"MEMURIDKAN
PARA PEMIMPIN ROHANI"
PENDAHULUAN
Regenerasi
dalam pemuridan.
Sebagaimana telah kita pelajari sebelumnya
bahwa pemuridan dalam Kekristenan merupakan program berkelanjutan dari zaman ke
zaman dan dari generasi ke generasi, karena itu pemuridan harus mengalami
regenerasi tanpa putus. Pemuridan adalah jiwa dari Kekristenan; apabila
pemuridan itu berhenti maka Kekristenan juga akan berhenti. Yesus Kristus tentu
tidak menghendaki hal itu terjadi, dan Dia menyediakan segala sumberdaya yang
dibutuhkan oleh murid-murid-Nya yang pertama untuk melanjutkan pemuridan pada
generasi berikutnya--dan begitu seterusnya.
"Sementara
mengajar dan melatih itu jelas berkaitan, mengajar biasanya
juga berarti membagikan pengetahuan, sedangkan melatih memberi
kesan pembentukan atau menyanggupkan lewat praktik dan disiplin...Persiapan
murid-murid bagi kepemimpinan mencakup menerima pengetahuan, tetapi pertumbuhan
rohani adalah yang terutama. Mereka memerlukan pengalaman dalam hal-hal tentang
Allah, iman, kesulitan, penyucian, dan penyangkalan diri, bersama-sama dengan
pengertian intelektual tentang doktrin dan teologi. Pengetahuan saja tidak
cukup untuk persiapan menghadapi tantangan-tantangan yang keras di kemudian
hari. Yesus memberikan kedua-duanya kepada mereka" [alinea pertama:
kalimat terakhir; dan alinea kedua].
Pemimpin itu
datang dan pergi; tidak ada pemimpin yang terus-menerus memimpin. Pergantian
pemimpin dapat terjadi secara alami karena usia maupun kodrat manusiawi, atau
juga karena sistem yang berlaku. Orang-orang yang tadinya dipimpin bisa
berpeluang untuk ganti memimpin, dan orang-orang yang dulu memimpin harus
memberi kesempatan kepada yang lain untuk mengambil alih kepemimpinan.
Sementara tongkat estafet kepemimpinan terus berpindah tangan, pekerjaan
pemuridan terus bergulir. Pemimpin yang baik adalah juga guru yang baik, maka
proses transfer-of-know-how (peralihan kecakapan teknis) mesti
berlangsung dengan sukses. Itulah sebabnya dalam bahasa Inggris pengganti atau
penerus itu disebut successor.
Adalah hal yang
alamiah jika di satu pihak para calon pemimpin harus belajar dari mereka yang
sedang memimpin, dan di pihak lain para pemimpin harus bersedia berbagi
pengetahuan dan pengalaman kepada generasi penerus yang akan menggantikan
mereka, sebab dulu pun para pemimpin itu adalah murid-murid yang belajar dari
pendahulu mereka. Melalui sistem mekanisme seperti itu maka dalam proses
pemuridan yang berkelanjutan menjadi pemimpin berarti menjadi pelatih atau
pendidik. Seorang pemimpin yang tidak mau melatih orang lain untuk jadi
pemimpin selayaknya berhenti sebagai pemimpin, dan orang yang tidak mau belajar
dari pemimpin tidak layak jadi pemimpin.
1.
MEMINTA PETUNJUK ILAHI (Kepemimpinan Mulai di Sini)
Berawal dari kelompok kecil. Sekitar
tiga dekade lalu gereja kita pernah menerapkan tahun penginjilan dengan semboyan
"God's Widening Circle" (Lingkaran Allah yang Makin Meluas).
Inilah teknik pemuridan yang berhasilguna (efektif), di mana pemuridan dimulai
dengan kelompok yang kecil kemudian setiap anggota dari kelompok kecil itu
membentuk kelompoknya sendiri, demikian selanjutnya sehingga kian lama kian
meluas. Dengan demikian tingkat pertumbuhan murid meningkat dalam pola deret
ukur--1 menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8, dan seterusnya; dibandingkan
dengan tingkat pertumbuhan berdasarkan deret hitung yang lambat--1 menjadi 2, 2
menjadi 3, 3 menjadi 4, dan seterusnya.
