Selasa, 14 Mei 2013

WAHYU KEPADA YOHANES (39 - 40)



WAHYU KEPADA YOHANES –(39)

“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau TELAH MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA “ (Wahyu 2:4).

KASIH KITA JANGAN SAMPAI MUDAH PUDAR

   “Tidak ada yang lebih dingin dibandingkan gereja yang tidak mengasihi.  Dan kasih yang sejati berarti keharusan melampaui semua formalitas, lebih daripada sekadar memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar, kepada hubungan penuh kasih mesra dengan sesama.
   Orang-orang di sekeliling Anda merindukan sentuhan kasih.  Efesus adalah gereja yang dulu mengasihi dengan cara demikian, tetapi telah meninggalkan kasih itu demi KEMURNIAN DOKTRINAL.  Di dalam antusiasme kita untuk memastikan bahwa “para pengikut Nikolaus” di sekeliling kita tidak menyusup ke dalam gereja, sering kita mengelompokkan mereka yang KESEPIAN dan TERABAIKAN menjadi satu dengan orang-orang itu”.
  
   “Jemaat di Efesus sangat setia pada Yesus, tapi mereka menghadapi masalah.  Jemaat itu telah “meninggalkan kasihnya yang semula” dan dengan kesalahan pertama yang fatal itu sedang mengarah kepada kehancuran.  Tidak seorangpun, selain Yesus, yang menyadarinya.  Efesus sendiri mungkin tidak menyadari kesalahannya, setidaknya sampai Kitab Wahyu disampaikan pada mereka. 
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hlm.47-48

                  WAHYU KEPADA YOHANES –(40)

“Sebab itu INGATLAH betapa dalamnya engkau telah jatuh!.  BERTOBATLAH DAN LAKUKANLAH LAGI APA YANG SEMULA ENGKAU LAKUKAN…”(Wahyu 5 a).
  
    KITA MENGASIHI ALLAH KARENA DIA LEBIH DAHULU MENGASIHI KITA.
  
   “Berdasarkan analisis Yesus tentang jemaat di Efesus, nasihat apakah yang Dia tawarkan kepada mereka?.
   Hal pertama : Dia katakan adalah “ingatlah.”  Dalam versi asli bahasa Yunaninya, kata ini dalam bentuk kalimat perintah SAAT INI (Present tense).  Ini berarti agar mereka tidak melupakan hubungan mereka yang sebelumnya dengan Tuhan.  Tetapi jemaat perlu menyadari kehilangan itu, untuk termotivasi oleh kenyataan bahwa mereka telah mengalami kemunduran.
   Hal berikut yang Yesus perintahkan adalah : agar mereka BERTOBAT.  Bentuk kata yang ini berbeda, mencerminkan tindakan SESAAT.  Di sini Dia memerintahkan agar mereka bertindak.  Pertobatan mereka harus menjadi perubahan haluan yang tegas.   Sementara jemaat telah terbiasa mengingat, mereka telah lupa bagaimana caranya bertobat.  Mereka perlu mulai dari awal lagi dan menyelaraskan tindakan dengan maksud tujuan mereka.
    Ketiga, Yesus menasihatkan mereka MELAKUKAN APA YANG PERTAMA-TAMA MEREKA LAKUKAN.  Ini juga sesuatu yang mesti mulai mereka lakukan.  Hidupkan situasi semula yang menyebabkan kasihmu MEREKAH dulu.  Putar kembali dalam ingatanmu saat-saat ketika engkau sungguh-sungguh dekat dengan Tuhan dalam pembaruan pikiran serta tindakan.  “Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula kaulakukan”.
   Para penasihat perkawinan mengatakan bahwa pasangan yang cintanya telah luntur perlu mengulangi kembali hal-hal yang dulu menyatukan mereka pada awalnya.  Hampir semua pasangan menikah pernah jatuh cinta.  Tidak peduli apa yang terjadi pada mereka hari ini, mereka pernah saling tertarik satu sama lain.  Jika itu bisa terjadi dulu, itu bisa terulang lagi saat ini.
   Pasangan yang sedang bertengkar perlu mulai dari awal lagi.  Nikmati kembali kegembiraan yang diperoleh dengan berpegangan tangan, kata-kata ramah, serta perhatian yang lemah lembut.  Ambil waktu luang dari pekerjaan, kurangi tekanan, dan bersikaplah muda kembali.  Pulihkan kembali ikatan yang telah melemah atau putus.  Prinsip yang sama bisa diterapkan pada kehidupan rohani.  Jika kasih Anda kepada Allah telah mulai berkurang, kembalilah pada hal-hal yang dulu mendekatkan Anda dengan-Nya.   Di manakah Anda saat Anda pertama merasakan hadirat-Nya?.  Apa yang Anda lakukan untuk menyambut-Nya?.  Anda tidak perlu mengambil inisiatif untuk memulihkan hubungan dengan Allah.  Injil mengatakan kepada kita bahwa Dia telah melakukannya.  Kita mengasihi Allah karena Dia terlebih dulu mengasihi kita.  Dialah penggagasnya.  Tugas kita adalah merespons apa yang telah Dia perbuat.  Kita mengasihi-Nya karena Dia terlebih dulu mengasihi kita.   1.
  
