"PENCIPTAAN DAN INJIL"
PENDAHULUAN
Hubungan dipulihkan. Manusia--Adam dan Hawa--tidak saja diciptakan sebagai makhluk hidup yang paling cerdas tetapi juga paling mulia, dan kemuliaan itu ditandai utamanya dengan kebebasan berkehendak yang memberi mereka hak bebas memilih. Tanpa kebebasan tersebut pasangan manusia pertama itu hanya akan menjadi "manusia mesin" atau robot yang tidak dapat mengasihi dengan perasaan yang berasal dari hati sanubari.
Namun kebebasan memilih itu bukan tanpa risiko, sesuatu yang sangat pasti diketahui pula oleh Sang Pencipta. Risiko itu menjadi kenyataan tatkala Hawa terperdaya oleh Setan lalu memetik dan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, atas kehendaknya sendiri, kemudian menyodorkannya pula kepada Adam yang langsung memakannya tanpa ragu. Tidak jelas apakah mereka masing-masing memakan satu buah atau hanya mengecap dari buah yang sama, tapi yang pasti mereka berdua telah melakukan pelanggaran secara bersama-sama.
Alkitab mencatat bahwa sebelum memetik buah itu Hawa melakukan semacam pengamatan dan pertimbangan. "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian" (Kej. 3:6; huruf miring ditambahkan). Dengan kata lain, proses keberdosaan itu dimulai dalam pikirannya lebih dulu baru kemudian melahirkan sebuah tindakan. Jadi, Hawa melakukan itu dengan penuh kesadaran, dan dia berbuat dosa oleh menggunakan haknya untuk memilih. Ini sesuai dengan perkataan rasul Petrus bahwa manusia berbuat dosa oleh sebab "keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup" (1Yoh. 2:16).
Tetapi puji syukur kepada Allah karena manusia tidak dibiarkan terus hidup dalam keberdosaannya tanpa sesuatu pengharapan. Segera setelah pasangan manusia pertama itu jatuh ke dalam dosa Tuhan langsung mencanangkan suatu jalan kelepasan dari kematian kekal akibat dosa melalui Yesus Kristus, "keturunan Hawa" yang akan "meremukkan kepala" Setan melalui kematian penebusan-Nya di kayu salib. Yesus adalah solusi atas dosa.
"Namun Yesus telah datang untuk menghancurkan pekerjaan Iblis (1Yoh. 3:8) dan membebaskan kita dari kekuasaannya. Dia melakukan ini dengan mati menggantikan kita dan menawarkan kehidupan kepada kita. Di salib, Yesus menjadi dosa karena kita (2Kor. 5:21) dan mengalami perpisahan dari Bapa-Nya yang disebabkan oleh dosa. Oleh kematian-Nya, Yesus memulihkan hubungan antara Allah dan umat manusia yang telah rusak oleh dosa Adam dan Hawa" [alinea pertama: empat kalimat terakhir].
Allah bukan saja Pencipta manusia; Dia adalah juga Penebus manusia!
1. KESELAMATAN
DARI EDEN (Kasih Karunia Dalam Taman).
Bersama Yesus di Taman. Charles Austin Miles
(1868-1946), sehari-harinya bekerja sebagai apoteker, adalah seorang pemimpin
koor gereja yang menggemari fotografi. Suatu hari di bulan Maret 1912, Charles
mengalami suatu pencerahan ketika sedang berada di kamar gelap untuk memproses
film negatif hasil pemotretannya. (Bagi banyak generasi muda yang mungkin tidak
mengetahuinya, sebelum ditemukan kamera digital yang mulai populer pertengahan dekade
1990-an, fotografi masih menggunakan teknologi seluloid yang disebut
"filem negatif" dalam bentuk gulungan yang dimasukkan ke dalam
kamera--dulu namanya "tustel"--untuk merekam setiap gambar, dan
kemudian harus diproses dalam ruang tanpa cahaya sebelum bisa dicetak ke atas
kertas foto.) Di kamar gelap itulah Charles mengaku pikirannya seperti dikuasai
oleh pemandangan di kubur Yesus tatkala Maria Magdalena datang pada pagi hari
Minggu itu, sebagaimana tercatat dalam Yoh. 20:11-18 yang baru dibacanya.Masih berada dalam suasana batin tersebut, sekeluarnya dari kamar gelap itu Austin mulai menulis puisi yang kemudian menjelma menjadi lirik lagu berjudul "In the Garden" yang dalam versi bahasa Indonesia adalah "Aku Masuk Dalam Taman" (LS No. 182). Lagu ini langsung populer setelah digunakan sebagai lagu tema sepanjang seri KKR oleh evangelis Billy Sunday (1862-1935), mantan atlet nasional AS cabang olahraga baseball yang kemudian menjadi penginjil. Belakangan lagu tersebut masuk dapur rekaman lewat suara penyanyi Perry Como (1912-2001) tahun 1958, dan selanjutnya diangkat sebagai lagu penutup dalam film drama "Places in the Heart" (1984) dengan pemeran utama Sally Field. Selain dinyanyikan oleh berbagai penyanyi legendaris seperti Mahalia Jackson, Jim Reeves dan Elvis Presley, lagu indah ini juga dilantunkan oleh Anne Murray seperti yang dapat anda saksikan di sini: http://www.youtube.com/watch?v=AzdFHs6j2dE. (Atau, anda juga dapat menyanyikannya sendiri dengan iringan musik dan panduan lirik dari link ini: http://www.youtube.com/watch?v=pWyufa8KTQs.)