Demikianlah mula-mula Yesus memilih 12
murid-Nya yang pertama. Ada orang yang berkata bahwa Yudas Iskariot tidak
dipilih Tuhan, tapi dia melamar sendiri. Ini bertentangan dengan fakta Alkitab
sebagaimana dapat kita baca dalam Lukas 6:13, 16. Sebelum memilih mereka, Yesus
pergi menyendiri ke bukit "untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa
kepada Allah" (ay. 12). Setelah berkomunikasi sepanjang malam dengan Bapa
surgawi-Nya, baru keesokan harinya Yesus "memilih dari antara mereka"
dua belas orang (ay. 13). Kita tidak tahu berapa jumlah "mereka" di
sini dari mana Yesus menetapkan pilihan-Nya, tetapi yang pasti Yudas Iskariot
termasuk yang lolos seleksi. Apakah Yesus tidak tahu sebelumnya bahwa Yudas
pada akhirnya akan berkhianat?
"Siapa
yang harus Ia pilih? Berapa banyak yang harus Ia pilih? Tidak disangsikan bahwa
murid-murid Yesus jumlahnya ratusan. Haruskah setiap orang menjalani pendidikan
masal? Kristus mengerti bahwa kepemimpinan dibina secara efektif dalam
kelompok-kelompok kecil, bukan dalam produksi masal melalui ceramah atau
kuliah. Jumlah yang terbatas akan terpilih untuk kelas tamatan sekolah Kristus
yang mula-mula" [alinea pertama: enam kalimat terakhir].
Berdoa
sebelum membuat keputusan.
Sebagian orang mungkin bertanya, mengapa
sebelum memilih dua belas murid-Nya yang pertama Yesus perlu berdoa lebih dulu
kepada Bapa surgawi-Nya, dan tidak menggunakan kuasa-Nya yang tak terbatas itu?
Untuk memahami hal ini kita perlu mengetahui arti berdoa bagi Yesus. Secara
teologis, katakanlah begitu, setidaknya ada tiga alasan mengapa Yesus perlu
berdoa. Pertama, ketika menjelma jadi manusia biasa dan mengenakan
kemanusiawian membungkus keilahian-Nya, Yesus perlu berdoa sebagai seorang Anak
Manusia. Kedua, sebagai salah satu dari Tritunggal ilahi Yesus perlu terus
menjalin komunikasi dengan dua anggota Tritunggal lainnya. Ketiga, Yesus berdoa
untuk memberi contoh kepada murid-murid dan semua pengikut-Nya.
Pemilihan dua belas murid yang pertama
tampaknya merupakan sebuah keputusan maha penting sehingga Yesus perlu berdoa
"sepanjang malam" (Luk. 6:12, BIMK). Kata Grika yang diterjemahkan
dengan sepanjang malam dalam ayat ini, atau semalam-malaman (TB),
ialah dianyktereuō, istilah satu-satunya dalam PB (Strong,
G1273). Kata ini merupakan kata bentukan yang berasal dari dua kata dasar, dia (=seluruh;
seantero) dan nyx (=malam). Berbeda dengan doa Yesus di Taman
Getsemane pada malam sebelum ditangkap di mana Ia beberapa kali berhenti untuk
mendatangi Petrus, Yakobus dan Yohanes yang jatuh tertidur (Mat. 26:40, 42-43),
ketika berdoa di Bukit Zaitun itu Yesus berdoa tanpa jedah. Inilah doa yang
tidak berkeputusan dalam arti kata yang sebenarnya.
"Memilih
secara efektif menuntut hikmat yang lebih besar. Yesus menghampiri Bapa
semawi-Nya melalui doa untuk mendapatkan hikmat ini. Demikian juga, doa harus
mendahului pemilihan calon-calon pemimpin dalam pemuridan di abad kedua puluh
satu. Karena Kristus tampaknya percaya bahwa Ia memerlukan doa yang ekstensif
demi memperoleh hikmat, lebih-lebih lagi umat Kristen masa kini harus memohon
hikmat ilahi bilamana memilih orang-orang yang dipercayakan dengan tugas
mengawasi kemajuan Perintah Agung itu" [alinea kedua].
Apa yang
kita pelajari tentang bagaimana Yesus memilih dua belas murid-Nya?
1. Meskipun Yesus
sudah berdoa sepanjang malam sebelum memilih dua belas murid untuk menjadi
"kelompok inti" dalam memulai pemuridan, salah seorang dari mereka
ternyata berkhianat. Tapi pengkhianatan Yudas Iskariot bukan kegagalan doa Yesus,
itu adalah pilihan Yudas sendiri.
