tidak dapat tahan terhadap mereka / memikul mereka yang jahat).
NASB: ‘you cannot endure evil men’ (= engkau tidak dapat tahan terhadap orang jahat).
NIV: ‘you cannot tolerate wicked men’ (= engkau tidak dapat menoleransi orang jahat).
Kata bahasa Yunani yang dipakai adalah BASTASAI (yang berasal dari kata dasar BASTAZO), yang berarti ‘to bear’ (= bertahan / memikul). A. T. Robertson mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa orang-orang jahat itu merupakan suatu beban bagi gereja Efesus.
·        Yang disebut sebagai ‘orang jahat’ di sini bukan seadanya orang jahat tetapi rasul-rasul palsu / para pengajar sesat itu. Jadi orang kristen bukannya harus menjauhi seadanya orang jahat, karena jika demikian siapa yang memberitakan Injil kepada mereka?
Juga perlu diperhatikan bahwa para pengajar sesat ini disebut sebagai orang jahat. Mengapa? Karena ada banyak orang kristen, yang sekalipun tahu bahwa pendeta-pendeta tertentu mengajar-kan ajaran sesat, tetapi tetap bersimpati kepada mereka dengan alasan bahwa hidup mereka saleh, dan bahkan membanggakan kesalehan nabi-nabi palsu itu! Ini adalah omong kosong terbesar! Bahwa mereka menyesatkan orang, itu sudah jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang jahat. Kalaupun dalam hal-hal lain mereka kelihatannya saleh, itu pasti hanya karena mereka pandai bersandiwara!
·        Perhatikan bahwa gereja Efesus di sini dipuji karena ketidak-sabarannya terhadap orang-orang jahat / rasul-rasul palsu itu!
Pujian rasul Yohanes terhadap ketidak-sabaran gereja Efesus dalam menghadapi rasul-rasul palsu, cocok / sejalan dengan celaan rasul Paulus terhadap kesabaran orang Korintus dalam menghadapi pengajar sesat.
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seseorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.
·        Apa maksudnya mereka tidak dapat sabar / tidak tahan / tidak menoleransi orang jahat?
Barnes’ Notes: “That is, they had no sympathy with their doctrines or practices; they were utterly opposed to them. They had lent them no countenance, but had in every way shown that they had no fellowship with them” (= Yaitu mereka tidak mempunyai simpati dengan doktrin atau praktek mereka; mereka sepenuhnya menentang orang-orang itu. Mereka tidak menyetujui / memberi muka kepada orang-orang itu, tetapi dengan segala cara menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai persekutuan dengan orang-orang jahat itu) - hal 1552.
Bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:
*        Tit 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi”.
Jadi jelas bahwa dalam menghadapi seorang pengajar sesat, kita mempunyai kewajiban untuk menegur / menasehati dia. Tetapi kalau teguran / nasehat itu tidak dihiraukan, maka kita harus menjauhi / mengucilkan dia!
*        2Yoh 10-11 - “Jikalau seseorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.
·        Perhatikan beberapa komentar lain di bawah ini tentang sikap tidak sabar dari gereja Efesus terhadap orang-orang jahat / rasul-rasul palsu itu.
*        Homer Hailey: “This attitude toward evil men is commendable; if they will not be transformed, let them be transferred” (= Sikap terhadap orang-orang jahat ini patut dipuji; jika mereka tidak mau diubah, biarlah mereka dipindahkan) - hal 121.
*        Homer Hailey: “In an age when we pride ourselves in tolerance and compromise, this attitude might appear bigoted and intolerant. Bigoted, no; intolerant, yes, but an intolerance commended by the Lord” (= Dalam jaman dimana kita membanggakan diri kita sendiri karena toleransi dan kompromi, sikap ini kelihatannya fanatik dan tidak bertoleransi. Fanatik, tidak; tidak bertoleransi, ya, tetapi ini adalah sikap tidak bertoleransi yang dipuji oleh Tuhan) - hal 121.