Penghakiman di Taman Eden. Allah menangani dosa segera setelah itu terjadi. Sebagaimana sudah kita pelajari terdahulu, Allah mengumpulkan para pelaku yang terlibat dalam kejahatan itu untuk mengadakan "penghakiman pemeriksaan" langsung di TKP (tempat kejadian perkara). Adam, Hawa, dan juga ular sebagai representasi iblis (Kej. 3:9-15). Satu demi satu mereka yang terlibat dijatuhi hukuman, bahkan tak luput juga bumi itu sendiri. Tetapi, tentu saja, vonis yang paling penting dijatuhkan ke atas Hawa dan Setan sebagai pelaku utama. "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (ay. 15). Seperti sudah pernah dibahas sebelumnya, dunia Kristen menyebut ayat penting ini sebagai protoevangelium (injil perdana) di dalam mana termaktub kabar baik tentang penebusan dosa dan keselamatan melalui Yesus Kristus, Anak Allah yang datang ke dunia ini sebagai manusia yang lahir melalui salah seorang perempuan keturunan Hawa.
"Tujuan dari pengadilan ini bukan supaya Allah dapat mempelajari fakta-fakta. Dia sudah tahu fakta-fakta itu. Sebaliknya, tujuannya adalah memberikan kepada pasangan itu suatu kesempatan untuk menerima tanggungjawab atas perbuatan mereka, langkah pertama menuju pertobatan dan pemulihan. Allah bertanya kepada mereka apa yang telah terjadi, dan mereka mengaku, sekalipun enggan" [alinea kedua: kalimat kedua hingga kelima].
Kasih karunia di Taman Eden. Seusai mengadili dan menjatuhkan hukuman, tindakan Allah selajutnya adalah menangani Adam dan Hawa yang sedang berada dalam keadaan amat memalukan sesudah berbuat dosa, yaitu separuh telanjang karena tubuh mereka yang hanya dibalut cawat anyaman dari daun pohon ara (Kej. 3:7). Inilah karya pertama manusia setelah berdosa, pakaian yang terbuat dari dedaunan. Namun dalam pemandangan Tuhan pakaian seperti itu sangat tidak pantas untuk dikenakan oleh makhluk ciptaan termulia di Bumi, yang meski sudah berdosa masih tetap mengenakan citra Allah. "Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk istrinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka" (ay. 21).
Usaha Adam dan Hawa untuk menutupi ketelanjangan mereka akibat dosa dengan pakaian daun ara buatan tangan sendiri melambangkan usaha manusia berdosa untuk membenarkan diri di hadapan Allah. Tetapi Allah tidak berkenan dengan "agama daun ara" seperti itu. Keberdosaan manusia yang telah menyebabkan mereka berada dalam ketelanjangan harus dibalut oleh "pakaian kebenaran" yang berasal dari Allah sendiri, yaitu melalui "korban penebusan" sebagaimana binatang yang harus mati untuk diambil kulitnya demi kepentingan manusia, sebab "tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22). Manusia tidak dapat membenarkan diri melalui penurutan hukum, ataupun menutupi perbuatan dosa mereka dengan kebaikan dan kebajikan, itu hanya berguna untuk kehidupan sementara di dunia ini. Anda dan saya hanya bisa beroleh keselamatan dengan mengenakan "pakaian pesta" (Mat. 22:11, 12), yaitu kebenaran Kristus, yang adalah kasih karunia Allah.
"Bayangkanlah perasaan Adam ketika hewan itu mati, mungkin untuk menggantikan dia sebagai suatu kurban. Itulah pertama kalinya Adam melihat kematian, dan hal itu pasti telah membawa kesedihan pikiran yang hebat kepadanya. Kemudian hewan itu dikuliti dan pakaian dibuat dari kulit tersebut. Kulit itu ditaruh ke atas tubuh Adam untuk menutupi ketelanjangannya. Setiap kali dia melihatnya, atau merasakannya, dia pasti teringat akan apa yang telah dilakukannya dan apa yang sudah hilang dari padanya. Lebih penting lagi, itu merupakan pengingat akan kasih karunia Allah" [alinea terakhir: enam kalimat terakhir].