2. Kepemimpinan
dalam pekerjaan Tuhan tidak dimulai di bangku kuliah pendidikan teologia atau
seminari, dan tidak juga dimulai di ruang tertutup komite pemilih, tetapi itu
dimulai dari doa. Pertanyaannya, berapa lama waktu yang kita gunakan untuk
berdoa sebelum menentukan pilihan kita?
3. Pemuridan
adalah warisan Kristus kepada para pengikut-Nya di dunia ini untuk sepanjang
zaman. Dan sebagaimana Ia telah mendoakan murid-murid yang pertama itu (baca
Yohanes 17), demikianlah Ia juga mendoakan murid-murid-Nya pada zaman ini (ay.
20).
2. MEMAHAMI DAN
MENGALAMI PEMURIDAN (Pengetahuan dan Pengalaman: Bag. 1)
Alih pengetahuan.
Dalam teori berorganisasi, alih pengetahuan
merupakan masalah praktis mengalihkan pengetahuan dari satu bagian dalam organisasi
ke bagian yang lain yang bertujuan untuk kegunaan di masa yang akan datang.
Lebih jauh lagi, definisi alih pengetahuan ialah peniruan secara metodik
tentang sesuatu keahlian dan pengetahuan teknis dengan cara non-verbal (tidak
dalam bentuk kata-kata) melainkan dalam bentuk praktik, dari seorang yang
profesional di bidangnya kepada orang lain yang sedang belajar. Itu adalah
sebuah upaya untuk menanamkan kepada diri orang lain sesuatu kecakapan yang
tepat kepada orang yang tepat dan pada waktu yang tepat.
Namun dalam
hal pemuridan keberhasilan alih pengetahuan (knowledge transfer) itu
tidak semata-mata bergantung pada kecakapan atau ketrampilan saja, melainkan
melibatkan pula kuasa ilahi. Seseorang bisa saja membaca dan menghafal seluruh
diktat berisi bahan kuliah perihal pemuridan dari seorang pakar tertentu,
lengkap dengan segala teori dan kajian ilmiah dari sebuah studi empiris, tetapi
tanpa ikut campur kuasa Roh Kudus maka semuanya akan sia-sia. Sebaliknya,
seseorang yang menyerahkan diri sepenuhnya untuk digunakan oleh Allah dan
diperlengkapi oleh Roh Kudus bisa jauh lebih berhasil dalam pemuridan ketimbang
mereka yang mengandalkan pengetahuan formal. Alih pengetahuan yang paling
efektif dalam hal pemuridan ialah belajar dari Kristus sendiri melalui Firman
Tuhan.
"Pengetahuan Alkitab yang digabungkan
bersama-sama dengan Roh Ilahi dari Allah membentuk perpaduan rohani yang
mengubah pribadi-pribadi maupun masyarakat. Penggalang murid harus berusaha
untuk kedua hal ini dalam iman dan penyelidikan" [alinea kedua].
Pengetahuan
yang diamalkan. Seorang
murid Kristus yang baik akan selalu haus akan pengetahuan firman Tuhan, tetapi
seorang murid Kristus yang bijaksana akan selalu mau mengamalkan pengetahuan
itu. Pengamalan pengetahuan Kitabsuci pada hakikatnya adalah mengalami
pengetahuan itu. Pengetahuan firman Tuhan memperkaya kerohanian seseorang,
tetapi pengalaman dengan firman Tuhan itu akan mempertajam imannya. Seseorang
tidak mungkin mengalami pengalaman rohani kalau dia tidak memiliki pengetahuan rohani.
Logikanya, bagaimana dia tahu kalau itu adalah pengalaman rohani sedangkan dia
tidak mengerti apa itu pengetahuan rohani? Anda akan mengerti bahwa bersabar
ketika dicaci itu menandakan kematangan rohani kalau anda tahu bahwa panjang
sabar adalah salah satu dari buah-buah roh, bukan?
"Pengalaman
tanpa pengetahuan menjadi semacam peluru kendali berkekuatan penuh tetapi tanpa
arah. Sebaliknya, pengetahuan tanpa pengalaman menjadi tak bernyawa dan
seringkali legalistik. Pemimpin-pemimpin Kristen yang sejati memahami perlunya
menumbuhkan kedua unsur ini, bukan saja dalam diri mereka tapi juga dalam diri
orang-orang yang mereka jadikan murid" [alinea terakhir: tiga kalimat
terakhir].