*        Pulpit Commentary: “Their holy intolerance. There is an intolerance, and there is far too much of it, which is the fruit of conceit, of spiritual pride, of abject narrowness, of gross ignorance, and blind bigotry. They in whom it is found are perhaps amongst the very chiefest enemies of the Church of God, although they loudly boast to belong to its very elect. The intolerance of such is never holy. But, on the other hand, there is a tolerance which is a mere giving in to wickedness because we have not enough zeal for God and righteousness to withstand it. Such people boast of their broadness, ... Of such people it could never have been said, as is here said of the Ephesian Church, ‘Thou canst not bear them which are evil’” (= Ketidak-toleransian yang kudus. Ada ketidak-toleransian, dan ada terlalu banyak ketidak-toleransian seperti itu, yang merupakan buah dari kesombongan, dari kesombongan rohani, dari pikiran sempit yang hina, dari ketidaktahuan / kebodohan yang hebat, dan dari kefanatikan yang buta. Mereka dalam siapa hal ini ditemukan, mungkin adalah musuh-musuh terbesar / terutama dari gereja Allah, sekalipun mereka dengan lantang membanggakan bahwa mereka termasuk orang pilihan. Ketidak-toleransian seperti itu tidak pernah kudus. Tetapi, di sisi lain, ada toleransi yang sekedar merupakan sikap menyerah / mengalah terhadap kejahatan, karena kita tidak mempunyai semangat yang cukup untuk Allah dan kebenaran untuk menahan kejahatan itu. Orang-orang seperti itu membanggakan pikiran luas mereka, ... Tentang orang seperti itu tidak akan pernah bisa dikatakan, seperti di sini dikatakan tentang gereja Efesus: ‘Engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat’) - hal 77.
*        Pulpit Commentary: “Woe to the Church that tolerates, knowingly, impostors in her midst! that lets them remain amongst the true, though they be false!” (= Celakalah gereja yang secara sadar menoleransi para penipu di tengah-tengah mereka! yang membiarkan mereka tetap tinggal di antara orang-orang benar, sekalipun mereka itu palsu!) - hal 78.
*        William R. Newell: “To permit men known to be bad to be in fellowship or even in office, is common today, but is treachery to Christ (= Mengijinkan orang yang diketahui sebagai orang jahat ada dalam persekutuan atau bahkan dalam jabatan, adalah sesuatu yang umum saat ini, tetapi itu adalah pengkhianatan terhadap Kristus) - hal 37.
·        Apakah saudara berhubungan dengan seorang nabi palsu, atau mempunyai seorang teman nabi palsu? Kalau ya, renungkanlah apakah sikap saudara selama ini terhadap dia sesuai dengan ajaran Kitab Suci yang baru saya uraikan di atas?
c)   ‘bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta’.
·        ‘menyebut dirinya rasul’.
Barnes’ Notes: “It cannot be supposed that they claimed to have been of the number of apostles selected by the Saviour, for that would have been too absurd; and the only solution would seem to be that they claimed either (1) that they have been called to that office after the Saviour ascended, as Paul was; or (2) that they claimed the honour due to this name or office in virtue of some election to it; or (3) that they claimed to be the successors of the apostles, and to possess and transmit their authority” [= Tidak bisa dianggap bahwa mereka mengklaim sebagai salah satu dari rasul yang dipilih oleh sang Juruselamat, karena itu akan terlalu menggelikan; dan satu-satunya penyelesaian kelihatannya adalah: atau (1) bahwa mereka dipanggil kepada jabatan itu setelah sang Juruselamat naik ke surga, sama seperti Paulus; atau (2) bahwa mereka mengklaim kehormatan yang merupakan hak dari sebutan atau jabatan ini berdasarkan pemilihan kepada jabatan itu; atau (3) bahwa mereka mengklaim sebagai pengganti dari rasul-rasul, dan memiliki dan meneruskan / membawa otoritas mereka] - hal 1553.
Catatan:
*        yang no 2 dalam kutipan di atas, misalnya seperti Matias (Kis 1:23-26); sedangkan yang no 3 seperti dalam Gereja Roma Katolik.
*        ada kemungkinan lain lagi, yaitu bahwa mereka dikatakan menyebut dirinya rasul palsu, hanya berarti bahwa mereka mengaku sebagai hamba Tuhan / pendeta, tetapi sebetulnya adalah pengajar sesat.
Penerapan:
Jaman sekarang ada banyak sekali orang yang mengaku diri / menyebut diri sebagai pendeta. Tetapi tidak semua mereka adalah pendeta di hadapan Tuhan. Karena itu saudara harus menguji mereka, dari ajaran ataupun kehidupan mereka.
