Banyak orang mendefinisikan pendidikan
sebagai studi formal yang hanya dapat dilakukan di bangku sekolah. Sesungguhnya
pendidikan adalah proses belajar seumur hidup. Proses belajar tidak dibatasi oleh
ruang, waktu maupun usia.( Proses belajar bertujuan untuk meningkatkan berbagai
aspek pengetahuan individu kognitif, afektif dan psiko-motorik). Proses
pendidikan sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Pendidikan akan menentukan
kualitas generasi yang akan datang. Seperti yang tertulis dalam Amsal
22:6,'Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.’
Alkitab dan
Pendidikan 'Orang Muda' (Anak-Anak)
Allah memiliki maksud dengan perintah-Nya untuk
mendidik orang muda (anak-anak). Alkitab menulis tentang potensi anak. Allah
menaruh kepercayaan dalam diri anak untuk terlibat dalam rencana-Nya: “Dan
anak-anakmu yang kecil, yang kamu katakan akan menjadi rampasan,dan anak-anakmu
yang sekarang ini yang belum mengetahui tentang yang baik dan yang jahat,
merekalah yang akan masuk ke sana dan kepada merekalah Aku akan memberikannya,
dan merekalah yang akan memilikinya”. (Ulangan 1:39).
Sejak Perjanjian Lama, Allah telah
mengingatkan pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Musa mengingatkan hal ini
kepada para orangtua: 'Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan
engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri, dan supaya jangan
semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada
anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu' (Ulangan 4:9). Apa yang
Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah
engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan apabila
engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya
sebagai tanda pada tanganmu, dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan
haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu
(Ulangan 6:6-9).
Semua yang diperintahkan Allah merupakan
nilai-nilai yang harus diajarkan secara berulang-ulang. Dengan pengulangan
materi yang diajarkan akan tertanam sehingga dapat ditentukan dalam tingkah
laku. Hal seperti ini dikatakan Musa di dalam Ulangan 6:7 sebagai shema bagi
orang Yahudi. Shema adalah hukum yang harus dilakukan dalam kehidupan orang
Yahudi.
Pengaruh dan Peran
Orangtua dalam Pendidikan Anak
Faktor penting dari sebuah proses pendidikan
adalah pengaruh pendidik terhadap anak didiknya. Pendidik adalah pemimpin;
menurut Sanders, kepemimpinan adalah
pengaruh. Proses pendidikan adalah proses mempengaruhi. Pengaruh orangtua
memiliki porsi paling besar dalam hidup anak anak. Dalam perkembangannya,
setiap anak membutuhkan orang lain. Pihak paling utama dan pertama yang
bertanggung jawab dalam perkembangan anak adalah orangtua. Namun demikian
lingkungan sekolah dan gereja juga memberikan pengaruh pada perkembangan anak.
Pengaruh dapat diberikan dengan berbagai cara.
Orangtua dapat mempengaruhi anak dengan menjadi teladan yang baik dan dengan
terbuka bersedia membahas nilai-nilai kristen bersama anak-anak. Strommen menemukan hubungan yang sangat
positif antara moralitas anak dan atmosfer rohani dirumah. Peran orangtua dan
anggota keluarga yang lain sebagai teladan menentukan perkembangan moral anak.
Kita perlu menyadari bahwa ada masa singkat
dimana anak peka terhadap pendidikan agama. Konsep anak tentang apa yang benar
dan salah, yang oleh Freud dinamakan
superego, dibentuk selama masa ini, (pandangan anak-anak tentang Allah.).
Karenanya, pendidikan rohani seperti berdoa, membaca kitab suci dan menghadiri
ibadah adalah cara menarik membiasakan anak menjadikan firman Tuhan sebagai
bagian kehidupannya. Kegiatan pengajaran melalui pemahaman Alkitab, retreat,
dan keteladanan pembina anak memberikan pengaruh pada pola tingkah laku anak.
Cloud
dan Townsend menuliskan peran lain dari orangtua. Mereka adalah penjaga, manajer dan sumber daya bagi anak-anaknya. Penjaga
bertanggung jawab melindungi dan memelihara anak. Manajer memastikan perlakuan
terhadap anak dikerjakan dengan baik dan sasaran-sasaran yang ditentukan
tercapai, demikian juga dengan semua kebutuhan dan harapan. Orangtua sebagai
manajer menyediakan bentuk disiplin untuk memastikan anak dalam menjalankan
tugasnya. Sebagai sumber daya bagi anak, orangtua adalah sumber kasih sayang,
pertumbuhan rohani, dukungan, hikmat dan pengetahuan serta semua bentuk
pendidikan yang diperlukan.
Beberapa contoh pengaruh orangtua yang
berhasil melalui kepemimpinan Kristen adalah yang dialami oleh John Maxwell. Maxwell menyatakan
'dirinya tidak akan menjadi pemimpin seperti sekarang ini kalau bukan karena
jerih payah orangtuanya.
Charles Spurgeon, pengkhotbah
legendaris dari lnggris yang lahir pada tahun 1834, mengatakan bahwa
keberhasilannya adalah karena pengaruh pembinaan rohani orangtua yang
diterimanya sejak masa kecil. Susana
Wesley dibesarkan dalam keluarga pendeta di desa dekat kota London. Ia
mendapat perhatian yang baik dari keluarganya terutama dalam hal pendidikan
iman. la berhasil menjadi seorang istri yang mendukung pelayanan suaminya dan
berhasil membesarkan anak-anaknya menjadi utusan misi dan menjadi orang yang
mempengaruhi banyak orang. Wesley mengatakan bahwa: 'Tidak ada yang lebih saya
harapkan selama hidup ini kecuali melayani anak-anak yang telah saya lahirkan.
