Disiplin dan instruksi adalah bagian integral
dari menjadi orangtua orangtua. Amsal 13:24 berkata, “Siapa yang menggunakan
tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa yang mengasihi anaknya, menghajar
dia pada waktunya.”
Anak-anak yang tumbuh tanpa disiplin dalam
rumah merasa tidak diinginkan dan tidak berharga. Mereka kurang arah dan
kontrol diri, dan seiring dengan bertumbuhnya mereka akan memberontak dan
memiliki sedikit dan atau sama sekali tidak memiliki hormat pada otoritas,
termasuk otoritas Tuhan. “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan
engkau menginginkan kematiannya” (Amsal 19:18).
Pada waktu yang sama, disiplin harus diseimbangkan dengan kasih, kalau tidak maka anak dapat tumbuh dalam kebencian, penakut, dan pemberontak (Kolose 3:21). Tuhan mengetahui bahwa disiplin itu menyakitkan ketika terjadi (Ibrani 12:11), tapi jika diikuti dengan instruksi yang mengasihi, itu menjadi luar biasa berharga bagi anak.
Pada waktu yang sama, disiplin harus diseimbangkan dengan kasih, kalau tidak maka anak dapat tumbuh dalam kebencian, penakut, dan pemberontak (Kolose 3:21). Tuhan mengetahui bahwa disiplin itu menyakitkan ketika terjadi (Ibrani 12:11), tapi jika diikuti dengan instruksi yang mengasihi, itu menjadi luar biasa berharga bagi anak.
“Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan
amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan
nasihat Tuhan” (Efesus 6:4).
Adalah penting untuk melibatkan anak-anak dalam pelayanan dan keluarga Gereja ketika mereka masih muda. Datang ke Gereja yang percaya Alkitab (Ibrani 10:25), biarkan mereka untuk melihat Anda belajar Firman Tuhan, dan juga belajar Firman bersama dengan mereka. Diskusikan dunia sekitar mereka sebagaimana mereka melihatnya, dan ajarkan mereka mengenai kemuliaan Tuhan melalui kehidupan sehari-hari mereka. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu” (Amsal 22:6).
Adalah penting untuk melibatkan anak-anak dalam pelayanan dan keluarga Gereja ketika mereka masih muda. Datang ke Gereja yang percaya Alkitab (Ibrani 10:25), biarkan mereka untuk melihat Anda belajar Firman Tuhan, dan juga belajar Firman bersama dengan mereka. Diskusikan dunia sekitar mereka sebagaimana mereka melihatnya, dan ajarkan mereka mengenai kemuliaan Tuhan melalui kehidupan sehari-hari mereka. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu” (Amsal 22:6).
Martin Luther mengatakan, “Selain tongkat,
siapkan apel untuk diberikan kepada anak pada saat dia berbuat yang baik.”
Disiplin dalam pendidikan dan budaya umum harus dilaksanakan dengan hati-hati
dan didikan yang terus menerus dengan banyak doa. Teguran, disiplin dan nasehat
berdasarkan Firman Tuhan, menegur dan memuji ketika perlu adalah tanda dari
“nasehat.” Pengajaran yang diberikan bersumber dari Tuhan, dipelajari dalam
sekolah pengalamanan Kristiani, dan dilaksanakan oleh orangtua (ayah). Disiplin
Kristen dibutuhkan untuk mencegah anak bertumbuh besar tanpa menghormati Tuhan,
otoritas orangtua, pengetahuan akan standar ke Kristenan dan penguasaan diri.
Allah menghendaki
disiplin di dalam Keluarga (Amsal 22:15; 13:24)
Gereja juga harus
bisa mengajarkan mengenai disiplin dalam keluarga. Amsal 13:24 mengatakan : "Siapa
tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi
anaknya, menghajar dia pada waktunya." Menurut Amsal 13:24, siapakah yang benci
terhadap anaknya? Yaitu orang tua yang tidak menggunakan rotan kepada
anak-anaknya. Apakah ini berarti bahwa harus memukul anak dengan rotan? Kita
tidak dapat memaksa ayat ini secara leterlek/harfiah. Intinya adalah disiplin.
