Rabu, 29 Mei 2013

Wahyu Kepada Yohanes (44 - 45)

Disediakan oleh: Pdt.H.M. Siagian,MPTh.

WAHYU KEPADA YOHANES (44)

“Aku tahu KESUSAHANMU dan kemiskinanmu-NAMUN ENGKAU KAYA…” (Wahyu 2:9).

       MELIHAT KEKAYAAN SEJATI DI DALAM KESUKARAN-KESUKARAN HIDUP.
   
 “Bagaimana seorang Kristen bisa miskin dan kaya pada saat yang bersamaan.  Bagaimana kita harus menyambut penderitaan dan kesukaran sebagai suatu kekayaan (Yak.1:2)?.  Dalam kehidupan sehari-hari orang-orang Kristen tidak menonjol sama sekali, bahkan tampak sangat payah dibanding rata-rata orang duniawi.  Namun saat pencobaan dan tekanan-tekanan dalam hidup mulai muncul barulah seorang Kristen sejati mulai bercahaya.
   Saat kita belajar utuk tetap dekat dengan Allah di dalam pencobaan, Dia merancang kita kembali supaya kita bisa terbang lebih tinggi dan lebih cepat daripada yang bisa kita bayangkan.  Seandainya kehidupan kita lebih mudah, kita tidak akan pernah menemukan kepenuhan yang kita dapatkan dengan terbang menurut kecepatan Allah”. 1)

Ayat 9 -dan FITNAH MEREKA, YANG MENYEBUT DIRINYA ORANG YAHUDI, TETAPI YANG SEBENARNYA TIDAK DEMIKIAN: SEBALIKNYA MEREKA ADALAH JEMAAT IBLIS”.

“JEMAAT IBLIS MENENTANG JEMAAT KRISTUS.  “Kristus berbicara tentang jemaat atas mana setan sebagai pemimpin bagi jemaah iblis.  Anggota-anggotanya adalah anak-anak yang tidak menurut.  Mereka itu adalah yang memilih untuk berdosa, yang berusaha melecehkan hukum Allah yang suci.  Adalah pekerjaan setan mencampuradukkan kejahatan dengan kebaikan, dan menghapuskan perbedaan antara baik dan jahat.  Kristus akan memiliki suatu jemaat yang berupaya untuk memisahkan kejahatan dari kebaikan, di mana anggota-anggotanya tidak ingin menolerir perbuatan yang salah, tetapi akan membuang keluar dari hati dan kehidupan”.
   SDA Bible Commentary, jil.7, hal.958.

   “Kekristenan dahulu adalah sebuah agama yang tidak sah.  Selama periode Smirna, para penguasa Roma membantu serta bersekongkol dalam penganiayaan terhadap umat Kristen.  Mereka menyerang orang-orang Kristen sepanjang kekuasaan Trojan(98-117), Hadrian (117-138), Pius Antonius(138-161), Marcus Aurelius (161-180), Septimius Severus (193-211), Decius Trajan(249-251) dan Valerian (253-260).”   2).

REFERENSI:
1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal.53.
2.   Leo R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989 hal.39.

                                     WAHYU KEPADA YOHANES (45)
“Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu—namun engkau kaya—dan FITNAH MEREKA, YANG MENYEBUT DIRINYA ORANG YAHUDI, TETAPI YANG SEBENARNYA TIDAK DEMIKIAN: SEBALIKNYA MEREKA ADALAH JEMAAH IBLIS”. (Wahyu 2:9)

ORANG KRISTEN YANG MENGHADAPI FITNAH DAN PENGANIAYAAN.
  
   “Kelihatannya dari ayat ini bahwa hubungan jemaat dengan orang-orang Yahudi di Smirna sedalam dalam kondisi memprihatinkan.  Jemaat menghadapi situasi yang membahayakan.  Pada abad kedua Kekaisaran Romawi berharap agar setiap orang, kecuali orang-orang Yahudi, agar  memuja kaisar.  Pihak berwewenang mengecualikan orang-orang Yahudi dikarenakan kolotnya keyakinan agama mereka.  Karena bangsa Romawi biasanya mengidentifikasikan orang-orang Kristen abad pertama sebagai orang Yahudi, mereka seringkali luput dari penganiayaan yang tidak perlu.
   Di lain pihak, orang-orang Yahudi sendiri, punya alasan untuk berhati-hati agar tidak dikaitkan dengan orang-orang Kristen.  Dua puluh lima tahun sebelumnya, kegairahan Yahudi akan hal-hal yang berhubungan dengan akhir zaman membuat bangsa Romawi menghancurkan Yerusalem dan Bait Suci, meninggalka ribuan korban meninggal.  Jelas bahwa status bangsa Yahudi dalam kekaisaran mungkin akan ditarik kembali dalam sekejap jika pembicaraan orang-orang Kristen mengenai Mesias menimbulkan kecurigaan bangsa Romawi terhadap orang-orang Yahudi.
   Di saat Yohanes menulis Kitab Wahyu, komunitas Yahudi terlibat kesulitan dengan para pemimpin setempat di Smirna.  Ketika orang-orang Kristen Yahudi berbicara tentang Yesus Sang Mesias serta akhir zaman, itu hanya membuat keadaan semakin sulit.  Jadi kita harus memahami kata ”hujat” dalam ayat ini dalam pengertian “fitnah”.  1)

