PENDAHULUAN
Risiko menjadi murid Kristus.
Dalam
iman Kristiani, masuk surga itu harus melalui jalan yang sempit. Yesus berkata,
"Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah
jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;
karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan
sedikit orang yang mendapatinya" (Mat. 7:13-14). Bahkan, Yesus menyatakan
bahwa kehilangan nyawa untuk sementara di dunia ini lebih baik daripada
kehilangan nyawa untuk selama-lamanya. "Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang
memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat
diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Mat. 16:25-26).
Banyak orang beragama karena mendambakan hidup
yang senang dan tenteram di dunia ini, berharap bahwa agama yang mereka anut
sebagai jalan memperoleh ni'mat dunia-akhirat. Tetapi kenyataannya tidak selalu
demikian, sebab hidup beragama berarti suatu kehidupan yang sarat dengan
larangan, bahkan terkadang harus kehilangan nyawa karena agama. Bagi banyak
orang, sulit untuk menerima bahwa agama akan mendatangkan penderitaan dan
kematian. Itu sebabnya tidak banyak yang mau dan mampu menjadi orang Kristen
yang serius, setia sampai akhir."Sepanjang sejarah jutaan orang tak dikenal dengan rela mengorbankan hidup mereka bagi Kristus. Mereka dipenjarakan, disiksa, bahkan dihukum mati. Jutaan orang kehilangan pekerjaan, dihina, dikucilkan dari keluarga, dan bertahan melewati penganiayaan karena agama ketimbang meninggalkan Kristus. Hanya Tuhan yang tahu beratnya penderitaan yang harus dihadapi oleh orang-orang-Nya yang setia...Pada akhirnya, kita tahu dengan pasti bahwa berapapun harga dari pemuridan itu, mengingat pahalanya yang penghabisan, harga itu cukup murah" [alinea pertama dan terakhir].
Menjadi murid Kristus bukan untuk orang yang
pengecut, sebab pemuridan itu menuntut keberanian yang bukan alang-kepalang,
kalau perlu sampai kehilangan nyawa. Seorang yang takut mati tidak pantas
menjadi pengikut Kristus. Sebab bagaimana seseorang dapat menjadi seperti
Yesus, dan meneladani kehidupan yang dijalani-Nya sampai ke kayu salib?
Mengikut Yesus berarti siap untuk memikul salib-Nya sampai mati.
"Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi
barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk
hidup yang kekal" (Yoh. 12:25).
1.
KOMITMEN
SEBAGAI MURID KRISTUS (Menghitung Biaya: Prioritas Pertama)
Murid yang siap berkorban.
Lazimnya,
bila kita mendengar istilah "konflik horisontal" maka pikiran kita
langsung membayangkan kerusuhan antar warga masyarakat sebagaimana yang kerap
terjadi. Orang pun mulai mempergunjingkan soal "aktor intelektual"
atau provokator di balik kerusuhan itu. Tetapi Alkitab menyatakan bahwa
seseorang yang memilih untuk menjadi pengikut Kristus tak dapat menghindari
konflik horisontal dengan sesamanya. Yesus secara terang-terangan berkata,
"Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan,
kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan" (Luk. 12:51).
Bahkan, pertentangan itu bisa timbul di dalam satu keluarga (ay. 52-53).
Mengapa begitu? Karena di dalam satu rumah penghuninya bisa terbagi-bagi secara
pribadi, ada yang percaya dan menerima Yesus tetapi ada yang tidak percaya dan
menolak Dia.
Banyak orang Kristen yang sudah mengalami dimusuhi
oleh orang lain, termasuk dari kaum keluarganya sendiri, gara-gara keputusannya
untuk menjadi murid Kristus. Kehilangan teman dan saudara adalah bagian dari
harga yang harus dibayar seseorang karena mengikut Yesus. Bahkan, Yesus
berkata, "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya,
ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan,
bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku" (Luk. 14:26;
huruf miring ditambahkan). Bagi mereka yang hanya membaca dan memahami ayat ini
secara harfiah tentu akan timbul konflik batin dalam dirinya, seakan-akan agama
Kristen mendorong perpecahan dalam keluarga. Kata Grika yang diterjemahkan
dengan membenci dalam ayat ini adalah miseō, dan
terjemahannya sudah sesuai. Kata yang sama digunakan juga untuk orang-orang
yang "membenci" orang Kristen, seperti terdapat dalam Mat. 10:22;
24:9; Luk. 6:22. "Benci" adalah sebuah kata yang tajam dan kasar.
