Sabtu, 02 Maret 2013

WAHYU KEPADA YOHANES(21 - 22)



WAHYU KEPADA YOHANES –(21)
“….DAN DI TENGAH-TENGAH KAKI DIAN ITU ADA SEORANG SERUPA ANAK MANUSIA, berpakaian jubah…” (Wahyu 1:13).

ALLAH SELALU ADA PADA UMAT-NYA
“ Kita beroleh rasa aman di dalam hubungan kita dengan Kristus.  Banyak    orang Kristen merasa tidak aman.  Mereka tidak tahu apakah mereka telah cukup berusaha atau apakah hubungan mereka sehat.  Kepada mereka, Yesus katakan, “Aku ada disini di antara kamu.”  Jelas bahwa gereja itu tidak sempurna, membuat kesalahan dalam beberapa hal, bahkan berpaling dari Yesus.  Namun demikian, Dia tetap berjalan di antara kaki-kaki dian sebagai Allah perjanjian yang setia dan selalu ada bagi umat-Nya.”
   ( Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia    Publishing House, 2007.)
‘ada seorang serupa Anak Manusia’ (Bdk. Daniel 7:13-14).
a)   Ini menunjuk kepada Tuhan Yesus dalam hakekat manusiaNya.
Tetapi mengapa diberi kata ‘serupa’? Karena di sini Yesus menampakkan diri dalam kemuliaanNya, sehingga ada perbedaannya dengan Yesus dalam perendahanNya yang dulu dilihat oleh Yohanes (sebelum kematianNya).
b)   Tetapi seorang penafsir mengatakan bahwa ini justru menunjuk pada keilahian Yesus.
Geoffrey B. Wilson: “The word ‘like’ not only affirms a similarity with man, but also indicates that he is more than man and thus points to his deity” (= Kata ‘serupa’ bukan hanya menegaskan kemiripan dengan manusia, tetapi juga menunjukkan bahwa ia lebih dari manusia, dan dengan demikian menunjuk pada keilahianNya) - hal 22.
‘berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas’.
a)   Ada yang menganggap bahwa ini adalah pakaian imam besar, dan dengan demikian menunjukkan Yesus sebagai Imam Besar kita.
William Barclay: “The word which describes the robe is PODERES, ‘reaching down to the feet’. This is the word which the Greek Old Testament uses to describe the robe of the High Priest (Exodus 28:4; 29:5; Leviticus 16:4)” [= Kata yang menggambarkan jubah adalah PODERES, ‘mencapai kaki’. Ini adalah kata yang digunakan oleh Perjanjian Lama berbahasa Yunani untuk menggambarkan jubah Imam Besar (Kel 28:4; 29:5; Im 16:4)] - hal 45.
William Barclay: “Josephus also describes carefully the garments which the priests and the High Priest wore when they were serving in the Temple. They wore ’a long robe reaching to the feet,’ and around the breast, ‘higher than the elbows,’ they wore a girdle which was loosely wound round and round the body. The girdle was embroidered with colours and flowers, with a mixture of gold interwoven (Josephus: The Antiquities of the Jews, 3.7:2,4). All this means that the description of the robe and the girdle of the glorified Christ is almost exactly that of the dress of the priests and of the High Priest” [= Josephus juga menggambarkan secara teliti pakaian yang dikenakan oleh imam-imam dan Imam Besar pada waktu mereka melayani dalam Bait Allah. Mereka mengenakan ‘jubah panjang yang mencapai kaki’, dan mengelilingi dada, ‘lebih tinggi dari siku’, mereka memakai sabuk yang dililitkan pada tubuh secara longgar. Sabuk itu disulam dengan warna-warna dan bunga-bunga bercampur emas (Josephus: The Antiquities of the Jews, 3.7:2,4). Semua ini berarti bahwa penggambaran dari jubah dan sabuk dari Kristus yang telah dimuliakan hampir persis dengan pakaian imam-imam dan Imam Besar] - hal 45.
b)   Tetapi ada yang tidak setuju pada penafsiran di atas.
Beasley-Murray: “While it is true that the high priest wore such a robe, it was also worn by men of rank generally, and there is no need to bring in the high priest here” (= Sekalipun memang benar bahwa imam besar
mengenakan jubah seperti itu, tetapi itu juga dikenakan oleh orang-orang yang berkedudukan tinggi pada umumnya, dan tidak perlu memasukkan imam besar di sini) - hal 66-67.
Leon Morris sejalan dengan Beasley-Murray.
(Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.)