Pena
inspirasi menulis: "Kita dapat melihat pentingnya memiliki iman yang
sejati, karena itulah kuasa motif dari kehidupan dan tindakan orang Kristen;
tetapi perasaan itu bukan iman, emosi itu bukan iman. Kita harus membawa usaha
dan pemikiran serta emosi kita kepada ujian firman, maka iman sejati akan
secara mendalam dipengaruhi oleh suara Allah dan akan bertindak sesuai dengan
itu" (Ellen G. White, The Bible Echo, 11 Juni 1894).
Apa
yang kita pelajari tentang pentingnya pengetahuan dan pengalaman?
1. Pengetahuan
tentang Kitabsuci adalah bagian pokok dari pemuridan, sebab menjadi murid
Kristus berarti pembelajar Alkitab yang tekun. Melalui pendalaman Alkitab kita
memperoleh pengetahuan rohani, dengan membagikan pengetahuan rohani itu kita
mempertajam pengetahuan tersebut.
2. Seperti sebuah
bendungan akan jebol jika airnya terus bertambah tetapi tidak ada pembuangan,
demikianlah orang yang hanya terus mengisi pikiran dengan pengetahuan Firman
Tuhan tanpa membagikannya kepada orang lain juga akan menimbulkan pengetahuan
alkitabiahnya meluap tanpa kendali.
3. Pengetahuan
rohani dan pengalaman rohani merupakan dua hal yang saling melengkapi dan
meneguhkan iman seorang murid Kristus. Mengamalkan isi Alkitab adalah cara
paling efektif untuk merasakan pengalaman rohani dalam kehidupan nyata. Belajar
dan amalkan adalah dua unsur utama dalam pemuridan.
3. PERPADUAN YANG
SEMPURNA (Pengetahuan dan Pengalaman: Bag. 2)
Pentingnya
pengetahuan.
Khotbah Yesus dalam Lukas pasal 6 yang sering disebut sebagai "Khotbah
di Tanah Datar" ini isinya mirip dengan sebagian dari "Khotbah di
Atas Bukit" dalam Matius pasal 5, yaitu mengandung "Kata-kata
Bahagia" (The Beautitudes). Namun, meskipun dalam hal materi
isi memiliki kesamaan tetapi kedua khotbah tersebut tampaknya disampaikan di
tempat yang berbeda, pada waktu yang berbeda, dan di hadapan pendengar yang
sebagian besar berbeda. Jangan lupa bahwa Yesus Kristus adalah seorang
"pengkhotbah keliling" sehingga pengajaran yang sama bisa diutarakan
kembali pada waktu dan tempat yang berbeda-beda. Kalau dalam Khotbah di Atas
Bukit (Matius 5) Yesus mengucapkan 8 kata-kata Berbahagia, maka dalam Khotbah
di Tanah Datar (Lukas 6) Yesus hanya menyebutkan 4 di antaranya.
Hal lain yang menarik pada Khotbah di Tanah
Datar dalam injil Lukas--yang membuatnya berbeda dari Khotbah Di Atas Bukit
dalam injil Matius--ialah adanya bagian-bagian dengan kata
"Celakalah" yang kontradiktif dengan kata "Berbahagialah."
Contohnya: "Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena
kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis,
karena kamu akan tertawa" (Luk. 6:21; huruf miring ditambahkan) yang
berlawanan dengan "Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang,
karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa,
karena kamu akan berdukacita dan menangis" (ay. 25; huruf miring
ditambahkan). Dalam khotbah ini Yesus sedang mengungkapkan sebuah
"pengetahuan" kepada murid-murid maupun para pengikut-Nya yang
mendengarkan.
"Pengetahuan
rohani sangat diperlukan bagi transformasi rohani...Roh Kudus yang sebelumnya
dibangunkan melecut hati nurani untuk menerima kebenaran-kebenaran ini.
Pemuridan tidak sempurna tanpa pengalaman, tetapi pengalaman harus diarahkan
oleh pengetahuan" [alinea pertama: kalimat pertama dan dua kalimat
terakhir].
Pentingnya
pengalaman.
Dalam Khotbah di Tanah Datar itu Yesus
mengucapkan sebuah tamzil: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta?
Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari
pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama
dengan gurunya" (ay. 39-40; huruf miring ditambahkan). Apa yang
dimaksudkan Yesus di sini ialah bahwa murid-murid yang terdahulu harus menjadi
guru-guru bagi murid-murid yang baru untuk mengajar dan membimbing, sebab
murid-murid yang terdahulu itu selain memiliki pengetahuan mereka juga memiliki
pengalaman untuk dibagikan. Hal yang penting di sinilah adalah supaya mereka
yang kaya akan pengetahuan dan pengalaman mau bermurah hati untuk membagikan
apa yang mereka punyai itu kepada orang-orang yang menjadi sebagai
"murid" yang datang belajar dari mereka.
Bilamana pola ini terus berlangsung maka
pada gilirannya nanti murid-murid yang baru akan bertindak sebagai guru-guru
bagi murid-murid yang datang kemudian, dan dalam hal ini mereka yang tadinya
murid "yang telah tamat pelajarannya" akan menjadi sebagai guru
menggantikan tempat guru-guru mereka terdahulu. Bahkan, seperti yang terjadi dalam
dunia pendidikan di manapun, murid-murid bisa lebih maju dari guru-guru mereka
oleh karena beberapa faktor seperti kesempatan untuk menempuh pendidikan lebih
tinggi lagi, lingkungan belajar yang lebih maju, dan juga tingkat kecerdasan.
Bukan itu saja, mereka yang dulunya murid malah bisa mencapai jabatan-jabatan
yang lebih tinggi dan peran-peran yang lebih besar dari guru mereka dulu.
"Allah
mengharapkan orang-orang percaya yang berpengalaman tidak menahan apapun, dan
dengan sabar membimbing orang-orang yang baru bertobat ke dalam pemahaman dan
pengetahuan yang terus bertambah akan kebenaran-kebenaran Kekristenan yang
ajaib dan mengubah kehidupan--khususnya kebenaran masa kini tentang pekabaran
tiga malaikat...Pada akhirnya, perpaduan antara pengetahuan dan pengalaman yang
menghasilkan kasih yang tidak mementingkan diri akan menjadi kekuatan paling
ampuh untuk dimiliki oleh setiap penggalang murid" [alinea ketiga, kalimat
terakhir; dan alinea terakhir].
Apa yang
kita pelajari tentang pengalaman rohani yang melengkapi pengetahuan rohani?
1. Pengetahuan
dan pengalaman adalah dua faktor penting yang menjadi kunci kesuksesan
pemuridan. Pengetahuan dapat dipelajari dan dialihkan, tetapi pengalaman harus
dijalani sendiri oleh yang bersangkutan. Meskipun begitu, pengalaman juga dapat
dibagikan untuk membuat orang lain lebih siap menjalani pengalamannya sendiri.
2. Pemuridan
mengandung dinamika yang membuat seorang murid Kristus menjadi giat dan
bersemangat dalam menjalani kehidupan rohaninya. Pemuridan yang dinamis juga
akan menciptakan suasana "alih pengetahuan" yang positif dan nyaman
bagi generasi berikutnya.
3. Kekristenan
sebagai ilmu teologia harus dipelajari di bangku sekolah, tetapi Kekristenan
sebagai "pengetahuan rohani" dapat diperoleh melalui pembelajaran dan
pendalaman langsung dari Firman Tuhan. Namun bagaimana pun caranya kita
mengenal Kekristenan, hal itu tidak ada artinya tanpa "pengalaman
rohani" secara pribadi.
4. DIBIMBING OLEH
ROH KUDUS (Para Pemimpin Mula-mula)
Mengajar
yang tidak terpelajar.
Berdasarkan tradisi Yahudi, anak-anak harus
didik tentang Torah (Hukum Musa) dan hukum-hukum agama lainnya sampai berusia
12 tahun. Selain itu, mereka juga dididik oleh orangtua masing-masing dalam hal
baca-tulis dan pengetahuan umum dasar. Ini semacam "wajib belajar"
yang harus mereka dapatkan di rumah. Jadi, murid-murid Yesus bukanlah
orang-orang yang buta huruf atau sama sekali tidak berpendidikan. Memang, kalau
dibandingkan dengan orang-orang Farisi dan anggota Sanhedrin yang mengenyam
pendidikan lanjutan, murid-murid itu mereka anggap "tidak terpelajar"
(Kis. 4:13). Bukan murid-murid saja yang mereka anggap tidak terpelajar, mereka
juga memberi penilaian yang sama terhadap Yesus sendiri (Yoh. 7:15). Sama
seperti situasi kita sekarang ini, dengan adanya kebijakan pemerintah Wajib
Belajar 9 tahun banyak orang telah mengenyam pendidikan sampai tamat SMP,
tetapi kita sering menganggap orang-orang yang hanya lulusan SMP bahkan SMA pun
adalah orang-orang yang "tidak berpendidikan" sebab sudah semakin banyak
sarjana di negeri kita.