Apa yang kita pelajari tentang kasih karunia yang Allah adakan di Taman Eden?
1. Segera setelah manusia pertama itu berdosa, Tuhan langsung bertindak dengan mengadakan penghakiman dan memutuskan vonis. Adam dan Hawa tidak langsung mati pada hari mereka memakan buah larangan itu, tetapi kematian mereka sudah ditetapkan pada hari itu juga (Kej. 2:17).
2. Allah menjatuhkan hukuman atas dosa berdasarkan keadilan-Nya, tetapi pada waktu yang sama Dia juga menyediakan pengampunan dan penebusan dosa berdasarkan kasih-Nya. Dosa ialah pelanggaran hukum Allah (1Yoh. 3:4), tetapi darah Kristus adalah pengampunan dosa (Mat. 26:28).
3. Manusia tidak dapat menutupi dosa-dosanya dan membenarkan diri dengan perbuatan kebaikan atau pun penurutan hukum Allah, itu adalah "agama daun ara" yang tidak berguna. Keselamatan hanya bisa diperoleh melalui iman terhadap kurban penebusan Kristus
2. ALLAH SUMBER KEHIDUPAN (Dosa dan Kematian)
Tanah kembali ke tanah. Akibat dosa adalah kematian (Rm. 6:23), dan kematian mengubah tubuh manusia--melalui proses dekomposisi--kembali menjadi debu (Kej. 3:19). Adam telah dijadikan dari debu tanah (Kej. 2:7), atau tanah liat (Ay. 10:9), maka setelah mati akan berubah kembali menjadi tanah. "Hal yang sama terjadi pada kita. Perhatikan--kita tidak kembali menjadi kera karena kita tidak dibuat dari kera. Kita dijadikan dari debu, dan kepada debulah kita kembali pada saat kematian" [alinea pertama: tiga kalimat terakhir].
Penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur dalam tubuh manusia mempunyai persamaan dengan unsur-unsur pada lapisan kulit bumi meskipun persentasenya berbeda. Tanah dan tubuh manusia sama-sama memiliki 59 unsur. (Baca di sini---> http://esoriano.wordpress.com/2007/05/25/from-dust-to-man-a-scientific-proof/). Planet bumi terdiri atas empat lingkup interaksi, yaitu atmosfir (udara), litosfir (lapisan kulit Bumi), hidrosfir (laut, danau, sungai-sungai) dan biosfir (semua makhluk hidup). Manusia (bagian dari biosfir) secara fisik mengandung komposisi unsur-unsur kimia yang sama dengan litosfir (lapisan kulit bumi) tapi dalam persentase yang tidak sama, sebagian lebih besar dan sebagian lagi lebih kecil. Silakan mendalami pada situs ini--->
http://www.earthlearningidea.com/PDF/108_What_made_of.pdf.
Kehidupan berasal dari Allah. Musa mencatat bahwa "Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup" (Kej. 2:7). Sementara itu pemazmur menyatakan, "Apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta" (Mzm. 104:29-30). Berdasarkan ayat-ayat ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa manusia merupakan perpaduan antara dua unsur utama, yaitu unsur bumi (jasmani) dan unsur ilahi (rohani). Unsur yang berasal dari Allah--nafas dan roh--itulah yang menghidupkan manusia, oleh sebab "dalam Dia ada hidup" (Yoh. 1:4), dan "karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas" (Kis. 17:25). Sedangkan unsur yang berasal dari bumi ini--debu dan tanah--tidak mengandung kehidupan apapun tetapi hanyalah sekadar "mewadahi" unsur-unsur ilahi yang merupakan sumber hidup itu.
"Kematian dapat kita hasilkan, tetapi penciptaan kehidupan berada di luar jangkauan kita. Allah saja yang memiliki kemampuan untuk menciptakan organisme-organisme yang hidup. Para ilmuwan telah mencoba untuk menciptakan kehidupan, mengira bahwa jika mereka dapat berbuat demikian maka mereka mempunyai satu alasan mengapa mereka tidak percaya kepada Allah. Sejauh ini, semua upaya tersebut telah gagal" [alinea ketiga: empat kalimat terakhir].
Dosa memisahkan dari Sumber kehidupan. Alasan mengapa Allah tidak menghiraukan umat Israel, bangsa pilihan-Nya itu, ketika mereka ditimpa kemalangan, ialah karena kejahatan dan dosa mereka. "Jangan mengira TUHAN terlalu lemah untuk menyelamatkan kamu, atau terlalu tuli untuk mendengar seruanmu," kata nabi Yesaya. "Karena kejahatanmulah maka Ia tidak mendengarkan waktu kamu berdoa kepada-Nya. Dosa-dosamulah yang memisahkan kamu dari Allah" (Yes. 59:1-2, BIMK; huruf miring ditambahkan).
