Pendahuluan:
Seorang pria dan wanita adalah dua makhluk yang berbeda. Mengapa?.
Karena masing-masing dilahirkan dalam rumah tangga yang berbeda dan dibesarkan
dalam lingkungan serta latar belakang yang berbeda. Tetapi di dalam pernikahan, mereka dipanggil
untuk menjadi “SEDAGING”.
Mari kita baca Kejadian 2:24 “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
menjadi “satu daging”.
“Satu daging”. Penciptaan Hawa, perempuan pertama di bumi
ini, agak lebih dramatis ketimbang penciptaan Adam. Tidak seperti Adam yang
seluruh tubuhnya terbuat dari "debu tanah" (Kej. 2:7), Hawa
diciptakan Allah dengan lebih dulu melakukan tindakan pembedahan untuk
"mengambil salah satu rusuk" dari Adam yang sebelumnya dibuat-Nya
tertidur "dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah" itu kemudian
perempuan pertama tersebut dibuat (ay. 21, 22). Setelah Adam siuman tiba-tiba
di hadapannya sudah berdiri sesosok tubuh molek yang amat mempesona sehingga
dia langsung jatuh cinta. Tentu Allah menjelaskan kepadanya bagaimana perempuan
itu telah dibuat, sehingga Adam langsung berseru: "Inilah dia, tulang
dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia
diambil dari laki-laki" (ay. 24). Selanjutnya, Allah menyatakan pasangan
suami-istri pertama itu sebagai "satu daging" (ay. 25).
Prinsip perkawinan menurut Alkitab adalah monogami, antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.
Kepada orang-orang Farisi yang hendak menjebak-Nya, Yesus menegaskan: "Tidakkah
kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka
laki-laki dan perempuan?...Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan
satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak
boleh diceraikan manusia" (Mat. 19:4-6; huruf miring ditambahkan).
Sebagian orang hanya menekankan makna ungkapan "satu daging"
ini sebagai hubungan badan (hubungan seksual) antara suami dan istri. Tentu
saja dalam pengertian sempit ungkapan tersebut merupakan manifestasi dari
hubungan fisik, tetapi dalam pengertian yang luas itu juga memiliki dimensi
hukum jika dikaitkan dengan Sepuluh Perintah, khususnya hukum ketujuh. Rasul Paulus juga menggunakan ungkapan
"satu daging" untuk menjelaskan hubungan yang tak terpisahkan antara
Kristus dengan umat-Nya (Gereja). "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia
ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat"
(Ef. 5:31, 32; huruf miring ditambahkan).
Menurut Alkitab, perkawinan adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh Allah, di mana dua orang dewasa berlainan jenis bersumpah untuk mengikatkan diri dalam hubungan pribadi yang intim dan lestari. Perkawinan alkitabiah ditandai oleh suatu penghargaan kesetaraan antara pria dan wanita, suatu ikatan persatuan yang mendalam di mana tujuan-tujuan dipersatukan dan ada suatu rasa keabadian dan kesetiaan dan kepercayaan. Seperti halnya hubungan dengan Allah, hubungan antara seorang suami dengan seorang istri haruslah dijaga kesuciannya.
Menurut Alkitab, perkawinan adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh Allah, di mana dua orang dewasa berlainan jenis bersumpah untuk mengikatkan diri dalam hubungan pribadi yang intim dan lestari. Perkawinan alkitabiah ditandai oleh suatu penghargaan kesetaraan antara pria dan wanita, suatu ikatan persatuan yang mendalam di mana tujuan-tujuan dipersatukan dan ada suatu rasa keabadian dan kesetiaan dan kepercayaan. Seperti halnya hubungan dengan Allah, hubungan antara seorang suami dengan seorang istri haruslah dijaga kesuciannya.
Dan untuk menjaga agar persatuan daripada kedua insan yang berbeda ini
tetap utuh, tetap rukun maka dibutuhkan alat pengikat yang paling kuat dan alat
pengikat yang paling kuat bukanlah rumah tangga yang megah, bukan uang dan
kekayaan, bukan pula ke elokan paras wajah, melainkan KASIH, yakni KASIH YANG
BERASAL DARI TUHAN.
Ilustrasi:
Ny. Mor adalah seorang wanita
yang berparas cantik. Ia seringkali
berpikir bahwa kecantikannya itu merupakan salah satu faktor yang membuat
suaminya tertarik kepadanya. Pada suatu
hari suaminya harus pergi menjalankan tugasnya di seberang lautan dengan waktu
yang cukup lama.
Sementara suaminya terpisah jauh dari rumah, Ny. Mor telah mendapat
penyakit kulit yang parah di wajahnya dan penyakit ini telah merusak wajahnya
yang cantik itu. Ia sadar bahwa sekarang
ia tidak lagi cantik seperti dulu. Ia
tidak berani menceritakan kepada suaminya apa yang telah terjadi terhadap
dirinya karena ia khawatir jangan-jangan suaminya itu akan merasa tertekan
perasaan oleh karena wajahnya yang buruk itu.
Namun salah seorang sahabatnya telah menulis surat dan menceritakan
kepada tuan Mor apa yang telah terjadi dengan istrinya. Apabila ia membaca surat itu, tuan Mor dapat
membayangkan betapa beratnya beban yang sedang menindih pikiran dan perasaan
istrinya. Kemudian ia duduk dan menulis
surat kepada istrinya. Bunyi suratnya
itu sebagai berikut: “Percayalah kepadaku, seandainya kecantikan masa mudamu
hilang daripadamu, namun engkau tetap kukagumi dan kupuja sebagaimana adanya.”
Rumah tangga keluarga Mor, di ikat oleh TALI
KASIH yang tidak dapat diputuskan hanya oleh karena hilangnya kecantikan.