Tentu saja Yesus tidak sedang mengajarkan
balas-membalas, bahwa jika orang membenci kita karena Yesus maka demi Dia kita
juga harus balas membenci mereka. Hal itu bertentangan dengan ajaran-Nya
sendiri agar mengasihi musuh dan membalas kebaikan kepada orang yang berbuat
jahat kepada kita (Mat. 5:44; Luk. 6:27). Di sini Yesus sedang berbicara
tentang kerelaan berkorban dan komitmen secara tuntas yang dituntut dari
seorang murid Kristus. Seperti Ia katakan selanjutnya, "Barangsiapa
tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat
menjadi murid-Ku...Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang
tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat
menjadi murid-Ku" (Luk. 14:27, 33; huruf miring ditambahkan).
Murid yang mengabdi sepenuhnya. Lukas pasal 14 mencatat dengan jelas dan
tegas harga dari pemuridan Kristen, lengkap dengan ilustrasi-ilustrasi.
Pertama-tama Yesus menyingkapkan dua harga yang harus dibayar seorang murid
Kristus, yakni meninggalkan keluarga (ay. 26) dan memikul salib (ay. 27).
Menarik bahwa Yesus kemudian menyebutkan soal kalkulasi untuk dipertimbangkan
oleh seseorang yang hendak mengikut Dia, pertama ibarat orang yang mau
membangun menara pengawas di tengah ladang (ay. 28-30) dan kedua seperti raja
yang hendak berperang (ay. 31-32). Yesus kemudian menambahkan harga yang
ketiga, yaitu meninggalkan segala miliknya (ay. 33), dilanjutkan dengan sebuah
ilustrasi tentang garam yang baik (ay. 34-35). Dalam perkataan lain, seorang
yang memilih untuk mengikut Yesus harus siap untuk mengabdi sepenuhnya, kalau
orang itu kehilangan pengabdiannya dia disamakan dengan garam yang kehilangan
rasa asinnya sehingga tidak berharga.
"Maksud Yesus sederhana namun penuh
maksud yang mendalam. Apabila keluarga yang didahulukan dan Kristus menjadi
nomor dua, Yesus kehilangan kekuasaan-Nya. Melayani banyak tuan itu mustahil.
Kristus tentu mendukung hubungan-hubungan keluarga yang kokoh. Akan tetapi
hubungan-hubungan tersebut mendapatkan kekuatan dari dasar yang teguh. Dasar
itu ialah mengasihi Allah tanpa pamrih, yang pertama dan terutama. Allah
menolak setiap penghalang, gangguan, atau selingan. Pemuridan menuntut harga
tertinggi: kesetiaan kepada Kristus yang seutuhnya" [alinea terakhir].
Berdasarkan ayat-ayat di atas, pengabdian
seutuhnya dari seorang murid Kristus mencakup dua hal utama: pengorbanan total
dan menempatkan Kristus yang terutama. Kedua hal tersebut harus ditunjukkan
dalam hidup sehari-hari dan dalam semua aspek kehidupan. Urusan keluarga,
pekerjaan, karir, pendidikan, cita-cita, kegemaran, dan lain-lain yang bersifat
kepentingan diri sendiri harus ditempatkan di bawah pengabdian kepada Kristus.
Apa yang kita pelajari tentang
"harga" menjadi murid Kristus?
1. Keputusan untuk menjadi murid Kristus hanya
bisa dilakukan oleh seorang pemberani, kalau dia menyadari mahalnya harga yang
harus dia bayar. Bukan sedikit orang-orang yang tidak siap untuk menerima
risiko sebagai murid Kristus, lalu mundur teratur ketika berhadapan dengan
cobaan.