Tongkat rotan adalah gambaran dari disiplin. Anak yang melanggar didikan harus
mendapat disiplin dari sejak dini. Sebab jika tidak disiplin tidak akan mampu
membentuk anak ke jalan yang benar.
Amsal 22:6 mengatakan "Didiklah
orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak
akan menyimpang dari pada jalan itu."
Kebanyakan orang tua salah menilai kasihnya
kepada anaknya, mereka menganggap bahwa dengan menuruti segala kemauan anak
mereka menunjukkan kasihnya kepada anaknya. Itu salah! Orang tua tidak boleh
bersikap permisif kepada anaknya, yaitu dengan memperbolehkan segala sesuatu
kepada anaknya dan sama sekali tidak mendidik anaknya berdisiplin. Sikap yang seperti itu tidaklah mendidik anak
justru merusak anak, sebab Allah sendiri pun menentangnya dengan menegaskan
bahwa, anak yang tidak mendapat disiplin adalah anak gampangan (Ibrani 12:8).
Kemudian, siapakah yang mengasihi anaknya?
Yaitulah orang tua yang menghajar anaknya pada waktunya. Ini haruslah
dimengerti dengan benar, sebab banyak orang tua juga yang salah dalam
memberikan disiplin. Orang tua tidak dapat menjadikan hal ini sebagai alasan
untuk menghajar anaknya, itu sikap yang salah! Dasar mendisiplin anak adalah
KASIH. Kita menghajar bukan dengan emosi apalagi kekerasan, tetapi dengan
kasih. Dengan kasih kita harus menyelamatkan anak dari bahaya maut, masa depan
yang hancur, dan dari karakter yang jahat. Menghajar pada waktunya adalah
memberikan didikan yang sesuai dengan seharusnya. Lemah lembut pada waktunya
dan keras pada waktunya. Jangan membiarkan lewat bila telah tiba waktu yang
tepat untuk mendisiplin.
Imam Eli tidak memberikan disiplin yang
tepat pada waktunya, sehingga anak-anaknya tidak mengindahkan Tuhan dan
peraturan (2 Sam. 2:22-25). Percayalah
akan kehendak Allah. Apa kata Amsal 22:15 "Kebodohan melekat pada hati
orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu daripadanya".
Mengapa adanya disiplin dalam keluarga itu
penting? Keluarga adalah lembaga yang dibuat oleh Tuhan. Keluarga pertama kali
dibentuk oleh Tuhan di taman Eden ketika Tuhan mempersatukan Adam dan Hawa.
Tuhan tentu menginginkan keluarga yang berkualitas. Keluarga yang berkualitas
tentu mempunyai standar/pola, yang sesuai dengan kehendak Allah. Disiplin
keluarga akan membentuk kualitas keluarga. Disiplin membatasi ayah, ibu, dan
anak dari kekacauan tetapi menciptakan sebuah keteraturan dalam sebuah
keluarga. Sebab jika tanpa disiplin alias bebas dari aturan, kita adalah orang
yang tidak mempunyai aturan/liar (Dalam kitab Ibrani Allah menyebutnya sebagai
anak gampangan, Ibrani 12:8). Seorang suami tidak boleh tidak memberi nafkah
bagi keluarganya (Kej. 3:17-19; 1 Tim. 5:8). Seorang istri tidak boleh tidak tunduk
kepada suaminya di dalam Tuhan (Kol. 3:18), dan seorang anak tidak boleh tidak
menaati orang-tuanya di dalam Tuhan (Ef. 6:1). Ini disiplin dasar yang
diberikan Tuhan untuk sebuah keluarga, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Keluarga adalah miniatur gereja, oleh sebab itu keluarga harus berkualitas di
dalam Tuhan.
Anak-anak dalam
Alkitab:
- Samuel adalah seorang nabi yang dipakai oleh Tuhan secara luar biasa karena:
- Dilahirkan dari doa seorang ibu (Hana)
- Dibesarkan dengan jubah dari orang tua, jubah melambangkan gambar diri yang terbentuk dari cara orang tua mengarahkan Samuel untuk menjadi seorang pelayan.
