TERAPI ALERGI PADA
ANAK
Alergi
merupakan kumpulan gejala akibat reaksi kekebalan tubuh (respon imun) yang
berlebihan, yang diakibatkan oleh beberapa penyebab dan pencetus, diantaranya
karena makanan, inhalasi/hirupan (debu, serbuk sari bunga tanaman, bulu
binatang), kontak (sabun, bahan kimia atau logam), dan lain-lain tergantung
individu masing-masing.
Gejala
yang dapat timbul adalah gatal-gatal, bersin-bersin dan sesak nafas. Bila salah
satu atau kedua orang tua menderita gejala alergi, maka kemungkinan diturunkan
pada anak sekitar 25-30%. Kemungkinan akan meningkat jika kedua orang tua
mengalami gejala alergi.
Alergi
yang sering berulang dan tidak dapat dikendalikan ternyata juga dapat
mengganggu susunan saraf pusat/otak, gangguan ini disebabkan oleh beberapa zat
stimulan yang dikeluarkan oleh saluran pencernaan, disamping itu perubahan
hormonal juga berperan dalam gangguan tersebut.
Alergi
juga bisa mengganggu berbagai sistem dan organ tubuh lain. Akibatnya, tentu
dapat mengganggu tumbuh-kembang anak. Gangguan yang sering muncul adalah
malnutrisi (kurang gizi). Malnutrisi biasa terjadi pada anak diatas usia 4-6
bulan, dimana anak mulai dikenalkan makanan baru yang terkadang mengakibatkan
alergi atau gangguan pencernaan seperti sulit makan, sering muntah, sering
diare, sering kembung dan sebagainya. Gejala gangguan pencernaan yang sering
timbul antara lain rewel, terus-terusan menangis, kolik di malam hari pada anak
di bawah 3 tahun, bayi dengan riwayat berak darah, dan bayi dengan riwayat
diare berulang.
Secara
teoritis alergi memang tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dijarangkan
frekuensi kekambuhannya serta dikurangi beratnya keluhan.
Untuk
mendeteksi alergi, banyak tahap yang dilakukan, yang pertama adalah anamnesa,
yaitu melihat riwayat keluarga dan riwayat sering penyakit berulang.
Penanganan alergi pada anak memang harus dilakukan secara benar dan
berkesinambungan, yang paling ideal adalah menghindari zat yang dicurigai
sebagai pencetus yang bisa menimbulkan keluhan alergi. Bila makanan sebaiknya
berhenti memakan makanan tersebut. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang lainnya tes alergi pada kulit, foto rontgen,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya jika dibutuhkan.
Pilihan
untuk pengobatan disesuaikan dengan gejala yang dirasakan. Biasanya dokter akan
memberikan obat anti histamin seperti cetirizine yang dapat mengurangi gejala
tanpa menyebabkan rasa kantuk. Pengobatan ini diberikan 1 kali dalam sehari
sehingga cukup praktis.
- sumber: Keluarga Caladine.
ALERGI
PADA ANAK – BUKAN MASALAH SEPELE.
by
Dr. Widodo Judarwanto, Sp.A
Alergi
ternyata tak hanya menyerang kulit atau paru seperti yang selama ini kita
ketahui, melainkan semua organ tubuh, termasuk otak. Bagaimana mengenali alergi
pada anak?
Menurut
Dr. Widodo Judarwanto, Sp.A dari Children Allergy Center RS Bunda, Jakarta,
alergi pada anak ternyata tidak sesederhana seperti yang diduga. Sebelumnya,
sering kita dengar bahwa gejala alergi adalah batuk, pilek, sesak dan gatal di
kulit. “Padahal, alergi dapat menyerang semua organ dan sistem tubuh, mulai
paru, kulit, saluran kencing, jantung, bahkan susunan saraf pusat (otak),”
tegas Widodo.
Ternyata
banyak bahaya dan komplikasi alergi yang bisa terjadi, sehingga sangat berisiko
mengganggu tumbuh kembang anak. “Risiko dan tanda alergi ini dapat diketahui
sejak anak dilahirkan, bahkan terkadang sejak dalam kandungan pun sudah bisa
terdeteksi. Jadi, alergi sebetulnya dapat dicegah sejak dini,” lanjutnya.
Apa
sebetulnya alergi? Alergi adalah kumpulan gejala akibat reaksi kekebalan tubuh
(respon imun) yang berlebihan, yang diakibatkan oleh beberapa penyebab atau
pencetus. Alergi dapat diturunkan dari orangtua atau kakek/nenek penderita.