   “-Fitnah mereka –Melukiskan celaan dan penghinaan yang ditujukan kepada Tuhan dan umat-Nya.
   -Menyebut diri orang Yahudi – Melukiskan orang-orang yang mengaku melayani Tuhan padahal sebenarnya melayani setan.  Orang Yahudi juga banyak memfitnah orang-orang Kristen mula-mula (Kisah 13:45; 14:2; 21:27) hingga mati syahidnya Polycarpus, seorang bishop di Smirna.
   -Jemaah Iblis – Melukiskan rumah-rumah ibadat orang-orang Yahudi telah menjadi pusat atau tempat bagi para penuduh umat Tuhan”.  2)

Ay 9: “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu - namun engkau kaya - dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis”.
1)   ‘Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu - namun engkau kaya’.
a)   Dalam KJV ada tambahan ‘works’ (= pekerjaan).
KJV: ‘I know thy works, and tribulation, and poverty’ (= Aku tahu pekerjaan, dan kesusahan, dan kemiskinanmu).
KJV melakukan hal yang sama dengan Wah 2:13. Tetapi ini salah. Baik untuk gereja Smirna maupun gereja Pergamus, tidak ada kata-kata ‘thy works’ (= pekerjaanmu). Mungkin penderitaan dan penganiayaan yang mereka alami itu begitu hebat sehingga tidak memungkinkan mereka bekerja bagi Tuhan / melayani Tuhan.
Pulpit Commentary: “Other epistles begin, ‘I know thy works.’ This and the next begin, ‘I know thy tribulation.’ It is possible for a Church so to be placed that activity is out of the question. Endurance may be the only possible form of service” (= Surat-surat lain mulai dengan ‘Aku tahu pekerjaanmu’. Surat ini dan yang berikutnya mulai dengan ‘Aku tahu kesusahanmu’. Adalah mungkin bagi sebuah Gereja untuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mungkin melakukan aktivitas. Ketahanan / ketekunan mungkin merupakan satu-satunya bentuk pelayanan yang dimungkinkan) - hal 71.
Pulpit Commentary: “Christ values his Churches according to what they are, as well as according to what they do. If their trials are such that all they can do is to bear them, and to wait God’s own time - well. So, if in old age Christians find their powers of active service fail them, though they may do less, they may be more. It is not only needful for us to quicken sluggish Christians to activity, it is also needful to show to believers that it is by being as well as by doing that they can please, serve, and glorify their Lord. There may be much activity with a very defective inner life. But if the ‘being’ is right, the right ‘doing’ is sure to follow” (= Kristus menilai Gereja-gerejaNya berdasarkan keberadaan / apa adanya mereka, dan juga berdasarkan apa yang mereka lakukan. Jika pencobaan mereka begitu rupa sehingga apa yang bisa mereka lakukan hanyalah memikul / menahannya, dan menunggu waktu Allah sendiri - baiklah. Jadi, jika pada usia lanjut orang Kristen mendapati bahwa mereka kehilangan kekuatan mereka untuk melakukan pelayanan aktif, sekalipun mereka melakukan lebih sedikit, keberadaan mereka mungkin dianggap lebih. Bukan hanya perlu bagi kita untuk menggerakkan orang kristen yang malas kepada aktivitas, tetapi juga perlu untuk menunjukkan kepada orang-orang percaya bahwa mereka bisa menyenangkan, melayani, dan memuliakan Tuhan mereka melalui keberadaan mereka dan juga melalui apa yang mereka lakukan. Bisa saja ada banyak aktivitas dengan kehidupan di dalam yang banyak cacatnya. Tetapi jika ‘keberadaannya’ benar, ‘tindakan’ yang benar juga pasti akan mengikuti) - hal 71.
b)   ‘kesusahanmu’.
Di sini kembali digunakan kata Yunani THLIPSIS yang telah dibahas dalam Wah 1:9.
John Stott: “If the first mark of a true and living church is love, the second is suffering” (= Jika tanda pertama dari gereja yang benar dan hidup adalah kasih, maka tanda kedua adalah penderitaan) - hal 35.
John Stott menunjukkan banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa orang kristen / gereja yang benar pasti mengalami banyak penderitaan, seperti  Mat 5:10-12  Luk 6:26  Yoh 15:18,20  Yoh 16:33  2Tim 3:12  Fil 1:29 dsb. Lalu John Stott berkata:
“The ugly truth is that we tend to avoid suffering by compromise. Our moral standards are often not noticeably higher than the standards of the world. Our lives do not challenge and rebuke unbelievers by their integrity or purity or love. The world sees in us nothing to hate. ... We are seldom bold to rebuke vice. We mind our own business lest anyone should be offended. We hold our tongue so that nobody is embarrassed. ... The fear of man has ensnared us. We trim our sails to the prevailing theological wind. We dilute the gospel so as to render it supposedly more palatable. We love the praise of men more than the praise of God. We escape suffering by compromise. ... Supposing we raised our standards and stopped our compromises? Supposing we proclaimed our message and tightened our discipline with love but without fear? I will tell you the result: the Church would suffer” (= Kebenaran yang buruk adalah bahwa kita cenderung untuk menghindari penderitaan dengan kompromi. Standard moral kita seringkali tak kelihatan lebih tinggi dari standard duniawi. Kehidupan kita tidak menantang dan menegur orang-orang yang tidak percaya melalui kejujuran / ketulusan atau kemurnian atau kasih. Dunia tidak melihat apapun dalam diri kita untuk dibenci. ... Kita jarang berani menegur kejahatan. Kita mengurus urusan kita sendiri supaya orang lain tidak tersinggung. Kita mengekang lidah kita sendiri supaya tidak ada orang lain yang merasa malu. ... Rasa takut kepada manusia telah menjerat kita. Kita menyesuaikan layar kita kepada angin theologia yang kuat. Kita mengencerkan injil supaya rasanya lebih enak. Kita mencintai pujian manusia lebih dari pujian Allah. Kita terhindar dari penderitaan melalui kompromi. ... Seandainya kita menaikkan standard kita dan menghentikan kompromi kita? Seandainya kita memberitakan berita kita dan memperketat disiplin kita dengan kasih tetapi tanpa takut? Aku memberitahumu apa akibatnya: Gereja akan menderita) - hal 43,44,45.
John Stott (hal 36-37) mengatakan bahwa penderitaan orang Kristen di Smirna adalah penganiayaan. Sekalipun tidak diceritakan alasan penganiayaan itu, tetapi Stott mengatakan bahwa alasannya mudah ditebak. Karena adanya kuil untuk Roma di Smirna, maka penolakan penyembahan terhadap kaisar dsb menyebabkan orang kristen Smirna dianiaya.
c)   ‘Aku tahu kesusahanmu’.
·        John Stott: “This is a great and sweet comfort. One of our greatest needs in trouble is someone with whom to share it. We long to unburden ourselves to somebody who understands. Now Jesus Christ is the world’s greatest comfort. ... However deep our sorrow or great our suffering, He knows and cares” (= Ini adalah penghiburan yang besar dan manis. Salah satu kebutuhan terbesar kita dalam kesukaran adalah seseorang kepada siapa kita bisa menceritakan / mensharingkannya. Kita ingin melepaskan beban kita kepada seseorang yang mengerti. Yesus Kristus adalah penghiburan dunia yang terbesar. ... Betapapun dalamnya kesedihan kita atau betapapun besarnya penderitaan kita, Ia tahu dan peduli) - hal 47.
·        Beasley-Murray: “The Lord knows about this situation, but he refrains from intervening. He does not remove the poverty, he does not vindicate his followers in face of the Jewish slanders, nor does he frustrate the Devil’s machinations which will bring about the imprisonment and death of some. He simply encourages them to endure. Why no more than this? The author of the book of Job wrestled with the problem, and so have the saints of God ever since. John provides no answer, but his whole book is written in the conviction that the Church of Christ has the vocation of suffering with its Lord, that it may share his glory in the kingdom he has won for mankind” (= Tuhan tahu tentang situasi ini, tetapi Ia tidak mau ikut campur. Ia tidak membuang kemiskinan mereka, Ia tidak membela pengikut-pengikutNya menghadapi fitnahan orang-orang Yahudi, juga Ia tidak menggagalkan rencana busuk Setan yang akan menimbulkan pemenjaraan dan kematian bagi beberapa orang. Ia hanya menguatkan hati mereka untuk bertahan. Mengapa tidak lebih dari ini? Penulis Kitab Ayub bergumul dengan problem ini, dan begitu juga dengan orang-orang kudus Allah sejak saat itu. Yohanes tidak memberikan jawaban, tetapi seluruh kitabnya ditulis dalam keyakinan bahwa Gereja Kristus mempunyai pekerjaan menderita dengan Tuhannya, supaya gereja itu bisa ikut menikmati kemuliaanNya dalam kerajaan yang telah Ia menangkan untuk umat manusia) - hal 81.
Catatan: kata-kata ini khususnya harus direnungkan dan dihayati oleh orang-orang yang menganut Theologia Kemakmuran atau ajaran yang mengatakan bahwa kalau ikut Kristus semua problem pasti beres, semua penyakit pasti sembuh dan sebagainya.
d)   Miskin tetapi kaya.
