"PENCIPTAAN DAN INJIL"
PENDAHULUAN
Hubungan dipulihkan. Manusia--Adam dan
Hawa--tidak saja diciptakan sebagai makhluk hidup yang paling cerdas tetapi
juga paling mulia, dan kemuliaan itu ditandai utamanya dengan kebebasan
berkehendak yang memberi mereka hak bebas memilih. Tanpa kebebasan tersebut
pasangan manusia pertama itu hanya akan menjadi "manusia mesin" atau
robot yang tidak dapat mengasihi dengan perasaan yang berasal dari hati
sanubari.
Namun kebebasan memilih itu bukan tanpa risiko, sesuatu yang sangat
pasti diketahui pula oleh Sang Pencipta. Risiko itu menjadi kenyataan tatkala
Hawa terperdaya oleh Setan lalu memetik dan memakan buah dari pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat, atas kehendaknya sendiri, kemudian
menyodorkannya pula kepada Adam yang langsung memakannya tanpa ragu. Tidak jelas
apakah mereka masing-masing memakan satu buah atau hanya mengecap dari buah
yang sama, tapi yang pasti mereka berdua telah melakukan pelanggaran secara
bersama-sama.
Alkitab mencatat bahwa sebelum memetik buah itu Hawa melakukan semacam
pengamatan dan pertimbangan. "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu
baik
untuk dimakan dan
sedap kelihatannya, lagipula pohon itu
menarik
hati karena memberi pengertian" (Kej. 3:6; huruf miring ditambahkan).
Dengan kata lain, proses keberdosaan itu dimulai dalam pikirannya lebih dulu
baru kemudian melahirkan sebuah tindakan. Jadi, Hawa melakukan itu dengan penuh
kesadaran, dan dia berbuat dosa oleh menggunakan haknya untuk memilih. Ini
sesuai dengan perkataan rasul Petrus bahwa manusia berbuat dosa oleh sebab "keinginan
daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup" (1Yoh. 2:16).
Tetapi puji syukur kepada Allah karena manusia tidak dibiarkan terus
hidup dalam keberdosaannya tanpa sesuatu pengharapan. Segera setelah pasangan
manusia pertama itu jatuh ke dalam dosa Tuhan langsung mencanangkan suatu jalan
kelepasan dari kematian kekal akibat dosa melalui Yesus Kristus,
"keturunan Hawa" yang akan "meremukkan kepala" Setan
melalui kematian penebusan-Nya di kayu salib. Yesus adalah solusi atas dosa.
"Namun Yesus telah datang untuk menghancurkan pekerjaan Iblis
(1Yoh.
3:8) dan membebaskan kita dari kekuasaannya. Dia melakukan ini dengan
mati menggantikan kita dan menawarkan kehidupan kepada kita. Di salib, Yesus
menjadi dosa karena kita
(2Kor. 5:21) dan mengalami perpisahan
dari Bapa-Nya yang disebabkan oleh dosa. Oleh kematian-Nya, Yesus memulihkan
hubungan antara Allah dan umat manusia yang telah rusak oleh dosa Adam dan
Hawa" [alinea pertama: empat kalimat terakhir].
Allah bukan saja Pencipta manusia; Dia adalah juga Penebus manusia!
1. KESELAMATAN
DARI EDEN (Kasih Karunia Dalam Taman).
Bersama Yesus di Taman. Charles Austin Miles
(1868-1946), sehari-harinya bekerja sebagai apoteker, adalah seorang pemimpin
koor gereja yang menggemari fotografi. Suatu hari di bulan Maret 1912, Charles
mengalami suatu pencerahan ketika sedang berada di kamar gelap untuk memproses
film negatif hasil pemotretannya. (Bagi banyak generasi muda yang mungkin tidak
mengetahuinya, sebelum ditemukan kamera digital yang mulai populer pertengahan dekade
1990-an, fotografi masih menggunakan teknologi seluloid yang disebut
"filem negatif" dalam bentuk gulungan yang dimasukkan ke dalam
kamera--dulu namanya "tustel"--untuk merekam setiap gambar, dan
kemudian harus diproses dalam ruang tanpa cahaya sebelum bisa dicetak ke atas
kertas foto.) Di kamar gelap itulah Charles mengaku pikirannya seperti dikuasai
oleh pemandangan di kubur Yesus tatkala Maria Magdalena datang pada pagi hari
Minggu itu, sebagaimana tercatat dalam Yoh. 20:11-18 yang baru dibacanya.
Masih berada dalam suasana batin tersebut, sekeluarnya dari kamar
gelap itu Austin mulai menulis puisi yang kemudian menjelma menjadi lirik lagu
berjudul
"In the Garden" yang dalam versi bahasa
Indonesia adalah "Aku Masuk Dalam Taman" (LS No. 182). Lagu ini
langsung populer setelah digunakan sebagai lagu tema sepanjang seri KKR oleh
evangelis Billy Sunday (1862-1935), mantan atlet nasional AS cabang
olahraga
baseball yang kemudian menjadi penginjil.