“Jadi, bila ada orangtua, keluarga atau kakek-nenek yang menderita alergi, kita
harus mewaspadai tanda alergi pada anak,” terang Widodo. Bila ada salah satu
dari kedua orangtua (ayah misalnya) yang menderita gejala alergi, maka risiko
yang mungkin diturunkan pada anak sekitar 25 30 persen. Sementara bila kedua
orangtua alergi, maka risiko alergi menurun ke anak pun meningkat menjadi 60
70 persen.
Untuk
mengetahui risiko alergi pada anak, kita harus mengetahui gejala alergi pada orang
dewasa. “Pasalnya, gejala alergi pada orang dewasa juga bisa mengenai semua
sistem/organ tubuh anak,” lanjut Widodo. Gejala dan tanda alergi dapat
ditimbulkan oleh beberapa pencetus atau penyebab, di antaranya:
a.Makanan
Pada bayi dan anak, makanan merupakan pencetus utama, sedangkan pada orang dewasa, pengaruh makanan semakin berkurang.
a.Makanan
Pada bayi dan anak, makanan merupakan pencetus utama, sedangkan pada orang dewasa, pengaruh makanan semakin berkurang.
b.Bukan
makanan, antara lain:
1. Inhalasi/hirupan: debu (karpet/filter AC), serbuk sari bunga tanaman, bulu binatang.
2. Kontak: sabun, bahan kimia, atau logam
3. Kecoa
4. Mite/tungau pada kasur, kapuk, dan lain-lain.
1. Inhalasi/hirupan: debu (karpet/filter AC), serbuk sari bunga tanaman, bulu binatang.
2. Kontak: sabun, bahan kimia, atau logam
3. Kecoa
4. Mite/tungau pada kasur, kapuk, dan lain-lain.
GANGGUAN
PENCERNAAN
Alergi yang sering berulang dan tidak dikendalikan ternyata juga dapat mengganggu susunan saraf pusat (SSP atau otak). Secara pasti, mekanisme timbulnya gangguan tersebut belum dapat dijelaskan. “Diduga, gangguan SSP itu diakibatkan oleh pengaruh beberapa zat stimulan yang dikeluarkan oleh pencernaan penderita alergi, yang biasanya juga terganggu. Di samping itu, perubahan hormonal pada penderita alergi diduga juga ikut berperan dalam gangguan tersebut,” kata Widodo.
Alergi yang sering berulang dan tidak dikendalikan ternyata juga dapat mengganggu susunan saraf pusat (SSP atau otak). Secara pasti, mekanisme timbulnya gangguan tersebut belum dapat dijelaskan. “Diduga, gangguan SSP itu diakibatkan oleh pengaruh beberapa zat stimulan yang dikeluarkan oleh pencernaan penderita alergi, yang biasanya juga terganggu. Di samping itu, perubahan hormonal pada penderita alergi diduga juga ikut berperan dalam gangguan tersebut,” kata Widodo.
Gangguan
otak yang terjadi antara lain keluhan sakit kepala berulang, gangguan tidur,
keterlambatan bicara, serta gangguan perilaku. “Gangguan perilaku yang sering
terjadi antara lain emosi berlebihan, agresif, overaktif, gangguan belajar,
gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi, hiperaktif hingga autisme,”
lanjutnya.
Selain
gangguan SSP, alergi juga bisa mengganggu berbagai sistem dan organ tubuh lain.
Akibatnya, tentu sangat mengganggu tumbuh-kembang anak. Gangguan yang sering
muncul adalah malnutrisi (kurang gizi). “Berat dan tinggi badan anak kurang
dibanding tinggi badan anak lain yang normal seusianya,” tambah Widodo.
Malnutrisi biasa terjadi pada anak di atas usia 4-6 bulan, dimana anak mulai
dikenalkan makanan baru yang terkadang mengakibatkan alergi atau gangguan. “Ini
berakibat gangguan pencernaan seperti sulit makan, sering muntah, sering diare,
sering kembung dan sebagainya, yang berisiko terjadinya malnutrisi.”
Gejala
gangguan pencernaan yang sering timbul antara lain rewel, terus-terusan
menangis, kolik di malam hari pada anak di bawah 3 tahun, bayi dengan riwayat
berak darah, dan bayi dengan riwayat diare berulang.
TAK
PERLU OBAT
Untuk mendeteksi alergi, banyak tahap yang dilakukan. Yang pertama adalah anamnesa, yakni melihat riwayat orang tua/keluarga/kakek-nenek dan riwayat penyakit sering berulang. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. “Antara lain skin test allergy, foto rontgen (foto polos dada), pemeriksaan laboratorium, dan lainnya,” ujar Widodo.