- Yoas, Raja (Dalam PB, Raja sering disebut juga Rasul) sejak kecil (2 Raja-Raja 11:21-12:1,2) Yoas adalah raja yang memerintah sejak umur 7 tahun. Sejak bayi hingga berumur 7 tahun, Yoas tinggal di bait Allah dan hidup dari Firman Tuhan terus-menerus.
- Yohanes Pembabtis adalah penginjil yang penuh Roh Kudus sejak dalam kandungan, karena:
- Orang tuanya adalah orang yang hidup takut akan Tuhan, dan adalah orang tua yang dipenuhi Roh Kudus (luk 1:5-6, Luk 1:41, Luk 1:67)
- Dijaga kekudusannya sejak dari kandungan (Luk 1:15) Didikan dimulai sejak dari kandungan
- Timotius menjadi seorang pengajar kitab suci yang handal, karena sejak kecil dididik mengenal Firman Tuhan ( II Tim 3:15)
- Yesus, adalah gembala yang penuh dengan hikmat sejak kecil. Yusuf dan Maria sangat mentaati Firman Tuhan, taurat Musa, dalam mendidik Yesus, dan dalam umur 12 tahun, Yesus dapat bersoal jawab dengan ahli-ahli taurat. Yusuf adalah seorang laki-laki yang sangat menguasai diri (Mat 1:25), sedangkan Maria adalah seorang hamba Tuhan yang penuh dengan penyerahan hidup (luk 1:38).
Prinsip Mendidik Anak
Pendidikan anak tidak
dapat diserahkan sepenuhnya pada pihak sekolah atau pihak gereja. Pendidikan
anak-anak adalah tanggung jawab orang tua dan harus dimulai di rumah. Rumah
adalah sekolah dan gereja yang utama bagi anak-anak dimana anak-anak
mendapatkan banyak hal yang tidak didapatkan di gereja dan di sekolah.
Sifat anak-anak pada
dasarnya adalah bodoh( Amsal 22:15). Kebodohan bukan dari otak atau IQ-nya
tetapi kebodohan yang berasal dari hatinya. Kebodohan harus diatasi dengan
disiplin.
Kitab Amsal menjelaskan tiga cara
melatih atau mendisiplin seorang anak:
- Dengan tongkat (Amsal 13:24). Tongkat akan menyingkirkan kebodohan dan pemberontakan dari anak anda. II Sam 7:14, Amsal 14:3, Amsal 23:13-14 berbicara bahwa Tuhan memakai rotan untuk mengilustrasikan pendisiplinan-Nya pada umat-Nya dan Tuhan menganjurkan kita menggunakan rotan, bukan tangan.
- Cara utama adalah dengan perkataan Amsal 13:1; 15:5
- Lingkungan akan dipakai Allah untuk turut mendidik anak kita Amsal 30:17
Berbicara khusus mengenai pukulan:
Memukul dalam bahasa
alkitab tidak berarti meninju anak atau melempar tubuhnya dengan sebuah benda. Memukul
di sini berarti
- memukul dengan rotan/tongkat
- memberi pukulan di pantat
- diterapkan dengan benar
- tidak bertujuan untuk menimbulkan luka fisik, melainkan untuk mengoreksi sikap hati. (Ibr 12:11)
- Perhatikan II Sam 7:14, Amsal 14:3, Amsal 23:13-14
11 Peraturan
untuk disiplin yang berhasil
- Gunakan alat yang tepat (Ams 29:15, 13:24 ; 22:15, 23:13-14) . Rasa sakit saat didisiplin akan membawa anak pada pengertian bahwa upah dosa adalah maut. Ams 20:30- pukulan dapat membersihkan lubuk hati.
- Anda sendiri harus selalu dalam keadaan terkendali, penerapan pukulan bukanlah suatu kesempatan untuk melampiaskan frustrasi, ketegangan ataupun amarahnya sendiri, Yak 1:20
- Jangan menunda untuk mendisiplin: Pengkh 8:11, Ams 19:18
- Pastikan bahwa anak tahu apa yang menjadi kesalahannya sebelum ia didisiplin. II Sam 12, Tuhan menegur Daud lewat nabi Natan. Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, Ams 28:13
- Posisikan anak dengan posisi yang tepat. Amsal 15:10 , pilihlah bagian pantat yang empuk. Jangan menyentuh bagian wajah sama sekali dalam mendisiplin misalnya dengan menampar, menjewer, menyelentik mulut, dlsb, hal ini akan merusak gambar diri anak-anak.