·        ‘pendusta’.
Ini mungkin menunjukkan bahwa para rasul palsu itu melakukan penyesatan secara sadar dan sengaja. Jadi mereka tahu bahwa ajaran mereka itu salah / sesat, tetapi mereka tetap mengajarkannya, mungkin untuk bisa mendapatkan keuntungan dari semua itu. Memang jelas bahwa dalam dunia ini ada penyesat yang melakukan penyesatan secara tidak sadar / tidak sengaja (bdk. Yoh 16:2  Ro 10:2). Jadi mereka betul-betul mengira bahwa apa yang mereka ajarkan itu memang benar. Tetapi jelas juga ada penyesat yang melakukannya secara sadar dan sengaja! Yang kedua ini jelas hukumannya akan lebih berat (bdk. Luk 12:47-48).
d)   Bahwa gereja Efesus bisa membongkar penyesatan / kepalsuan rasul-rasul palsu itu, menunjukkan bahwa gereja Efesus kuat dalam doktrin.
Herman Hoeksema: “the church of Ephesus was strong in doctrine” (= gereja Efesus kuat dalam doktrin) - hal 51.
Mengapa bisa disimpulkan demikian? Karena penyesatan oleh nabi palsu boleh dikatakan selalu terjadi dalam persoalan doktrin.
Memang ada penyesatan dalam persoalan kehidupan praktis, seperti dalam kasus pengikut Nikolaus dalam Wah 2:6, atau dalam kasus sekte ‘Children of God’, tetapi inipun biasanya dilandasi oleh pengertian doktrinal yang salah. Bandingkan ini dengan 1Kor 15:32 - “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’”.
Dari ayat ini jelas bahwa kehidupan praktis yang salah disebabkan oleh pengertian doktrinal yang salah.
Semua ini menyebabkan sebuah gereja harus kuat dalam doktrin!
Penerapan:
·        Kalau saudara adalah hamba Tuhan, maulah mengajar hal-hal doktrinal kepada jemaat saudara. Ingat bahwa perbedaan kristen dengan agama-agama lain atau dengan sekte-sekte sesat dalam gereja, selalu terletak dalam persoalan doktrinal. Dalam persoalan kehidupan praktis, kristen yang benar atau sekte-sekte sesat maupun agama-agama lain, hampir sama ajarannya. Karena itu kalau saudara tidak mau mengajar doktrin, maka bagi jemaat saudara tidak terlalu jadi soal apakah mereka menjadi orang kristen atau beragama lain.
·        Kalau saudara adalah jemaat, maka maulah menerima ajaran yang bersifat doktrinal. Banyak hamba Tuhan yang sebetulnya mau mengajarkan doktrin, tetapi lalu berhenti karena jemaatnya tidak menyenangi doktrin! Memang sikap hamba Tuhan yang seperti ini merupakan sikap yang salah, karena sama seperti orang tua harus memberi makanan yang diperlukan oleh anaknya atau penting bagi anaknya dan bukannya makanan yang disenangi oleh anaknya, demikian juga hamba Tuhan seharusnya memberikan apa yang diperlukan oleh jemaat atau penting bagi jemaat, bukan apa yang disenangi oleh jemaat! Tetapi kalau saudara sebagai jemaat mau mendengar ajaran doktrinal, maka itu akan lebih memotivasi para hamba Tuhan untuk mengajarkan ajaran doktrinal.
Herman Hoeksema: “the church at Ephesus was faithful in discipline. This is usually connected with doctrinal soundness. ... Christian discipline is the reaction of the church against every form of evil, both in doctrine and life, through the preaching of the Word of God as well as through personal admonition and, ultimately, through excommunication” (= gereja Efesus setia dalam disiplin. Ini biasanya berhubungan dengan kesehatan doktrinal. ... Disiplin Kristen merupakan reaksi gereja terhadap setiap bentuk kejahatan, baik dalam doktrin maupun kehidupan, melalui pemberitaan Firman Allah dan melalui teguran pribadi dan akhirnya melalui pengucilan) - hal 53.
Ay 3: “Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu; dan engkau tidak mengenal lelah”.
1)   ‘engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu’.
Terjemahan Kitab Suci Indonesia ini agak kacau.
KJV: ‘And hast borne, and hast patience, and for my name's sake hast laboured’ (= Dan telah bertahan, dan mempunyai kesabaran, dan telah bekerja demi namaKu).