Belakangan lagu tersebut masuk dapur rekaman lewat suara penyanyi Perry
Como (1912-2001) tahun 1958, dan selanjutnya diangkat sebagai lagu penutup
dalam film drama "Places in the Heart" (1984) dengan pemeran utama
Sally Field. Selain dinyanyikan oleh berbagai penyanyi legendaris seperti
Mahalia Jackson, Jim Reeves dan Elvis Presley, lagu indah ini juga dilantunkan
oleh Anne Murray seperti yang dapat anda saksikan di sini:
http://www.youtube.com/watch?v=AzdFHs6j2dE. (Atau, anda
juga dapat menyanyikannya sendiri dengan iringan musik dan panduan lirik dari
link ini:
http://www.youtube.com/watch?v=pWyufa8KTQs.)
Penghakiman di Taman Eden. Allah menangani dosa
segera setelah itu terjadi. Sebagaimana sudah kita pelajari terdahulu, Allah
mengumpulkan para pelaku yang terlibat dalam kejahatan itu untuk mengadakan
"penghakiman pemeriksaan" langsung di TKP (tempat kejadian perkara).
Adam, Hawa, dan juga ular sebagai representasi iblis (Kej. 3:9-15). Satu demi
satu mereka yang terlibat dijatuhi hukuman, bahkan tak luput juga bumi itu
sendiri. Tetapi, tentu saja, vonis yang paling penting dijatuhkan ke atas Hawa
dan Setan sebagai pelaku utama. "Aku akan mengadakan permusuhan antara
engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya
akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (ay. 15).
Seperti sudah pernah dibahas sebelumnya, dunia Kristen menyebut ayat penting
ini sebagai
protoevangelium (injil perdana) di dalam mana
termaktub kabar baik tentang penebusan dosa dan keselamatan melalui Yesus
Kristus, Anak Allah yang datang ke dunia ini sebagai manusia yang lahir melalui
salah seorang perempuan keturunan Hawa.
"Tujuan dari pengadilan ini bukan supaya Allah dapat mempelajari
fakta-fakta. Dia sudah tahu fakta-fakta itu. Sebaliknya, tujuannya adalah
memberikan kepada pasangan itu suatu kesempatan untuk menerima tanggungjawab
atas perbuatan mereka, langkah pertama menuju pertobatan dan pemulihan. Allah
bertanya kepada mereka apa yang telah terjadi, dan mereka mengaku, sekalipun
enggan" [alinea kedua: kalimat kedua hingga kelima].
Kasih karunia di Taman Eden. Seusai mengadili dan
menjatuhkan hukuman, tindakan Allah selajutnya adalah menangani Adam dan Hawa
yang sedang berada dalam keadaan amat memalukan sesudah berbuat dosa, yaitu
separuh telanjang karena tubuh mereka yang hanya dibalut cawat anyaman dari
daun pohon ara (Kej. 3:7). Inilah karya pertama manusia setelah berdosa,
pakaian yang terbuat dari dedaunan. Namun dalam pemandangan Tuhan pakaian
seperti itu sangat tidak pantas untuk dikenakan oleh makhluk ciptaan termulia
di Bumi, yang meski sudah berdosa masih tetap mengenakan citra Allah. "Dan
TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk
istrinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka" (ay. 21).
Usaha Adam dan Hawa untuk menutupi ketelanjangan mereka akibat dosa
dengan pakaian daun ara buatan tangan sendiri melambangkan usaha manusia
berdosa untuk membenarkan diri di hadapan Allah. Tetapi Allah tidak berkenan
dengan "agama daun ara" seperti itu. Keberdosaan manusia yang telah
menyebabkan mereka berada dalam ketelanjangan harus dibalut oleh "pakaian
kebenaran" yang berasal dari Allah sendiri, yaitu melalui "korban
penebusan" sebagaimana binatang yang harus mati untuk diambil kulitnya
demi kepentingan manusia, sebab "tanpa penumpahan darah tidak ada
pengampunan" (Ibr. 9:22). Manusia tidak dapat membenarkan diri melalui
penurutan hukum, ataupun menutupi perbuatan dosa mereka dengan kebaikan dan
kebajikan, itu hanya berguna untuk kehidupan sementara di dunia ini. Anda dan
saya hanya bisa beroleh keselamatan dengan mengenakan "pakaian pesta"
(Mat. 22:11, 12), yaitu kebenaran Kristus, yang adalah kasih karunia Allah.
"Bayangkanlah perasaan Adam ketika hewan itu mati, mungkin untuk
menggantikan dia sebagai suatu kurban. Itulah pertama kalinya Adam melihat
kematian, dan hal itu pasti telah membawa kesedihan pikiran yang hebat
kepadanya. Kemudian hewan itu dikuliti dan pakaian dibuat dari kulit tersebut.
Kulit itu ditaruh ke atas tubuh Adam untuk menutupi ketelanjangannya. Setiap
kali dia melihatnya, atau merasakannya, dia pasti teringat akan apa yang telah
dilakukannya dan apa yang sudah hilang dari padanya. Lebih penting lagi, itu
merupakan pengingat akan kasih karunia Allah" [alinea terakhir: enam
kalimat terakhir].