Untuk mendeteksi alergi, banyak tahap yang dilakukan. Yang pertama adalah anamnesa, yakni melihat riwayat orang tua/keluarga/kakek-nenek dan riwayat penyakit sering berulang. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. “Antara lain skin test allergy, foto rontgen (foto polos dada), pemeriksaan laboratorium, dan lainnya,” ujar Widodo.
Penanganan
alergi pada anak memang harus dilakukan secara benar dan berkesinambungan.
“Pemberian obat terus-menerus bukanlah jalan terbaik. Yang paling ideal adalah
menghindari pencetus yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut,” jelas
Widodo.
Secara
teoritis, alergi memang tak bisa dihilangkan, tetapi dapat dijarangkan
frekuensi kekambuhannya serta dikurangi beratnya keluhan. Dengan pertambahan
usia anak, di usia 6-7 tahun, pencetus alergi makanan biasanya akan semakin
berkurang atau hilang. “Namun, yang sering terjadi, orangtua justru terus
memberikan makanan pencetus alergi pada anak, dengan tujuan agar anak kebal dan
tidak lagi alergi. Ini tidak benar dan tidak akan mengurangi gejala alergi,
tetapi malah memperberat.”
MENGOBATI DAN CEGAH
ALERGI PADA BAYI DAN ANAK
Siapa
bilang bayi tidak bisa terkena alergi? walaupun bayi sudah di berikan vaksinasi
dan juga imunisasi, alergi pada bayi biasanya berupa alergi pada susu, alergi
pada kain, dan banyak lagi bentuk alergi yang sering di derita bayi, yang
tentunya sangat mempengaruhi kesehatan bayi itu sendiri, namun seperti biasa
jangan terlalu berlebihan mensikapinya, berikut ada beberapa cara yang bisa di
coba apabila bayi anda terkena alergi. Pada prinsipnya dalam merawat bayi yang
terkena penyakit alergi adalah dengan menghindari bayi dari zat-zat penyebab
alergi .
Meskipun alergi pada masa bayi tidak bisa dicegah secara total, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya alergi, yang pertama hindarkan bayi dari makanan bayi yang berpotensi menyebabkan alergi: putih telur, susu sapi, sereal gandum, dan madu.
Hindari pula makanan-makanan padat sampai usianya mencapai 6 bulan kemudian secara bertahap kenalkan beberapa makanan baru, mulailah dengan makanan lunak (sereal beras atau gandum) selanjutnya bersihkan seluruh rumah dan terutama tempat tidur si kecil supaya sebisa mungkin terbebas dari debu, kalau bisa kosongkan dan bersihkan ruang tidur bayi, lepas semua karpet yang menempel di lantai, gantilah dengan lantai kayu atau linoleum selain itu usahakan untuk mengisi ruang tidur si kecil dengan satu tempat tidur saja dan tutuplah kasur dan boks bayi dengan menggunakan plastik anti debu atau anda bisa menggunakan bantal dakron atau bantal karet, gunakan selimut dari bahan katun dan bukan dari bahan perca atau kapas, kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah bersihkan ruangan setiap hari.
Saat membersihkan, buka semua pintu dan jendela agar udara segar masuk, kemudian tutup kembali. Saat membersihkan debu, gunakan kain basah atau berminyak supaya debu tidak terbang kemana-mana, semua mainan harus disingkirkan dari kamar si kecil kemudian jika memungkinkan, gantilah semua perlengkapan bayi yang berlapis kain dengan perlengkapan bayi yang terbuat dari bahan yang bisa dilap, seperti lapisan kayu, vinil, atau kulit dan yang terakhir apabila tingkat alergi pada bayi terlihat semakin parah, konsultasikanlah dengan dokter anak untuk memberikan suntikan alergi pada bayi Anda.
Pengobatan
yang paling ampuh terhadap penyakit alergi adalah dengan menghindari zat-zat
penyebab alergi. Meskipun alergi pada masa kanak-kanak tidak bisa dicegah
secara total, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah dan
mengurangi terjadinya alergi:
- Hindarkan si anak dari makanan yang berpotensi menyebabkan alergi: putih telur, susu sapi, sereal gandum, dan madu. Hindari pula makanan-makanan padat sampai usianya mencapai 6 bulan. Secara bertahap kenalkan beberapa makanan baru, mulailah dengan makanan lunak (sereal beras atau gandum)
- Bersihkan seluruh rumah dan terutama tempat tidur si kecil supaya sebisa mungkin terbebas dari debu.