Saya mau, apabila hal ini berkenan bagi Allah, menjadi alat-Nya melakukan semua
yang baik bagi jiwa-jiwa mereka'.
Peran Keluarga dan
Gereja dalam Pendidikan Anak yang berpusat pada Firman.
Jika kita melihat kembali apa yang dijelaskan
oleh Cloud dan Townsend tentang peran orangtua, gereja dalam porsi yang tepat
juga memiliki andil dalam pembentukan moral anak. Keluarga dan gereja seharusnya bekerja sama
dalam menentukan dan pertimbangan moral anak. Meskipun Ward percaya bahwa
setiap anak membangun struktur pertimbangan moralnya sendiri. Proses tersebut
tidak terlepas dari peran lingkungannya keluarga dan gereja.
Keluarga Kristen dan gereja harus memanfaatkan
peranan nya sebagai kesempatan emas dalam menginvestasikan nilai-nilai berharga
pada anak. Pembinaan rohani yang dilakukan keluarga
menjadi maksimum bila bekerja sama dengan pembinaan yang dilakukan oleh gereja.
Seperti yang dikutip dari perkataan Hamilton:
“The
Christian church and the Christian home as institutions are closely bound
together. They are like Siamese twins; if you cut them apart you may sever an
artery of life and cause one or both die. The church cannot function as she
should in a disordered world unless she employs the home as her main reliance in Christian nurture. And I
feel certain that family cannot be a Christian family or a happy family unless
if stay the circulation of those spiritual influences of which the church is
the great custodian.”
Usaha ini berguna untuk mempersiapkan pemimpin
Kristen dengan pertimbangan moral yang benar. Seperti yang dikatakan oleh
seorang pendidik Kristen, 'Life without truth leads to dead (hidup tanpa
kebenaran membawa kepada kematian). Kebenaran sejati yang membawa kehidupan
adalah Tuhan: 'Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, firman-Mu adalah kebenaran'
(Yohanes 17:17).
Apa yang ditanam, itu yang dituai: 'Karena apa
yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya' (Gal 6:7-8). Hasil yang
diperoleh semakin besar jika investasi nilai dilakukan sejak usia muda, karena
itulah cara membangun masa depan yang lebih baik. Fowler mendorong orangtua menciptakan keluarga yang rindu
membesarkan anak-anak dalam mengasihi Tuhan. Usaha ini dapat dimulai dengan
menciptakan kehidupan keluarga yang berpusat kepada firman Allah (2004:58).
Guru Sekolah Sabat Anak-anak
dan Pendidikan Anak
Bagi gereja nilai-nilai luhur yang diajarkan
adalah kebenaran yang bersumber dari firman Tuhan. Pendidikan rohani sebaiknya
dilakukan sedini mungkin sehingga sistem nilai anak dapat terbentuk. Sistem
nilai berisi hukum-hukum Allah untuk menjaga hidup individu Seperti yang
ditulis dalam Ulangan 32:47, 'Sebab perkataan inilah bukanlah perkataan hampa
bagimu, tetapi itulah hidupmu dan dengan perkataan ini akan lanjut umurmu di
tanah, kemana Kamu pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya.
Dalam proses pertumbuhannya, anak
mengembangkan pandangan hidupnya dengan lingkungannya. Tentu akan sangat baik
bila Sekolah Sabat Anak-anak dapat menjadi lingkungan pendidikan yang
berpengaruh bagi anak.
Penulis
juga yakin bahwa : Anak-anak yang secara teratur menghadiri Kelas Sekolah Sabat
Anak-anak akan kurang atau lebih sedikit melakukan penipuan dan berbohong, dan
lebih jujur daripada anak-anak yang tidak mengikuti Kelas Sekolah Sabat Anak-anak.
Dari berbagai penelitian dan pendapat
mengenai pengaruh keyakinan agama terhadap tingkah laku moral dan kehidupan
sehari-hari, menurut hasil penelitian kebanyakan remaja merasa bahwa memiliki
iman itu harus dan memang mempengaruhi suatu jenjang yang luas dari sikap dan
tingkah laku, bahkan ada korelasi yang tinggi antara apa yang menurut pikiran
mereka dan apa yang dipengaruhinya oleh pengaruh iman.
Penutup:
Potensi Pengaruh Anak
dan Kepemimpinan Masa Depan
Anak-Anak
memiliki potensi menjadi pengaruh bagi sekitarnya. Keberhasilan pendidikan
tidak hanya berdampak pada perubahan hidup individu, tetapi juga pada
komunitasnya dan pada akhirnya pada generasi yang baru. Elmore menegaskan bahwa
'setiap anak adalah seorang pemimpin yang berpotensi; dalam setiap anak
tersimpan potensi luar biasa untuk memberi pengaruh kepada orang lain'.
Apapun yang digoreskan dalam hidup anak
memberikan pengaruh besar dalam kehidupan masa depannya. Seperti teori tabula
rasa yang dituliskan oleh Gunarsa (yang sebelumnya dicetuskan oleh John Locke):
Segala pengetahuan yang kita peroleh berasal
dari luar, yang dimasukkan ke dalam jiwa kita melalui pengindraan. Karena
pengalaman identik dengan masuknya sesuatu dari luar diri, maka faktor
lingkungan itu penting sekali. Dikemukakan dalam teorinya yang dikenal dengan
tabula rasa bahwa bayi yang baru lahir itu ibarat secarik kertas putih.
Bagaimana wujud atau isi kertas putih itu bergantung pada bagaimana kertas itu
kelak ditulis.
===========================00=================