("YANG TERAKHIR: YESUS DAN UMAT TEBUSAN")
PENDAHULUAN
Babak
terakhir. Pertentangan besar antara Kristus dan Setan, yang diawali di
surga dan dilanjutkan di bumi ini, telah berlangsung sepanjang sejarah dunia
ini. Berbagai peristiwa besar yang berkaitan dengan pertentangan itu telah
terjadi, baik yang berdampak global maupun individual. Secara global, beberapa
kali Setan seakan menang dalam pelbagai kejadian yang menimbulkan begitu banyak
korban manusia sebagai obyek sasaran dari pertentangan besar itu; secara
individual, banyak kali Setan juga seakan menang dalam pergumulan pribadi anda
dan saya.
"Sejarah
dari pertentangan besar antara yang baik dan yang jahat telah melewati banyak
saat-saat yang genting; namun puncaknya adalah di kayu salib di mana kekalahan
dan kebinasaan Setan yang paling penting itu dipastikan. Pada waktu yang sama,
nubuatan-nubuatan Alkitab menunjuk kepada 'akhir zaman' (Dan 12:4, 9), suatu
masa dalam sejarah keselamatan dengan maknanya sendiri dalam hal hubungan
antara Tuhan dengan umat-Nya" [alinea pertama: dua kalimat pertama].
Sudah
barang tentu, tidak ada yang abadi di dunia ini; pertentangan besar itu juga
akan segera berakhir. Namun masih ada beberapa peristiwa penting akan terjadi
saat kita memasuki babak-babak terakhir yang sekaligus menjadi klimaks dari
pertentangan besar itu. Tiga peristiwa penting yang hendak dibahas dalam
pelajaran pekan ini berturut-turut adalah (1) pelayanan Kristus dalam bait suci
surgawi, (2) kedatangan Kristus kedua kali, dan (3) kebangkitan orang mati.
Pena
inspirasi menulis: "Segenap surga berminat dalam pekerjaan yang tengah
berlangsung di dunia ini. Satu umat sedang disiapkan untuk hari Tuhan yang
dahsyat itu, yang sudah berada di depan kita; dan kita tidak boleh membiarkan
Setan mengaburkan perjalanan kita serta mengganggu pandangan kita akan Yesus
dan kasih-Nya yang tak terhingga. Kita harus mendapatkan dari Kristus
pertolongan sejati yang kita perlukan. Lalu, kapan kita membutuhkan pertolongan
ini? Yaitu pada masa pencobaan, masa ketika godaan datang seperti banjir
bilamana Setan akan melemparkan kesuramannya yang kelam di hadapan jiwa kita
sehingga kita tidak mampu membedakan antara hal yang kudus dan yang biasa. Pada
waktu itulah kita harus melarikan diri kepada Sumber kekuatan kita itu"
(Ellen G. White, Review and Herald, 28 Januari 1890).
1.
PELAYANAN
KRISTUS DI SURGA (Bait Suci Surgawi: Bagian 1)
(ILUSTRASI:
Penglihatan Hiram Edson di ladang jagung)
Bait
Suci surgawi. Seperti sudah pernah kita pelajari terdahulu, naskah
asli dari kitab-kitab yang terhimpun dalam Alkitab tidak terbagi ke dalam
pasal-pasal dan ayat-ayat seperti yang kita kenal sekarang, melainkan sebagai
satu tulisan panjang yang utuh. Pembagian pasal dan ayat adalah tambahan dengan
maksud untuk mempermudah pendalaman dan pengutipan. Pembagian pasal-pasal
dilakukan oleh Stephen Langton, seorang profesor pada Universitas Paris yang
kemudian menjadi uskup agung Canterburry, pada tahun 1227; pembagian ayat-ayat
dikerjakan oleh Robert Stephanus, seorang pengusaha percetakan di Prancis,
ketika mencetak Perjanjian Baru yang diterbitkannya tahun 1551. Alkitab pertama
yang diterbitkan lengkap dengan pembagian pasal dan ayat adalah berbahasa Latin
(Latin Vulgate) tahun 1555, sedangkan Alkitab berbahasa Inggris pertama (hanya
PB) dengan pembagian pasal dan ayat adalah Alkitab Jenewa terbitan tahun 1560.
Kitab
Ibrani pasal 8 diawali dengan kalimat, "Inti segala yang kita bicarakan
itu ialah:..." Apa rupanya yang sedang dibicarakan oleh penulis kitab
Ibrani sehingga dia menambahkan kalimat tersebut, yang sekilas terkesan sebagai
sebuah kesimpulan? Tentu saja adalah bagian sebelumnya yang dalam hal ini
adalah pasal 7, di mana tiga ayat terakhirnya menyebutkan tentang kriteria
seseorang untuk sebuah posisi sangat penting, yaitu Imam Besar. Sementara
imam-imam besar yang melayani di Bait Suci duniawi, sesuai dengan aturan Hukum
Taurat, adalah orang-orang yang berdosa di mana mereka sendiri harus
mempersembahkan kurban bagi dosanya sendiri, Yesus Kristus yakni
"Anak" itulah Imam Besar yang sempurna karena tidak berdosa dan
karena itu tidak perlu mempersembahkan kurban demi diri-Nya.