- Kosongkan dan bersihkan ruang tidur bayi, lepas semua karpet yang menempel di lantai, gantilah dengan lantai kayu atau linolium.
- Usahakan untuk mengisi ruang tidur si kecil dengan satu tempat tidur saja dan tutuplah kasur dan boks bayi dengan menggunakan plastik anti debu. Beralihlah menggunakan bantal dakron atau bantal karet, gunakan selimut dari bahan katun dan bukan dari bahan perca atau kapas.
- Bersihkan ruangan setiap hari. Saat membersihkan, buka semua pintu dan jendela agar udara segar masuk, kemudian tutup kembali. Saat membersihkan debu, gunakan kain basah atau berminyak supaya debu tidak terbang kemana-mana, semua mainan harus disingkirkan dari kamar si kecil.
- Jika mungkin, gantilah semua perabot yang berlapis kain dengan perabot yang terbuat dari bahan yang bisa dilap, seperti lapisan kayu, vinil, atau kulit.
- Mungkin Anda perlu memasang ‘penyedot’ ruangan terutama di dapur dan di kamar mandi.
- Hindarkan anak dari binatang piaraan
- Jangan ijinkan orang merokok dalam ruangan, karena perokok pasif bisa memperburuk gejala-gejala alergi.
- Konsultasikan dengan dokter untuk memberikabn suntikan alergi pada anak Anda.
Iritasi dan Alergi pada Kulit Bayi.
Bayi bukan manusia kecil. Dibutuhkan pengetahuan khusus tentang perawatan kulit bayi yang tentunya mempunyai beberapa ciri yang membedakannya dengan manusia dewasa.
Salah satu tujuan utama perawatan kulit bayi ialah mencegah atau mengurangi iritasi. Karena ternyata iritasi masih menduduki peringkat tinggi sebagai penyebab kelainan pada kulit bayi, sejalan dengan perkembangan fisiologi kulit bayi yang mempunyai kerentanan khas terhadap faktor iritasi tersebut. Sebaliknya, sangat jarang dijumpai kelainan alergi pada kulit bayi akibat kontak (peradangan kulit yang disebut sebagai Dermatitis Kontak Alergik-DKA) dengan bahan penyebab alergi (alergen kontaktan).
Memang sering kita dengar banyak ibu mengeluhkan kulit bayinya yang super-sensitif dan mudah “elergi” karena berkontak dengan sabun, bedak, atau lotion kosmetika bayi tertentu. Tapi perlu dicermati pengertian kata “alergi” khas bahasa di masyarakat tersebut. Karena bisa jadi yang dimaksud “iritasi”. Dengan begitu kita tidak segera menjatuhkan vonis bahwa bahan sabun atau bedak merek tertentu itu adalah penyebab alergi yang menimbulkan ruam pada bayi yang terakhir dengan diterminasinya pemakaian kosmetika baby skin care itu selamanya.
Mengapa demikian ?
Karena ada beberapa faktor yang menyebabkan kulit bayi lebih rentan terhadap terjadinya iritasi (Dermatitis Kontak Iritan: DKI) dibandingkan dengan alergi (Dermatitis Kontak Alergik: DKA), yaitu:
- Kulit bayi yang lebih tipis dengan ikatan antarsel yang lebih lemah memudahkan penyerapan berbagai bahan kontak.
- Sistem imun atau kekebalan kulit bayi yang belum berkembang sempurna menyebabkan reaktivitas alergi masih rendah. Sebagai contoh, bila kulit bayi berkontak dengan suatu bahan kimia yang sebenarnya bersifat contact sensitizer atau toksis, maka kulit bayi tidak segera bereaksi, sehingga paparan kontak dengan bahan tersebut tetap berlangsung/diteruskan karena dianggap tidak menimbulkan “kerugian” bagi kulit bayi. Akibat jangka panjang terjadi efek toksik kimia pada kulit yang menyebabkan kerusakan sel kulit dengan peradangan kulit (dermatitis) sebagai hasil akhirnya. Berat ringannya kondisi dermatitis akibat kontak bahan iritan tersebut bergantung pada jenis bahan iritan yang berkontak dan frekuensi atau lama paparan kontaknya pada kulit.
- Peradangan kulit karena kontak alergi membutuhkan sistem imun yang telah lebih berkembang sempurna (umumnya anak di atas usia 2 tahun).
