Senin, 21 Januari 2013

Wahyu Kepada Yohanes--(20)




....Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku TUJUH KAKI DIAN DARI EMAS, DAN DITENGAH-TENGAH KAKI DIAN ITU ADA SEORANG SERUPA ANAK MANUSIA….” (Wahyu 1:12,13)

Gereja itu berharga dipemandangan Allah.

JAMINAN KEHADIRAN DAN PERLINDUNGAN SERTA PEMELIHARAAN ATAS JEMAAT-JEMAAT DAN PARA PEMIMPINNYA (ayat 12-18):
1.   Tampak tujuh kaki dian emas – Melukiskan yang tujuh jemaat itu sangat tinggi nilainya (ayat 20).
2.   Di tengah-tengahnya ada seorang serupa Anak Manusia –Jaminan kontinuitas kehadiran Yesus di tengah-tengah jemaat-Nya:
--Anak manusia –Kemanusiaan Yesus terus dimilikinya selama-lamanya ( 5 SDA Bible Commentary, hlm.917-919)

   Yohanes melihat Yesus di antara tujuh kaki dian, melambangkan tujuh jemaat di Asia Kecil (Why.1:20).  Pengliharan ini menyoroti Yesus sedang berjalan di antara tujuh kaki dian, melayani gereja-gereja.  Latar belakang ide ini adalah janji Perjanjian Lama: “Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan  menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku”(Im.26:12).  Satu hal terbaik berkenaan dengan perjanjian adalah Allah tak sewenang-wenang.  Ia menundukkan diri-Nya kepada perjanjian.  “Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya” (Ul.7:9).  Allah tidak seperti dewa-dewa orang kafir kuno yang tidak bisa dipercaya.  Allah Ibrani menghampiri umat-Nya dengan cara konsisten, menaati peraturan-Nya sendiri.  Inilah sumber keamanan dan stabilitas luar biasa besar bagi kehidupan rohani kita.  Kita tahu apa yang bisa kita harapkan dari-Nya.