2. Sebagai murid Kristus, anda dan saya
memiliki salib masing-masing yang harus dipikul, mungkin dalam ukuran serta
berat yang berbeda-beda. Salib bukanlah hiasan seperti yang dipakai banyak
orang di dada, tetapi salib adalah beban yang harus dipikul di atas pundak.3. Pengabdian yang dituntut dari seorang murid Kristus tidak kurang dari pengabdian seutuhnya dan di atas segalanya. Mengikut Yesus adalah pilihan yang berisiko, sebuah pilihan yang mungkin akan memisahkan anda dari apa saja yang berpotensi untuk merintangi pemuridan anda.
2. PENGORBANAN TAK TERHINDARKAN (Memikul
Salib Kita)
Menderita seperti Kristus.
Kekristenan
bukan "angin surga" yang dapat kita hembuskan untuk membuat orang
lain terlena, seolah-olah menjadi orang Kristen niscaya membuat jalan hidup
kita senantiasa rata dan mulus. Memang, Yesus pernah berkata agar kita tidak
khawatir dengan segala keperluan hidup kita (Mat. 6:25-34). Rasul Paulus juga
menyatakan "jangan kuatir tentang apapun juga" oleh sebab Allah
"akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam
Kristus Yesus" (Flp. 4:6, 19); dan rasul Petrus pun menandaskan
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu" (1Ptr. 5:7). Tetapi sebagai pengikut Kristus anda dan saya menjadi
pewaris bersama Dia, dan oleh karena itu "kita menderita bersama-sama
dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia" (Rm.
8:17).
Jadi, sesungguhnya penderitaan bersama Kristus
adalah sebuah kehormatan dan kesempatan istimewa bagi murid Yesus. Ini
masalah mindset (pola pikir) danmentality (mentalitas;
cara berpikir) selaku orang Kristen. Sebagai anak-anak Allah, di dunia ini kita
dipanggil untuk menderita karena iman, tetapi seperti halnya Paulus kita pun
dapat berkata "bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat
dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Rm.
8:18).
Menderita sebagai murid. Yesus tidak pernah menutup-nutupi dari
murid-murid-Nya yang pertama tentang penderitaan yang bakal diderita-Nya (Mat.
16:21), dan Dia juga secara berterus terang menyatakan bahwa sebagai
murid-murid mereka pun akan menderita (Luk. 21:12). Yesus menandaskan pula
bahwa karena dunia membenci Dia maka kebencian itu berimbas kepada para pengikut-Nya
(Yoh. 15:18-19). "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan
kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa
setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi
Allah" (Yoh. 16:1-2). Bukankah orang Kristen sudah sering dibenci dan
dianiaya oleh orang-orang yang mengira bahwa dengan berbuat demikian mereka
sedang menjalankan amanah Allah?
"Sebelum dibaptis, setiap calon baptisan
harus memahami bahwa Kristus sendiri sudah menetapkan baginya sebuah salib, di
mana tanpa itu mereka sama sekali tidak dapat menjadi murid-Nya. Apakah hal ini
mengurangi sukacita pertobatan? Apakah dengan menjanjikan kepada mereka
kehidupan tanpa kesusahan apapun yang tidak realisitk akan menambah sukacita ini?
Pertobatan membebaskan orang-orang percaya dari beban dosa, bukan dari
tanggungjawab kemuridan. Dengan memilih nama Kristus dan secara terbuka
menyatakan pilihan itu melalui baptisan, setiap orang percaya seharusnya sadar
bahwa pemuridan itu mengandung risiko" [alinea terakhir: lima kalimat
pertama].Sebagai orang Kristen kita mengenal baptisan dengan air sebagai pengakuan iman dan baptisan dengan Roh Kudus untuk pengudusan. Tetapi rasul Petrus juga menyebutkan tentang baptisan ketiga, yaitu baptisan dengan api untuk pemurnian iman. "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya" (1Ptr. 1:6-7; huruf miring ditambahkan). Bahkan, sang rasul mengingatkan agar sebagai orang percaya "janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian...Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus" (1Ptr. 4:12-13).
Apa yang kita pelajari tentang keharusan
memikul salib?
1. Tidak ada mahkota tanpa salib; seorang
yang tidak mau memikul salibnya tidak bisa berharap akan mendapat mahkota.