Iritasi umumnya sering terjadi pada:
- Pemakaian popok sintetis atau celana berlapis plastik yang lama tidak diganti, sering menimbulkan iritasi langsung pada kulit akibat tertimbunnya urin dan kotoran yang mengandung amonia yang bersifat iritatif. Tertutupnya daerah popok meningkatkan suhu maupun kelembapan di daerah itu, ditambah gesekan daerah lipatan bokong makin memudahkan penyerapan bahan-bahan kimia iritan tersebut. Bila berlangsung berulang-ulang, sawar (pelindung) kulit rusak, sehingga memudahkan berkembangbiaknya jamur Candida albicans yang akan memperburuk keadaan peradangannya.
- Daerah lipatan pada bayi yang gemuk (leher, lipatan paha, lipat siku). Keringat yang menumpuk berlama-lama di daerah lipatan tertutup menjadi bersifat iritatif bagi kulit bayi. Peradangan berulang yang terjadi juga akan diperburuk dengan berkembang biaknya jamur Candida albicans.
- Bayi dengan riwayat keluarga mempunyai faktor alergi, memang lebih sering dijumpai keluhan iritasi, misalnya adanya sisik halus di daerah kulit kepala akibat pemakaian produk kosmetika sampo ber-pH tinggi atau hair lotion yang terlalu wangi. Pada dada, punggung, perut, pada kebiasaan pemakaian minyak penghangat tubuh, yang digunakan terus-menerus di iklim panas.
- Kekeringan kulit bayi akibat pemakaian berulang sabun mandi yang mengandung antiseptik. Peradangan kronis akibat kontak bahan iritan lemah ini juga akan mempengaruhi keseimbangan flora normal kulit, dengan akibat berkurangnya daya pertahanan alamiah kulit.
- Bayi baru lahir pengguna susu sapi formula dengan pH tinggi, terkadang dijumpai kemerahan di daerah sekitar dubur.
Terpenting adalah pencegahannya, karena bila dicermati semua faktor penyebab iritasi pada kulit bayi dapat dicegah paparan berulangnya. Dan umunya kelainan kulit baru timbul bila telah terjadi paparan yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan sebelum ke dokter:
- Hindari sementara pemakaian popok sekali pakai atau celana berlapis plastik selama peradangan, pakai popokkain tipis lembut yang bahannya menyerap keringat, bahkan sesekali biarkan tanpa popok/celana. Cuci daerah bokong dan sekitarnya setiap bayi buang air kecil atau buang air besar dengan sabun lembut khusus bayi dan keringkan dengan handuk lembut ditepuk-tepuk pelan dan jangan digosok kasar. Hindari pemakaian bedak saat meradang.
- Daerah lipatan yang merah meradang, sering dikompres dengan waslap handuk yang dibasahi air, hindari pemakaian bedak untuk sementara waktu, Daerah lipatan sering dibuka dan diangin-anginkan. Bila berkeringat segera seka perlahan (jangan digosok) dengan waslap handuk yang dibasahi air, lalu keringkan dengan handuk dengan cara ditepuk atau ditekan lembut. Hindari pemakaian bahan handuk yang kasar. Pakailah baju longgar bahan katun yang tipis menyerap keringat.
- Kulit kering kasar bersisik (kecuali di kulit kepala) dapat diberi krim pelembab khusus bayi setiap setelah mandi. Jangan mandi dengan air terlalu panas berlama-lama. Pakailah sabun ataupun sampo khusus bayi yang lembut denga pH balanced. Untuk sementara waktu tidak perlu pemakaian bedak dan hindari pemakaian berbagai produk kosmetika pewangi atau minyak yang dioleskan atau dituangkan langsung ke kulit yang bersisik tersebut.
- Jangan oleskan obat salep, krim atau minyak apapun di daerah yang meradang, apalagi bila ada kalainan kulit merah dan basah.
- Gunakan intuisi atau naluri ibu yang Anda miliki untuk menjadi detektif. Kumpulkan bahan-bahan seperti “barang bukti” dan “tersangka”, lalu tunjukkanlah kepada dokter.
Yang perlu diingat ialah peradangan kulit pada bayi karena faktor iritasi lebih sering disebabkan oleh bahan iritan yang lemah (keringat, urin, feses, produk perawatan kulit yang salah penggunaannya, deterjen, cairan antiseptik, dan sebagainya) dan mungkin kitapun punya andil untuk memaparkannya selama ini. Timbulnya peradangan jarang hanya akibat kontak oleh satu bahan iritan lemah itu saja. Namun umumnya ditunjang oleh beberapa faktor yang bersama-sama menciptakan kondisi yang cocok untuk timbulnya peradangan tersebut, seperti faktor kelembapan, panas, tertutup, gesekan dan sebagainya.
Sumber : Dr. Amaranila Lalita, Sp.KK.