Apa yang kita pelajari tentang kasih karunia yang Allah adakan
di Taman Eden?
1. Segera setelah manusia pertama itu berdosa, Tuhan langsung bertindak
dengan mengadakan penghakiman dan memutuskan vonis. Adam dan Hawa tidak
langsung mati pada hari mereka memakan buah larangan itu, tetapi kematian
mereka sudah ditetapkan pada hari itu juga (Kej. 2:17).
2. Allah menjatuhkan hukuman atas dosa berdasarkan keadilan-Nya, tetapi
pada waktu yang sama Dia juga menyediakan pengampunan dan penebusan dosa
berdasarkan kasih-Nya. Dosa ialah pelanggaran hukum Allah (1Yoh. 3:4), tetapi
darah Kristus adalah pengampunan dosa (Mat. 26:28).
3. Manusia tidak dapat menutupi dosa-dosanya dan membenarkan diri dengan
perbuatan kebaikan atau pun penurutan hukum Allah, itu adalah "agama daun
ara" yang tidak berguna. Keselamatan hanya bisa diperoleh melalui iman
terhadap kurban penebusan Kristus
2. ALLAH SUMBER KEHIDUPAN (Dosa dan Kematian)
Tanah kembali ke tanah. Akibat dosa
adalah kematian (Rm. 6:23), dan kematian mengubah tubuh manusia--melalui proses
dekomposisi--kembali menjadi debu (Kej. 3:19). Adam telah dijadikan dari debu
tanah (Kej. 2:7), atau tanah liat (Ay. 10:9), maka setelah mati akan berubah
kembali menjadi tanah. "Hal yang sama terjadi pada kita. Perhatikan--kita
tidak kembali menjadi kera karena kita tidak dibuat dari kera. Kita dijadikan
dari debu, dan kepada debulah kita kembali pada saat kematian" [alinea
pertama: tiga kalimat terakhir].
Penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur dalam tubuh manusia mempunyai
persamaan dengan unsur-unsur pada lapisan kulit bumi meskipun persentasenya
berbeda. Tanah dan tubuh manusia sama-sama memiliki 59 unsur.
(Baca di
sini---> http://esoriano.wordpress.com/2007/05/25/from-dust-to-man-a-scientific-proof/).
Planet bumi terdiri atas empat lingkup interaksi, yaitu atmosfir (udara),
litosfir (lapisan kulit Bumi), hidrosfir (laut, danau, sungai-sungai)
dan biosfir (semua makhluk hidup). Manusia (bagian dari biosfir) secara
fisik mengandung komposisi unsur-unsur kimia yang sama dengan litosfir (lapisan
kulit bumi) tapi dalam persentase yang tidak sama, sebagian lebih besar dan
sebagian lagi lebih kecil. Silakan mendalami pada situs ini--->
http://www.earthlearningidea.com/PDF/108_What_made_of.pdf.
Kehidupan berasal dari Allah. Musa mencatat bahwa
"Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup
ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup"
(Kej. 2:7). Sementara itu pemazmur menyatakan, "Apabila Engkau mengambil
roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau
mengirim roh-Mu, mereka tercipta" (Mzm. 104:29-30). Berdasarkan ayat-ayat
ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa manusia merupakan perpaduan antara
dua unsur utama, yaitu unsur bumi (jasmani) dan unsur ilahi (rohani). Unsur
yang berasal dari Allah--nafas dan roh--itulah yang menghidupkan manusia, oleh
sebab "dalam Dia ada hidup" (Yoh. 1:4), dan "karena Dialah yang
memberikan hidup dan nafas" (Kis. 17:25). Sedangkan unsur yang berasal
dari bumi ini--debu dan tanah--tidak mengandung kehidupan apapun tetapi
hanyalah sekadar "mewadahi" unsur-unsur ilahi yang merupakan sumber
hidup itu.
"Kematian dapat kita hasilkan, tetapi penciptaan kehidupan berada
di luar jangkauan kita. Allah saja yang memiliki kemampuan untuk menciptakan
organisme-organisme yang hidup. Para ilmuwan telah mencoba untuk menciptakan
kehidupan, mengira bahwa jika mereka dapat berbuat demikian maka mereka
mempunyai satu alasan mengapa mereka tidak percaya kepada Allah. Sejauh ini,
semua upaya tersebut telah gagal" [alinea ketiga: empat kalimat terakhir].
Dosa memisahkan dari Sumber kehidupan. Alasan
mengapa Allah tidak menghiraukan umat Israel, bangsa pilihan-Nya itu, ketika
mereka ditimpa kemalangan, ialah karena kejahatan dan dosa mereka. "Jangan
mengira TUHAN terlalu lemah untuk menyelamatkan kamu, atau terlalu tuli untuk
mendengar seruanmu," kata nabi Yesaya. "Karena kejahatanmulah maka Ia
tidak mendengarkan waktu kamu berdoa kepada-Nya.