Dalam kepanikannya Daud pernah berseru kepada Tuhan, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang" (Mzm. 22:2-3). Mengapa Daud takut ditinggalkan Allah? Oleh sebab Allah adalah sumber kehidupan (Mzm. 36:10; Yes. 57:16) dan sumber air hidup (Yer. 17:13).
"Jika kehidupan hanya datang dari Allah, maka perpisahan dari Allah memutuskan kita dari sumber kehidupan. Akibat yang tak terelakkan dari perpisahan dengan Allah adalah kematian...Dosa, berdasarkan pada sifatnya, menyebabkan perpisahan dari kehidupan, dan akibatnya adalah kematian" [alinea terakhir: dua kalimat pertama dan kalimat terakhir].
Apa yang kita pelajari tentang dosa dan kematian?
1. Hukum Allah menetapkan bahwa akibat dosa adalah kematian, dan hukum alam menentukan bahwa tubuh manusia yang mati kembali menjadi tanah. Jasad manusia yang mengalami dekomposisi tidak akan mencemari tanah tapi unsur-unsurnya langsung diserap dan menyatu kembali dengan tanah.
2. Manusia merupakan wujud perpaduan antara unsur-unsur alam duniawi (tanah/debu) dan ilahi (nafas/roh). Dalam perspektif alkitabiah, kematian terjadi akibat hilangnya unsur ilahi dari tubuh manusia. Bila seorang manusia mati, jasadnya tinggal di bumi, rohnya kembali kepada Allah (Pkh. 12:7; Ay. 34:14-15).
3. Allah adalah sumber kehidupan, tetapi dosa menyebabkan kematian. Ini bukan berarti bahwa dosa lebih berkuasa dari kehidupan yang berasal dari Allah, tetapi justeru kematian adalah kegenapan dari hukuman atas dosa (Rm. 6:23; Kej. 3:19
3. SOLUSI ATAS DOSA (Ketika Kita Masih Berdosa...)
Respon Allah terhadap dosa. Allah membedakan antara dosa dengan orang berdosa; Ia membenci dosa tapi mengasihi orang berdosa. Rasul Paulus berkata, "Ketika kita dalam keadaan tidak berdaya, Kristus mati untuk kita pada waktu yang tepat yang ditentukan oleh Allah; padahal kita orang-orang yang jauh dari Allah...Tetapi Allah menyatakan kasih-Nya kepada kita ketika Kristus mati untuk kita pada waktu kita masih orang berdosa" (Rm. 5:6, 8, BIMK). Surat Paulus kepada jemaat di Roma diperkirakan ditulis dan dikirim dari kota Korintus, tahun 57 AD. Paulus terkesan dengan reputasi orang-orang Kristen di Roma yang telah tersiar ke mana-mana (Rm. 1:8), dan menyatakan kerinduannya untuk mengunjungi mereka suatu hari kelak (ay. 10), keinginan yang baru terpenuhi beberapa tahun kemudian dalam kesempatan untuk naik banding sehubungan dengan perkaranya (Kis. 25:11-12).
Tidak jelas bagaimana dan kapan jemaat di kota Roma itu berdiri, yang pasti pendirinya bukan Paulus dan Petrus (seperti yang diklaim oleh Gereja Katolik Roma). Diyakini gereja di Roma adalah hasil penginjilan orang-orang Kristen Yahudi yang juga hadir pada Hari Pentakosta di Yerusalem (Kis. 2:10). Tatkala kaisar Klaudius pada tahun 49 AD mengeluarkan maklumat persona-non-grata (pengusiran) orang-orang Yahudi dari Roma, sebagian dari mereka mengungsi ke Korintus, termasuk suami-istri Akwila dan Priskila yang kemudian menjadi rekan bisnis Paulus (Kis. 18:2-3). Orang-orang Yahudi perantauan balik ke Roma setelah kaisar Nero yang naik takhta tahun 54 AD mengijinkan mereka untuk kembali. Kekristenan berkembang pesat di Roma, sampai "permainan politik" jahat dari sang kaisar yang dengan sengaja membakar kota ini tahun 64 AD, lalu mengambinghitamkan orang-orang Kristen dan menganiaya mereka dengan bengis.
Jemaat di Roma adalah jemaat yang besar, sebagian adalah orang-orang Kristen Yahudi perantauan dan sebagian lagi orang-orang Kristen non-Yahudi. Kepada mereka inilah sang rasul menyatakan tentang kurban penebusan dosa oleh Yesus Kristus--yang sudah mati lebih dari 20 tahun lalu--sebagai pernyataan kasih Allah ketika umat percaya itu masih "dalam keadaan tidak berdaya" dan "jauh dari Allah." Tulisan rasul Paulus itu juga ditujukan kepada kita, umat percaya yang hidup 2000 tahun kemudian setelah kematian Kristus. Namun sesungguhnya, jauh sebelum itu, rencana penebusan dosa melalui kematian Kristus sudah dicanangkan Allah di Taman Eden segera setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Secepat itulah Allah merespon dan menyediakan solusi terhadap dosa manusia.
