Selasa, 14 Mei 2013

WAHYU KEPADA YOHANES (41)



Disusun oleh: Pdt.H.M. Siagian, MPTh.                                    
 
WAHYU KEPADA YOHANES –(41)

  “Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan…  AKU AKAN datang kepadamu dan AKU AKAN MENGAMBIL KAKI DIANMU dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat”. (Wahyu 2:5 b).

UMAT TUHAN PERLU BERTOBAT

“Efesus sekarang bernama Kusadasi, Filadelfia bernama Alashehir, dan tak seorang pun orang-orang Kristen disana.  Ketika Yohanes menulis kitabnya, Kekristenan sedang berkembang dengan kokohnya di Asia kecil bagian tengah dan barat.  Kenyataannya, banyak sarjana Alkitab meyakini bahwa jauh lebih banyak orang-orang Kristen di Asia Kecil pada abad mula-mula ini dibandingkan di mana pun juga di dunia.  Namun selama berabad-abad, gereja-gereja mengalami penurunan dalam jumlahnya, hingga Islam akhirnya memunahkan mereka.  Wilayah-wilayah dimana gereja mula-mula pernah sangat kokoh berdiri (mencakup Siria dan Arika Utara) sekarang hampir seluruhnya Islam.  Sebagaimana yang Yesus peringatkan di dalam ayat di atas, KAKI DIAN bisa diambil dari tempatnya.   Namun demikian, bukan Islam yang sebenarnya menghancurkan gereja.  Di Afrika Utara, pertentangan doktrinal dan etnik yang melemahkan Kekristenan.  Orang-orang Kristen di Timur Tengah gagal terlibat dalam budaya setempat, sehingga membukakan pintu pada ajaran Muhammad yang jauh lebih kontekstual.   Selama Abad pertengahan, kepemimpinan gereja Eropa berusaha menghidupkan kembali Kekristenan di Timur Tengah.  Namun mereka salah memahami Injil dan memilih suatu metode (Perang Salib) yang malah membuat keadaan makin buruk.  Gerejalah yang menghancurkan Kekristenan di daerah Timur Tengah bagian timur.  Sejarah seharusnya menjadi peringatan bagi kita.  Di mana Injil dulu pernah berkembang luas, sekarang mengalami penurunan.  Namun demikian, wilayah-wilayah yang hampir-hampir tidak mengenal Injil dua abad yang lalu (Afrika dan Asia) kini berkembang pesat jadi pusat iman.  Anda dan saya tidak boleh memandang remeh rencana Allah.  Jika kita meninggalkan misi kita Tuhan akan membangkitkan orang-orang lain untuk menggenapinya.1