Dosa-dosamulah yang
memisahkan kamu dari Allah" (Yes. 59:1-2, BIMK; huruf miring
ditambahkan).
Dalam kepanikannya Daud pernah berseru kepada Tuhan, "Allahku,
Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh
dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi engkau
tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang" (Mzm.
22:2-3). Mengapa Daud takut ditinggalkan Allah? Oleh sebab Allah adalah sumber
kehidupan (Mzm. 36:10; Yes. 57:16) dan sumber air hidup (Yer. 17:13).
"Jika kehidupan hanya datang dari Allah, maka perpisahan dari
Allah memutuskan kita dari sumber kehidupan. Akibat yang tak terelakkan dari
perpisahan dengan Allah adalah kematian...Dosa, berdasarkan pada sifatnya,
menyebabkan perpisahan dari kehidupan, dan akibatnya adalah kematian"
[alinea terakhir: dua kalimat pertama dan kalimat terakhir].
Apa yang kita pelajari tentang dosa dan kematian?
1. Hukum Allah menetapkan bahwa akibat dosa adalah kematian, dan hukum
alam menentukan bahwa tubuh manusia yang mati kembali menjadi tanah. Jasad
manusia yang mengalami dekomposisi tidak akan mencemari tanah tapi
unsur-unsurnya langsung diserap dan menyatu kembali dengan tanah.
2. Manusia merupakan wujud perpaduan antara unsur-unsur alam duniawi
(tanah/debu) dan ilahi (nafas/roh). Dalam perspektif alkitabiah, kematian
terjadi akibat hilangnya unsur ilahi dari tubuh manusia. Bila seorang manusia
mati, jasadnya tinggal di bumi, rohnya kembali kepada Allah (Pkh. 12:7; Ay.
34:14-15).
3. Allah adalah sumber kehidupan, tetapi dosa menyebabkan kematian. Ini
bukan berarti bahwa dosa lebih berkuasa dari kehidupan yang berasal dari Allah,
tetapi justeru kematian adalah kegenapan dari hukuman atas dosa (Rm. 6:23; Kej.
3:19
3. SOLUSI ATAS DOSA (Ketika Kita Masih Berdosa...)
Respon Allah terhadap dosa. Allah membedakan
antara dosa dengan orang berdosa; Ia membenci dosa tapi mengasihi orang
berdosa. Rasul Paulus berkata, "Ketika kita dalam keadaan tidak berdaya,
Kristus mati untuk kita pada waktu yang tepat yang ditentukan oleh Allah;
padahal kita orang-orang yang jauh dari Allah...Tetapi Allah menyatakan
kasih-Nya kepada kita ketika Kristus mati untuk kita pada waktu kita masih
orang berdosa" (Rm. 5:6, 8, BIMK). Surat Paulus kepada jemaat di Roma
diperkirakan ditulis dan dikirim dari kota Korintus, tahun 57 AD. Paulus
terkesan dengan reputasi orang-orang Kristen di Roma yang telah tersiar ke
mana-mana (Rm. 1:8), dan menyatakan kerinduannya untuk mengunjungi mereka suatu
hari kelak (ay. 10), keinginan yang baru terpenuhi beberapa tahun kemudian
dalam kesempatan untuk naik banding sehubungan dengan perkaranya (Kis.
25:11-12).
Tidak jelas bagaimana dan kapan jemaat di kota Roma itu berdiri, yang
pasti pendirinya bukan Paulus dan Petrus (seperti yang diklaim oleh Gereja
Katolik Roma). Diyakini gereja di Roma adalah hasil penginjilan orang-orang
Kristen Yahudi yang juga hadir pada Hari Pentakosta di Yerusalem (Kis. 2:10).
Tatkala kaisar Klaudius pada tahun 49 AD mengeluarkan maklumat
persona-non-grata
(pengusiran) orang-orang Yahudi dari Roma, sebagian dari mereka mengungsi ke
Korintus, termasuk suami-istri Akwila dan Priskila yang kemudian menjadi rekan
bisnis Paulus (Kis. 18:2-3). Orang-orang Yahudi perantauan balik ke Roma
setelah kaisar Nero yang naik takhta tahun 54 AD mengijinkan mereka untuk
kembali. Kekristenan berkembang pesat di Roma, sampai "permainan
politik" jahat dari sang kaisar yang dengan sengaja membakar kota ini
tahun 64 AD, lalu mengambinghitamkan orang-orang Kristen dan menganiaya mereka
dengan bengis.
Jemaat di Roma adalah jemaat yang besar, sebagian adalah orang-orang
Kristen Yahudi perantauan dan sebagian lagi orang-orang Kristen non-Yahudi.
Kepada mereka inilah sang rasul menyatakan tentang kurban penebusan dosa oleh
Yesus Kristus--yang sudah mati lebih dari 20 tahun lalu--sebagai pernyataan kasih
Allah ketika umat percaya itu masih "dalam keadaan tidak berdaya" dan
"jauh dari Allah." Tulisan rasul Paulus itu juga ditujukan kepada
kita, umat percaya yang hidup 2000 tahun kemudian setelah kematian Kristus.