Yesus memperoleh seluruh kuasa-Nya dan memerintah bersama Bapa setelah Ia
sendiri memikul salib yang ditentukan bagi-Nya oleh Bapa (Luk. 24:26; Kis. 3:18;
Ibr. 10:12; 12:2).
2. Penderitaan adalah bagian dari pemuridan
Kristen yang tak terhindarkan, dan para penggalang murid (disciple-makers) harus secara jujur
dan terbuka mengajarkannya kepada calon-calon murid Kristus. Kata Yesus,
"Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak
bagi-Ku" (Mat. 10:38).
3. Allah membiarkan murid-murid Kristus
mengalami penderitaan hidup untuk melatih dan memurnikan iman kita. "Sebab
kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan
juga untuk menderita untuk Dia" (Flp. 1:29).
3. FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM PEMURIDAN
(Sambutan Terhadap Disiplin)
Pemuridan dalam perspektif olahragawan.
Menarik
mencermati bagaimana rasul Paulus mengibaratkan pemuridan itu dengan dunia
olahraga di mana seorang murid Kristus adalah seperti atlet, pelari dan
petinju, yang berkompetisi untuk menjadi juara. "Tidak tahukah kamu, bahwa
dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya
satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga
kamu memperolehnya!" (1Kor. 9:24; huruf miring ditambahkan).
Di sini rasul menekankan tentang
perlunya kebulatan tekad untuk berhasil. Lalu dia menambahkan,
"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai
dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh
suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang
abadi" (ay. 25; huruf miring ditambahkan). Pada bagian ini dia bertutur
soal penyangkalan diri. "Sebab itu aku tidak
berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja
memukul. Tetapiaku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya
sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak"
(ay. 26-27; huruf miring ditambahkan). Dalam hal ini Paulus menyinggung
soal sasaran akhir dan persiapan."Perhatikan contoh atlet yang Paulus gunakan dalam beberapa ayat untuk hari ini. Tidak ada atlet yang berkomplot untuk berlari lebih lambat, melompat lebih rendah, atau melempar lebih dekat. Juga tidak ada orang percaya yang boleh menoleh ke belakang, khususnya apabila yang dipertaruhkan dalam perlombaan adalah sesuatu yang baka sebagai lawan dari hadiah apapun yang bisa dimenangkan seorang pelari duniawi sebagai hasil dari usahanya dan latihannya yang tekun" [alinea ketiga].
Rasul Petrus menyimpulkan, "Karena itu,
saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan
pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak
akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan
hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan
Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2Ptr. 1:10-11; huruf miring
ditambahkan). Murid Yesus harus serius supaya pada akhirnya
memperoleh pahala.
Pada akhirnya, pemuridan adalah soal
keselamatan. Sebagaimana dalam olahraga tujuan akhirnya ialah untuk piala atau
medali kejuaraan, demikian pula dalam pemuridan tujuan akhirnya adalah untuk
mahkota keselamatan. Bedanya, dalam olahraga tidak semua yang ikut berlomba
mendapat kemenangan, dalam pemuridan semua yang mencapai garis akhir akan
mendapat pahala. Karena itu kita semua dapat mencontoh dari tekad Paulus yang
berkata, "Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri
kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh
hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (Flp.
3:13-14).Apa yang kita pelajari tentang kedisiplinan seorang murid Kristus?
1. Dalam dunia olahraga ada yang disebut "olahraga rekreasi" sebagai hobi atau untuk kesehatan, ada yang disebut "olahraga prestasi" yang serius dan profesional. Dalam pemuridan tidak ada yang bisa menjadi murid Kristus just for fun, tapi semua harus "dengan segenap hati" (Rm. 6:17; Ef. 6:6).
2. Dalam pemuridan Kristen dituntut adanya
kebulatan tekad, penyangkalan diri, persiapan diri, fokus, dan ketekunan. Sebab
dalam pemuridan sasaran utamanya adalah pahala keselamatan, yaitu hidup kekal
bersama Kristus. Kedisiplinan dalam pemuridan adalah hal yang tak bisa ditawar.
