Sabtu, 18 Mei 2013

WAHYU KEPADA YOHANES (42)




“…Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari POHON KEHIDUPAN yang ada di Taman Firdaus Allah” (Wahyu 2:7)

ORANG KRISTEN YANG TEKUN DAN SETIA SAMPAI AKHIR  AKAN MENEMUKAN HIDUP BERKELIMPAHAN DI SORGA.
“Allah menawarkan kepada para pemenang di Efesus suatu hadiah istimewa.  Mereka akan memakan buah pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah. Jika dituntut pertobatan yang jauh lebih mendalam untuk dapat memakan buah pohon itu, itu tidaklah sia-sia.  Imbalannya jauh lebih besar dibandingkan pengorbanan yang dituntut.(Wahyu 22:2).  Disana sang pemenang akan menemukan hidup berkelimpahan yang tak pernah ada akhirnya.
   “Kepada yang menang akan diberi makan dari pohon kehidupan –Melukiskan bahwa orang-orang percaya yang menang atas bujukan rasul-rasul dan guru-guru palsu untuk memakan dari pohon pengetahuan manusiawi, akan makan dari pohon kehidupan di Eden yang akan dikembalikan kelak”  (E.G. White, Patriach and Prophets, hlm.62).
‘Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang    ada di Taman Firdaus Allah’.
a)   ‘Barangsiapa menang’.
·        Homer Hailey (hal 118) mengatakan bahwa kata ‘menang’, dalam bahasa Yunaninya adalah NIKAO, yang merupakan kata favorit dari rasul Yohanes. Kata ini muncul 28 x dalam Perjanjian Baru, dan 24 diantaranya digunakan oleh rasul Yohanes (1 x dalam Injil Yohanes, 6 x dalam 1Yohanes, dan 17 x dalam Kitab Wahyu).
·        George Eldon Ladd: “The idea of conquering suggests warfare. The Christian life is an unrelenting warfare against the powers of evil” (= Gagasan tentang ‘menang / mengalahkan’ memberikan kesan suatu peperangan. Hidup Kristen merupakan suatu perang yang tidak ada hentinya melawan kuasa kejahatan) - hal 40.
Dan mengingat bahwa kata-kata / janji tentang ‘barang siapa menang’ ini ada dalam ketujuh surat dalam Wah 2-3 (2:7,1117,26  3:5,12,21), maka jelas bahwa tidak ada gereja yang tidak perlu berperang.
·        Orang yang menang adalah orang kristen yang setia dan bertekun sampai akhir dalam berperang melawan setan dan dosa dan dalam mengasihi Kristus.
Robert H. Mounce (NICNT): “The overcomer in Revelation is not one who has conquered an earthly foe by force, but one who has remained faithful to Christ to the very end. The victory he achieves is analogous to the victory of Christ on the cross” (= Pemenang dalam Kitab Wahyu bukanlah orang yang telah mengalahkan musuh duniawi dengan kekuatan, tetapi orang yang tetap setia kepada Kristus sampai akhir. Kemenangan yang ia capai analog dengan kemenangan Kristus pada kayu salib) - hal 90.
·        Bandingkan dengan 1Yoh 5:4 - “Perintah-perintahNya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”.
Jadi, sekalipun Wah 2:7 ini mengatakan ‘barangsiapa menang’ tetapi sebetulnya bagi orang kristen kemenangan itu dijamin. Adanya jaminan membuat kita bisa mempunyai damai dan sukacita di tengah-tengah peperangan, tetapi adanya kata-kata ‘barangsiapa menang’ mengharuskan kita tetap berperang habis-habisan, dan bukannya bersikap santai karena toh sudah dijamin.
b)   ‘Taman Firdaus Allah’.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the paradise of God’.
Penggunaan kata ‘paradise’:
1.   Dalam Septuaginta atau Perjanjian Lama berbahasa Yunani, kata ini mempunyai 2 penggunaan:
·        Ini digunakan untuk menunjuk pada Taman Eden (Kej 2:8  3:1).
·        Ini digunakan untuk menunjuk pada taman / kebun yang megah / indah (Yes 1:30  Yer 29:5  Pengkhotbah 2:5).
2.      Dalam pemikiran orang kristen mula-mula dianggap bahwa semua orang mati akan pergi ke suatu tempat penantian, dan tinggal di sana sampai penghakiman terakhir. Tetapi di sana ada satu tempat khusus bagi para tokoh Kitab Suci dan nabi-nabi, dan tempat ini disebut ‘paradise’. Tertullian menganggap bahwa hanya ada satu golongan orang yang langsung masuk ke ‘paradise’ ini, yaitu para martir. Ia berkata:
“The sole key to unlock paradise is your own life’s blood” (= Satu-satunya kunci untuk membuka firdaus adalah darahmu sendiri) - William Barclay, hal 70.
Barclay lalu mengatakan:
“The great early thinkers did not identify paradise and heaven; paradise was the intermediate stage, where the souls of the righteous were fitted to enter the presence of God” (= Para pemikir mula-mula yang besar tidak menyamakan firdaus dengan surga; firdaus adalah tingkat di tengah-tengah, dimana jiwa dari orang benar disesuaikan untuk masuk ke hadirat Allah) - hal 71. 
3.   Pada akhirnya orang-orang kristen mengidentikkan ‘paradise’ dengan ‘surga’.
Dasarnya:
·        Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”.
Padahal waktu Yesus mati, Ia menyerahkan rohNya kepada Bapa (Luk 23:46), yang menunjukkan bahwa Ia pergi ke surga. Jadi jelas bahwa ‘Firdaus’ yang Ia maksudkan juga adalah surga.
·        Wah 2:7 ini mengatakan bahwa pohon kehidupan ada di Taman Firdaus Allah. Tetapi Wah 22:2,14 menunjukkan bahwa pohon kehidupan itu ada di surga (ingat bahwa mulai Wah 21:9 rasul Yohanes menggambarkan surga).
·        2Kor 12:2-4 - “Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia”.
Mula-mula Paulus berkata bahwa orang itu (Catatan: yang ia maksudkan sebetulnya adalah dirinya sendiri) diangkat ‘ke tingkat yang ketiga dari sorga’, tetapi sebentar lagi ia mengatakan bahwa orang itu diangkat ‘ke Firdaus’. Kalau Firdaus bukan surga maka di sini terjadi suatu kontradiksi!
c)   Seluruh kalimat ‘Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah’ ini artinya adalah: orang yang menang akan mendapatkan hidup yang kekal di surga.
Robert H. Mounce (NICNT): “The Paradise of God in Revelation symbolizes the eschatological state in which God and man are restored to that perfect fellowship which existed before the entrance of sin into the world” (= Firdaus Allah dalam Kitab Wahyu menyimbolkan keadaan eschatologi / akhir jaman dalam mana Allah dan manusia dipulihkan kepada suatu persekutuan yang sempurna yang ada sebelum masuknya dosa ke dalam dunia) - hal 90. 3.
1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007. hlm 51.
2.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988 hlm.10.
3.   Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.