Saudaraku yang kekasih,…
Apakah yang mengikat rumah tangga kita
selama ini?
Ilustrasi:
Dibagian belakang dari beberapa macam jam
tangan ada tulisan yang berbunyi: “SHOCK-PRUF” (Shock – proof), yang artinya:
“tahan goncangan”.
Ini mengartikan bahwa jam itu diperlengkapi
dengan satu alat yang dapat membuat jam tangan itu tahan terhadap goncangan.
Rumah tangga kita pun memerlukan sesuatu
yang dapat menjadikannya tahan goncangan, dan hal ini tidak lain adalah KASIH.
Tuhan berfirman dalam Epesus 5:25 “Hai
suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya”.
Saudaraku,…Didalam hidup berumah tangga,
tidak jadi soal berapa lama sekalipun rumah tangga itu sudah kita bina, selama
kita masih hidup di dunia ini kita tidak akan dapat mengelakkan diri dari
bermacam-macam GONCANGAN rumah tangga. Goncangan
itu bisa saja timbul oleh karena krisis ekonomi, karena persoalan anak-anak
atau mungkin karena persoalan persoalan lainnya. Tetapi bilamana KASIH ada di hati suami,
istri dan anak-anak di rumah tangga kita, maka rumah tangga kita akan dapat
berdiri teguh sekalipun dilanda krisis.
Agar kita mendapat gambaran yang nyata dari
hal kasih sejati itu, mari kita baca 1 Korintus 13:4-7 “Kasih itu sabar; kasih
itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia
tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri
sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak
menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak
bersukacita karena ketidak adilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, mengharapkan segala
sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”
Perlu kita mengingat bahwa kasih dalam rumah
tangga tidak bisa hidup dengan sendirinya.
Agar tetap hidup dan bertumbuh, kasih itu harus dirawat dan dipelihara. Seperti sebuah tanaman yang lembut, kasih itu
harus dipelihara agar dapat hidup dan bertumbuh.
Salah satu cara untuk memupuk dan merawat
kash dalam rumah tangga adalah dengan membiasakan diri dengan sikap-sikap
positif dalam perkara-perkara yang kelihatannya remeh sekalipun. Kata-kata pujian dan ucapan terimakasih,
sopan santun yang biasa dinyatakan semasih bertunangan haruslah tetap
ditunjukkan satu terhadap yang lain dalam rumah tangga.
Seringkali suami dan istri cendrung
melupakan hal ini.
Semasih bertunangan, satu minggu sebelum
hari ulang tahun kekasihnya, kartu ucapan selamat hari ulang tahun telah tiba
dengan memuat kata-kata mesra. Dengan
kata-kata mesra yang tertulis didalamnya telah dipersiapkan agar jangan
terlambat tiba pada tujuannya. Setelah
menikah, apa yang terjadi?. Jangankan
kartu atau bunga,... tanggalnya pun mungkin hampir-hampir dilupakan. Semasih bertunangan, rambut, pakaian diatur
sebaik-baiknya, rumah dirapikan, lantainya disapu dan di pel, buku-buku disusun
rapih pada raknya karena kekasih akan datang berkunjung ke rumah.
Setelah menikah?. Suami pulang dari kantor, rumah dibiarkan
kotor berantakan, buku-buku berceceran, sehingga pikiran yang memang sudah
pusing karena urusan di kantor atau di tempat kerja, bertambah kalut lagi
dengan suasana rumah yang seperti ini.
Didalam satu survey yang diadakan terhadap
1500 rumah tangga, didapati beberapa persungutan dari pihak suami maupun dari
pihak istri.
Marilah kita ikuti beberapa persungutan dari
pihak suami terhadap istri. Hal-hal itu
berkisar dalam hal:
1.
Istri
suka merengek-rengek.
2.
Suka
menghalangi hobi suami.
3.
Tidak
mengatur penampilan pribadinya
4.
Sering
mengeritik.
5.
Melalaikan
anak-anak, dan
6.
Tidak
bisa mengurus rumah tangga.
Sebaliknya persungutan istri :
1.
Bahwa
suaminya tidak bisa mengatur keuangan.
2.
Tidak
memberikan perhatian yang cukup.
3.
Tidak
setia.
4.
Tidak
suka ambil waktu untuk berembuk/berunding.
5.
Terlalu
keras terhadap anak-anak dan tidak mengacuhkan rumah tangga.
Saudaraku yang kekasih,
Banyak ketegangan dan percekcokan dalam
rumah tangga dapat dihindarkan kalau saja suami dan istri mau saling
menunjukkan sikap-sikap positif satu dengan yang lain, kalau saja kata-kata
yang mesra tetap diperdengarkan, kesopan santunan serta perhatian dalam
perkara-perkara yang kelihatannya remeh tetap dipertahankan seperti pada waktu
bertunangan.
Ilustrasi:
Di dalam satu majalah terkenal pernah dimuat
satu artikel tentang rumah tangga yang berjudul: “ANDA DAPAT MENGUBAH SUAMI
ANDA”. Tentu membaca artikel ini sangat
menggembirakan para istri.
Bagaimana caranya disebut dalam artikel
tersebut?. Caranya sangat sederhana,
yaitu dengan MENGUBAH DIRI SENDIRI.
Begitu pula suami dapat mengubah sikap istri
yang kurang baik dengan prinsip dan cara yang sama, yakni dengan cara: MENGUBAH
SIKAP DIRI SENDIRI.
Saudaraku,…Aksi selalu menimbulkan Reaksi
dan KASIH itu membangkitkan KASIH.
Tuhan kiranya selalu memberkati rumah tangga
kita.!