3. Terkadang dalam pemuridan Allah
memberlakukan "ganjaran" sebagai latihan ketahanan iman yang meskipun
"pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi
dukacita." Tetapi di kemudian hari "ia menghasilkan buah kebenaran
yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya" (Ibr. 12:11).Pemuridan sebagai investasi.
Seperti
kita pelajari sebelumnya, Yesus membandingkan pilihan untuk menjadi
pengikut-Nya ibarat merancang pembangunan menara (Luk. 14:28) dan rencana
berperang (ay. 31), di mana untuk kedua-duanya memerlukan pertimbangan dan
perhitungan yang cermat (lihat pelajaran hari Minggu). Pengarang
pelajaran ini menyamakan pemuridan Kristen seperti sebuah investasi dalam
sebuah bisnis yang membutuhkan kalkulasi. Apakah menjadi murid Kristus itu
dalam jangka panjang akan menguntungkan, dan lebih penting lagi apakah
seseorang memiliki cukup stamina untuk menjalani masa pemuridan sampai mencapai
garis akhir? Dapatkah kita kelak berkata seperti rasul Paulus, "Aku telah
mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman" (2Tim. 4:7)?
Barangkali gagasan yang menyamakan niat
menjadi murid Yesus dengan rencana bisnis merupakan ide yang ekstrem bagi
sebagian orang, bahkan bisa dianggap sebagai pemikiran yang mencampur-adukkan
nilai kerohanian dengan keduniawian. Namun, meskipun pemuridan Kristen adalah
masalah rohani menyangkut kehidupan yang akan datang, menjadi murid Kristus itu
memang mengandung konsekuensi jasmani yang nyata dalam kehidupan sekarang ini.
Pahala pemuridan itu akan diterima nanti, tetapi pemuridan itu harus dijalani
sekarang.
"Pahala dari pemuridan mungkin juga
diukur melalui perbandingan harga. Harga-harga tersebut bisa termasuk
penderitaan emosi, penolakan sosial, siksaan fisik, kerugian keuangan,
pemenjaraan, bahkan kematian itu sendiri. Setiap orang yang menjalankan
pemuridan pertama-tama harus mempertimbangkan dengan cermat investasi yang
diperlukan" [alinea kedua].
Kerugian sementara, keuntungan abadi. Yesus mengutarakan gagasan yang ekstrem
ketika mengatakan, "Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua" (Mat. 18:8-9). Tentu saja perkataan ini tidak untuk dipahami secara harfiah, sebab di sini Yesus sedang berbicara tentang kerelaan untuk kehilangan hal-hal yang fana demi mendapatkan hal-hal yang baka. Tidak ada orang yang masuk surga dengan tangan atau kaki buntung dan bermata satu, semua orang yang selamat akan masuk surga dengan kesempurnaan fisik yang diubahkan dalam sekejap mata (1Kor. 15:52).
Petrus yang berbicara mewakili rekan-rekannya
sesama murid Yesus melontarkan pernyataan yang menyiratkan tuntutan yang
bersifat kompensasi ketika dia berkata, "Kami ini telah meninggalkan
segala kepunyaan kami dan mengikut Engkau" (Luk. 18:28). Yesus yang penuh
pengertian itu menanggapinya dengan menyodorkan suatu janji, "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan
rumahnya, isterinya atau saudaranya, orang tuanya atau anak-anaknya, akan
menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan
datang ia akan menerima hidup yang kekal" (ay. 29-30). Ucapan ini juga
bukan untuk dipahami secara harfiah, bahwa murid Yesus yang kehilangan harta
benda dan keluarga akan beroleh ganti rugi berlipat kali ganda, dan yang
kehilangan istri juga akan mendapat penggantian istri yang berlipat ganda.
Yesus sedang berbicara tentang keuntungan yang berlipat kali ganda dari
kerugian yang dialami karena menjadi murid-Nya, sebuah kompensasi berupa
kebahagiaan batin yang berpuncak pada hidup yang kekal.
