Meredakan Ketegangan dalam Keluarga.
Kondisi kehidupan keluarga sangat
fluktuatif. Kadang berada dalam suasana yang bahagia, nyaman, tenteram dan
tenang. Namun kadang bergolak, ada suasana ketegangan yang membuat suami dan
isteri tertekan secara psikologis sehingga tidak bahagia hidupnya. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi munculnya aneka suasana dalam kehidupan rumah tangga.
Perubahan suasana tersebut kadang begitu
cepatnya. Sebuah keluarga yang semula demikian tampak bahagia dan ceria, tiba-tiba
keesokan harinya mengalami ketegangan dan konflik yang memuncak. Sebaliknya,
keluarga yang semula sudah berada di ambang kehancuran, tiba-tiba tampak
sedemikian mesra dan bahagia pada hari berikutnya.
Faktor- faktor penyebab ketegangan keluarga.
Setiap keluarga pasti pernah mengalami
suasana ketegangan hubungan antara suami dan isteri, atau antara orang tua
dengan anak. Ada dua jenis ketegangan yang biasa terjadi dalam kehidupan
keluarga, yaitu ketegangan psikis dan ketegangan fisik. Yang dimaksud dengan
ketegangan psikis adalah suasana tidak nyaman yang terjadi antara suami dan
isteri. Misalnya tidak nyaman untuk bicara, tidak nyaman untuk bercengkerama,
sering salah paham dalam berkomunikasi, dan sering emosi terhadap pasangan.
Suami dan isteri saling melukai perasan dan menyakiti hati pasangan.
Sedangkan
ketegangan fisik adalah tidak adanya kelembutan dalam sentuhan dan hubungan
fisik antara suami dan isteri. Suami berlaku kasar kepada isteri, atau isteri
berlaku kasar kepada suami. Mereka melakukan kekerasan fisik, seperti pukulan,
tendangan, tamparan, bahkan ada yang menggunakan peralatan dan senjata untuk
melukai fisik pasangan. Tidak jarang berbuntut pembunuhan kepada suami atau
isteri sendiri.
Sangat
banyak faktor penyebab munculnya ketegangan dalam keluarga. Ada faktor
internal, yang bersumber dari suami dan isteri sendiri; dan ada faktor
eksternal, yang bersumber dari pihak lain di luar keluarga. Faktor internal
bisa berupa temperamen suami atau isteri yang emosional, ketidakmampuan menahan
diri, ketidakmampuan berkomunikasi, sifat ego yang diikuti, ingin menang
sendiri, tidak mau mengalah, sulit meminta maaf, kesulitan ekonomi, dan lain
sebagainya.
Faktor
eksternal bisa berupa munculnya WIL(Wanita Idaman Lain) atau PIL(Pria Idaman Lain), masalah saudara, ipar, problem
dengan mertua, persoalan dengan tetangga, masalah di tempat kerja yang dibawa
masuk ke rumah tangga, masalah pembantu rumah tangga, dan lain sebagainya. Baik
faktor internal maupun eksternal, keduanya sangat dekat dan ada di sekitar kita
bahkan ada dalam diri kita sendiri. Artinya, faktor penyebab munculnya
ketegangan ada dimana-mana tidak jauh dari kita, sehingga sangat mudah untuk
menyerang semua keluarga.
Meredakan Ketegangan dalam keluarga.
Ketegangan dalam keluarga adalah konsekuensi
dari interaksi tanpa jarak dan terjadi setiap hari. Suami dan isteri bertemu
dan hidup di rumah yang sama, di kamar yang sama, di ranjang yang sama. Setiap
saat berinteraksi dan berkomunikasi, tanpa jeda, tanpa batas waktu. Ketegangan
juga muncul karena tingginya harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Dengan
kata lain, ketegangan hubungan adalah sebuah kemestian dalam kehidupan
keluarga. Yang diperlukan adalah upaya untuk meredakan dan meminimalisir
peluang kejadiannya. Suami dan isteri harus memiliki kesadaran dan ketrampilan untuk
mengelola berbagai faktor pemicu munculnya ketegangan, dan meredakan ketegangan
apabila sudah terlanjur terjadi.
Ada
banyak cara untuk meredakan ketegangan hubungan antara suami dan isteri, di
antaranya adalah:
1.
Kegiatan Spiritual
Suami dan isteri menguatkan aktifitas
spiritual dengan melakukan ibadah secara tekun. Misalnya suami dan isteri
menyengaja untuk bangun tengah malam berdua, berdoa bersama untuk mendapatkan
kebaikan kehidupan keluarga. Atau menyengaja untuk mengundang tokoh spiritual, seperti
pendeta atau gembala jemaat, untuk memberikan nasihat dan pencerahan bagi semua
anggota keluarga.
Kegiatan spiritual seperti ini diharapkan
mampu menjauhkan dan meredakan berbagai ketegangan hubungan antara suami dan
isteri. Dengan suasana spiritualitas keluarga yang terjaga, semua pihak akan
selalu berusaha menjadi orang yang terbaik. Menjadi suami yang ideal, menjadi
isteri idaman, menjadi orang tua teladan, menjadi anak-anak sesuai harapan.
2.
Kegiatan Rekreatif
Sesekali waktu suami dan isteri perlu
meluangkan kesempatan untuk melakukan rekreasi berdua saja, atau bersama semua
anggota keluarga. Rekreasi ini tidak mesti menuju tempat wisata yang jauh dan
mahal. Suasana rekreatif bahkan bisa dilakukan di rumah sendiri, dengan jalan
melakukan hal yang tidak biasanya. Misalnya, makan malam berdua di teras
samping rumah, atau mengobrol berdua di kebun belakang rumah, atau tidur di
tenda yang dipasang di halaman belakang.
Kegiatan rekreasi diperlukan untuk
menghindarkan kejenuhan akibat kegiatan yang rutin dan monoton dalam keluarga.
Ketegangan bisa muncul karena suasana yang monoton, mekanistik, rutin dan
membuat kejenuhan yang bertumpuk. Tidak ada variasi dan tidak ada rekreasi,
membuat ketegangan mudah muncul. Harapannya, dengan kegiatan rekreasi keluarga,
membuat suasana segar, mengendurkan syaraf, meredakan ketegangan sehingga
suasana menjadi nyaman dan tenteram,
3.
Kegiatan Sosial
Di antara hal yang bisa meredakan ketegangan
dalam keluarga adalah kegiatan sosial. Aktif dalam berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatan, membantu tetangga, menolong orang yang memerlukan, mengunjungi
panti yatim piatu, menjenguk orang sakit, dan lain sebagainya, menjadi sarana
untuk meredakan ketegangan hubungan antara suami dan isteri. Dengan kegiatan
sosial, suami dan isteri dituntut untuk memberikan contoh keteladanan bagi
masyarakat sekitar, minimal ada perasaan malu apabila ada keributan dalam
keluarga mereka.
Selain itu, kegiatan sosial akan memberikan
sikap empati atas masalah dan penderitaan yang dialami orang lain, sehingga
diharapkan menjadi suatu pelajaran berharga bagi suami dan isteri untuk kembali
ke rumah dalam suasana yang bahagia. Mereka bisa melihat kesulitan yang dialami
banyak kalangan masyarakat, sehingga akan memberikan pelajaran penting agar selalu
menjaga keutuhan keluarga.
Mari kita buka
firman Tuhan dalam :
Lukas 11:17 “Setiap
kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang
terpecah-pecah, pasti runtuh”.
Roma 15:5 “Semoga
Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan
kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus”.
Mari kita terus
bina kerukunan dalam keluarga kita masing-masing. Tuhan memberkati!