"Dia bisa saja dibenarkan sepenuhnya dalam menyerahkan Adam dan Hawa kepada kuasa Setan yang membinasakan; lagi pula, mereka sudah menentukan pilihan mereka. Tetapi Allah tahu bahwa Adam dan Hawa tidak memahami arti sepenuhnya dari apa yang mereka telah lakukan, dan Dia bertekad untuk memberikan mereka kesempatan untuk jadi lebih mengetahui dan mampu untuk memilih kembali" [alinea pertama: dua kalimat terakhir].
Bagaimana respon kita? Kalau Allah telah merespon kesalahan manusia itu dengan menyediakan kesempatan kedua kepada manusia, bagaimana dengan kita ketika merespon orang-orang lain yang berbuat kesalahan terhadap kita? Allah tidak menunggu Adam dan Hawa untuk meminta maaf atas kesalahan mereka, tetapi justeru Allah sendiri yang langsung mengambil prakarsa untuk menyediakan jalan bagi pemulihan hubungan antara manusia dengan Diri-Nya yang telah terputus oleh dosa.
"Perlakuan Allah terhadap orang berdosa menunjukkan arti sebenarnya dari kasih. Itu bukan perasaan belaka tetapi sebuah perilaku berprinsip di mana setiap upaya dilakukan untuk mendamaikan si pelanggar dengan pihak yang dilukai dan memulihkan hubungan. Perlakuan Allah terhadap Adam dan Hawa adalah sebuah ilustrasi tentang bagaimana Dia menangani dosa kita" [alinea terakhir].
Pena inspirasi menulis: "Kita tidak akan pernah mengenal makna kata "kasih karunia" ini sekiranya kita tidak jatuh. Allah mengasihi malaikat-malaikat suci, yang melayani Dia dan taat kepada semua perintah-Nya; tetapi Dia tidak memberikan kepada mereka kasih karunia. Makhluk-makhluk surgawi ini tidak mengenal akan kasih karunia; mereka tidak pernah memerlukannya karena mereka tidak pernah berdosa. Kasih karunia adalah sifat Allah yang ditunjukkan kepada makhluk manusia yang tidak layak. Kita sendiri tidak mencarinya, tetapi kasih karunia itulah yang dikirim untuk mencari kita" (Ellen G. White, Review and Herald, 15 Oktober 1908).
Apa yang kita pelajari tentang respon Allah terhadap dosa manusia?
1. Ketika Roh Tuhan mengilhami pikiran rasul Paulus untuk menulis surat kepada jemaat di kota Roma abad pertama itu, pekabaran yang menguatkan iman tersebut telah juga disiapkan untuk seluruh umat percaya di kemudian hari hingga pada akhir zaman.
2. Allah ingin agar semua manusia mengetahui tentang kasih karunia yang dicanangkan-Nya di Taman Eden, supaya manusia tahu bagaimana Sang Pencipta itu merespon persoalan dosa. Manusia mengikhtiarkan dosa, tetapi Allah mengikhtiarkan penyelamatan dari dosa.
3. Para malaikat saja tidak pernah merasakan kasih karunia Allah yang ajaib itu, karena mereka memang tidak membutuhkannya. Kita manusia mutlak memerlukan itu, selayaknyalah kita menyambutnya dengan bersyukur dan juga dengan mempraktikkan roh pengampunan yang sama terhadap orang lain.
4. KURBAN PENEBUSAN (Pengganti yang Menanggung Dosa)
Menebus dari kutukan dosa. Hukum Musa menetapkan bahwa apabila di antara bangsa Israel ada seseorang melakukan tindak kejahatan yang luar biasa, orang itu bukan saja pantas dihukum mati tapi juga mayatnya digantung untuk menjadi tontonan masyarakat, dan dengan demikian maka seluruh keluarganya menjadi malu. Tentu saja hukuman yang terkesan keji ini dimaksudkan untuk menimbulkan efek jera dan menjadi pelajaran bagi orang lain, "sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah" (Ul. 21:22-23). Namun ditetapkan pula bahwa sebelum matahari terbenam hari itu mayat tersebut harus diturunkan untuk dikuburkan. Itulah sebabnya mayat Yesus diturunkan dari salib untuk dikuburkan pada hari itu juga (Yoh. 19:38-40).