Namun sesungguhnya, jauh sebelum itu, rencana penebusan dosa melalui kematian
Kristus sudah dicanangkan Allah di Taman Eden segera setelah manusia jatuh ke
dalam dosa. Secepat itulah Allah merespon dan menyediakan solusi terhadap dosa
manusia.
"Dia bisa saja dibenarkan sepenuhnya dalam menyerahkan Adam dan
Hawa kepada kuasa Setan yang membinasakan; lagi pula, mereka sudah menentukan
pilihan mereka. Tetapi Allah tahu bahwa Adam dan Hawa tidak memahami arti
sepenuhnya dari apa yang mereka telah lakukan, dan Dia bertekad untuk
memberikan mereka kesempatan untuk jadi lebih mengetahui dan mampu untuk
memilih kembali" [alinea pertama: dua kalimat terakhir].
Bagaimana respon kita? Kalau Allah telah merespon
kesalahan manusia itu dengan menyediakan kesempatan kedua kepada manusia,
bagaimana dengan kita ketika merespon orang-orang lain yang berbuat kesalahan
terhadap kita? Allah tidak menunggu Adam dan Hawa untuk meminta maaf atas
kesalahan mereka, tetapi justeru Allah sendiri yang langsung mengambil prakarsa
untuk menyediakan jalan bagi pemulihan hubungan antara manusia dengan Diri-Nya
yang telah terputus oleh dosa.
"Perlakuan Allah terhadap orang berdosa menunjukkan arti
sebenarnya dari kasih. Itu bukan perasaan belaka tetapi sebuah perilaku
berprinsip di mana setiap upaya dilakukan untuk mendamaikan si pelanggar dengan
pihak yang dilukai dan memulihkan hubungan. Perlakuan Allah terhadap Adam dan
Hawa adalah sebuah ilustrasi tentang bagaimana Dia menangani dosa kita"
[alinea terakhir].
Pena inspirasi menulis: "Kita tidak akan pernah mengenal makna
kata "kasih karunia" ini sekiranya kita tidak jatuh. Allah mengasihi
malaikat-malaikat suci, yang melayani Dia dan taat kepada semua perintah-Nya;
tetapi Dia tidak memberikan kepada mereka kasih karunia. Makhluk-makhluk
surgawi ini tidak mengenal akan kasih karunia; mereka tidak pernah
memerlukannya karena mereka tidak pernah berdosa. Kasih karunia adalah sifat
Allah yang ditunjukkan kepada makhluk manusia yang tidak layak. Kita sendiri
tidak mencarinya, tetapi kasih karunia itulah yang dikirim untuk mencari kita"
(Ellen G. White,
Review and Herald, 15 Oktober 1908).
Apa yang kita pelajari tentang respon Allah terhadap dosa
manusia?
1. Ketika Roh Tuhan mengilhami pikiran rasul Paulus untuk menulis surat
kepada jemaat di kota Roma abad pertama itu, pekabaran yang menguatkan iman
tersebut telah juga disiapkan untuk seluruh umat percaya di kemudian hari
hingga pada akhir zaman.
2. Allah ingin agar semua manusia mengetahui tentang kasih karunia yang
dicanangkan-Nya di Taman Eden, supaya manusia tahu bagaimana Sang Pencipta itu
merespon persoalan dosa. Manusia mengikhtiarkan dosa, tetapi Allah
mengikhtiarkan penyelamatan dari dosa.
3. Para malaikat saja tidak pernah merasakan kasih karunia Allah yang
ajaib itu, karena mereka memang tidak membutuhkannya. Kita manusia mutlak
memerlukan itu, selayaknyalah kita menyambutnya dengan bersyukur dan juga
dengan mempraktikkan roh pengampunan yang sama terhadap orang lain.
4. KURBAN PENEBUSAN (Pengganti yang Menanggung Dosa)
Menebus dari kutukan dosa. Hukum Musa
menetapkan bahwa apabila di antara bangsa Israel ada seseorang melakukan tindak
kejahatan yang luar biasa, orang itu bukan saja pantas dihukum mati tapi juga
mayatnya digantung untuk menjadi tontonan masyarakat, dan dengan demikian maka
seluruh keluarganya menjadi malu. Tentu saja hukuman yang terkesan keji ini
dimaksudkan untuk menimbulkan efek jera dan menjadi pelajaran bagi orang lain,
"sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah" (Ul. 21:22-23).
Namun ditetapkan pula bahwa sebelum matahari terbenam hari itu mayat tersebut
harus diturunkan untuk dikuburkan. Itulah sebabnya mayat Yesus diturunkan dari
salib untuk dikuburkan pada hari itu juga (Yoh. 19:38-40).