- Katakan prilaku yang buruk, bukan ‘anak yang buruk’. Koreksi yang baik harus mendatangkan perubahan, setiap koreksi harus beralasan, misalnya “dasar anak nakal, tak tahu diuntung !” itu bukan koreksi yang baik karena menyerang pribadi anak, bukan prilakunya, contoh yang benar adalah “seharusnya kamu belajar taat! Tuhan senang jika kita taat!”
- Selamatkan harga diri anak anda. Katakan tujuan anda adalah agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi, nyatakan keyakinan anda bahwa anak anda dapat berubah. Katakanlah bahwa disiplin ini adalah terpaksa karma kasih saudara kepadanya. Peluk dia kembali.
- Memuji di hadapan umum, mendisiplin secara pribadi
- Ajak anak meminta ampun kepada Tuhan dalam doa dan membereskan langsung masalah-masalah yang berkaitan dengan orang lain.
- Pendisiplinan menggunakan rotan hanya sampai anak berumur 7 tahun saja, selebihnya anak-anak didisiplin dengan sangsi, misalnya jika melanggar peraturan, diberi sangsi tidak mendapat uang jajan selama 2 hari, atau tidak boleh melihat kartun kesayangannya selama 2 hari, dst. Mengapa setelah usia diatas 7 tahun, tidak diterapkan disiplin rotan lagi? Karena setelah umur 7 tahun anak-anak dapat diberi pengertian mengapa ini tidak boleh, mengapa itu tidak boleh, dst. Sedang anak di bawah 7 tahun, yang dibutuhkan dari mereka hanya ketaatan mutlak, tanpa perlu kita menjelaskan panjang lebar mengapa ini tidak baik, mengapa itu baik.
- Ada kondisi-kondisi dimana anak tidak boleh didisiplin
1.
- Kekanak-kanakan
- Kekurangmampuan
- Kecelakaan
- Informasi yang tidak lengkap
- Pelampiasan kemarahan semata-mata dari orang tua
- Peraturan belum disepakati/ diketahui bersama baik secara lisan maupun tertulis
- Dua hal yang harus dikenai disiplin:
- Ketidaktaatan yang disengaja
- Sikap yang salah.
Ef 6:1, Ketaatan
kepada orang tua membawa anak taat kepada Tuhan juga. Isu-isu
terpenting dalam pendisiplinan anak adalah
: Mikha 6:8, Pengkh 12:13
Ketaatan meliputi :
- Berlaku adil
- Hidup dengan berpegang pada perintah-Nya
Sikap2 yang benar
meliputi:
- Mencintai kebaikan
- Rendah hati
- Takut akan Allah
Apa arti taat?
- Ketaatan sepenuhnya, bukan sebagian
- Dilakukan dengan segera, tidak ditunda-tunda
- Melakukan dengan sukacita
Orang tua harus
memiliki 6 hal ini agar Firman Tuhan yang telah diajarkan ini dapat menetap
dalam diri anak-anak:
- Otoritas, Amsal 13:24, Amsal 22:15., Amsal 29:15. Gantikan kebodohan anak dengan hikmat Tuhan. Anak yang terlalu dimanja dan kurang otoritas akan sangat menyedihkan. Ingat anak-anak Eli
- Kasih saying--- Dekap dan belailah anak anda, anak membutuhkan kasih yang diungkapkan, diucapkan dan dinyatakan. Disiplin tanpa kasih sayang akan membuat anak menurut hanya saat kita ada di depan mata, dan itu tidak akan mengubah hati. Tetapi kasih sayang tanpa disiplin akan membuat anak tidak bijaksana. Dua hal ini yaitu otoritas dan kasih sayang harus berjalan seiring.