Ay 5: “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan....
1)   ‘Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!’.
KJV: ‘Remember therefore from whence thou art fallen’ (= Sebab itu ingatlah dari mana engkau jatuh).
NASB: ‘Remember therefore from where you have fallen’ (= Sebab itu ingatlah dari mana engkau telah jatuh).
NIV: ‘Remember the height from which you have fallen!’ (= Sebab itu ingatlah ketinggian dari mana engkau telah jatuh).
RSV: ‘Remember then from what you have fallen’ (= Sebab itu ingatlah dari apa engkau telah jatuh).
Jadi, untuk orang yang meninggalkan kasih yang pertama, hal pertama yang harus dilakukan adalah melihat ke belakang untuk mengingat-ingat dimana / kapan ia meninggalkan kasih yang pertama itu, dan untuk membandingkan keadaan pada waktu ia masih mempunyai kasih yang pertama dengan keadaan sekarang setelah ia meninggalkan kasih yang pertama itu.
Perlu diingat bahwa ‘melihat ke belakang’ bisa merupakan dosa. Contoh:
·        istri Lot dalam Kej 19:26.
·        Israel yang ingin kembali ke Mesir (Kel 16:3  17:3  Bil 11:5  Bil 14:2-4  Bil 20:5).
·        Luk 9:62 - “Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah’”.
·        Pengkhotbah 7:10 - “Janganlah mengatakan: ‘Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?’ Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu”.
Tetapi jelas bahwa kalau kita melihat ke belakang dengan motivasi untuk mengembalikan kasih yang semula, maka ini justru merupakan sesuatu yang baik.
James B. Ramsey: “Recall the past experience of His grace” (= Ingatlah pengalaman lampau tentang kasih karuniaNya) - hal 132.
Ini mencakup mengingat saat pertobatan, saat berjalan bersama Tuhan, jawaban doa, berkat Firman Tuhan, kemajuan iman dan pengudusan, kemenangan atas godaan / pencobaan, dsb.
2)   ‘Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan’.
KJV: ‘repent, and do the first works (= bertobatlah, dan lakukanlah pekerjaan-pekerjaan pertama).
Jadi, setelah kita tahu tindakan apa yang menyebabkan kita meninggalkan kasih pertama itu, maka kita harus bertobat (mengaku dosa dan membuang dosa). Setelah itu kita harus kembali melakukan ‘pekerjaan pertama’, yaitu pekerjaan yang kita lakukan pada waktu kita masih mempunyai ‘kasih yang pertama’.
Pulpit Commentary: “‘The first works’ means ‘the fruits of thy first love’” (= ‘Pekerjaan-pekerjaan pertama’ berarti ‘buah-buah dari kasih pertamamu’) - hal 58.
Mungkin saudara merasa heran akan perintah ini, karena bukankah gereja Efesus adalah orang-orang yang sudah bekerja keras bagi Tuhan? Memang, tetapi ingatlah bahwa dalam 1Kor 13:1-3 Paulus berkata bahwa semua perbuatan baik / pelayanan tidak ada gunanya kalau tidak ada kasih (Ladd, hal 39). Jadi Kristus tidak menghendaki seadanya pekerjaan (asal melayani), tetapi ia menghendaki pekerjaan yang dilandasi oleh kasih kepadaNya!.  2.
1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hlm. 49.
2.   Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.