Namun Yesus
tidak menjadikan pendidikan formal sebagai kualifikasi utama untuk memilih
murid-murid-Nya yang pertama, tetapi Ia memilih orang-orang yang mau dididik.
Pemuridan tidak menuntut orang-orang yang terpelajar, melainkan orang-orang
yang mau diajar. Kepribadian yang mau diajar itu adalah soal mentalitas dan
pilihan pribadi.
"Kristus
tidak memilih kaum Sanhedrin yang terpelajar atau fasih lidah. Melewatkan
guru-guru yang munafik tersebut, Pekerja Utama itu memilih orang-orang yang
rendah hati dan tidak terpelajar untuk mengumandangkan kebenaran-kebenaran yang
harus menggerakan dunia. Orang-orang ini Ia maksudkan untuk dilatih dan dididik
sebagai pemimpin-pemimpin dari gereja-Nya. Pada gilirannya mereka harus mendidik
orang-orang lain dan mengutus mereka dengan pekabaran injil" [alinea
pertama: kalimat kedua hingga kelima].
Menyiapkan
pemimpin masa depan.
Tatkala memilih kedua belas murid-Nya yang
pertama, Yesus bermaksud hendak menyiapkan mereka untuk menjadi pemimpin-pemimpin
masa depan. Kepemimpinan dalam pekerjaan injil haruslah terdiri dari
pribadi-pribadi yang mau belajar dan diajar, orang-orang yang memiliki banyak
kekurangan dan kesalahan tetapi mau belajar dari kekurangan dan kesalahan
mereka. Sedangkan orang-orang yang merasa terpelajar cenderung merasa diri
mereka lebih tahu dan tidak memerlukan pembelajaran apapun, bahkan cenderung
untuk bersikap menggurui terhadap orang lain.
Ketika
memilih murid-murid yang pertama Yesus sedang mencari orang-orang yang akan
menggantikan diri-Nya bilamana Ia akan kembali ke surga, yaitu orang-orang yang
dapat dipercaya untuk melanjutkan pembangunan Kerajaan Allah yang sedang
didirikan-Nya di bumi ini. Yesus tidak membutuhkan orang-orang yang sudah
terdidik oleh dunia, tetapi yang Ia perlukan adalah orang-orang yang mau
dibimbing oleh Roh Kudus untuk diubahkan menjadi manusia-manusia yang
diperbarui.
"Yesus
bukannya menentang golongan berpendidikan dan terpelajar; Dia sendiri pada usia
sangat muda (Luk. 2:46-47) sudah memperlihatkan banyak pengetahuan. Hanya saja
begitu sering orang-orang yang paling berpendidikan, paling kaya, dan paling
berkuasa tidak siap untuk merendahkan diri dalam cara di mana seseorang,
khususnya seorang pemimpin, itu perlukan supaya Tuhan dapat menggunakan mereka.
Tentu saja tidak selalu begitu; Tuhan juga menggunakan orang-orang seperti itu
(ingat Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea; baca Kis. 6:7). Apa yang dimaksudkan
ialah bahwa sangat sering mereka yang bertipe demikian itu cenderung untuk
tidak terbuka bagi tuntunan Roh Kudus" [alinea kedua: empat kalimat
terakhir].
Apa
yang kita pelajari tentang alasan Yesus memilih murid-murid pertama yang tidak
terpelajar?
1. Murid-murid
Yesus yang pertama bukan orang-orang terpelajar, tapi mereka juga bukan
orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan. Hanya saja Yesus tidak
berpatokan pada kualifikasi duniawi dalam menentukan pilihan-Nya, melainkan
berdasarkan pada kepribadian yang mau diajar dan dididik.