Berdasarkan
ayat-ayat ini kita percaya bahwa saat ini Yesus Kristus sedang menjalankan
peran-Nya sebagai Imam Besar "yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu
di dalam kemah sejati yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia"
(Ibr. 8:2). Disebut "kemah sejati" (Grika: skēnēs tēs alēthinēs) karena
inilah Kemah Suci surgawi yang dijadikan model dari kemah suci di dunia yang
dibangun oleh Musa ketika memimpin bangsa Israel dalam perjalanan di padang
belantara. "Bait suci duniawi digambarkan sebagai contoh, atau pola,
dari bait suci surgawi; ini berarti bahwa paling sedikit yang pertama itu
mempunyai hubungan fungsional dengan yang terakhir. Karena itu, bait suci
duniawi banyak mengajarkan kita tentang bait suci surgawi; terlepas dari apapun
arti dari bait suci duniawi bagi bangsa Israel, arti yang sesungguhnya terdapat
di dalam bait suci surgawi itu dan apa yang terjadi di sana" [alinea
kedua: dua kalimat pertama].
Ajaran
khas gereja Advent. Doktrin tentang bait suci surgawi, di mana
Yesus Kristus melaksanakan tugas-tugas Imam Besar, berkembang tak lama setelah
Hari Kekecewaan Besar yang dialami oleh para pengikut William Miller (dikenal
dengan sebutan Millerites) pada tahun 1844, ketika kedatangan
Yesus kedua kali yang diperhitungkan akan terjadi pada tanggal 22 Oktober tidak
menjadi kenyataan. Perhitungan tentang hari kedatangan itu sendiri didasarkan
pada nubuatan bahwa, "Sampai lewat dua ribu tiga ratus petang dan
pagi, lalu tempat kudus itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar"
(Dan. 8:14), dan dikaitkan dengan "Hari Pendamaian" sebagaimana yang
berlaku pada bait suci di dunia bagi bangsa Israel (Im. 23:27, 28) serta apa
yang Yesus lakukan di bait suci surgawi (Ibr. 9:23-25).
Sehari
setelah kekecewaan besar itu, tanggal 23 Oktober sore, seorang petani kaya
bernama Hiram Edson yang juga termasuk di antara kelompok orang-orang yang
kecewa itu, sedang berada di ladang jagung miliknya ketika tiba-tiba dia
mendapat penglihatan. Dalam kesaksiannya dia menulis, "Surga tampak
terbuka pada penglihatan saya, dan saya melihat dengan jelas dan terang bahwa
gantinya Imam Besar kita itu keluar dari [bilik] Maha Kudus bait suci surgawi
untuk datang ke bumi ini pada hari kesepuluh bulan ketujuh, di akhir 2300 hari,
pada hari itu untuk pertama kalinya dia memasuki bilik kedua dari bait suci;
dan bahwa dia mempunyai satu pekerjaan untuk dilakukan di dalam [bilik] Maha
Kudus sebelum datang ke dunia ini." Kisah penglihatan ini kemudian
mengembalikan semangat dan sekaligus memberi terang baru dalam penyelidikan
Alkitab soal pekerjaan Yesus di surga, dan setelah serangkaian penelitian serta
berbagai diskusi akhirnya doktrin tentang bait suci surgawi ini diterima
sebagai keyakinan gereja, sebuah ajaran yang khas dari Gereja Advent.
"Pelayanan
di bait suci duniawi mengajarkan bahwa sementara penumpahan darah itu
perlu (Ibr. 9:22) untuk menebus dosa, tetap masih diperlukan
seorang imam pengantara antara orang-orang berdosa dengan Allah yang Suci
sebagai hasil dari darah yang ditumpahkan itu. Pelayanan imam di dalam Tempat
Maha Kudus membersihkan bait suci dari dosa dan dituntut penyesalan dan
pertobatan di pihak umat itu. Jadi, penghakiman juga disorot sebagai bagian
integral dari pelayanan keselamatan menyeluruh" [alinea ketiga].
Apa
yang kita pelajari tentang pelayanan Yesus Kristus di surga?
1.
Di bait suci duniawi pada zaman Musa bersama umat Israel, pelayanan keimamatan
dilakukan oleh laki-laki suku Lewi yang ditunjuk berdasarkan garis keturunan,
yaitu orang-orang biasa dan berdosa yang juga wajib mempersembahkan korban bagi
pengampunan dosa-dosa mereka sendiri. Di bait suci surgawi, Yesus Kristus
menjadi Imam Besar yang sempurna karena tidak berdosa.
2.
Tatkala Yesus dibangkitkan dan hendak naik ke surga, kepada murid-murid Ia
berkata bahwa kepergian-Nya ke surga untuk menyediakan tempat bagi mereka dan
setelah itu akan kembali menjemput mereka (Yoh. 14:1-3). Berdasarkan doktrin
tentang bait suci surgawi, "menyediakan tempat" di sini harus
diartikan sebagai "menjamin keselamatan" mereka melalui pelayanan
keimamatan-Nya.
3.
Doktrin tentang bait suci (sering disebut "doktrin tentang kaabah")
merupakan ajaran khas gereja Advent, muncul tidak lama setelah Hari Kekecewaan
Besar tahun 1844, yang kemudian dipelajari secara lebih mendalam dan
komprehensif sebelum diterima sebagai salah satu ajaran pokok gereja.