·        Miskin.
*        Arti dari kata ‘miskin’ di sini.
Kata bahasa Yunani yang dipakai adalah PTOCHEIAN.
William Barclay: “In Greek there are two words for poverty. ... PENIA describes the state of the man who has nothing superfluous; PTOCHEIA describes the state of the man who has nothing at all” (= Dalam bahasa Yunani ada 2 kata untuk kemiskinan. ... PENIA menggambarkan keadaan seseorang yang tidak mempunyai sesuatu yang berlebihan; PTOCHEIA menggambarkan keadaan seseorang yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa) - hal 78.
William Hendriksen: “Extreme poverty is meant. These people were often thrown out of employment as a result of the very fact of their conversion” (= Kemiskinan yang hebat yang dimaksudkan. Orang-orang ini sering dikeluarkan dari pekerjaan sebagai akibat dari pertobatan mereka) - hal 64.
Penerapan:
Kalau gara-gara ikut Kristus saudara dipecat dari pekerjaan saudara, dan hal itu terjadi berulang-ulang, apakah saudara tetap mau ikut Kristus?
*        Mayoritas orang kristen dalam Perjanjian Baru (abad I) adalah orang miskin (bdk. Kis 2:45  3:6  4:35  2Kor 8:2).
William Barclay: “In the New Testament poverty and Christianity are closely connected” (= Dalam Perjanjian Baru kemiskinan dan kekristenan berhubungan sangat dekat) - hal 78.
Catatan: bandingkan kata-kata William Barclay ini dengan ajaran dari Theologia Kemakmuran, yang mengatakan bahwa orang kristen pasti / harus kaya. Saya berpendapat bahwa ajaran ini merupakan penghinaan terhadap Perjanjian Baru maupun kekristenan.
*        Miskin di tengah-tengah masyarakat yang kaya.
Sekalipun miskin di tengah-tengah masyarakat yang miskin juga merupakan hal yang tidak enak, tetapi itu tidak sejelek kalau kita mengalami kemiskinan di kota yang kaya seperti Smirna.
Pulpit Commentary: “In wealthy cities such as Smyrna, ... poverty was not merely odious but even infamous” (= Dalam kota-kota kaya seperti Smirna, ... kemiskinan bukan sekedar menjijikkan tetapi bahkan dianggap buruk / memalukan) - hal 84.
Kalau orang kaya yang kafir menganggap bahwa miskin adalah hal yang memalukan, itu bisa dimengerti. Tetapi celakanya, jaman sekarang orang kristen yang menganut Theologia Kemakmuran juga menganggap bahwa miskin itu memalukan Tuhan. Tetapi apa dasar Kitab Suci pandangan ini? Dalam bacaan ini kita tidak melihat bahwa Tuhan malu karena kemiskinan orang kristen di Smirna. Sebaliknya Tuhan memuji gereja Smirna yang tetap setia kepadaNya dalam kemiskinan dan penderitaan!
*        Tuhan menghibur orang kristen di Smirna dengan mengatakan ‘Aku tahu kemiskinanmu’. Kalau saudara adalah orang kristen yang miskin, maka pengetahuan Tuhan akan kemiskinan saudara juga seharusnya menghibur saudara. Tuhan bukannya melupakan saudara atau keadaan saudara. Sebaliknya Ia tahu akan keadaan saudara, dan Ia tahu segala kebutuhan saudara (bdk. Mat 6:32b - “Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu membutuhkan semuanya itu”), dan pasti akan memberikan kebutuhan saudara itu pada waktunya.
·        Mengapa orang-orang kristen di Smirna ini miskin? Ada beberapa kemungkinan:
*        karena memang mereka berasal dari masyarakat kelas bawah.
*        karena mereka suka menolong orang lain (bandingkan dg 2Kor 8:2).
*        karena mereka bekerja dengan jujur / menjalankan bisnis dengan jujur.
John Stott: “But neither of these factors would explain why their poverty was part of their ‘tribulation’. It is more probable that in their resolve to go straight in business, they renounced shady methods and thereby missed some of the easy profits which went to others less scrupulous than themselves. Or again, no doubt many Jews and pagan would not trade with them when they knew they were Christians” (= Tetapi tidak satupun dari faktor-faktor ini yang bisa menjelaskan mengapa kemiskinan mereka merupakan sebagian dari ‘kesusahan’ mereka. Adalah lebih mungkin bahwa dalam keputusan mereka untuk berjalan lurus dalam bisnis, mereka meninggalkan cara-cara yang curang dan dengan demikian kehilangan sebagian dari keuntungan yang mudah, dan keuntungan yang mudah itu lalu pergi / pindah kepada orang lain yang tidak terlalu cermat seperti mereka. Atau, tak diragukan lagi bahwa banyak orang Yahudi dan kafir yang tidak mau berdagang dengan mereka pada waktu mengetahui bahwa mereka adalah orang Kristen) - hal 38.