Rasul Paulus menggunakan gagasan hukum Musa tersebut dalam menjelaskan pengorbanan Yesus Kristus untuk mati di salib, sebuah kematian yang memalukan dan terkutuk. "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'" (Gal. 3:13; huruf miring ditambahkan). Begitu dahsyatnya akibat dari dosa manusia yang tertanggung ke atas pundak Yesus, sehingga Juruselamat itu harus menjalani cara kematian yang dahsyat pula. Kata asli yang diterjemahkan dengan menebus pada ayat ini adalah ἐξαγοράζω, exagorazō, sebuah kata-kerja yang berarti membeli kembali atau "membayar suatu harga untuk membebaskan dari kekuasaan pihak lain." Oleh kematian-Nya di kayu salib itu Yesus membayar tebusan demi membebaskan anda dan saya dari kutukan dan kuasa dosa. Di kayu salib itu status Kristus adalah seperti orang yang terkutuk oleh dosa yang dipikul-Nya.
"Di salib, Kristus menerima kutukan dosa demi kita. Ini merupakan perubahan dalam kedudukan-Nya dengan Bapa. Anak domba kurban itu ketika dibawa ke mezbah menjadi pengganti bagi kematian orang berdosa. Demikian pula, bilamana Kristus dibawa ke salib, statusnya di hadapan Bapa pun berubah" [alinea kedua: empat kalimat pertama].
Dosa memisahkan dari Allah. Ketika sedang tergantung di atas kayu salib, Yesus melihat Bapa di surga memalingkan wajah-Nya. Ia berseru: "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Mat. 27:46). Sebagian orang berpendapat bahwa Allah Bapa memalingkan wajah-Nya karena tidak tahan menyaksikan penderitaan yang sedang ditanggung oleh Putra-Nya itu, ada pula yang berkomentar bahwa karena Yesus Kristus saat itu sedang memikul dosa umat manusia membuat Allah yang tidak dapat melihat dosa terpaksa memutuskan hubungan sejenak dengan Putra-Nya itu.
Sementara kedua komentar tersebut sangat baik dan dapat diterima, mungkin kita juga dapat mempertimbangkan alasan ketiga mengapa Allah memalingkan wajah-Nya dari Yesus: Allah harus "berpisah" sejenak dari Yesus supaya Putra-Nya yang sedang memikul dosa manusia saat itu terputus hubungan-Nya dengan Allah, Sumber kehidupan, sehingga Yesus bisa mati sesuai dengan tuntutan hukuman dosa. "Dengan menanggung kesalahan dosa-dosa kita ke atas diri-Nya dan mati dalam keterpisahan dari Allah, Yesus menggenapi janji yang dibuat di Taman Eden bahwa Benih perempuan itu akan meremukkan kepala ular itu. Pengorbanan-Nya memungkinkan terjadinya pendamaian antara Allah dengan umat manusia dan pada akhirnya akan menghasilkan pembersihan terakhir kejahatan dari alam semesta (Ibr. 2:14, Why. 20:14)" [alinea pertama].
Yesus sendiri adalah Sumber kehidupan. Dia telah menunjukkan kuasa itu ketika membangkitkan Lazarus yang sudah tiga hari meninggal (Yoh. 11:1-45), dan juga anak perempuan Yairus, kepala rumah ibadah (Luk. 8:41, 49-56). Tetapi, manakala Yesus meletakkan kutukan dosa manusia ke atas pundak-Nya di atas kayu salib, bukan saja semua kuasa ilahi itu harus dilepaskan dari diri-Nya, tapi Ia juga harus mengalami kematian itu sendirian. "Terpisah dari hadirat Bapa, Ia merasakan kutukan yang disebabkan oleh dosa kita. Dengan kata lain, Yesus, yang adalah Satu dengan Bapa sejak masa kekekalan, mengalami suatu perpisahan dari Bapa dalam apa yang Ellen White sebut 'keterpisahan dari kuasa ilahi'" [alinea kedua: kalimat kelima dan keenam].
Apa yang kita pelajari tentang kurban penebusan dosa yang Yesus Kristus jalani?
1. Rencana keselamatan Allah menuntut kematian Putra-Nya sendiri sebagai kurban pengganti. Salib adalah skenario penebusan manusia yang nyata, bukan sandiwara. Di Golgota, Yesus Kristus menanggung kutukan dosa yang seharusnya ditanggung oleh anda dan saya (Yes. 53:4, 5).
2. Kematian Yesus di kayu salib disebut "penebusan" karena oleh kematian itu Dia membayar tuntutan untuk pembebasan manusia dari hukuman dosa, yaitu kematian kekal, dan gantinya menyediakan hidup kekal bagi siapa saja yang percaya kepada-Nya (Yoh. 3:16; 1Yoh. 5:10-12).