- Persetujuan
- Penerimaan
Persetujuan dan Penerimaan adalah hal yang
sangat penting. Seorang anak yang diterima di keluarganya
tidak lagi mencari penerimaan di luar rumah. Puji anak anda jika dia melakukan
sesuatu yang baik. Bahkan
ketika anak kita gagal, nyatakan penerimaan kita. Kita menerima
dia bukan karena prestasinya, tetapi karna kita mengasihi
dia. Allah membanggakan Ayub di depan iblis. Dan
10:11-- Tuhan 3
kali lewat perantaraan malaikat-Nya berkata kepada Daniel bahwa Tuhan
menyayangi Daniel. Tuhan memberi perumpamaan talenta dan
berkata kepada hamba yang mengembangkan talentanya ‘baik sekali
perbuatanmu
itu hai hambaku yang baik dan setia.’ Akan tetapi berhati-hatilah karena pujian
yang berlebihan akan merusak anak I Raj 1:6
- Pengajaran
- Teladan
Apa tugas IBU ?
3 Fungsi ibu menurut
I Tes 2:7 -8 adalah mengasuh, merawat, mengasihi
Memberi makanan
rohani bagi anak-anak (Amsal 31:15)
Mengajar anak-anak
takut akan Tuhan (Ams 1:7)
Ibu/Wanita diciptakan
Allah untuk membangun hubungan
Tugas AYAH
3 Fungsi ayah
menasehati, menguatkan hati (menanamkan pendirian/ prinsip-prinsip), meminta
dengan sangat/ mendisiplin agar kita hidup sesuai dengan kehendak Allah. Ketiga
hal ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter
Lukas 1;17, Mal 4:6,
I Tes 2: 11-12
Fungsi ayah adalah
mempengaruhi kelangsungan bumi, pelayanan terpenting dalam keluarga dipegang
oleh seorang ayah/suami.
Ayah/ laki-laki
diciptakan Allah untuk menjadi penghasil, pemecah masalah dan berprestasi.
Perhatikan Ulangan
6:7
Firman Tuhan harus diajarkan
berulang-ulang dan didiskusikan
- dalam perjalanan, kesempatan untuk mengetahui banyak hal dengan banyak pertanyaan, anak membutuhkan informasi
- di tempat tidur, Firman Tuhan jadi pengantar tidur yang mengisi mimpi anak-anak dengan cerita alkitab.
- Waktu bangun, mendiskusikan mimpi-mimpi
- Tangan, berbicara mengenai pekerjaan kita
- Dahi berbicara mengenai cara kita berpikir
- Pintu rumah, artinya keluar masuk rumah firman Tuhan diajarkan
- Pintu gerbang, artinya ketika jauh dari rumah sekalipun tetap dibekali Firman Tuhan
Perhatikan bahwa
perintah mengajarkan ini didahului dengan perintah agar orang tua mengasihi
Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan. Urutan ini tidak dapat dibalik.
Itu berarti ada dua hal penting yang Tuhan mau:
- Orang tua mengasihi Tuhan (memberikan teladan)
- Orang tua mengajarkannya kepada anak-anak.
Amsal 4:11 menulis ;
Aku mengajarkan jalan
hikmat kepadamu, aku memimpin engkau di jalan yang lurus.Jalan lurus di dalam
bahasa Ibrani berarti ‘jejak yang dibuat oleh kereta’. Kita adalah
kereta-kereta yang meninggalkan jejak /teladan bagi anak-anak kita.
Menjaga anak-anak dengan Firman Tuhan,
Hadiah terbaik yang dapat kita berikan
kepada anak-anak kita adalah karunia hikmat Allah. Sepeda baru akan segera
usang dan rusak, tetapi prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan yang kita
berikan anak menjadi hadiah yang bernilai kekal.
Menanamkan Firman Tuhan pada anak-anak,
mengajak anak-anak merenungkan Firman Tuhan, memutuskan apakah sesuatu dapat
dilakukan atau tidak (menyaring). Maz 119:9, Yos 1:8, I Kor 6:12 Salomo dari
kecil dididik untuk mencari hikmat (Ams 4:1 dst), oleh karena itu pada waktu
Salomo menjadi pemimpin, hikmat itulah yang pertama kali dimintanya daripada
Tuhan. Batsyeba menjadi seorang penasehat dan pengajar yang baik bagi Salomo
sehingga Salomo menjadi seorang pemimpin yang berhikmat.