*        mungkin karena sering terjadi perusakan terhadap rumah-rumah mereka dan penjarahan terhadap barang-barang mereka.
William Barclay: “There was another reason for the poverty of the Christians. Sometimes they suffered from the spoiling of their goods (Hebrews 10:4). There was times when the heathen mob would suddenly attack the Christians and wreck their homes” [= Ada alasan lain untuk kemiskinan dari orang-orang Kristen. Kadang-kadang mereka menderita karena penjarahan terhadap harta benda / barang-barang mereka (Ibr 10:4). Ada saat-saat dimana gerombolan orang kafir tiba-tiba menyerang orang-orang Kristen dan merusak / menghancurkan rumah mereka] - hal 78-79.
Catatan: Ibr 10:4 ini pasti salah cetak; seharusnya adalah Ibr 10:34 yang berbunyi: “Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya”.
John Stott: “Make no mistake: it does not always pay to be a Christian” (= Jangan salah: menjadi orang Kristen tidak selalu menguntungkan) - hal 39.
·        Kaya.
Kitab Suci seringkali berbicara tentang kekayaan yang bukan dalam persoalan uang / materi, misalnya ‘kaya di hadapan Allah’ (Luk 12:21), ‘kaya dalam iman’ (Yak 2:5), ‘kaya dalam kebajikan’ (1Tim 6:18), ‘mempunyai harta di surga’ (Mat 6:19,20  Mat 19:21). Bdk. juga 1Kor 1:5  Ef 3:8  2Kor 6:10.
Pulpit Commentary: “It is all-important that we should learn to see light in God’s light - to reckon silver and gold as corruptible things, and to regard faith, love, and the good things through grace as the only durable riches” (= Adalah sangat penting bahwa kita melihat terang dalam terang Allah - memperhitungkan perak dan emas sebagai hal-hal yang bisa binasa, dan menganggap iman, kasih, dan hal-hal baik melalui kasih karunia sebagai satu-satunya kekayaan yang bertahan) - hal 71.
Renungkan: kekayaan yang bagaimana yang saudara cari / kejar?
·        Miskin tetapi kaya (bdk. Yak 2:5  2Kor 6:10  2Kor 8:2).
*        Jelas bahwa kemiskinan tetap memungkinkan orang kristen untuk bisa dekat dengan Tuhan, menyenangkan Tuhan, dan memuliakan Tuhan! Lebih dari itu, orang kristen Smirna bukan hanya miskin tetapi juga mengalami banyak penderitaan / kesusahan / penganiayaan. Tetapi mereka toh bisa menjadi orang-orang yang sangat rohani! Karena itu jangan menjadikan problem uang ataupun penderitaan sebagai alasan untuk tidak bisa bertumbuh dalam iman!
*        Kemiskinan memang mempersulit orang kristen dalam belajar Firman Tuhan (tak bisa beli buku, dsb), berbakti kepada Tuhan (tak ada mobil / uang transportasi), melayani Tuhan (karena harus terus bekerja), dsb. Karena itu kalau orang kristen bisa tetap setia bagi/ kepada Tuhan di tengah-tengah kemiskinannya, maka itu merupakan hal yang luar biasa. Jadi pada waktu orang kristen Smirna menghadapi kemiskinan mereka dengan tetap setia kepada Tuhan, maka faktor kemiskinan itu memberikan nilai tambah terhadap kesetiaan mereka, dan sekaligus memperkaya mereka secara rohani. Sebaliknya orang kaya bisa lebih leluasa dalam belajar Firman Tuhan, berbakti kepada Tuhan, melayani Tuhan, dsb. Dan karena itu, orang kaya harus malu kalau, sekalipun mereka tidak mempunyai problem keuangan, mereka tidak bisa mempunyai rohani sebaik orang yang miskin!
*        Orang kristen Smirna kontras dengan orang kaya yang bodoh (Luk 12:16-21, khususnya perhatikan ay 21). Dan ini juga kontras dengan gereja Laodikia, yang dalam Wah 3:17 mendapatkan kata-kata Yesus yang berbunyi: “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat (NIV/NASB: wretched / buruk sekali), dan malang, miskin (Yunani: PTOCHOS), buta dan telanjang”.
Saudara seperti orang kristen Smirna, atau Laodikia / orang kaya yang bodoh?
Dari perbandingan gereja Smirna dan gereja Laodikia, Herman Hoeksema berkata:
“It is not only applicable to the church of Smyrna, but equally so to the church in tribulation in all ages. It has even become proverbial that the blood of the martyrs has become the seed of the church in history. Never does the church offer a more pitiable aspect than in times of prosperity from a worldly point of view, times of peace and abundance. Never is its condition more precarious than when it caters to the good pleasure of the world and craves for wealth and glory and honor after the measure of the world. The church of Laodikia is a warning example. But, on the other hand, it is equally true that the church is never more nearly perfect in this dispensation than when it is called upon to fight the battle of faith, to suffer and endure affliction for the Word of God and the testimony of Jesus” (= Ini tidak hanya cocok / relevan untuk gereja Smirna, tetapi juga untuk gereja dalam kesusahan di segala jaman. Bahkan telah menjadi pepatah bahwa darah para martir telah menjadi benih dari gereja dalam sejarah. Tidak pernah gereja memberikan aspek yang lebih menyedihkan dari pada pada waktu kemakmuran dari sudut pandang duniawi, saat damai dan kelimpahan. Tidak pernah kondisi gereja lebih genting dari pada ketika gereja itu melayani kesenangan duniawi dan haus akan kekayaan dan kemuliaan dan kehormatan menurut ukuran dunia. Gereja Laodikia merupakan contoh yang memberikan peringatan. Tetapi, di sisi yang lain, juga benar bahwa gereja tidak pernah lebih mendekati kesempurnaan dari pada ketika ia dipanggil untuk melakukan pertempuran iman, menderita dan menahan penderitaan / kesusahan demi Firman Allah dan kesaksian Yesus) - hal 75.
Matthew Poole: “the church of God keeps always its purity best in the fire” (= gereja Allah selalu mempertahankan kemurniannya paling baik pada waktu ada dalam api) - hal 954.
Apa sebabnya gereja yang kaya, enak, tidak dianiaya justru cenderung jadi jelek, dan sebaliknya gereja yang miskin dan dianiaya justru jadi kuat?
1.      Penderitaan menyebabkan kita makin berpegang kepada Kristus.
Herman Hoeksema: “It is when the storm howls in the woods that the oak strikes its root more deeply and firmly into the soil and is strengthened. So it is when the storm of persecution sweeps through the church that the latter strikes the roots of its faith more deeply into Christ and draws from Him more consciously the very strength in its life. And therefore, it is especially in times of trouble that the church flourishes: for at such times it is taught to cling to its powerful King, and seeks its all in Him” (= Adalah pada saat badai menderu di hutan maka pohon oak / eik menanamkan akarnya lebih dalam dan lebih teguh ke dalam tanah dan dikuatkan. Begitu juga pada saat badai penganiayaan menyapu gereja maka gereja menancapkan akar dari imannya lebih dalam ke dalam Kristus dan secara lebih sadar mengambil kekuatan dari Dia dalam hidupnya. Dan karena itu, khususnya pada saat kesukaranlah gereja tumbuh dengan subur: karena pada saat-saat seperti itu gereja diajar untuk berpegang erat-erat pada Rajanya yang berkuasa, dan mencari segala-galanya dalam Dia) - hal 76.
2.      Pada masa enak, gereja bisa dipenuhi oleh orang-orang kristen KTP yang masuk ke gereja dengan motivasi yang salah, dan mereka ini sangat membahayakan gereja. Tetapi penderitaan / penganiayaan sebaliknya akan membersihkan gereja dari orang-orang kristen KTP ini.
Herman Hoeksema: “In times of prosperity and wealth and peace, when the church is honored rather than despised in the world, there is a grave danger that many an Israelite who is not spiritually of Israel becomes member of the church in the world from carnal motives and for selfish reasons. It becomes a matter of honor, or even of common decency, to be a church member. Hence, many join the church. These carnal members are a veritable danger to the church of Christ. They often become dominant, and assume the leadership in the church. They impose their carnal desires upon the church. They lead her into the world, and, of course, to destruction. They are of the world, and they would make the church a part of the world. In times of persecution, however, when church membership and the reproach of Christ are inseparable, this danger does not exist. On the contrary, when the faithful must suffer persecution and reproach for Christ’s sake, the church is cleansed of these hypocrites” (= Dalam masa kemakmuran dan kekayaan dan damai, pada waktu gereja dihormati dan bukannya dihina dalam dunia, ada bahaya yang besar dimana banyak orang Israel yang bukan orang Israel rohani menjadi anggota dari gereja dalam dunia dengan motivasi daging dan alasan yang egois. Merupakan persoalan kehormatan, atau bahkan kesopanan / kesusilaan umum untuk menjadi anggota gereja. Jadi, banyak orang bergabung dengan gereja. Anggota-anggota yang bersifat daging ini betul-betul merupakan bahaya bagi gereja Kristus. Mereka seringkali menjadi dominan, dan menerima kepemimpinan / menjadi pemimpin dalam gereja. Mereka memimpin gereja itu ke dalam dunia, dan, tentu saja, pada kehancuran. Mereka adalah dari dunia, dan mereka akan membuat gereja menjadi bagian dari dunia. Tetapi pada masa penganiayaan, pada waktu keanggotaan gereja dan celaan Kristus tidak terpisahkan, bahaya ini tidak ada. Sebaliknya, pada waktu orang percaya / setia harus menderita penganiayaan dan celaan demi Kristus, gereja dibersihkan dari orang-orang munafik ini) - hal 76.