   Tentu kita mendambakan kestabilan rohani yang Allah telah janjikan dalam perjanjian-Nya dengan kita.
Ay 12: “Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas”.
1)   Arti dari ‘kaki dian’.
Ay 20c memberikan arti dari ketujuh kaki dian itu karena ay 20c itu berbunyi: ‘ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat’. KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan ‘jemaat’ dengan ‘churches’ (= gereja-gereja).
2)   Penyimbolan sebagai ‘kaki dian’.
a)   Gereja disimbolkan dengan kaki dian, dan ini menunjukkan misi yang benar dari gereja. Kaki dian berfungsi sebagai tempat dari lampu / api / lilin yang memberikan terang bagi kegelapan. Cahaya / terang menunjuk pada Injil.
James B. Ramsey: “It beautifully and forcibly expresses the true mission of the visible church. A candlestick, or lampstand as this was, like those in the tabernacle and temple, is for the purpose of holding up light in the darkness. The church is God’s appointed light-bearer in this dark world. ... Her great, and indeed her only business, is to hold fast this truth and hold it forth, until its light penetrates into the darkest corners of the earth” (= Ini secara indah dan kuat menyatakan misi yang benar dari gereja yang kelihatan. Kandil, atau kaki dian seperti ini, seperti yang ada di Kemah Suci dan Bait Allah, berfungsi untuk memegang / mengangkat terang dalam kegelapan. Gereja adalah pembawa terang yang ditetapkan / diangkat oleh Allah dalam dunia yang gelap ini. ... Urusannya yang besar, dan bahkan satu-satunya urusannya, adalah memegang erat-erat kebenaran ini dan membicarakannya, sampai terangnya menembus ke sudut-sudut tergelap dari dunia) - hal 79.
Penerapan:
Kalau kita tidak memberitakan Injil, maka kita tidak melaksanakan misi yang Tuhan berikan kepada kita sebagai gereja. Karena itu gereja harus banyak memberitakan Injil, baik oleh pendeta / penginjil melalui mimbar di dalam gereja, maupun oleh jemaat secara pribadi di luar gereja.
b)   Penyimbolan gereja sebagai ‘kaki dian emas’ berhubungan dengan Mat 5:14 - ‘Kamu adalah terang dunia’.
Dengan demikian yang dimaksud dengan ‘terang’ bukan hanya Injil / Firman Tuhan, tetapi juga perbuatan baik kita yang memuliakan Allah. Bandingkan dengan Mat 5:16 - “Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”.
Penerapan:
Tidak cukup bagi kita untuk hanya memberitakan Injil, kita juga harus berusaha hidup baik / benar untuk bisa bersinar bagi Kristus!
3)   Kaki dian itu terbuat dari emas. Apa artinya?
Adam Clarke: “they are here represented as golden, to show how precious they were in the sight of God” (= mereka di sini digambarkan sebagai emas untuk menunjukkan betapa berharganya mereka dalam pandangan Allah) - hal 973.
James B. Ramsey: “Like the candlestick in the tabernacle, these are ‘golden’. While this may represent the required purity of the church, it certainly does represent its actual preciousness” (= Seperti kandil dalam Kemah Suci, mereka terbuat dari emas. Sementara ini bisa menggambarkan kemurnian yang diinginkan dari gereja, itu pasti juga menggambarkan berharganya gereja) - hal 89.
Perhatikan bahwa ke 7 gereja dalam Wah 2-3 punya banyak cacat cela, bahkan ada satu yang hanya dikecam tetapi sama sekali tidak dipuji, yaitu gereja di Laodikia (tetapi awas, ini tetap bukan gereja sesat!). Tetapi tetap semua gereja itu dilambangkan dengan ‘kaki dian emas’, yang menunjukkan bahwa mereka berharga di mata Tuhan.
James B. Ramsey: “Imperfect, therefore, as the visible church is, and always has been; marred, as was the church of Sardis and of Laodicea, by the corruptions that still dwell in the hearts of her members, and by false professors, she is still, in the eyes of our Redeemer, infinitely more precious than all the kingdoms of the world and the glory of them. Even the churches of Sardis and Laodicea have a golden candlestick as their symbol, as well as the pure and uncensured churches of Smyrna and Philadelphia. ... Beware, then, that you do not under-estimate this ‘golden’ instrumentality and representative of God’s kingdom. Ever remember that the government, the ordinances, the offices, the discipline, and the spiritual enterprises of this church are divinely appointed; they are heavenly means of a heavenly power for heavenly ends. To neglect or turn away from the privileges of this church is to reject God and His Son. If you have any love to the King Himself, and to His invisible spiritual kingdom, you cannot but love and cherish this visible kingdom which He has ordained to represent it and to be the channel of its blessings