Tidak cukup anak hanya dapat membedakan apa
yang baik dan yang tidak, tetapi perlunya melatih anak-anak untuk mengambil
keputusan untuk taat akan firman Tuhan.
Mengajak anak berpikir positif (Fil 4:8)
Menangani anak-anak yang kehilangan figur
ayah/ibu
Anak-anak yang kehilangan figure ayah atau
ibu dapat ditanamkan konsep bahwa Tuhan ada di posisi sebagai ayah dan ibu (Maz
27:10). Timotius adalah anak yang dibesarkan tanpa figure ayah, ayahnya Yunani,
tetapi Ibunya Ibrani, mungkin papa dan mamanya bercerai tetapi Paulus menjadi
ayah rohani bagi Timotius. Gereja harus mengambil sikap terhadap anak-anak yang
tidak punya figure
Manfaat membacakan cerita alkitab untuk anak-anak:
- mendorong anak-anak mencintai buku alias gemar membaca
- mampu mendekatkan hubungan orang tua dan anak-anak
- menanamkan karakter ilahi melalui cerita alkitab
- mengembangkan daya imajinasi anak
- membagikan pengalaman hidup kita yang kaya dengan suka-duka, kegagalan- keberhasilan, manis-pahit, lucu-memalukan, dlsb.
Dengarkan dan tanggapi anak anda
Keengganan manusia untuk mendengar dan
menangggapi orang lain, bisa menjadi batu sandungan fatal dalam hubungan antar
sesama.
Orang tua harus selalu menyediakan telinga
bagi anak-anak ketika mereka sedang bercerita atau bertanya. Orang tua harus
bisa menjaga privacy atau rahasia anak, jangan bocorkan rahasia atau kelemahan
anak pada teman-temannya atau orang lain.
Contoh: Musa masa
kecilnya disembunyikan dan dilarang berbicara, akhirnya dia tidak siap menjadi
pemimpin.
Memilih mainan
anak-anak yang positif
- Pilih mainan anak-anak yang beraspek fisik, yaitu membuat anak bergerak baik secara motorik kasar maupun halus
- Pilih mainan yang beraspek kognitif atau kecerdasan, memancing daya imajinasi dan kreasi anak
- Pilih mainan anak-anak yang dapat menyalurkan emosi anak
- Pilih mainan anak-anak yang beraspek sosial dimana melalui permainan itu anak-anak dapat berinteraksi dengan teman-temannya, belajar memecahkan masalah dan belajar membuat aturan main bersama-sama
Perlunya diet TV
keluarga
Jagalah jendela mata, telinga, dan hati dari
anak-anak kita (Amsal 27:19-20, Mat 5:29, Mat 6:22, I Yoh 2:16, Amsal 2:2-6, 2
Tim 4:3-4)
- Survey oleh Milton Chen, Ph.D (AS) bahwa anak-anak menghabiskan waktunya di depan TV rata-rata 4 jam sehari, 28 jam seminggu dan 1.400 – 1.800 jam setahun. Banyak juga waktu yang dihabiskan di depan TV?
- Anak-anak yang teralu banyak di depan TV tidak memiliki lagi kesempatan untuk membuang energinya, sehingga energinya berlebihan. Pelampiasan kelebihan energi ini bisa dilampiaskan di perkelahian, dan lain-lain.
- Acara TV yang negative kerap mengajarkan tentang kekerasan, percabulan, rumah tangga yang tidak harmonis, dunia mistis,perkataan kotor dan kasar, dll
- Hasil penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang senang menonton acara TV yang berbau kekerasan cenderung berprilaku agresif di ruang kelas maupun di tempat bermain, ketika berusia 19 tahun dan 30 tahun, lebih agresif lagi dengan kekerasan di dalam rumah tangga, pelanggaran lalu lintas,dll.