2)   ‘dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis’.
a)   ‘fitnah’.
RSV/NIV: ‘slander’ (= fitnah).
KJV/NASB: ‘blasphemy’ (= penghujatan).
Yunani: BLASPHEMIAN.
George Eldon Ladd: “However, its proper meaning is not blasphemy of the name of God but slanderous accusations against men” (= Bagaimanapun, artinya yang benar bukanlah penghujatan terhadap nama Allah tetapi tuduhan yang bersifat memfitnah terhadap manusia) - hal 43.
Memang, karena dalam ay 2 fakta bahwa Tuhan mengetahui BLASPHEMIAN ini kelihatannya merupakan suatu penghiburan bagi gereja Smirna, maka rupa-rupanya yang dimaksud dengan BLASPHEMIAN di sini bukanlah ‘penghujatan’ tetapi ‘fitnah’.
Tentu saja ada banyak hal yang bisa difitnahkan tentang gereja Smirna, tetapi John Stott berkata bahwa rupa-rupanya fitnah dari orang-orang Yahudi ini berhubungan dengan penyembahan kepada kaisar.
John Stott: “They were themselves exempt from all sacrificial obligations and exploited their privilege to harry the hated Nazarenes. They were no doubt suspect for their own refusal to sacrifice. So they curried favour with the authorities and the people by urging the Christians to sacrifice and vilifying them if they would not” [= Mereka (orang-orang Yahudi) sendiri dikecualikan dari semua kewajiban persembahan, dan mereka memanfaatkan hak mereka untuk mengganggu / merusakkan orang Nasrani yang dibenci. Tak diragukan lagi mereka sendiri dicurigai karena mereka menolak untuk mempersembahkan korban. Jadi, mereka menjilat para penguasa dan rakyat dengan mendesak orang-orang Kristen untuk mempersembahkan, dan mereka memfitnah orang-orang Kristen itu kalau mereka tidak mau mempersembahkan] - hal 37.
Ini adalah tindakan yang luar biasa kurang ajarnya. Mereka sendiri menganggap bahwa itu adalah dosa / penyembahan berhala, tetapi mereka memaksa orang kristen melakukan hal itu.
Tuhan menghibur gereja Smirna dengan mengatakan bahwa Ia tahu akan fitnahan itu. Kalau saudara difitnah, dan semua orang mempercayai fitnahan itu, maka bagian ini juga merupakan suatu penghiburan bagi saudara. Tuhan tahu bahwa itu adalah fitnah!
b)   ‘yang menyebut dirinya orang Yahudi’.
Steve Gregg: “Smyrna had the largest Jewish population of any Asian city” (= Smirna mempunyai penduduk Yahudi terbesar dari semua kota-kota Asia) - hal 67.
Pulpit Commentary: “It is remarkable that, in the ‘Martyrdom of St. Polycarp,’ the Jews are said to have been present in great numbers, and to have been foremost in collecting wood with which to burn him alive” (= Merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa dalam ‘Kematian syahid dari Polycarp’ dikatakan bahwa orang-orang Yahudi hadir dalam jumlah yang besar, dan merupakan orang-orang pertama yang mengumpulkan kayu untuk membakarnya hidup-hidup) - hal 60.
John Stott: “it was the voice of the Jews which cried loudest that he should be thrown to the lions; and when the order was finally given for him to be burned alive, the most diligent of the crowd to fetch faggots for the fatal wood-pile were Jews” [= adalah suara dari orang-orang Yahudi yang berteriak paling keras supaya ia (Polycarp) dilemparkan kepada singa-singa; dan pada waktu akhirnya diberikan perintah supaya ia dibakar hidup-hidup, yang paling rajin dari orang banyak itu yang mengambil kayu bakar untuk tumpukan kayu yang membawa kematian itu adalah orang-orang Yahudi] - hal 38.
Catatan: padahal hari itu adalah hari Sabat, dimana mengumpulkan kayu seperti itu dilarang oleh hukum Sabat! (bdk. Kel 35:2-3  Bil 15:32-36). Tetapi orang-orang munafik itu malah mengumpulkan kayu untuk membakar orang!
c)   ‘tetapi yang sebenarnya tidak demikian’.
·        Bandingkan dengan 2 text di bawah ini:
*        Ro 2:28-29a - “Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah”.
*        Fil 3:3 - “karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah”.
