Pendahuluan:
Penulis teringat pengalaman ketika menjadi
Penginjil Literatur Mahasiswa (Student Literature Evangelist) pada tahun 1971 di Jakarta.
Sementara menawarkan sebuah buku dan membuat satu peragaan penjualan di
sebuah rumah, keluarga yang dikunjungi langsung marah namun meskipun wanita
yang saya temui ketika itu terus marah namun saya tetap diam tanpa merespons
emosi marahnya. Apa yang terjadi
kemudian?. Ternyata, wanita itu akhirnya
membeli buku yang saya tawarkan. Ini
adalah hasil daripada MENGALAH UNTUK MENANG.
Perselisihan tidak terjadi dan kita beruntung, buku dibeli, pekabaran
kebenaran pun sampai kepada ibu tersebut.
Pembahasan:
Dalam rumah tangga semboyan ini harus
dipraktekkan. Suami-isteri yang mau
mengalah demi keuntungan ke dua belah pihak adalah sangat beruntung. Sebaliknya suami isteri yang mau menang sendiri tidak akan merasa
bahagia. Bila salah seorang, suami
ataupun isteri berkeras kepala, ingin supaya selalu menang dalam segala
perdebatan/pertengkaran. Tentu pada
akhirnya rumah tangga mereka akan diselubungi kabut. Isteri yang ingin berlaku keras dan mau menang,
hal ini tentu membuat suami sakit hati, demikian juga sebaliknya kalau sang
suami yang berlaku keras dan mau menang, membuat isteri sakit hati.
Tidak heran kalau kita banyak melihat
terjadinya perceraian akibat timbulnya perselisihan-perselisihan/perdebatan.
Kita perlu ingat bahwa
perselisihan-perselisihan/perdebatan tidak akan pernah membawa kebaikan dalam
segala hal. Beberapa keburukan
perselisihan dalam rumah tangga :
I.
Perselisihan-perselisihan itu akan membuat
suasana rumah tangga jadi keruh dan dapat menggoncangkan sendi-sendi rumah
tangga.
Perselisihan-perselisihan antara suami-isteri, antara orang tua dan anak
bahkan diantara sesama teman—adalah bagaikan duri di atas jalan.
II.
Perselisihan dapat merusak kesehatan tubuh
yang bersangkutan.
Kedongkolan, perasaan kesal yang terus menerus bisa mengakibatkan borok
perut, sakit kepala, TBC, dan lain-lain.
III.
Berjangkitnya penyakit tersebut kepada
anak-anak.
Mereka kelak ketularan penyakit lekas marah, yang akan menjadi tembok
penghalang dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Bagaimanapun juga sebaiknyalah salah seorang
mengalah. Biarlah masing-masing saling
berusaha lebih dahulu mundur teratur. Bila
suhu amarah sudah turun kepada keadaan normal, bolehlah suami-isteri
mengutarakan duduk persoalan yang sebenarnya.
Menurut Psychology : Dalam suhu yang tidak
panas, bertukar pikiran lebih berhasil.
Misalnya: Suami boleh terangkan mengapa ia ber-emosi kepada
isterinya. Mungkin terpengaruh kepada kegagalan-kegagalannya
di tempat tugas kerja.
Bagaimana menghindarkan perselisihan? Disini ada beberapa formulanya antara lain :
1.
Jangan
mengadakan interupsi sementara orang lain berbicara. Emosi seseorang mulai reda setelah sesuatu
yang dalam hatinya di utarakan.
Salah satu
cara ahli penyakit jiwa dalam merawat pasiennya adalah dengan: “Mendengarkan
pasien itu menceritakan semua penderitaan batinnya sepuas-puasnya. Dengan demikian pasien akan merasa lega dan
rileks”.
2.
Sebelum
menjawab, beristirahatlah sebentar agar tidak seperti orang yang bertengkar
kedengarannya. Ini dapat menolong untuk
menyejukkan suasana.
3.
Memberikan
tanggapan dengan nada yang rendah dan berbicara agak lambat.
S U A R A : adalah alat penghubung antara
manusia:
-Mencerminkan perasaan-perasaan
tentang diri kita sendiri.
-Dapat mencerminkan keputusasaan,
kelemah lembutan atau kemarahan. Dapat
mengakibatkan damai atau perang. Dapat
menyakiti hati isteri atau sebaliknya.