2. YESUS
PENGANTARA KITA (Bait Suci Surgawi: Bagian 2)
Berbeda
dari bait suci duniawi. Kemarin
kita sudah pelajari bahwa ajaran tentang bait suci surgawi merupakan doktrin
khas Gereja Advent, dalam arti bahwa doktrin ini tidak diajarkan oleh gereja
lain seperti yang diyakini oleh gereja kita. Doktrin ini adalah hasil dari
pendalaman Kitabsuci oleh para pendiri gereja kita yang didasarkan utamanya
pada tulisan-tulisan dalam kitab Imamat, Daniel, Ibrani dan Wahyu. Tapi berbeda
dari pelayanan dalam bait suci duniawi di padang gurun pada zaman Musa yang
bersifat bayangan (type) merujuk kepada Yesus Kristus,
pelayanan di bait suci surgawi adalah kiasan (anti-type) dengan
Yesus Kristus sendiri sebagai Imam Besar. (Baca selanjutnya di
sini---> https://www.ministrymagazine.org/archive/1980/October/christ-in-the-heavenly-sanctuary).
Selain
itu, tidak seperti ritual di bait suci duniawi yang melibatkan imam, anak
domba, dan orang berdosa yang mempersembahkan kurban, di bait suci surgawi
Yesus Kristus bertindak sebagai imam sekaligus sebagai anak domba dan juga
sebagai Pembela yang mewakili orang berdosa. "Pelayanan bait suci duniawi
mengungkapkan tiga fase keselamatan: kurban pengganti, pelayanan pengantaraan
imam, dan penghakiman. Alkitab mengajarkan bahwa ketiga fase keselamatan itu
diwujudkan dalam pelayanan Kristus mewakili orang-orang berdosa" [alinea
pertama].
Kedatangan
Anak Allah yang pertama ke dunia ini melalui penjelmaan sebagai bayi Yesus yang
lahir di Betlehem dan kemudian mati di Golgota demi manusia yang sudah
"sesat seperti domba," dan melalui kematian di kayu salib Allah
"menimpakan kepadanya segala kejahatan kita sekalian" (Yes. 53:6),
sehingga menyediakan "jalan pendamaian karena iman" (Rm. 3:24, 25)
dengan menjadikan-Nya seolah-olah berdosa karena kita "supaya dalam Dia
kita dibenarkan oleh Allah" (2Kor. 5:21). Oleh kematian-Nya di kayu salib mewakili
manusia berdosa itu, Yesus Kristus layak dan berhak untuk menjadi sebagai
Pengantara kita (1Tim. 2:5; Ibr. 7:25).
Kurban
yang lebih baik. Bait suci duniawi yang dibangun oleh Musa di
padang gurun untuk bangsa Israel yang sedang dalam perjalanan
pengembaraan--karena itu disebut "Kemah Suci" atau lebih sering lagi
sebagai "Kemah Pertemuan"--telah dibuat berdasarkan contoh dari bait
suci surgawi sebagaimana yang diperlihatkan Allah kepada Musa, mulai dari
rancang-bangunnya sampai kepada perabotan di dalamnya, semuanya secara terinci
(Kel. 25:8, 9). Kemah Pertemuan, atau bait suci duniawi, itu setahun sekali
harus "ditahirkan" atau dibersihkan dari "segala kenajisan orang
Israel" (Im. 16:16). Hari pentahiran itu disebut "Hari
Pendamaian" yang jatuh pada hari kesepuluh bulan ketujuh menurut
kalender Yahudi (Im. 23:26-32; Bil. 29:7-11), atau dalam kalender internasional
jatuh antara bulan September-Oktober, enam bulan sesudah perayaan Hari Paskah.
Dalam bahasa Ibrani hari ini dikenal sebagai Yom Kippur (יוֹם
כִּפּוּר), sebuah hari paling penting dalam Yudaisme (agama orang Yahudi).
Kalau
bait suci duniawi itu harus ditahirkan dengan pemercikan darah binatang yang
dilakukan oleh imam besar manusia--yang sebelum melakukan upacara suci itu
harus lebih dulu mentahirkan dirinya sendiri dan keluarganya dengan
mempersembahkan kurban seekor lembu jantan--maka bait suci surgawi
pentahirannya dilakukan oleh Yesus Kristus sendiri sebagai Imam Besar yang
sempurna dan juga sebagai "kurban" yang lebih baik. "Dengan cara
seperti itulah barang-barang yang melambangkan hal-hal yang di surga, perlu
disucikan. Tetapi untuk hal-hal yang di surga itu sendiri diperlukan kurban
yang jauh lebih baik. Sebab Kristus tidak masuk ke Ruang Suci buatan manusia,
yang hanya melambangkan Ruang Suci yang sebenarnya. Kristus masuk ke surga itu
sendiri; di sana Ia sekarang menghadap Allah untuk kepentingan kita" (Ibr.
9:23-24, BIMK).