·        George Eldon Ladd: “We must conclude, then, that John makes a real distinction between literal Israel - the Jews - and spiritual Israel - the church” (= Jadi, kita harus menyimpulkan bahwa Yohanes membuat pembedaan yang nyata antara Israel hurufiah - orang-orang Yahudi - dan Israel rohani - gereja) - hal 44.
Karena itu berhati-hatilah pada waktu menemukan istilah ‘Israel’ dalam Kitab Suci. Kadang-kadang istilah itu memang menunjuk kepada bangsa Israel (misalnya Ro 11:25), tetapi kadang-kadang menunjuk kepada gereja / Israel rohani (misalnya Ro 11:26).
·        John Stott: “They say they are Jews, but they are not. They say you are poor, but you are not. In both their judgments are mistaken. Then let us not be too greatly concerned by the opinions of the unbeliever. Let us rather cultivate the mind of Christ. It is His perspective which is true. Only He can see straight. All others are cross-eyed and squint” (= Mereka berkata bahwa mereka adalah orang Yahudi, tetapi sebetulnya tidak demikian. Mereka berkata bahwa kamu miskin, tetapi sebenarnya tidak. Dalam keduanya penilaian mereka salah. Jadi marilah kita tidak terlalu peduli dengan pandangan dari orang-orang yang tidak percaya. Sebaliknya marilah kita mengusahakan pikiran Kristus. Adalah pemandanganNya yang benar. Hanya Dia yang bisa melihat dengan lurus / benar. Semua yang lain adalah juling) - hal 48.
d)   ‘sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis (bdk. Wah 3:9).
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the synagogue of Satan’ (= sinagog Setan).
Dalam Bil 16:3  Bil 20:4  Bil 31:16 Israel disebut sebagai ‘jemaah / umat TUHAN’. Kata ‘sinagog’ berasal dari kata Yunani SUNAGOGE, yang arti hurufiahnya adalah ‘suatu kumpulan’ atau ‘jemaah’. Jadi dengan kata-kata ini seakan-akan Yohanes berkata: Kamu menyebut dirimu sendiri ‘jemaah TUHAN’, padahal sebetulnya kamu adalah ‘jemaah Iblis’.
Mereka ini sama seperti orang-orang Yahudi dalam Yoh 8:37-44, yang sekalipun mengaku sebagai keturunan Abraham dan anak-anak Allah, tetapi sebetulnya adalah anak-anak setan.
George Eldon Ladd: “because the Jews have rejected their Messiah, they are no longer a synagogue of the Lord but in reality a synagogue of Satan” (= karena orang-orang Yahudi telah menolak Mesias mereka, mereka bukan lagi sinagog Tuhan tetapi dalam kenyataannya sinagog Setan) - hal 44.
Sekalipun Israel / bangsa Yahudi mengusahakan penyucian diri mereka menggunakan ‘lembu merah’ (Bil 19), tetapi kalau mereka tidak mau percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka, mereka tidak akan pernah suci, dan mereka akan tetap menjadi sinagog / jemaah Iblis!
Penerapan:
Ada banyak orang kristen yang seperti orang-orang Yahudi ini. Secara lahiriah mereka adalah orang kristen, tetapi karena hatinya tidak pernah betul-betul percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, pada hakekatnya mereka adalah anak-anak setan. Apakah saudara adalah salah satu di antara orang-orang ini? Kalau ya, cepatlah bertobat dan percaya kepada Yesus.
Leon Morris (Tyndale): “This unusual expression means that their assembly for worship does not gather God’s people but Satan’s” (= Istilah / ungkapan yang tidak lazim ini berarti bahwa perkumpulan / persekutuan kebaktian mereka tidak mengumpulkan umat Allah tetapi umat Setan) - hal 64.
Penerapan:
Jaman sekarangpun tidak kurang gereja sesat yang setiap kebaktian bukannya mengumpulkan umat Allah tetapi umat setan. Carilah gereja yang benar, dan maulah berbakti di sana.
Thomas Becon: “For commonly, wheresoever God buildeth a church, the devil will build a chapel just by” (= Karena biasanya, dimanapun Allah membangun sebuah gereja, setan akan membangun tempat ibadah di dekatnya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 118.
Daniel Defoe, ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 119-120:
“Wherever God erects a house of prayer, (= Dimanapun Allah mendirikan rumah doa,)
The Devil always builds a chapel there; (= Setan selalu membangun tempat ibadah di sana;)
And ‘twill be found, upon examination, (= Dan akan didapatkan, setelah diselidiki,)
The latter has the largest congregation” (= Yang terakhir mempunyai jemaat yang terbesar). 3)
REFERENSI:
1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007. Hal.54.
2.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988 hal.12.
3.   Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.