4. Mengutarakan keterangan dengan cara
sederhana tapi jelas.
Ilustrasi :
Disebuah gereja pernah diadakan Vocal
Training. Untuk hal ini ketua jemaat di
gereja tersebut mengundang seorang guru pelatih suara. Banyak teori yang diberikan dan langsung
dipraktekkan. Yang sangat menarik
perhatian adalah bahwa ia menganjurkan supaya memakai suara rendah dalam
percakapan di rumah karena hal ini menolong suasana lebih tenang/tentram.
Suara-suara dengan pitch yang lebih tinggi
pada umumnya tercampur dengan kekasaran dan amarah.
AKIBAT-AKIBAT
SUARA BERNADA TINGGI :
* Merusak
suasana tentram rumah tangga.
* Membuat
anak-anak terpengaruh untuk menggunakan suara-suara bernada tinggi itu—yang
berarti marah-marah atau paling sedikit seperti orang marah.
Para ahli imu jiwa telah membuktikan bahwa,
jika kita tetap berbicara dengan nada rendah dan lambat maka JARANG MENJADI
MARAH.
Alkitab juga membenarkan hal ini dalam Amsal 15:1 : “Jawaban yang lemah lembut
meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah”. Terjemahan lama mengatakan: “Bahwa sahut yang
lembut itu memadamkan amarah yang bernyala-nyala, tetapi perkataan yang tajam
menggalakkan amarah”.
Jadi kalau menghadapi isteri, suami ataupun
orang lain yang hampir marah maka:
·
Rendahkanlah
nada suara, dan
·
Berbicaralah
agak lambat.
Saudaraku,…kita sebagai manusia belumlah
sempurna dan mungkin sering berbuat kesalahan.
Oleh karena itu dalam perdebatan janganlah berusaha untuk mencapai
kemenangan total.
5.
Formula
ke lima untuk menghindarkan perselisihan
dalam rumah tangga ialah: Suami dan isteri harus melatih diri berlaku jujur.
-Biasakanlah
mengaku silap/salah jika memang demikian. Mengaku salah kepada yang sangat dicintai
sungguh berfaedah karena itu berarti mengusir segala awan gelap yang sedang
menudungi rumah tangga sendiri. Yang
sering terjadi adalah masing-masing sama-sama keras. Mungkin suami berkata dalam hatinya begini:
“Sebelum dia bertekuk lutut kepadaku, saya tidak akan berbicara
kepadanya”. Sang isteri juga memiliki
sikap yang keras dan tak mau mengalah!.
Akhirnya terjadilah keretakan dalam keluarga. Janganlah lakukan hal yang demikian!.
6. PELAJARILAH MEMBUAT HUMOR :
Banyak kabut perselisihan ataupun perbedaan pendapat dalam rumah tangga
dapat di usir oleh suatu humor.
ILUSTRASI :
Pada suatu kali Winston Churchil, seorang
tokoh Amerika yang terkenal dalam sebuah musyawarah parlemennya pada suatu kali
menghadapi perdebatan yang sengit. Dalam
suasana serang menyerang satu dengan yang lain, banyak peserta rapat jadi
ber-emosi. Seorang sekretaris dari
Winston Churchil pun turut marah. Dalam
keadaan sangat marah sekretaris itu berkata kepada Churchil : “Jika engkau
SUAMI SAYA, saya akan berikan kamu racun”.
Dengan tenang Churchil menjawab : “Jika engkau ISTERI SAYA, saya akan
minum racun itu”!. Pada saat itu suasana
menjadi berbeda, hadirinpun menjadi tertawa.
KONKLUSI :
1.
Orang
yang tidak ada rasa humor, takkan menemukan satupun titik terang dalam suatu
situasi yang gelap dan sulit.
2.
Humor
memberikan Anda sebuah senjata yang mengena lebih jitu, tetapi membuat lebih
sedikit luka yang bernanah daripada senjata lain manapun yang bisa anda
gunakan.
3.
Orang
yang tidak ada rasa humor lebih lekas marah dibandingkan dengan orang yang ada
rasa humor.
W.J. Brown.
Marilah kita praktekkan semboyan mengalah
untuk menang dan menerapkan ke enam langkah yang kita pelajarai saat ini sebagai
formula untuk menghindarkan terjadinya
perselisihan didalam rumah tangga kita masing-masing. Amin.