"Dengan
latar belakang pelayanan bait suci duniawi, Ibrani 9:23 dengan jelas menunjuk
kepada pelayanan pembersihan oleh Kristus di surga. Inilah ayat yang telah
membingungkan para pakar selama berabad-abad, sebab ayat itu dengan jelas
mengatakan bahwa ada sesuatu di surga yang sudah tercemar dan perlu disucikan.
Bagi umat Masehi Advent Hari Ketujuh, dengan pemahaman kami tentang dua fase
pekerjaan Kristus di surga yang mewakili kita, pembersihan ini adalah
kiasan--sebagaimana pembersihan tahunan dari bait suci duniawi pada Hari
Pendamaian itu" [alinea terakhir].
Apa
yang kita pelajari tentang pelayanan Yesus di bait suci surgawi?
1.
Pelayanan Yesus Kristus di bait suci surgawi mencakup berbagai aspek pelayanan
yang dilakukan dalam bait suci duniawi di zaman Musa, di mana Kristus merangkap
sebagai imam besar dan sekaligus kurban. Bahkan, Yesus Kristus juga bertindak
sebagai Pembela yang mewakili orang berdosa yang percaya kepada-Nya.
2.
Yesus Kristus memiliki kelayakan untuk menjalankan pelayanan selengkap itu di
bait suci surgawi oleh sebab Dia sudah hidup di atas dunia ini dan mati sebagai
Penebus orang berdosa sekalipun Dia sendiri tidak pernah berdosa. Dengan
kematian-Nya di kayu salib itu Yesus menjadikan Diri-Nya sebagai "jalan
pendamaian" bagi manusia dengan Bapa surgawi.
3.
Pada pelayanan bait suci duniawi itu dilaksanakan oleh orang-orang biasa dari
keturunan suku Lewi, di mana mereka harus lebih dulu menyucikan diri dengan
persiapan-persiapan yang ketat dan mempersembahkan kurban pendamaian bagi
dosa-dosanya dan keluarganya. Yesus Kristus tidak memerlukan ritual seperti itu
sebab Dia tidak pernah berdosa, dan dengan demikian membuat-Nya sebagai Imam
Besar dan Kurban yang lebih baik dan sempurna.
3. MENUNTASKAN
RENCANA KESELAMATAN (Kedatangan Yesus Kedua Kali)
Pertobatan
dan penghapusan dosa. Hari
itu rasul Petrus berbicara kepada rakyat yang berkumpul di Serambi Salomo,
sebuah bangunan tambahan di Kaabah Yerusalem. "Karena itu sadarlah dan bertobatlah,
supaya dosamu dihapuskan," katanya (Kis. 3:19). Di sini secara tegas dia
mengaitkan pertobatan dengan penghapusan dosa, bahkan lebih jauh lagi bagi
mereka yang bertobat selain dosanya diampuni juga akan "menerima karunia
Roh Kudus" (Kis. 2:38). Dalam konteks ini, dosa yang dimaksudkannya ialah
penolakan bangsa itu terhadap Yesus Kristus sebagai Mesias, sebab bertobat
berarti "percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus" (Kis. 20:21).
Kematian dan kebangkitan Yesus telah membuat banyak orang sadar bahwa orang
yang ditolak dan dihinakan mereka itu sesungguhnya adalah Mesias yang
dijanjikan sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab para nabi, khususnya yang
dinubuatkan oleh Musa (Ul. 18:15, 18). Namun pertobatan bukanlah sekadar rasa
penyesalan yang bersifat pasif; bertobat artinya berpaling dari dosa, suatu
perubahan cara berpikir dan sikap hidup yang bersifat aktif (Mat. 3:8; Kis.
26:20).
"Sementara
Petrus mungkin belum mengetahui 'masa dan waktu' (Kis. 1:7), rujukannya
kepada nubuatan Yoel dalam Kisah 2:14-21 menunjukkan penghargaannya akan
kegenapan nubuatan tersebut pada zamannya. Di dalam kerangka berpikir
kenabiannya tampaknya membuktikan bahwa 'Petrus yang berbicara oleh ilham dan
dengan demikian melampaui pemahamannya sendiri yang terbatas, secara ringkas
itu merujuk kepada dua peristiwa besar di hari-hari terakhir bumi ini--(1)
pencurahan Roh Allah, dan (2) penghapusan dosa terakhir dari orang-orang
benar--yang berkaitan dengan peristiwa puncak yang ketiga, yakni kedatangan
Kristus kedua kali" [alinea pertama].
Pena
inspirasi menulis: "Pekerjaan penghakiman pemeriksaan dan penghapusan dosa
harus diselesaikan sebelum kedatangan Tuhan yang kedua kali. Oleh karena orang
mati harus dihakimi berdasarkan hal-hal yang tertulis dalam kitab-kitab, tidak
mungkin dosa-dosa manusia dihapuskan sampai sesudah penghakiman itu ketika
kasus-kasus mereka diselidiki. Tapi rasul Petrus dengan tegas menyatakan bahwa
dosa-dosa orang percaya akan dihapuskan bilamana 'Tuhan akan datang kepadamu
dan kalian akan mengalami kesegaran rohani. Dan Tuhan akan menyuruh Yesus
datang kepadamu.' Kis. 3:19, 20, BIMK. Apabila penghakiman pemeriksaan ditutup,
Kristus akan datang dan pahala-Nya akan bersama dengan Dia untuk diberikan
kepada setiap orang sesuai dengan perbuatannya" (Ellen G. White, The
Great Controversy, hlm. 485).