3. Ketika menghadapi saat-saat kematian-Nya di atas salib itu Yesus harus mengalami keterpisahan dari Allah Bapa, sebuah situasi yang amat mengerikan. Mungkin bagi banyak orang yang belum menyadarinya, dosa adalah soal sepele, tapi bagi Tuhan dosa adalah masalah yang sangat serius.
5. REFORMASI ROHANI (Suatu Ciptaan Baru)
Salib sebagai kegenapan injil. Pada hari Adam dan Hawa memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat di Taman Eden, proses kematian mulai menjalari tubuh mereka. Samuele Bacchiocchi (1938-2008)--gurubesar agama pada Andrews University, Michigan, yang terkenal dengan bukunya From Sabbath to Sunday (1977) yang menghebohkan itu--mendefinisikan keadaan tersebut sebagai "dari satu keadaan di mana memungkinkan mereka untuk tidak mati (kekekalan bersyarat), mereka masuk kepada keadaan di mana mustahil bagi mereka untuk tidak mati (kefanaan tak bersyarat)" (Sumber: Immortality or Resurection?, Bab IV; www.biblicalperspective.com).
Allah telah menciptakan pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa, dalam keadaan mereka yang kekal secara bersyarat. Syaratnya ialah tidak sekali-kali memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu (Kej. 2:17). Karena mereka melanggar syarat tersebut--yang kita sebut sebagai "berdosa"--maka akibatnya mereka kehilangan sifat kekekalan yang disandang sejak diciptakan, dan tanda pertama dari hilangnya sifat kekekalan itu adalah tanggalnya pakaian kemuliaan yang menutupi tubuh sehingga mereka menjadi telanjang (Kej. 3:7). Belakangan, sesuai dengan firman Allah, manusia pertama itupun mati dalam arti kata yang sebenarnya (Kej. 5:5). Kefanaan pun diwariskan kepada keturunan mereka, dimulai dengan Habel yang mati di tangan Kain (Kej. 4:8), dan seterusnya kepada umat manusia hingga hari kiamat. Untuk memberantas kematian itulah Yesus Kristus datang ke dunia ini dengan cara "menanggungkan" kematian itu ke atas diri-Nya.
"Kabar injil yang agung itu terpusat sekitar kematian Yesus sebagai pengganti kita. Dia meletakkan dosa kita ke atas diri-Nya, memikulkan ke atas diri-Nya sendiri hukuman yang jika tidak demikian pasti menjadi bagian kita. Sebagaimana yang juga telah kita lihat, keseluruhan gagasan tentang Kristus sebagai pengganti kita, mati bagi dosa dunia, terkait erat dengan kisah Penciptaan. Kristus sudah datang untuk memusnahkan kematian, yang merupakan penyusup asing dalam penciptaan Allah" [alinea pertama: empat kalimat pertama].
Hati baru. Bangsa Israel purba jatuh-bangun dalam kehidupan rohani mereka sebagai satu umat pilihan, sehingga Tuhan bertindak dengan membuat mereka terusir dari negeri mereka dan terserak ke berbagai negara. Hukuman pembuangan itu telah menimbulkan sindiran, terhadap mereka dan terhadap Tuhan. "Katanya mereka umat TUHAN, tetapi mereka harus keluar dari tanah-Nya," ejek bangsa-bangsa kafir itu (Yeh. 36:20). Akhirnya Tuhan memutuskan untuk mengembalikan mereka ke kampung halaman, bukan demi bangsa yang durhaka itu tetapi demi nama baik Allah sendiri (ay. 22-24). Untuk itu Tuhan hendak melakukan suatu pembaruan rohani. "Maka kamu Kuberikan hati yang baru dan pikiran yang baru. Hatimu yang sekeras batu itu akan Kuganti dengan hati yang taat. Roh-Ku akan Kucurahkan ke dalam hatimu dan kamu akan Kujaga supaya hidup menurut hukum-hukum-Ku serta mentaati segala perintah-Ku" (ay. 26, 27, BIMK; huruf miring ditambahkan).
Ini adalah suatu perubahan total sehingga bangsa itu akan memiliki tabiat dan mentalitas yang baru. Dalam pengertian tertentu, tindakan Allah ini sama dengan "penciptaan ulang" untuk menjadikan mereka seperti manusia baru. "Hati baru adalah suatu ciptaan yang hanya Allah dapat lakukan. Kita tidak dapat melakukannya sendiri tetapi harus bergantung pada Pencipta yang sama yang telah membentuk dunia dan menciptakan leluhur kita yang pertama" [alinea ketiga: dua kalimat pertama].