2. Yesus tidak
mengandalkan prestasi akademis seorang murid demi keberhasilan menjadikannya
sebagai pendidik murid-murid untuk generasi berikutnya. Sejarah membuktikan
bahwa banyak orang terpelajar yang gagal dalam pekerjaan injil, dan banyak
orang tidak terpelajar yang berhasil.
3. Fakta bahwa
Yesus perlu berdoa semalam-malaman sebelum memilih kedua belas murid pertama
menunjukkan bahwa Dia tidak menentukan sendiri pilihan-Nya, tetapi
berkonsultasi dulu dengan Allah Bapa. Jadi, penetapan murid-murid Yesus yang
pertama itu adalah juga atas perkenan Bapa.
5. BELAJAR DARI
KRISTUS (Apa yang Yesus Tinggalkan)
Kesuksesan
pemuridan pertama.
Fakta bahwa Kekristenan dapat bertahan dan
berkembang luas selama dua ribu tahun membuktikan bahwa pemuridan yang pertama
itu berhasil dengan sukses. Padahal dalam perjalanannya Kekristenan telah
mengalami perlawanan dan tantangan dahsyat berkali-kali, baik secara global
maupun lokal. Bahkan murid-murid yang pertama itu harus mati sebagai syuhada,
tetapi gereja Kristus terus bertumbuh tanpa dapat dihalangi. Pemuridan terus
berlangsung dari generasi ke generasi, murid-murid Kristus tidak pernah
berhenti bertambah.
Kesuksesan pemuridan pertama terekam dalam
kitab Kisah Para Rasul sebagai sebuah laporan perkembangan pekerjaan injil yang
dicatat oleh Lukas untuk seorang tokoh bernama Teofilus (namanya berarti
"kekasih Tuhan" atau "sahabat Allah") yang tampaknya
memiliki rasa ingin tahu yang besar perihal Kekristenan (Kis. 1:1; Luk. 1:1,
3). Sebagaimana yang dapat kita baca, murid-murid Yesus yang pertama itu telah
memuridkan lagi orang-orang lain yang kemudian menjadi penerus dari para rasul
itu. Tetapi prestasi pemuridan yang sangat menonjol adalah rasul Paulus yang
meski tidak termasuk di antara 12 murid pertama namun sangat sukses.
"Generasi-generasi
masa depan bersaksi tentang kesuksesan dari usaha-usaha sebelumnya. Manakala
usaha-usaha itu membuahkan hasil-hasil yang abadi, prinsip-prinsip pokok dari
prestasi-prestasi itu haruslah dipelajari dan diulangi. Apakah metode
penggalangan murid dari Kristus itu menimbulkan hasil-hasil yang mencolok?
Tentu saja begitu. Hal itu telah mengubah dunia ini" [alinea pertama;
alinea kedua: dua kalimat pertama].
Pemuridan
adalah bersaksi.
Kepada murid-murid itu Yesus berkata,
"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu
akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan
sampai ke ujung bumi" (Kis. 1:8; huruf miring ditambahkan). Tujuan
pemuridan yang Yesus adakan pada akhirnya adalah menyiapkan murid-murid itu
untuk bersaksi mengenai Kristus kepada dunia. Hal menjadi saksi ini juga dirasa
penting oleh murid-murid itu sendiri, sehingga mereka mencari orang-orang yang
dapat bersaksi tentang Kristus (baca ay. 21-23). Bersaksi bagi Kristus adalah
prinsip utama dalam pemuridan.
"Yesus
mendirikan kerajaan-Nya dan mencontohkan prinsip-prinsip yang akan melestarikan
pertumbuhannya. Memelopori jalan melalui kegelapan menuju fajar, Kristus
memilih pemimpin-pemimpin yang kelemahan-kelemahannya ditudungi oleh
kekuatan-Nya karena mereka sepenuhnya bergantung pada-Nya. Meskipun dianggap
enteng oleh para pemimpin agama dan kurang terpelajar, mereka lebih unggul dari
orang-orang Farisi dalam hal: kepolosan, kerendahan hati, kebergantungan, dan
keaslian. Betapa pentingnya agar kita semua, apapun kedudukan kita di gereja,
untuk memperlihatkan sifat-sifat demikian" [alinea ketiga: empat kalimat
pertama].