RSV: ‘I know you are enduring patiently and bearing up for my name's sake’ (= Aku tahu engkau bertahan dengan sabar dan bertahan demi namaKu).
NIV: ‘You have persevered and have endured hardships for my name’ (= Engkau telah bertekun dan telah menahan penderitaan demi namaKu).
NASB/Lit: ‘and you have perseverance and have endured for My name's sake’ (= dan engkau mempunyai ketekunan dan telah bertahan demi namaKu). Ini terjemahan yang paling tepat.
Catatan:
·        Kata Yunani yang diterjemahkan ‘perseverance’ (= ketekunan) adalah HUPOMONE.
·        Kata Yunani yang diterjemahkan ‘have endured’ (= telah bertahan) adalah EBASTASAS, yang sama dengan kata BASTASAI dalam ay 2 di atas, berasal dari kata dasar BASTAZO, yang berarti ‘to bear’ (= bertahan / memikul).
Ada beberapa hal yang bisa dibahas dari bagian ini:
a)   Ada saat untuk sabar / bertahan dan ada saat untuk tidak sabar / tidak bertahan (Pengkhotbah 3:1-8).
Kalau tadi dalam ay 2 ada pujian karena ketidaksabaran / sikap tidak tahan terhadap rasul-rasul palsu, maka sekarang dalam ay 3 ada pujian karena kesabaran / sikap bertahan terhadap penderitaan yang mereka alami demi Tuhan. Kesabaran / sikap bertahan di sini sengaja dikontraskan dengan ketidaksabaran / sikap tidak tahan dalam ay 2 di atas.
John Stott: “There is a deliberate contrast in the statement that although they could bear trials and tribulations for the sake of Christ’s name (v. 3), they could not bear the company of these evil men (v. 2)” [= Ada kontras yang disengaja dalam pernyataan bahwa sekalipun mereka mereka sabar dalam ujian dan kesusahan demi nama Kristus (ay 3), mereka tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat ini (ay 2)] - hal 26.
Jadi ada hal-hal terhadap mana kita tidak boleh sabar, tetapi juga ada hal-hal terhadap mana kita harus sabar, yaitu pada waktu mengalami penderitaan / penganiayaan demi Kristus!
b)   Apa artinya sabar di sini?
Sabar di sini berarti bahwa mereka tidak menjadi kecewa, marah, bersungut-sungut, lari dari Tuhan, dsb.
2)   ‘dan engkau tidak mengenal lelah’.
KJV: ‘hast not fainted’ (= tidak menjadi lemah / tak bersemangat).
RSV/NIV/NASB: ‘have not grown weary’ (= tidak menjadi lelah / bosan).
Dalam mengikut / melayani Tuhan selalu ada banyak serangan setan / penderitaan. Ada 2 kemungkinan dalam menghadapi semua itu:
a)   Kita sabar dan terus bertekun dalam ikut / melayani Tuhan.
b)   Kita menjadi lelah, bosan, kehilangan semangat.
Yang mana yang cocok dengan hidup saudara?
Homer Hailey: “A trait of human nature is the tendency to grow faint under hard work and pressures from without. How often in the advancing years of life do men and women who formerly were diligent in serving the Lord retire from the Lord’s work with the plea, ‘I carried the load in my younger years; I am now passing the work on to those in the vigor and strength of that age.’ But is there ever a time to grow weary, to retire and let others bear the brunt of battle and carry the load that should be mine? No, never!” (= Suatu ciri dari manusia adalah kecenderungan untuk menjadi lemah / takut / tak bersemangat di bawah pekerjaan berat dan tekanan-tekanan dari luar. Betapa seringnya dalam masa tuanya laki-laki dan perempuan, yang dulunya rajin dalam melayani Tuhan, berhenti dari pekerjaan Tuhan dengan alasan: ‘Aku telah membawa beban pada masa mudaku; sekarang aku menyerahkan pekerjaan itu kepada mereka yang muda dan kuat’. Tetapi apakah ada saat dimana kita boleh merasa bosan / lelah, berhenti dan membiarkan orang lain memikul bagian yang terberat dari pertempuran dan membawa beban yang seharusnya adalah milikku? Tidak, tidak pernah!) - hal 121-122.       2.
1.    Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007. hal. 45
2.    Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.