- Dampingi anak-anak dalam menonton TV, diskusikan hal-hal negative dan positive dari sebuah tayangan, bandingkan dengan kebenaran Firman Tuhan
- Diskusikan mengenai acara apa yang membangun dan acara apa yang tidak membangun.
- Buatlah menu diet TV untuk seisi keluarga. Orang tua jangan memutar acara TV yang mana anak-anak tidak diijinkan menonton.
- Ganti kegiatan nonton TV yang berlebihan bahkan kecanduan dengan kegiatan positif lainnya yang disebut home centered learning atau kegiatan belajar yang berpusat di rumah, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah, membaca, bermain, berolah raga, tugas-tugas rumah, atau berekreasi bersama keluarga di luar rumah
Kasih sayang turut membentuk kecerdasan anak
kita
Ada keterikatan erat antara pembentukan otak
anak dan perasaan dengan rangsangan yang diberikan, bahkan sejak dalam
kandungan. Rangsangan yang bisa diberikan untuk perkembangan otak adalah
mengajak berbicara dan mendengarkan musik.
Kenali anak anda
Periksalah tingkah laku anak anda, amsal
20;11. Dukung dan puji jika tingkah laku anak baik, tetapi tingkah laku yang
buruk harus dibereskan dengan cara mendidik, melatih dan mendisiplin. Menjalin
hubungan dengan anak sangatlah penting, karena pada akhirnya ketika anak-anak
jauh dari kita yang tersisa hanyalah sebuah hubungan. Lihat cerita anak yang
hilang, mengapa anak yang hilang meninggalkan rumah? Karna ia tidak mau terikat
pada hukum, ia ingin bebas, tetapi pada akhirnya hubungan yang intim saat dia
kecil dan yang dibina terus sampai bertahun-tahun itulah yang menggiring dia
untuk pulang ke rumah Bapa.
Salomo memiliki hubungan yang baik dengan
Daud dan Batsyeba (Amsal 4:3) Hubungan Salomo dengan orang tuanya melahirkan
keinginan yang kuat yang ditanamkan yaitu ‘berhikmat’. Itulah permintaan yang
pertama kali muncul ketika Allah menawarkan hadiah kepadanya. Sekalipun Salomo
pernah keluar jalur, pada akhirnya dia tetap bertobat, karena satu hal;
HUBUNGAN. Peraturan dalam rumah sangat penting, tetapi hubungan juga penting.
Miliki multifungsi
tingkat hubungan dengan anak
- guru/pengajar
- sahabat
- teman
- konselor/penasehat/teman curhat
- pendidik
- pendoa (Hanna seorang pendoa bagi Samuel, ditengah krisis moral dan krisis rohani, Samuel tetap peka akan Tuhan dan hidup takut akan Tuhan, menjadi nabi yang berhasil)
- pemimpin/pendorong
- pemberi teladan
- imam
- wakil Allah di dunia bagi anak-anak
Bagaimana mengatasi
anak yang sulit dikendalikan?
- Tetap mengasihinya
- Percayalah bahwa Tuhan sanggup mengubahnya
- Berikanlah mereka Firman Tuhan
- Dampingilah mereka untuk meyakinkan bahwa orang tua menyayanginya
- Disiplinkan dia sesuai Firman Tuhan
- Beri kesempatan kepadanya untuk berubah sesuai dengan kepribadiannya dan sesuai kehendak Tuhan.
MENDOAKAN ANAK-ANAK KITA:
Banyak pendoa-pendoa bagi anak yang mencetak
keberhasilan hidup anak-anaknya lewat doa. Hana berdoa buat anaknya, Ayub
berdoa buat anak-anaknya, Daud berdoa buat anak-anaknya. Dalam Mazmur 72:20,
Daud menulis’ sekianlah doa-doa Daud bin Isai’ Dari semua doa-doa Daud yang
pernah dinaikkan, doanya yang paling akhir adalah untuk anaknya, Salomo yang
sekarang menjadi Raja Israel. Pada ayat satu dan dua dari pasal 72 ini Daud
berdoa agar Salomo dapat mengadili umat Tuhan dengan keadilan, dan ini digenapi,
Salomo memerintah dengan adil dan penghakimannya diakui di segala penjuru
dunia. Di ayat 7 Daud berdoa agar ada damai, dan digenapi bahwa pada
pemerintahan Salomo, tidak ada lagi perang. Ayat 10 menjelaskan bahwa banyak
raja-raja akan memberi persembahan, termasyuk Ratu syeba, dan ini pun digenapi,
di ayat 17 doa Daud digenapi bahwa nama Salomo menjadi sangat masyhur bahkan
sampai sekarang ini. Setelah Daud mati, isi doanya bagi anaknya pun tetap
digenapi Tuhan.