Rasul Paulus menggunakan gagasan hukum Musa tersebut dalam menjelaskan
pengorbanan Yesus Kristus untuk mati di salib, sebuah kematian yang memalukan
dan terkutuk. "Kristus telah
menebus kita dari kutuk hukum Taurat
dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang
yang digantung pada kayu salib!'" (Gal. 3:13; huruf miring ditambahkan).
Begitu dahsyatnya akibat dari dosa manusia yang tertanggung ke atas pundak
Yesus, sehingga Juruselamat itu harus menjalani cara kematian yang dahsyat
pula. Kata asli yang diterjemahkan dengan
menebus pada ayat ini
adalah ἐξαγοράζω,
exagorazō, sebuah kata-kerja yang
berarti
membeli kembali atau "membayar suatu harga untuk
membebaskan dari kekuasaan pihak lain." Oleh kematian-Nya di kayu salib
itu Yesus membayar tebusan demi membebaskan anda dan saya dari kutukan dan
kuasa dosa. Di kayu salib itu status Kristus adalah seperti orang yang terkutuk
oleh dosa yang dipikul-Nya.
"Di salib, Kristus menerima kutukan dosa demi kita. Ini merupakan
perubahan dalam kedudukan-Nya dengan Bapa. Anak domba kurban itu ketika dibawa
ke mezbah menjadi pengganti bagi kematian orang berdosa. Demikian pula,
bilamana Kristus dibawa ke salib, statusnya di hadapan Bapa pun berubah"
[alinea kedua: empat kalimat pertama].
Dosa memisahkan dari Allah. Ketika sedang tergantung di
atas kayu salib, Yesus melihat Bapa di surga memalingkan wajah-Nya. Ia berseru:
"Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Mat. 27:46).
Sebagian orang berpendapat bahwa Allah Bapa memalingkan wajah-Nya karena tidak
tahan menyaksikan penderitaan yang sedang ditanggung oleh Putra-Nya itu, ada
pula yang berkomentar bahwa karena Yesus Kristus saat itu sedang memikul dosa
umat manusia membuat Allah yang tidak dapat melihat dosa terpaksa memutuskan
hubungan sejenak dengan Putra-Nya itu.
Sementara kedua komentar tersebut sangat baik dan dapat diterima, mungkin
kita juga dapat mempertimbangkan alasan ketiga mengapa Allah memalingkan
wajah-Nya dari Yesus: Allah harus "berpisah" sejenak dari Yesus
supaya Putra-Nya yang sedang memikul dosa manusia saat itu terputus
hubungan-Nya dengan Allah, Sumber kehidupan, sehingga Yesus bisa mati sesuai
dengan tuntutan hukuman dosa. "Dengan menanggung kesalahan dosa-dosa kita
ke atas diri-Nya dan mati dalam keterpisahan dari Allah, Yesus menggenapi janji
yang dibuat di Taman Eden bahwa Benih perempuan itu akan meremukkan kepala ular
itu. Pengorbanan-Nya memungkinkan terjadinya pendamaian antara Allah dengan
umat manusia dan pada akhirnya akan menghasilkan pembersihan terakhir kejahatan
dari alam semesta
(Ibr. 2:14, Why. 20:14)" [alinea pertama].
Yesus sendiri adalah Sumber kehidupan. Dia telah menunjukkan kuasa itu
ketika membangkitkan Lazarus yang sudah tiga hari meninggal (Yoh. 11:1-45), dan
juga anak perempuan Yairus, kepala rumah ibadah (Luk. 8:41, 49-56). Tetapi,
manakala Yesus meletakkan kutukan dosa manusia ke atas pundak-Nya di atas kayu
salib, bukan saja semua kuasa ilahi itu harus dilepaskan dari diri-Nya, tapi Ia
juga harus mengalami kematian itu
sendirian. "Terpisah dari
hadirat Bapa, Ia merasakan kutukan yang disebabkan oleh dosa kita. Dengan kata
lain, Yesus, yang adalah Satu dengan Bapa sejak masa kekekalan, mengalami suatu
perpisahan dari Bapa dalam apa yang Ellen White sebut 'keterpisahan dari kuasa
ilahi'" [alinea kedua: kalimat kelima dan keenam].
Apa yang kita pelajari tentang kurban penebusan dosa yang Yesus
Kristus jalani?
1. Rencana keselamatan Allah menuntut kematian Putra-Nya sendiri sebagai
kurban pengganti. Salib adalah skenario penebusan manusia yang nyata, bukan
sandiwara. Di Golgota, Yesus Kristus menanggung kutukan dosa yang seharusnya
ditanggung oleh anda dan saya (Yes. 53:4, 5).
2. Kematian Yesus di kayu salib disebut "penebusan" karena
oleh kematian itu Dia membayar tuntutan untuk pembebasan manusia dari hukuman
dosa, yaitu kematian kekal, dan gantinya menyediakan hidup kekal bagi siapa
saja yang percaya kepada-Nya (Yoh. 3:16; 1Yoh. 5:10-12).