Sebuah
momentum penting. Kedatangan Yesus kedua kali selain untuk
menjemput umat tebusan, yaitu orang-orang percaya yang sudah bertobat dan
dihapuskan dosa-dosanya, dan dengan demikian merampungkan pekerjaan penebusan
yang telah dilaksanakan-Nya, pada waktu yang sama kedatangan-Nya itu juga untuk
mengakhiri pertentangan besar yang sudah berlangsung sepanjang sejarah dunia
ini. Setelah Kristus (Mikhael) mengalahkan Setan dalam peperangan di surga lalu
dia dibuang ke dunia ini (Why. 12:7, 9), pertentangan besar itu bukan lagi
memperebutkan takhta pemerintahan surga tapi berubah menjadi peperangan untuk
memperebutkan umat manusia. Dengan menipu Adam dan Hawa sehingga nenek moyang
pertama manusia itu jatuh ke dalam dosa, secara hukum Setan sudah menguasai
seluruh umat manusia. Namun Yesus sudah datang ke dunia ini untuk mati di kayu
salib demi membayar tebusan dosa atas nama manusia, sehingga secara hukum pula
manusia mendapat kesempatan untuk selamat melalui kasih karunia Allah dan
terhindar dari kematian sebagai upah dari dosa (Rm. 6:23). Kedatangan Yesus
kedua kali akan menjadi sebuah momentum penting untuk menuntaskan dua hal,
yaitu pekerjaan penebusan dan pertentangan besar itu.
"Kedatangan
Kristus yang kedua akan menandai tamatnya pertentangan besar, sejauh menyangkut
nasib manusia yang fana. Setan yang mengetahui bahwa akhir pertentangan itu
sudah di depan mata, berusaha melalui penipuan untuk menyesatkan sebanyak
mungkin orang...Terhadap penipuan ini kita sudah diamarkan bahwa kedatangan
Kristus akan berupa peristiwa harfiah, pribadi, dan kasat mata yang akan
berdampak pada seluruh dunia, menyudahi apa yang kita ketahui--dosa,
penderitaan, kepiluan, kekecewaan, dan kematian" [alinea ketiga: dua kalimat
pertama dan kalimat terakhir].
Kedatangan
Yesus yang pertama ke dunia ini--di mana Dia sudah lahir, mati, bangkit, dan
diangkat kembali ke surga--adalah fakta sejarah, terlepas apakah manusia mau
menerimanya atau tidak. Seperti kata Aldous Huxley (1894-1963), penulis Inggris
yang terkenal dengan karyanya Brave New World, "Fakta tidak
akan sirna hanya karena kehadirannya diabaikan." Tetapi semua yang Yesus
pernah alami di atas bumi tersebut sudah menjadi sejarah, sedangkan
kedatangan-Nya yang kedua kali itu masih sedang dinantikan. Jadi, sementara
dunia saat ini sedang bersiap merayakan kelahiran Kristus dengan segala
kemeriahannya, saya lebih baik memusatkan perhatian pada kedatangan-Nya yang
kedua kali. Sebab kedatangan-Nya yang pertama, beserta segala pelayanan yang
telah dilakukan-Nya bagi manusia di dunia ini, semua itu akan mubazir dan
sia-sia kalau tanpa kedatangan-Nya yang kedua untuk membangkitkan dan
menyelamatkan orang-orang saleh.
Apa
yang kita pelajari tentang peristiwa-peristiwa menjelang kedatangan Yesus kedua
kali?
1.
Yesus akan datang kembali ke dunia ini setelah pelayanan keimamatan-Nya di bait
suci surgawi selesai. Saat ini pemeriksaan penghakiman tengah berlangsung,
memeriksa kasus-kasus semua orang percaya sepanjang sejarah untuk menentukan
vonis, selamat atau binasa. Selama proses penghakiman ini masih berjalan,
kesempatan untuk bertobat masih terbuka. Masalahnya, kita tidak tahu apakah
kasus kita sudah disidangkan atau belum.
2.
Pertobatan menjadi isu paling penting dan kritis pada masa penghakiman
pemeriksaan, yang menurut pemahaman doktrin kita telah dimulai sejak tahun 1844
ketika Yesus bukan datang ke dunia ini melainkan memasuki bilik yang Maha Suci
untuk berperan sebagai "Pengacara" umat-Nya, menjadi Pengantara bagi
orang-orang yang bertobat dan setia kepada-Nya.
3.
Bilamana penghakiman pemeriksaan itu sudah selesai, barulah Yesus akan datang
untuk kedua kali ke dunia. Kedatangan-Nya itu akan menuntaskan pekerjaan penebusan
yang sudah dilaksanakan sebelumnya dalam rangka rencana penebusan Allah, dan
dengan demikian mengakhiri pertentangan besar antara kebaikan dan kejahatan,
antara kebenaran dan kepalsuan, yang telah menyengsarakan banyak orang.