Doa-doa kita bernilai kekal dan supranatural.
Kita pun dapat berdoa bagi anak-anak kita, sebut nama mereka dan berdoa bagi
masa depan, jodoh mereka kelak, tuntut karakter ilahi dalam hidup mereka.
Pendisiplinan Anak (Child Discipline)
Anak yang tak pernah didisiplinkan akan
tumbuh menjadi egois dan suka memberontak terhadap perintah. Anak harus
didisiplinkan kapanpun ia dengan keras kepala tidak menaati aturan yang
wajar yang telah ditetapkan sebelumnya oleh orang-tua. Anak tak boleh dihukum
karena kesalahan atau karena sikap tidak bertanggung-jawab. Tetapi, anak harus
menghadapi konsekwensi kesalahan dan sikap tidak bertanggung-jawabnya, sehingga
dapat membantunya untuk siap menghadapi realitas kehidupan dewasa kelak.
Anak kecil harus didisiplinkan dengan
memukul pantatnya, sesuai perintah Firman Tuhan. Tentu saja, bayi tak boleh
dipukuli pantatnya. Itu tidak berarti bahwa bayi selalu diberikan sesuai
kemauannya. Nyatanya, sejak lahirnya, harus jelas bahwa bayi adalah tanggung-jawab
ibu dan ayahnya. Pada usia sangat muda, bayi dapat diajari tentang arti kata
“tidak” dengan mencegahnya agar tak melakukan apa yang akan atau hampir saja
dilakukan. Ketika bayi mulai mengerti arti kata “tidak“, pukulan ringan di
pantatnya akan membantunya mengerti dengan lebih baik ketika ia tidak patuh.
Jika hal ini dilakukan secara konsisten, anak-anak akan belajar taat pada usia
sangat muda.
Orang tua dapat juga melaksanakan kuasanya
tanpa melakukan tindakan yang tak diinginkan bagi anaknya, seperti memberi apa
yang anak inginkan setiap kali ia menangis. Perlakuan itu akan mengajarkan anak
untuk menangis agar setiap keinginannya terkabul. Atau, jika orang tua
mengabulkan permintaan anaknya tiap kali amarah atau rengekannya meledak, orang
tua itu sebenarnya hanya mendukung perilakunya yang tak diinginkan. Orang tua
yang bijak hanya menghargai perilaku yang disukai dalam diri anaknya.
Pukulan di pantat tak boleh membahayakan
fisik anak tetapi tentunya memberi cukup rasa sakit agar anak yang bandel dapat
menangis sebentar. Sehingga, anak
akan belajar mengaitkan ketidaktaatan dengan rasa-sakit.
Alkitab menegaskan:
Siapa tidak menggunakan tongkat, benci
kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya. ….
Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir
itu dari padanya…Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau
engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau
menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati. ….. Tongkat dan teguran
mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya. (Amsal
13:24; 22:15; 23:13-14; 29:15).
Ketika menerapkan aturannya, orang tua tak
perlu mengancam anak untuk taat. Jika anak berkeras tidak taat, ia harus
dipukuli pantatnya. Jika orang tua hanya mengancam untuk memukul pantat
anak bandel itu, ia hanya membuat anak itu tetap tidak taat. Akibatnya, anak
itu belajar tak taat sampai ancaman orang-tua mencapai volume tertentu.
Setelah pantatnya dipukul, si anak harus
dipeluk dan dijamin bahwa ia layak mendapat kasih sayang orang tuanya. Demikianlah kita melakukan disiplin yang diikuti/disertai instruksi yang mengasihi. Tuhan menyertai keluarga kita semua. Amin.