to a perishing world” (= Karena itu, sekalipun gereja yang kelihatan ini tidak sempurna, dan dari dulu selalu demikian; dirusak / dikotori, seperti gereja Sardis dan Laodikia, oleh kejahatan yang tetap tinggal dalam hati anggota-anggotanya, dan oleh profesor-profesor palsu, ia tetap, di mata Penebus kita, jauh lebih berharga dari semua kerajaan dunia dan kemuliaannya. Bahkan gereja Sardis dan Laodikia mempunyai kaki dian emas sebagai simbol mereka, sama seperti gereja Smirna dan Filadelfia yang murni dan tak bercela. ... Karena itu, hati-hatilah supaya engkau tidak menganggap rendah alat dan wakil kerajaan Allah dari ‘emas’ ini. Ingatlah selalu bahwa pemerintahan, peraturan, jabatan, disiplin, dan usaha / proyek rohani dari gereja ini ditetapkan oleh Allah; mereka adalah cara surgawi dari kuasa surgawi untuk tujuan surgawi. Mengabaikan atau berbalik dari hak-hak gereja ini berarti menolak Allah dan AnakNya. Jika engkau mempunyai kasih terhadap sang Raja sendiri, dan terhadap kerajaanNya yang bersifat rohani dan tak terlihat, engkau pasti mengasihi dan menghargai kerajaan yang terlihat ini, yang telah Ia tentukan untuk mewakilinya dan untuk menjadi saluran berkatnya bagi dunia yang sedang menuju kebinasaan) - hal 91-92.
Penerapan:
Berapa berharganya gereja kita ini di mata saudara? Ini bisa terlihat dari beban saudara untuk kemajuan gereja. Ini terlihat dari berapa banyak dan sungguh-sungguhnya saudara berdoa untuk gereja. Ini terlihat dari mau atau tidaknya saudara melayani Tuhan dalam gereja. Ini terlihat dari maunya saudara menghadiri aktivitas gereja. Ini terlihat juga dari persembahan saudara untuk Tuhan melalui gereja. Karena itu renungkan hal-hal itu, dan pikirkan apakah hidup saudara menunjukkan bahwa gereja ini berharga di mata saudara? Jangan karena gereja mempunyai cacat cela, lalu saudara mengabaikan gereja atau bersikap masa bodoh terhadap gereja. Ingat bahwa gereja Sardis, dan bahkan gereja Laodikia, tetap dilambangkan dengan kaki dian emas!
Herman Hoeksema menambahkan lagi satu arti dari ‘emas’, yaitu bahwa emas itu bersifat ‘incorruptible’ / ‘imperishable’ (= tak bisa rusak / binasa). Tetapi bagaimana ini bisa diharmoniskan dengan fakta bahwa gereja lokal itu bisa menjadi rusak / sesat? Karena itu saya tidak setuju dengan arti ini.
4)   Kaki dian emas ini mirip dengan yang ada dalam Kemah Suci / Bait Allah.
a)   Dari Kel 25:31-39  Kel 37:17-24  1Raja 7:49 terlihat bahwa dalam Kemah Suci maupun Bait Allah juga ada tujuh kaki dian emas, yang disebut ‘kandil’ (NIV/NASB/RSV: ‘lampstand’ ; KJV: ‘candlestick’).
Adam Clarke: “This reference to the temple seems to intimate that the temple of Jerusalem was a type of the whole Christian Church” (= Hubungan dengan Bait Allah kelihatannya menunjukkan bahwa Bait Allah di Yerusalem merupakan suatu TYPE dari seluruh Gereja Kristen) - hal 973.
b)   Hoeksema (hal 40) berpendapat bahwa ada 2 perbedaan antara kandil dalam Kemah Suci / Bait Allah dengan 7 kaki dian emas yang dilihat oleh rasul Yohanes ini. Perbedaannya adalah:
1.      Kandil dalam Kemah Suci / Bait Allah itu, ketujuh lampunya membentuk suatu garis lurus, sedangkan 7 kaki dian emas dalam kitab Wahyu ini membentuk lingkaran. Ini terlihat dari ay 13 dimana dikatakan bahwa Anak Manusia itu ada di tengah-tengah kaki dian itu, dan juga dari Wah 2:1 dimana dikatakan bahwa Yesus ‘berjalan di antara ke tujuh kaki dian emas itu’.
2.      Kandil dalam Kemah Suci / Bait Allah itu merupakan satu kesatuan, sedangkan 7 kaki dian emas dalam Kitab Wahyu ini merupakan 7 buah lampu yang terpisah.
Memang dalam Perjanjian Lama gereja dipersatukan oleh kesatuan fisik, yaitu bangsa Israel. Tetapi dalam Perjanjian Baru, kesatuan gereja hanyalah secara rohani.
William Hendriksen: “In the Tabernacle there was one lampstand with seven lamps; here in Revelation we have seven lampstands. The reason for the difference is that during the old dispensation there was a visible unity, the Jewish church-state, whereas the churches of the new dispensation find their spiritual unity in Christ” (= Dalam Kemah Suci ada satu kandil dengan 7 lampu; di sini dalam Kitab Wahyu kita mempunyai 7 kandil. Alasan perbedaan itu adalah bahwa selama Perjanjian Lama terdapat suatu kesatuan yang kelihatan, yaitu gereja-negara Yahudi, sedangkan gereja-gereja dalam Perjanjian Baru mendapatkan kesatuan rohani mereka dalam Kristus) - hal 58.
DAFTAR PUSTAKA:

1.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988.
2.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
3.   Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.