3. Ketika menghadapi saat-saat kematian-Nya di atas salib itu Yesus
harus mengalami keterpisahan dari Allah Bapa, sebuah situasi yang amat
mengerikan. Mungkin bagi banyak orang yang belum menyadarinya, dosa adalah soal
sepele, tapi bagi Tuhan dosa adalah masalah yang sangat serius.
5. REFORMASI ROHANI (Suatu Ciptaan Baru)
Salib sebagai kegenapan injil. Pada hari Adam dan
Hawa memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat di Taman
Eden, proses kematian mulai menjalari tubuh mereka. Samuele Bacchiocchi
(1938-2008)--gurubesar agama pada Andrews University, Michigan, yang terkenal
dengan bukunya
From Sabbath to Sunday (1977) yang menghebohkan
itu--mendefinisikan keadaan tersebut sebagai "dari satu keadaan di mana
memungkinkan mereka untuk tidak mati (kekekalan bersyarat), mereka masuk kepada
keadaan di mana mustahil bagi mereka untuk tidak mati (kefanaan tak
bersyarat)"
(Sumber: Immortality or Resurection?,
Bab
IV; www.biblicalperspective.com).
Allah telah menciptakan pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa, dalam
keadaan mereka yang kekal secara bersyarat. Syaratnya ialah tidak sekali-kali
memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu (Kej.
2:17). Karena mereka melanggar syarat tersebut--yang kita sebut sebagai
"berdosa"--maka akibatnya mereka kehilangan sifat kekekalan yang
disandang sejak diciptakan, dan tanda pertama dari hilangnya sifat kekekalan
itu adalah tanggalnya pakaian kemuliaan yang menutupi tubuh sehingga mereka
menjadi telanjang (Kej. 3:7). Belakangan, sesuai dengan firman Allah, manusia
pertama itupun mati dalam arti kata yang sebenarnya (Kej. 5:5). Kefanaan pun
diwariskan kepada keturunan mereka, dimulai dengan Habel yang mati di tangan
Kain (Kej. 4:8), dan seterusnya kepada umat manusia hingga hari kiamat. Untuk
memberantas kematian itulah Yesus Kristus datang ke dunia ini dengan cara
"menanggungkan" kematian itu ke atas diri-Nya.
"Kabar injil yang agung itu terpusat sekitar kematian Yesus
sebagai pengganti kita. Dia meletakkan dosa kita ke atas diri-Nya, memikulkan
ke atas diri-Nya sendiri hukuman yang jika tidak demikian pasti menjadi bagian
kita. Sebagaimana yang juga telah kita lihat, keseluruhan gagasan tentang
Kristus sebagai pengganti kita, mati bagi dosa dunia, terkait erat dengan kisah
Penciptaan. Kristus sudah datang untuk memusnahkan kematian, yang merupakan
penyusup asing dalam penciptaan Allah" [alinea pertama: empat kalimat
pertama].
Hati baru. Bangsa Israel purba jatuh-bangun dalam
kehidupan rohani mereka sebagai satu umat pilihan, sehingga Tuhan bertindak
dengan membuat mereka terusir dari negeri mereka dan terserak ke berbagai negara.
Hukuman pembuangan itu telah menimbulkan sindiran, terhadap mereka dan terhadap
Tuhan. "Katanya mereka umat TUHAN, tetapi mereka harus keluar dari
tanah-Nya," ejek bangsa-bangsa kafir itu (Yeh. 36:20). Akhirnya Tuhan
memutuskan untuk mengembalikan mereka ke kampung halaman, bukan demi bangsa
yang durhaka itu tetapi demi nama baik Allah sendiri (ay. 22-24). Untuk itu
Tuhan hendak melakukan suatu pembaruan rohani. "Maka kamu Kuberikan
hati
yang baru dan
pikiran yang baru. Hatimu yang sekeras batu itu akan
Kuganti dengan hati yang taat. Roh-Ku akan Kucurahkan ke dalam hatimu dan kamu
akan Kujaga supaya hidup menurut hukum-hukum-Ku serta mentaati segala
perintah-Ku" (ay. 26, 27, BIMK; huruf miring ditambahkan).
Ini adalah suatu perubahan total sehingga bangsa itu akan memiliki
tabiat dan mentalitas yang baru. Dalam pengertian tertentu, tindakan Allah ini
sama dengan "penciptaan ulang" untuk menjadikan mereka seperti
manusia baru. "Hati baru adalah suatu ciptaan yang hanya Allah dapat lakukan.
Kita tidak dapat melakukannya sendiri tetapi harus bergantung pada Pencipta
yang sama yang telah membentuk dunia dan menciptakan leluhur kita yang
pertama" [alinea ketiga: dua kalimat pertama].