"Tidak diragukan bahwa harga dari
mengikut Yesus bisa sangat mahal, mungkin hal paling mahal yang seseorang bisa
lakukan. Sesungguhnya, kita harus pertanyakan realitas dari iman kita dan
komitmen kita kalau mengikut Kristus tidak dengan membayar mahal, bahkan bisa
saja segalanya...Tetapi satu hal sudah pasti: apapun yang kita peroleh dalam
hidup ini, apapun yang kita capai, apapun yang kita hasilkan untuk diri kita,
itu hanya sementara. Itu adalah sesuatu yang tidak abadi. Itu akan lenyap, dan
lenyap untuk selamanya" [alinea ketiga dan keempat].
Apa yang kita pelajari tentang kalkulasi untuk
menjadi murid Kristus?
1. Pemuridan adalah sebuah "bisnis
rohani" yang menuntut kalkulasi untung-rugi. Seorang pengusaha yang cermat
tidak begitu saja membuka usaha tanpa memperhitungkan kemampuan modal dan
potensi keuntungan dari bisnis itu. Calon murid Kristus juga harus menyadari
besarnya "harga" yang harus dibayarnya.
2. Sesungguhnya, tidak ada harga yang terlalu
mahal untuk kita tanggung sebagai murid Kristus apabila kita memandang kepada
hidup kekal yang kelak kita peroleh sebagai pahala. Pemuridan akan membuat
seseorang kehilangan hal-hal yang fana, tetapi semua itu akan digantikan dengan
hal-hal yang baka.
3. Menjadi orang Kristen, yaitu murid
Yesus atau pengikut Kristus, memang hanya bisa dijalani dengan mengandalkan
iman. Seseorang bisa saja sangat menggebu-gebu dan merasa yakin akan
kemampuannya menjalani pemuridan, tetapi hanya dengan bergantung pada Tuhan dia
akan mencapai garis akhir.
5. JANJI MASA DEPAN (Sebuah Kebangkitan
yang Lebih Baik)
Bukan sekarang, tapi nanti.
Banyak
tokoh-tokoh Alkitab yang oleh iman telah membuat hidup mereka sukses gilang-gemilang,
dan luput dari segala marabahaya yang mengancam hidup mereka. Penulis kitab
Ibrani mengaku bahwa dia "akan kekurangan waktu" untuk membeberkan
semua kisah itu (Ibr. 11:32). Namun, tidak sedikit pula orang-orang percaya
yang oleh hikmat Allah yang tak terduga itu telah dibiarkan untuk menjalani
penderitaan hidup dan mengalami siksaan luar biasa hingga kehilangan nyawa,
tetapi "mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun
iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik" (ay.
39).
Sebagian dari kita mungkin telah menikmati
kehidupan yang indah dan nyaman atas karunia Tuhan, tetapi sebagian lagi
dibiarkan untuk mengalami kehidupan yang pahit dan sengsara atas kehendak
Tuhan. Atau, sebagian hidup kita begitu menyenangkan, tapi sebagian lagi amat
memberatkan. Kita tidak pernah memahami sepenuhnya jalan-jalan hidup kita ke
mana Allah sedang membawa kita untuk menempuhnya. Mengapa janji berkat dan
pemeliharaan Tuhan tidak dirasakan dalam hidup kita sekarang ini? "Sebab
Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita..." (ay. 40).
Atas dasar pemahaman ini, seorang murid Kristus sejati tidak akan menjadi tawar
hati, bahkan "berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi
kita...dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman,
dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan..." (Ibr. 12:1-2).
"Kita mengikut Kristus sebab kita
memiliki janji, pengharapan, penebusan, hidup baru di dunia baru yang tanpa
dosa, penderitaan, dan kematian. Pada waktu yang sama, oleh karena kita sudah
diberikan pengharapan ini, janji ini--yang dipastikan oleh kehidupan, kematian,
kebangkitan, dan pelayanan keimamatan agung Yesus--kita berusaha untuk membawa
orang lain kepada pengharapan yang sama, janji yang sama" [alinea kedua:
kalimat kedua dan ketiga].