Sebagai orang Kristen, kita pun adalah orang-orang yang sudah diciptakan baru di dalam Kristus. Rasul Paulus berkata, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2Kor. 5:17; huruf miring ditambahkan). Itulah sebabnya kita diamarkan untuk berubah di dalam perangai dan cara hidup, "karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui" (Kol. 3:9, 20; huruf miring ditambahkan). Orang-orang Kristen yang tidak berubah kelakuannya harus mengalami "transplantasi hati dan otak" supaya pada akhirnya mereka dapat berkata seperti rasul Paulus, "Sekarang bukan lagi saya yang hidup, tetapi Kristus yang hidup dalam diri saya. Hidup ini yang saya hayati sekarang adalah hidup oleh iman kepada Anak Allah yang mengasihi saya dan yang telah mengurbankan diri-Nya untuk saya" (Gal. 2:20, BIMK).
Pena inspirasi menulis: "Kuasa dari kehidupan yang lebih luhur, lebih suci, dan lebih mulia merupakan kebutuhan kita yang besar. Pikiran kita sudah terlalu banyak memikirkan tentang dunia, dan terlalu sedikit tentang kerajaan surga. Dalam usahanya untuk mencapai idaman Allah untuknya, orang Kristen sama sekali tidak boleh putus asa. Kesempurnaan moral dan rohani, melalui anugerah dan kuasa Kristus, dijanjikan kepada semua. Yesus adalah sumber kuasa itu, mata air kehidupan" (Ellen G. White, The Acts of the Apostles, hlm. 478).
Apa yang kita pelajari tentang ciptaan baru yang dijanjikan Allah?
1. Kematian Yesus Kristus di kayu salib sebagai kurban pengganti menyediakan jalan kepada kita untuk diperbarui dan dipulihkan dari keadaan yang fana kembali kepada keadaan yang baka seperti ketika manusia diciptakan. Kali ini, pemulihan itu bersifat abadi karena maut sudah dikalahkan oleh Kristus.
2. Pada saat seseorang menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya maka terjadilah sebuah transformasi dalam diri orang itu, yaitu peralihan dari "manusia lama" diubahkan menjadi "manusia baru."
3. Allah berjanji untuk memberikan kepada kita "hati baru" dan "pikiran baru" agar kita tidak lagi mudah ditipu sehingga jatuh ke dalam dosa seperti leluhur kita yang pertama itu. Ini hanya dapat kita terima dengan berserah kepada kuasa-Nya, tanpa pamrih.
PENUTUP
Diterima oleh iman. Penebusan dosa melalui kematian Kristus di salib adalah cara Allah untuk "penciptaan ulang" manusia, yaitu melakukan pembaruan dalam diri orang percaya dengan menganugerahkan kepadanya pikiran dan hati baru yang akan mengubahnya menjadi manusia baru. Sebagaimana penciptaan manusia pertama, penciptaan ulang manusia untuk memulihkan keadaannya semula hanya dapat dilakukan oleh Allah sebagai Sang Pencipta. Rincian proses dari kedua hal itu, yakni penciptaan dan penciptaan ulang, hanya dapat kita terima oleh iman.
"Bagaimana persisnya Allah menyelesaikan pekerjaan penciptaan tidak pernah dinyatakan-Nya kepada manusia; ilmu pengetahuan tak dapat mengungkapkan rahasia-rahasia dari Yang Maha Tinggi. Kuasa penciptaan-Nya tak terpahami sama seperti eksistensi-Nya" [alinea pertama: dua kalimat terakhir].
Meskipun banyak hal tentang cara Allah bekerja tidak diketahui oleh manusia, sebagai umat percaya kita yakin bahwa itu semua dilakukan karena kasih-Nya kepada manusia. Rencana keselamatan yang diadakan-Nya, dengan membiarkan Putra-Nya yang tunggal datang ke dunia ini untuk mati sebagai Juruselamat dan Penebus, itu adalah bukti nyata paling penting yang bisa diperlihatkan-Nya kepada kita. Hal itu sudah lebih dari cukup sehingga kita tidak memerlukan bukti lain apapun. Lagipula, penebusan dan keselamatan tersebut disediakan-Nya bukan karena kebaikan apapun yang anda dan saya telah lakukan. Allah mau menyelamatkan kita--itu saja!
"Ia menyelamatkan kita, bukan karena kita sudah melakukan sesuatu yang baik, melainkan karena Ia sendiri mengasihani kita. Ia menyelamatkan kita melalui Roh Allah, yang memberikan kita kelahiran baru dan hidup baru dengan jalan membasuh kita. Allah mencurahkan Roh-Nya kepada kita dengan perantaraan Yesus Kristus, Raja Penyelamat kita, supaya oleh rahmat Yesus, kita berbaik kembali dengan Allah dan kita mendapat hidup sejati dan kekal yang kita harap-harapkan" (Tit. 3:5-7, BIMK).
SUMBER :
1.
James
L. Gibson, Dir.Geoscience Research Institute, Lomalinda: “Asal “Usul, Penuntun
Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, Trw.I, 2013. Bandung: Indonesia Publishing
House.
2.
Loddy
Lintong, California U.S.A.