4. KEWAJIBAN
SELAMA MENUNGGU (Menantikan Kedatangan-Nya)
"Anak-anak
siang." Rasul Paulus menasihati jemaat
di Tesalonika agar sementara menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali
mereka harus tetap waspada dan tidak tertidur atau lengah. Tentu saja nasihat
ini relevan bagi semua orang Kristen sepanjang zaman di mana saja, tetapi
terutama bagi kita yang hidup di penghujung zaman akhir ini. "Karena kamu
semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang
malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti
orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar" (1Tes. 5:5-6). Tentu saja
nasihat ini menyangkut perilaku kehidupan sehari-hari, bahwa sebagai
"anak-anak terang dan anak-anak siang" umat Tuhan harus menjaga
kelakuan serta cara hidup yang pantas sesuai dengan jatidiri mereka sebagai
anak-anak Tuhan. Setiap orang Kristen yang mengaku sedang menantikan kedatangan
Tuhan kedua kali harus memelihara hidup mereka senantiasa dalam keselarasan
dengan kehendak Kristus yang bisa sewaktu-waktu datang "seperti pencuri
pada malam" (ay. 2).
"Begitu
banyak yang terdapat dalam ayat-ayat itu, tetapi ada satu hal yang mencolok
sangat jelas, dan itu adalah pengharapan yang harus dimiliki oleh orang-orang
Kristen yang sedang menantikan kedatangan Kristus. Tentu saja kita harus
waspada dan mawas diri supaya hari itu tidak menimpa kita seperti pencuri pada
malam. Tapi kita juga harus penuh iman dan kasih dan pengharapan; karena apakah
kita 'terjaga atau tidur' (artinya, apakah kita mati sebelum Dia kembali atau
tetap hidup bila Ia datang), kita memiliki janji hidup kekal bersama-Nya"
[alinea pertama].
Tanda-tanda
zaman. Seringkali bilamana kita berbicara tentang tanda-tanda
kedatangan Yesus kedua kali pikiran kita langsung tertuju pada bencana alam,
peperangan, dan kejahatan yang kejadiannya terus meningkat dari waktu ke waktu.
Bukankah semua hal itu memang disebutkan dalam nubuatan Yesus perihal hari-hari
menjelang kedatangan-Nya dan sebagai tanda kesudahan dunia? (Baca Matius
24). Semua tanda-tanda akhir zaman itu benar, sudah lama terjadi dan
masih akan terus terjadi bahkan semakin menghebat. Sebagian orang lagi
menghabiskan waktu dan perhatian yang besar dalam mencermati serta menafsirkan
gerak-gerik "binatang dan patung binatang" itu. (Wahyu 13-16).
Tentu saja semua itu baik dan benar karena memang diamarkan dalam Alkitab.
Tetapi memelihara kewaspadaan dan tetap siuman dalam menantikan kedatangan
Yesus kedua kali bukan hanya mengamat-amati berbagai tanda zaman itu, melainkan
terutama juga menyelidiki kehidupan kita sendiri apakah kita dalam keadaan siap
menyambut kedatangan-Nya atau tidak. Selain itu, menantikan kedatangan Tuhan
adalah juga mewaspadai berbagai ajaran sesat yang sudah dinubuatkan akan kian
merebak menjelang hari kedatangan Yesus kedua kali (Mat. 24:24).
"Prediksi
tentang akhir zaman tidak diberikan untuk memuaskan rasa ingin tahu umat
percaya melainkan untuk mendorong mereka agar terus berjaga-jaga (Mat.
24:32-44). Sementara kita menantikan Kedatangan yang Kedua, kita perlu
menjaga mata kita tetap terbuka, kita harus mengetahui apa yang Firman Allah
ajarkan mengenai peristiwa-peristiwa akhir zaman; terutama hal ini penting oleh
sebab ada begitu banyak pandangan-pandangan palsu di dalam Kekristenan itu
sendiri perihal tanda-tanda zaman" [alinea terakhir].
Pena
inspirasi menulis: "Orang-orang yang sedang menunggu dan menantikan
kemunculan Kristus yang sudah dekat itu tidak akan bermalas-malas, tetapi rajin
di dalam urusan pekerjaan. Tugas mereka tidak akan diselesaikan secara ceroboh
dan tidak jujur, melainkan dengan kesetiaan, ketangkasan, dan ketelitian.
Mereka yang membanggakan diri bahwa dengan kurangnya perhatian serta
ketidakpedulian terhadap hal-hal kehidupan yang sekarang merupakan bukti dari
kerohanian mereka dan pemisahan diri mereka dari dunia ini, berada di bawah
suatu penipuan besar. Kejujuran, kesetiaan, dan integritas mereka diuji dan
dibuktikan di dalam perkara-perkara duniawi. Kalau mereka setia dalam hal yang
terkecil maka mereka akan setia dalam hal yang besar" (Ellen G. White, Testimonies
for the Church, jld. 4, hlm. 309).
Apa
yang kita pelajari tentang kewajiban kita sementara menantikan kedatangan
Kristus kedua kali?
1.
Umat Tuhan yang sejati tidak menanti kedatangan Yesus dalam keadaan terlena
oleh kehidupan duniawi, melainkan selalu waspada dan siuman (mawas diri). Ini ditunjukkan
dalam cara hidup kita sehari-hari, dan juga dalam hal perhatian yang kita
berikan terhadap tanda-tanda zaman. Sebagai "anak-anak terang dan
anak-anak siang" kita harus hidup dalam kehati-hatian.