Pena
inspirasi menulis: "Mengapa sejarah pekerjaan dari murid-murid itu,
sementara mereka bekerja dengan semangat yang suci, dijiwai dan disemangati
oleh Roh Kudus telah dicatat, kalau bukan supaya dari catatan ini umat Tuhan
zaman ini memperoleh inspirasi untuk bekerja dengan tekun bagi Dia? Apa yang
Tuhan sudah lakukan bagi umat-Nya pada masa itu sangatlah penting, dan terlebih
lagi Ia akan melakukan itu bagi umat-Nya pada masa ini. Semua yang telah
dilakukan para rasul itu harus dilakukan oleh setiap anggota gereja zaman ini.
Dan kita harus bekerja jauh lebih bersemangat lagi, didampingi oleh Roh Kudus
dalam takaran yang jauh lebih besar lagi, sementara bertambahnya kejahatan
menuntut seruan yang lebih tegas lagi kepada pertobatan" (Ellen G. White, Testimonies
for the Church, jld. 7, hlm. 33).
Apa yang
kita pelajari tentang teladan pemuridan yang Yesus tinggalkan?
1. Kesuksesan
para rasul dalam pemuridan dan penginjilan tidak terlepas dari keberhasilan
Yesus mendidik serta mengajar mereka untuk menjadi murid-murid yang berhasil.
Keteladan Yesus dalam hal pemuridan merupakan warisan penting bagi semua
murid-murid Yesus sepanjang zaman.
2. Murid yang
handal adalah juga saksi yang handal, sebab menjadi murid Yesus artinya
bersaksi bagi Dia. Pemuridan pada hakikatnya adalah menggalang murid-murid baru
dan kemudian membekali mereka dengan kemampuan untuk menggalang murid-murid
lain di kemudian hari.
3. Selain berisi
kebenaran tabiat Allah dan rencana keselamatan, Alkitab juga mengandung
catatan-catatan dari keberhasilan penginjilan dan pemuridan. Manusia dapat saja
mengikhtiarkan metode-metode canggih dalam pemuridan untuk dipelajari sebagai
ilmu, tetapi metode warisan Kristus tidak pernah akan usang.
PENUTUP
Jangan
kehilangan fokus.
Pemuridan sejati adalah juga mendidik
orang-orang untuk mewakili Kristus melalui kehidupan mereka sehari-hari.
Sebagai murid Kristus, anda dan saya tak dapat tidak mesti memperlihatkan
ciri-ciri tabiat yang serupa dengan Kristus. Tujuan pemuridan Kristen bukan
untuk menelorkan orang-orang yang mahir dalam pengetahuan Alkitab dan jago
berdebat, melainkan untuk menghasilkan murid-murid yang rendah hati tetapi oleh
kuasa Roh Kudus giat dan berani bersaksi tentang Yesus Kristus kepada dunia.
"Di
seluruh bidang pekerjaan Kristus ada jiwa-jiwa yang telah disadarkan akan
kebutuhan mereka, serta lapar dan dahaga akan kebenaran. Waktunya sudah tiba
untuk mengirim berita tentang kasih-Nya kepada semua hati yang rindu ini.
Kepada semua mereka murid-murid harus pergi sebagai wakil-wakil-Nya"
[alinea pertama: tiga kalimat pertama].
Pengalaman
menunjukkan bahwa banyak murid-murid Kristus di zaman akhir yang pada mulanya
begitu bersemangat dan pantang menyerah dalam bersaksi bagi Dia, entah kenapa
tiba-tiba menjadi lesu dan lama-kelamaan hilang dari peredaran dan lenyap dari
pendengaran kita. Banyak faktor yang telah mengakibatkan kemunduran ini, tapi
mungkin mereka itu sudah kehilangan fokus berhubung dengan berbagai hal yang
mengganggu atau menawarkan hati mereka. "Tidak ada yang boleh dibiarkan
membelokkan pikiran mereka dari pekerjaan mereka yang besar ini, atau dalam
sesuatu cara membangkitkan perlawanan dan menutup pintu untuk pekerjaan
selanjutnya" [alinea kedua: kalimat terakhir].
Pemuridan
yang berhasilguna tidak hanya sekadar menambah banyaknya murid-murid Kristus
yang baru, tetapi juga mempertahankan dan menyelamatkan murid-murid yang lama!
"Jangan
takut terhadap apa yang harus engkau derita!...Hendaklah engkau setia sampai
mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan" (Why. 2:10).
DAFTAR PUSTAKA:
2.
Loddy Lintong, California, U.S.A-Face
Book.