WAHYU KEPADA YOHANES –(22)
“Anak Manusia,…KEPALA DAN RAMBUTNYA PUTIH BAGAIKAN BULU YANG PUTIH METAH, dan mata-Nya bagaikan nyala api.  Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan TEMBAGA MEMBARA DALAM PERAPIAN; …” (Wahyu 1:13-16)

KEBESARAN YESUS

   “Berdasarkan ayat bacaan kita hari ini, dia menjelaskan bahwa rambut Yesus seperti wol.  Bukan maksud Yesus di dalam penglihatan ini untuk memberikan gambaran yang tepat menyerupai diri-Nya yang sebenarnya.  Dan putihnya kepala serta rambut Yesus bukan untuk menunjukkan bahwa Ia berambut pirang, sebaliknya itu untuk mengenang kembali “Yang Lanjut Usia” di dalam Daniel 7.  Yesus datang kepada Yohanes langsung dari takhta Allah untuk memberinya dorongan semangat Ilahi dalam menghadapi kesulitan yang akan dia alami serta bagi gereja-Nya.
( Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia    Publishing House, 2007).

Ay 14: “Kepala dan rambutNya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mataNya bagaikan nyala api”.
1)   Rambut putih menunjukkan usia lanjut / kekekalan (bdk. Dan 7:9), dan kekekalan menunjukkan keilahian.
Homer Hailey lebih memilih untuk menafsirkan bahwa kepala dan rambut putih menunjukkan kemurnian dan kekudusan, tetapi ia mengatakan bahwa kekekalan bisa diambil sebagai arti sekunder (hal 110).
Leon Morris menambahkan satu arti lagi untuk rambut putih, yaitu ‘kebijaksanaan’, dan Steve Gregg menambahkan arti ‘honor’ (= kehormatan).
2)   Mata yang seperti nyala api (bdk. Dan 10:6) menunjukkan kemahatahuan dan juga kemarahan yang suci (holy anger) terhadap dosa.
Pulpit Commentary: “His eyes were as a flame of fire, piercing men through and through, burning up all hypocritical pretence” (= MataNya bagaikan nyala api, menembus manusia, membakar semua kepura-puraan yang bersifat munafik) - hal 16.
Ay 15: “Dan kakiNya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suaraNya bagaikan desau air bah”.
1)   ‘Dan kakiNya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian’ (bdk. Daniel 10:6  Yeh 1:7).
a)   Logam apa yang dimaksud di sini?
Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘tembaga’ (= copper).
KJV: ‘brass’ (= kuningan).
RSV/NIV/NASB: ‘bronze’ (= perunggu).
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘tembaga membara’ adalah CHALKOLIBANOS.
William Barclay: “No one really knows what the metal is. Perhaps it was that fabulous compound called ‘electrum’, which the ancients believed to be an alloy of gold and silver and more precious than either” (= Tidak seorangpun yang betul-betul tahu ini logam apa. Mungkin itu adalah campuran yang menakjubkan yang disebut ‘electrum’, yang dipercaya oleh orang-orang kuno sebagai campuran dari emas dan perak, dan lebih berharga dari keduanya) - hal 49.
Beasley-Murray: “John’s word for bronze denotes a very precious metal, compounded of gold and silver, beloved of the ancients for its flashing qualities” (= Kata yang dipakai oleh Yohanes untuk perunggu menunjukkan logam yang sangat berharga, campuran emas dan perak, disenangi oleh orang-orang kuno karena berkilau) - hal 67.
b)   Macam-macam penafsiran tentang bagian ini.
·        William Barclay: “The brass stands for strength, for the steadfastness of God; and the shining rays stand for speed, for the swiftness of the feet of God to help his own or to punish sin” (= kuningan melambangkan kekuatan dan keteguhan / ketidak-berubahan / kesetiaan Allah; dan sinar yang berkilauan melambangkan kecepatan, kecepatan kaki Allah untuk menolong milikNya atau menghukum dosa) - hal 50.
·        Pulpit Commentary: ini menunjukkan ‘firmness, might and splendour’ (= keteguhan / ketegasan, kekuatan, dan kemegahan).
·        Adam Clarke mengatakan bahwa kaki yang seperti tembaga membara ini merupakan simbol dari ‘stability and permanence’ (= kestabilan dan keabadian), karena tembaga dianggap sebagai logam yang paling tahan lama.
·        Kaki yang seperti tembaga membara ini menunjukkan Providence (= pelaksanaan Rencana Allah) yang tidak bisa ditahan.
·        Kaki ini menginjak-injak kuasa kegelapan, semua musuh-musuhNya, sampai semua hancur terbakar. Bdk. Mal 4:3 yang menunjukkan janji Tuhan bagi orang percaya bahwa nanti kita akan menginjak-injak orang jahat.
·        Kaki yang seperti tembaga membara ini menunjukkan api yang menghanguskan dari penghakimanNya yang mendekat.
Saya condong pada 2 penafsiran yang terakhir (bdk. Wah 2:18).
(Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.).