2.
Kedatangan Yesus kedua kali disebutkan "seperti pencuri pada malam"
yang berarti tidak disangka-sangka. Tetapi banyak orang yang mengabaikan
pernyataan ini dengan berusaha menghitung-hitung untuk menentukan waktu
kedatangan-Nya, termasuk dengan mereka-reka setiap gerakan "binatang dan
patungnya" itu.
3.
Tanda-tanda kedatangan Tuhan yang sudah dekat seharusnya memacu setiap orang
percaya untuk menuntaskan kewajiban-kewajibannya, baik itu tugas yang bersifat
penginjilan maupun pekerjaan sehari-hari. Umat Tuhan sejati tidak akan
mengabaikan tanggungjawabnya dalam perkara duniawi selagi menantikan kedatangan
Tuhan.
5. UMAT ALLAH DIPULIHKAN (Kematian dan
Kebangkitan)
Orang saleh dibangkitkan. Orang-orang
Kristen di Tesalonika sempat galau ketika saudara-saudara seiman mereka satu
demi satu meninggal dunia sementara Yesus belum juga datang. Apalagi ada
guru-guru palsu yang menyusup dan menyebarkan ajaran sesat seolah-olah
orang-orang yang sudah mati itu akan ditinggalkan. (Lihat pelajaran triwulan
lalu.) Maka rasul Paulus menasihati mereka: "Selanjutnya kami
tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang
meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang
tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus
telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang
telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan
Dia. Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang
masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka
yang telah meninggal" (1Tes. 4:13-15; huruf miring ditambahkan).
Kata
Grika yang diterjemahkan dengan "meninggal" dalam ayat 13
adalah κοιμάω, koimaō, yang artinya tidur. Orang
Kristen yang mula-mula biasa menyebut saudara-saudara seiman yang meninggal
dunia itu dengan κοιμωμένων, koimōmenōn, yang berarti telah
jatuh tertidur. Dari kata ini kemudian muncul istilah cemetery yang
berarti "tempat [orang yang] tidur" (sleeping places). Tetapi
dalam ayat 14, pada anak kalimat "Yesus telah mati dan telah
bangkit," kata Grika yang digunakan dan diterjemahkan dengan "mati" di
sini adalah ἀποθνῄσκω, apothnēskō, yaitu mati dalam
arti kata yang sebenarnya. Jadi, ketika menulis tentang orang-orang
percaya yang meninggal dunia itu rasul Paulus menggunakan istilah
"tidur" sebagai penghalusan kata (eufemisme), tetapi untuk kematian
Yesus dia menggunakan kata "mati" tanpa penghalusan. Dalam
pemandangan sang rasul, kematian manusia--termasuk orang percaya--itu bukan
sesuatu yang luar biasa, melainkan sebagai konsekuensi logis atau ganjaran dari
dosa (Rm. 6:23); kematian Yesus Kristus yang tidak pernah berdosa itu adalah
hal yang istimewa dan dahsyat mengingat latar belakang dari kematian itu dan
siapa Dia sebenarnya.
"Dalam
Perjanjian Baru, salah satu peristiwa yang berhubungan dengan kedatangan
Kristus kedua kali ialah kebangkitan orang-orang yang mati dalam percaya
kepada-Nya. Bahkan, sejauh menyangkut kebanyakan umat percaya, itulah bagian
paling penting dari Kedatangan yang Kedua sebab kebanyakan dari para pengikut
Kristus akan sudah mati ketika Dia datang kembali" [alinea pertama].
Orang saleh dipulihkan. Umat
tebusan atau orang-orang saleh yang dibangkitkan pada kedatangan Yesus kedua
kali, maupun mereka yang masih hidup pada waktu itu, semuanya secara serentak
akan dipulihkan kepada keadaan seperti Adam dan Hawa sebelum berdosa.
"Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan
mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada
waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang
mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua
akan diubah. Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat
binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati"
(1Kor. 15:51-53; huruf miring ditambahkan).
Sekali
lagi dalam ayat 51 di atas Paulus menggunakan kata κοιμάω, koimaō,
yaitu tidur, untuk orang-orang percaya yang sudah mati.
Sedangkan kata asli (Grika) yang diterjemahkan dengan diubah di
sini adalah ἀλλάσσω, allassō, yaitu menjelma atau
berubah bentuk (transform). Sedangkan kata yang diterjemahkan
dengan "tidak dapat binasa" pada ayat 53
adalah ἀφθαρσία, aphtharsia, yang berarti kekal dan
juga murni; sementara kata yang diterjemahkan dengan "tidak
dapat mati" adalah ἀθανασία, athanasia, yang
artinya abadi selama-lamanya. Ketika Allah menciptakan manusia
keadaan asli mereka adalah seperti ini, tidak dapat binasa dan tidak dapat
mati. Bahwa kemudian manusia bisa mati dan lenyap binasa, ini menunjukkan
kepada kita alangkah hebatnya akibat dari dosa itu. Bukan karena kehebatan
kuasa Setan sehingga dapat membuat manusia ciptaan Allah yang sebenarnya tidak
dapat binasa itu merosot kepada keadaan yang dapat binasa, melainkan karena
dahsyatnya kuasa hukum dan hukuman Allah terhadap dosa. Tapi kita bersyukur
bahwa akibat-akibat yang dahsyat dari dosa itu telah ditanggungkan kepada Yesus
Kristus, sehingga kita beroleh kesempatan untuk dipulihkan kepada kondisi
sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.