Tuaian menunggu para penuai. Pemuridan tidak saja mendapatkan
murid-murid yang baru bagi Kristus, tapi lebih penting lagi adalah juga
melahirkan penuai-penuai. Adalah suatu kenyataan bahwa tidak semua murid
memiliki keberhasilan yang sama dalam penuaian, tetapi setiap murid harus
menjadi seorang penuai. Gereja bisa saja memiliki jumlah pendeta yang
(dianggap) berlebihan, tetapi ladang Tuhan yang terus bertumbuh sejatinya tidak
pernah kelebihan penuai."Tuaian sudah masak; jutaan orang menunggu panggilan kepada pemuridan. Kita sudah diberkati bukan saja dengan injil, tapi injil dalam konteks 'kebenaran masa kini'--pekabaran tiga malaikat dalam Wahyu 14, yaitu pekabaran amaran Allah yang terakhir bagi dunia ini...Apa yang hendak kita lakukan dengan kebenaran-kebenaran yang sangat kita cintai ini? Maka, kita bertanya: di manakah para penuai? Mana mereka yang bersedia datang mendampingi Kristus dan turut serta menanggung risiko-risiko? Akankah anda menerima undangan Tuhan, bukan saja untuk menjadi seorang murid tapi mencari murid-murid, apapun akibatnya terhadap diri anda?" [dua alinea terakhir].
Tujuan utama pemuridan ialah mengumpulkan
tuaian berupa jiwa-jiwa yang sebanyak-banyaknya untuk disiapkan bagi kedatangan
Yesus kedua kali, baik untuk mereka yang masih hidup pada saat mulia itu,
maupun bagi mereka yang sudah mati untuk dibangkitkan dalam kebangkitan
pertama. "Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam
kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka,
tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan
memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya"
(Why. 20:6).
Apa yang kita pelajari tentang pemuridan dan
kebangkitan pertama?
1. Sementara janji Allah untuk memelihara
umat-Nya selagi hidup di dunia ini adalah janji yang pasti, ada kalanya Ia
membiarkan sebagian anak-anak-Nya menderita di dalam iman. Allah tentu peduli
pada kesejahteraan dan keselamatan umat-Nya saat ini, tapi Ia lebih peduli lagi
pada keselamatan mereka di akhirat nanti.
2. Bila Yesus datang kedua kali umat percaya
yang masih hidup akan diubahkan kepada kesempurnaan dan yang sudah mati akan
dibangkitkan lalu diubahkan kepada keadaan yang sempurna dan baka. Tidak
seorang pun bisa memilih di kelompok mana dia termasuk, tapi semua dapat
memilih untuk selamat atau tidak.
PENUTUP
Hukuman atas orang jahat. Allah mungkin membiarkan sebagian orang
jahat--mereka yang memusuhi dan menganiaya murid-murid Kristus--menikmati hidup
yang senang di dunia ini, sebagaimana Dia membiarkan umat-Nya menderita di
tangan mereka, untuk sementara waktu. Tetapi saatnya akan tiba bilamana Tuhan
akan membalas segala perbuatan manusia, kebinasaan bagi orang jahat dan
keselamatan buat orang benar.
"Orang jahat menerima balasan mereka di
bumi. Amsal 11:31. Mereka 'akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman
Tuhan semesta alam.' Maleakhi 4:1. Sebagian dibinasakan dalam sekejap,
sedangkan yang lain menderita berhari-hari lamanya. Semua dihukum 'menurut
perbuatan mereka'" [alinea kedua].
Segala sesuatu dalam dunia di mana anda dan
saya hidup sekarang ini semuanya hanya sementara, apakah itu kesenangan maupun
kesusahan. Bahkan kematian yang dialami semua manusia di dunia inipun hanya
bersifat sementara, sebab pada akhirnya setiap orang yang pernah hidup di
planet ini akan dibangkitkan--sebagian untuk hidup kekal dan sebagian untuk
kematian abadi. Bilamana itu terjadi, segala penderitaan murid-murid Yesus yang
setia akan lenyap dari ingatan.
"Sebab penderitaan ringan yang sekarang
ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh
lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang
kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah
sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal" (2Kor. 4:17-18).
DAFTAR
PUSTAKA:
1. Dan Solis, PEMURIDAN -Pedoman
Pendalaman Alkitab SSD, Indonesia
Publishing House, Januari - Maret 2014.
2. Loddy Lintong, California,
U.S.A-Face Book.