Ay.5 b:   ‘Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat’.
a)   Terjemahan KJV salah.
KJV: ‘or else I will come unto thee quickly (= atau jika tidak Aku akan datang kepadamu dengan cepat / segera).
Kata ‘quickly’ (= dengan cepat / segera) ini tidak ada dalam terjemahan Inggris yang lain, dan seharusnya memang tidak ada.
b)   Setelah memberikan perintah untuk bertobat, Kristus memberikan ancaman kalau mereka tidak bertobat. Kristus mengancam akan ‘mengambil kaki dian mereka dari tempatnya’. Apa artinya?
Adam Clarke: “As there is here an allusion to the candlestick in the tabernacle and temple, which could not be removed without suspending the whole Levitical service, so the threatening here intimates that, if they did not repent, &c., he would unchurch them; they should no longer have a pastor, no longer have the word and sacraments, and no longer have the presence of the Lord Jesus” (= Karena di sini ada gambaran kaki dian dalam Kemah Suci dan Bait Allah, yang tidak bisa disingkirkan tanpa menyingkirkan seluruh pelayanan Imamat, maka ancaman di sini menunjukkan bahwa jika mereka tidak bertobat dsb, Ia akan membuat mereka tidak mempunyai gereja; mereka akan tidak mempunyai pendeta, tidak lagi mempunyai Firman dan sakramen, dan tidak lagi mendapatkan kehadiran Tuhan Yesus) - hal 976.
c)   Ancaman ini akhirnya tergenapi: gereja Efesus musnah!
William Hendriksen: “The threat ‘or else I come to thee, and will move thy lampstand out of its place’, was fulfilled. There is today no church in Ephesus. The place itself is a ruin” (= Ancaman ‘jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya’ digenapi. Sekarang tidak ada gereja di Efesus. Tempat itu sendiri merupakan suatu reruntuhan) - hal 62.
Steve Gregg: “Indeed, today there is no city or church in the Turkish location that was once Ephesus. Islam has been established in this region which Paul had once thoroughly evangelized (Acts 19:10). How different might the history of that region have been had the church continued to practice its first love (Eph. 1:15)?” [= Memang, sekarang tidak ada kota atau gereja di lokasi Turki yang dulunya adalah Efesus. Islam telah ditegakkan di daerah dimana Paulus pernah memberitakan Injil secara menyeluruh (Kis 19:10). Alangkah berbedanya sejarah dari daerah itu, andaikata gereja itu terus mempraktekkan kasih pertamanya (Ef 1:15)] - hal 65.
John Stott: “He warns them that if they disobey His commands, and do not repent, their church’s existence will be ignominiously terminated. I will come to you and remove your lampstand from its place, unless you repent (v. 5). No church has a secure and permanent place in the world. It is continuously on trial. If we can judge from the letter which Bishop Ignatius of Antioch wrote to the Ephesian church at the beginning of the second century, it rallied after Christ’s appeal. Ignatius describes it in glowing terms. But later it lapsed again, and by the Middle ages its Christian testimony had been obliterated. ‘The little railway station and hotel and few poor dwelling houses of Ayasaluk, which now command the ruins of the city, are eloquent of the doom which has overtaken both Ephesus and its church’ (H. B. Swete, The Apocalypse of St. John: p. 27). Otherwise, there is nothing but rubble and a bog. A traveller visiting the village ‘found only three Christians there’, writes Trench (p. 81) ‘and these sunken in such ignorance and apathy as scarcely to have heard the names of St. Paul or St. John. Christ’s warning to Ephesus is just as appropriate to us today. Our own church’s light will be extinguished if we stubbornly persevere in our refusal to love Christ” [= Ia memperingati mereka bahwa jika mereka tidak mentaati perintahNya, dan tidak bertobat, keberadaan gereja mereka akan diakhiri secara memalukan. Aku akan datang kepadamu dan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, kecuali kamu bertobat (ay 5). Tidak ada gereja yang mempunyai tempat yang aman dan permanen dalam dunia. Gereja diuji secara terus menerus. Jika kita menilai dari surat yang ditulis oleh Uskup Ignatius dari Antiokhia kepada gereja Efesus pada awal abad kedua, gereja ini hidup kembali sesuai seruan Kristus. Ignatius menggambarkannya dengan ungkapan yang bersemangat. Tetapi belakangan gereja itu tergelincir lagi, dan pada abad pertengahan kesaksian kristennya dihapuskan. ‘Setasiun kereta api kecil dan hotel dan beberapa rumah orang miskin di Ayasaluk, yang sekarang menguasai reruntuhan kota itu, merupakan suatu gambaran / pernyataan yang hidup tentang peng-hakiman / hukuman / nasib tragis yang menimpa Efesus dan gerejanya’ (H.B. Swete, The Apocalypse of St. John: hal 27). Selain itu, tidak ada apapun kecuali reruntuhan dan tanah berlumpur / berawa. Seorang pelancong yang mengunjungi desa itu ‘menemukan hanya tiga orang kristen di sana’ tulis Trench (hal 81) ‘dan mereka ini tenggelam dalam ketidaktahuan dan sikap acuh tak acuh sedemikian rupa sehingga hampir tidak pernah mendengar nama Paulus atau Yohanes’. Peringatan Kristus kepada Efesus ini juga cocok bagi kita sekarang. Terang gereja kita sendiri akan dipadamkan jika kita secara tegar tengkuk bertekun dalam penolakan untuk mengasihi Kristus] - hal 33.
James B. Ramsey: “A church, therefore, may be large and prosperous, zealous for truth and order and purity, labouring patiently and successfully for the name of Christ, and yet there may be, unseen by human eyes, and unsuspected even by herself, a secret defect that silently but surely threatens her very existence. No external zeal can compensate for declining love” (= Karena itu, suatu gereja bisa besar dan makmur, bersemangat untuk kebenaran dan keteraturan dan kemurnian, bekerja dengan sabar dan sukses untuk nama Kristus, tetapi di sana bisa ada, tanpa terlihat oleh mata manusia, dan tidak diduga bahkan oleh gereja itu sendiri, suatu cacat rahasia yang, secara diam-diam tetapi pasti, mengancam keberadaannya. Tidak ada semangat lahiriah yang bisa menggantikan kasih yang menurun) - hal 130-131.
d)   Beberapa hal tentang ancaman dan penggenapan di sini.
·        Mengapa Kristus mengancam untuk menghancurkan, dan akhirnya betul-betul menghancurkan gereja Efesus? Bukankah ‘something’ (= sesuatu) lebih baik dari pada ‘nothing’ (= tidak ada sama sekali)?
Pulpit Commentary: “Our Lord Jesus does not desire the prolonged continuance of a Church whose love in on the decline. A cold Church does not and cannot represent Jesus in the world; it is no longer accomplishing the object for which Churches are formed, and therefore there is no reason why it should continue” (= Tuhan kita Yesus tidak menginginkan keberadaan lebih lama dari suatu gereja yang kasihnya menurun. Gereja yang dingin tidak mewakili dan tidak bisa mewakili Yesus dalam dunia ini; gereja itu tidak lagi mengerjakan tujuan pembentukan gereja, dan karena itu tidak ada alasan mengapa gereja itu harus dilanjutkan) - hal 70.
·        Ancaman dan lebih-lebih penggenapannya, menunjukkan bahwa kehilangan kasih pertama / semula bukanlah suatu dosa yang remeh!
·        Ancaman dan penggenapan ini membuat saudara harus, secara serius dan dengan segera, membenahi gereja saudara, khususnya kalau gereja saudara serupa dengan gereja Efesus atau bahkan lebih jelek!
·        Ancaman dan penggenapannya ini tidak bertentangan dengan:
*        Yes 42:3a - “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya”.
Mengapa? Karena Yes 42:3b ini berbicara soal individu kristen. Untuk individu kristen (yang sejati), bagaimanapun hebatnya ia jatuh, Kristus tidak akan menghancurkannya. Tetapi Wah 2:5 membicarakan gereja lokal, dan ini memang bisa dihancurkan. Perlu diingat bahwa pada waktu gereja Efesus dimusnahkan, itu tidak berarti bahwa orang kristennya lalu murtad / kehilangan keselamatannya. Mungkin mereka mati, atau pindah ke tempat lain, tetapi mereka tetap selamat.
*        Mat 16:18b - “di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”.
Mengapa, dan apa bedanya? Karena Mat 16:18b ini berbicara soal gereja Universal / Gereja yang kudus dan am. Gereja Universal ini tidak mungkin akan hancur, tetapi gereja lokal bisa !. 2.
1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hlm. 50.
2.   Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.