Sebagai orang Kristen, kita pun adalah orang-orang yang sudah
diciptakan baru di dalam Kristus. Rasul Paulus berkata, "Jadi siapa yang
ada di dalam Kristus, ia adalah
ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2Kor. 5:17; huruf miring
ditambahkan). Itulah sebabnya kita diamarkan untuk berubah di dalam perangai
dan cara hidup, "karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta
kelakuannya, dan telah mengenakan
manusia baru yang terus-menerus
diperbaharui" (Kol. 3:9, 20; huruf miring ditambahkan). Orang-orang
Kristen yang tidak berubah kelakuannya harus mengalami "transplantasi hati
dan otak" supaya pada akhirnya mereka dapat berkata seperti rasul Paulus,
"Sekarang bukan lagi saya yang hidup, tetapi Kristus yang hidup dalam diri
saya. Hidup ini yang saya hayati sekarang adalah hidup oleh iman kepada Anak
Allah yang mengasihi saya dan yang telah mengurbankan diri-Nya untuk saya"
(Gal. 2:20, BIMK).
Pena inspirasi menulis: "Kuasa dari kehidupan yang lebih luhur,
lebih suci, dan lebih mulia merupakan kebutuhan kita yang besar. Pikiran kita
sudah terlalu banyak memikirkan tentang dunia, dan terlalu sedikit tentang
kerajaan surga. Dalam usahanya untuk mencapai idaman Allah untuknya, orang
Kristen sama sekali tidak boleh putus asa. Kesempurnaan moral dan rohani,
melalui anugerah dan kuasa Kristus, dijanjikan kepada semua. Yesus adalah
sumber kuasa itu, mata air kehidupan" (Ellen G. White,
The Acts of the
Apostles, hlm. 478).
Apa yang kita pelajari tentang ciptaan baru yang dijanjikan
Allah?
1. Kematian Yesus Kristus di kayu salib sebagai kurban pengganti menyediakan
jalan kepada kita untuk diperbarui dan dipulihkan dari keadaan yang fana
kembali kepada keadaan yang baka seperti ketika manusia diciptakan. Kali ini,
pemulihan itu bersifat abadi karena maut sudah dikalahkan oleh Kristus.
2. Pada saat seseorang menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya
maka terjadilah sebuah transformasi dalam diri orang itu, yaitu peralihan dari
"manusia lama" diubahkan menjadi "manusia baru."
3. Allah berjanji untuk memberikan kepada kita "hati baru" dan
"pikiran baru" agar kita tidak lagi mudah ditipu sehingga jatuh ke
dalam dosa seperti leluhur kita yang pertama itu. Ini hanya dapat kita terima
dengan berserah kepada kuasa-Nya, tanpa pamrih.
PENUTUP
Diterima oleh iman. Penebusan dosa melalui
kematian Kristus di salib adalah cara Allah untuk "penciptaan ulang"
manusia, yaitu melakukan pembaruan dalam diri orang percaya dengan
menganugerahkan kepadanya pikiran dan hati baru yang akan mengubahnya menjadi
manusia baru. Sebagaimana penciptaan manusia pertama, penciptaan ulang manusia
untuk memulihkan keadaannya semula hanya dapat dilakukan oleh Allah sebagai
Sang Pencipta. Rincian proses dari kedua hal itu, yakni penciptaan dan
penciptaan ulang, hanya dapat kita terima oleh iman.
"Bagaimana persisnya Allah menyelesaikan pekerjaan penciptaan
tidak pernah dinyatakan-Nya kepada manusia; ilmu pengetahuan tak dapat
mengungkapkan rahasia-rahasia dari Yang Maha Tinggi. Kuasa penciptaan-Nya tak
terpahami sama seperti eksistensi-Nya" [alinea pertama: dua kalimat
terakhir].
Meskipun banyak hal tentang cara Allah bekerja tidak diketahui oleh
manusia, sebagai umat percaya kita yakin bahwa itu semua dilakukan karena
kasih-Nya kepada manusia. Rencana keselamatan yang diadakan-Nya, dengan
membiarkan Putra-Nya yang tunggal datang ke dunia ini untuk mati sebagai
Juruselamat dan Penebus, itu adalah bukti nyata paling penting yang bisa
diperlihatkan-Nya kepada kita. Hal itu sudah lebih dari cukup sehingga kita
tidak memerlukan bukti lain apapun. Lagipula, penebusan dan keselamatan
tersebut disediakan-Nya bukan karena kebaikan apapun yang anda dan saya telah
lakukan. Allah mau menyelamatkan kita--itu saja!
"Ia menyelamatkan kita, bukan karena kita sudah melakukan
sesuatu yang baik, melainkan karena Ia sendiri mengasihani kita. Ia
menyelamatkan kita melalui Roh Allah, yang memberikan kita kelahiran baru dan
hidup baru dengan jalan membasuh kita. Allah mencurahkan Roh-Nya kepada kita
dengan perantaraan Yesus Kristus, Raja Penyelamat kita, supaya oleh rahmat
Yesus, kita berbaik kembali dengan Allah dan kita mendapat hidup sejati dan
kekal yang kita harap-harapkan" (Tit. 3:5-7, BIMK).
SUMBER :
1.
James
L. Gibson, Dir.Geoscience Research Institute, Lomalinda: “Asal “Usul, Penuntun
Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, Trw.I, 2013. Bandung: Indonesia Publishing
House.
2.
Loddy
Lintong, California U.S.A.