"Kunci
kepada kekekalan bukanlah penelitian ilmiah yang lebih hebat. Kuasa kematian
sudah dipatahkan melalui kematian dan kebangkitan Kristus sendiri (Rm. 6:9); berdasarkan
pada prestasi itu, Ia sanggup untuk mengaruniakan kekekalan kepada mereka yang
terhubung dengan kematian dan kebangkitan-Nya melalui baptisan (Rm. 6:23). Juga,
Alkitab memperjelas bahwa karunia kekekalan itu tidak diberikan kepada orang
percaya pada saat kematian tetapi bilamana Yesus datang kedua kali, pada waktu
'bunyi nafiri yang terakhir' (1Kor. 15:51-54)" [alinea
terakhir].
Apa
yang kita pelajari tentang kematian dan kebangkitan umat Allah?
1.
Ketika Yesus datang kedua kali semua orang mati dibangkitkan, baik orang jahat
maupun orang saleh, sebab "setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang
telah menikam Dia" (Why. 1:7). Bedanya, orang-orang jahat dibangkitkan
hanya untuk menyaksikan kemuliaan kedatangan Yesus lalu mati tertimpa cahaya
kemuliaan-Nya, sedangkan orang saleh dibangkitkan untuk diubahkan.
2.
Rasul Paulus menyebut kematian orang-orang saleh itu adalah "tidur."
Jadi, walaupun sebagai manusia biasa kita akan menangisi kekasih-kekasih kita
yang meninggal dunia, namun sebagai umat Kristen yang percaya adanya
kebangkitan kita jangan "berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak
mempunyai pengharapan" (1Tes. 4:13).
3.
Pada hari kebangkitan nanti bukan saja umat Tuhan yang sudah mati akan kembali
hidup, tetapi bersama-sama dengan orang saleh yang masih hidup saat Yesus
datang kedua kali semuanya akan diubahkan kepada keadaan asli seperti ketika
Allah menciptakan Adam dan Hawa. Unsur-unsur kefanaan dari tubuh kita akan
digantikan dengan unsur-unsur kebakaan.
PENUTUP
Rencana
keselamatan dirampungkan. Ketika Yesus hendak diangkat ke surga,
Dia menghibur murid-murid-Nya dengan janji bahwa Dia pergi untuk menyediakan
tempat bagi mereka dan akan datang kembali untuk menjemput mereka "supaya
di mana Aku berada, di situ juga kalian berada" (Yoh. 14:1-3, BIMK).
Tetapi kepergian Yesus ke surga sekitar dua ribu tahun silam itu bukan sekadar
untuk menyediakan tempat bagi murid-murid dan semua pengikut-Nya, melainkan
juga untuk merampungkan pekerjaan yang telah dimulaikan-Nya di atas bumi ini.
Untuk menyediakan tempat bagi umat-Nya di surga tidak memerlukan waktu sampai
ribuan tahun lamanya; menyediakan satu umat untuk menempati tempat-tempat di
surga itu, melalui pelayanan pengantaraan-Nya di bait suci surgawi, itulah yang
membutuhkan banyak waktu dan perhatian--mungkin juga dengan banyak rasa haru.
Tanpa
pelayanan pengantaraan itu, anda dan saya tidak mempunyai Pembela yang akan
membela kasus kita di hadapan Bapa dan malaikat-malaikat surga, dan keadaan
tersebut dapat berakibat hasil yang negatif bagi kita. "Pengantaraan
Kristus bagi manusia di dalam bait suci di atas sana sama pentingnya bagi
rencana keselamatan seperti terhadap kematian-Nya di atas salib. Oleh
kematian-Nya Dia telah memulai pekerjaan itu, yang setelah kebangkitan-Nya Ia
diangkat untuk merampungkannya di surga" [alinea pertama: dua kalimat
pertama].
Adalah
penting untuk selalu menantikan kedatangan Yesus kedua kali, tetapi lebih penting
lagi jika sambil menantikan Hari Maranatha anda dan saya menunjukkan
penghargaan terhadap pelayanan pengantaraan Yesus di surga itu melalui
pertobatan yang sungguh serta perubahan hidup yang tulus menurut kepada
kehendak Allah dan mematuhi perintah-perintah-Nya. Dengan berbuat demikian,
kita turut bekerjasama dengan Kristus untuk membuat tugas pengantaraan-Nya
menjadi lebih lancar dan mulus.
"Sebab
pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan
sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari surga dan mereka
yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang
hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan
menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama
dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan
perkataan-perkataan ini" (1Tes. 4:16-18).
SUMBER:
1.Kwabena
Donkor-Wkl Dir.Biblical Research Institute, GC : “Bertumbuh Dalam Kristus”,
Pel.SS. Triwulan IV, 2012.
2.
Loddy Lintong California, USA.