"TUAIAN
DAN PARA PENUAI"
PENDAHULUAN
Menerapkan
metode Kristus. Pekan lalu kita sudah mempelajari perihal pentingnya regenerasi dalam kepemimpinan demi kelangsungan program pemuridan. Tugas utama seorang pemimpin dalam pekerjaan Tuhan adalah memastikan bahwa pemuridan dapat berlangsung terus dengan mendidik serta melatih murid-murid yang baru dan menyiapkan jalan bagi mereka untuk menjadi pemimpin. Kesuksesan dalam pemuridan bukan berdasarkan ilmu dan metodologi temuan manusia, melainkan meniru keteladanan Yesus Kristus dalam pemuridan. Pekan ini kita masih berbicara soal pemuridan yang akan menjadi sebagai para penuai di ladang Tuhan.
"Prinsip-prinsip dan metodologi yang
Yesus pakai harus tetap menjadi dasar rohani bagi persiapan orang Kristen
sekarang ini...Dalam perkataan lain, teori-teori pengembangan kepemimpinan
moderen jangan pernah menggantikan dasar yang Kristus sendiri telah
letakkan...Penginjilan dan penggalangan murid yang sesungguhnya itu terpusat
pada seputar (1) pengakuan akan keberdosaan kita, (2) penyesalan sejati yang
tulus, (3) kepasrahan rohani tanpa pamrih, dan (4) tekanan yang tak tertahankan
untuk menyebarluaskan pekabaran ilahi dari Allah kepada orang lain"
[alinea pertama: kalimat terakhir; alinea kedua: kalimat pertama dan kalimat
terakhir].
Tentu saja pelajaran SS ini tidak bermaksud
menafikan teori-teori dan metodologi moderen yang dikembangkan oleh kaum
intelektual Kristen yang berdasarkan hikmat surgawi telah berusaha untuk
menyediakan pedoman-pedoman berharga dalam penginjilan. Bagaimana pun gereja
sudah terberkati dengan adanya orang-orang yang dengan tulus memikirkan
cara-cara pendekatan yang berdayaguna (efisien) dan berhasilguna (efektif)
untuk kemajuan pekerjaan Tuhan, namun pada akhirnya kuasa Roh dan metode
alkitabiah adalah dasar utama dalam pemuridan.
Dunia terus berubah oleh karena pengetahuan
dan teknologi yang semakin maju, akibatnya manusia juga menjadi kian kritis
cara berpikirnya dan meningkat penalarannya. Tidak ada sesuatu gaya dan pola
pemuridan yang standar dan berlaku bagi setiap orang di semua tempat, maka
modifikasi dalam penggalangan murid adalah hal yang wajar dan bijaksana. Namun
demikian prinsip-prinsip dasar serta tujuan pokok dari pemuridan tidak pernah
berubah dari zaman Yesus, zaman rasul-rasul, hingga zaman ini. Pemuridan adalah
doktrin Kristus untuk memenangkan sebanyak mungkin jiwa-jiwa bagi Kerajaan
Allah.
1. MENARIK
JIWA DENGAN KESAKSIAN (Roti Pengemis)"Kami telah menemukan Mesias."
Cara bagaimana Yesus mendapatkan para pengikut-Nya yang pertama ditandai dengan kesaksian dari mulut ke mulut. Mula-mula adalah Yohanes Pembaptis yang menyatakan bahwa Yesus adalah "Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia" (Yoh. 1:2). Ketika pada keesokan harinya sedang bersama-sama dengan dua muridnya, yaitu Andreas dan Yohanes, Sang Pembaptis itu mengulangi kesaksiannya (Yoh. 1:35-36). Demi mendengar pernyataan yang sama dari guru mereka itu, Andreas dan Yohanes (belakangan dikenal sebagai "Yohanes Pewahyu") serentak beranjak lalu mengikut Yesus (ay. 37). Andreas yang kemudian berjumpa dengan saudaranya, Simon Petrus, langsung bersaksi, "Kami telah menemukan Mesias" (ay. 41), lalu Petrus pun menerima ajakan Andreas (ay. 41). Filipus, seorang murid pertama lainnya, juga mengajak Natanael dengan mengatakan hal yang serupa, "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi..." (ay. 43). Hal ini menunjukkan bahwa murid-murid Yesus yang pertama itu adalah pembelajar Kitabsuci yang tekun, mereka mengerti dengan istilah-istilah "Anak Domba Allah" dan "Mesias" sebagaimana tercatat dalam Taurat dan kitab para nabi itu.
Sejak dari awalnya proses pemuridan itu
berlangsung melalui kesaksian demi kesaksian, di mana orang-orang yang
sebelumnya telah mengikut Yesus dan menjadi murid-Nya itu bersaksi kepada
orang-orang lain dan dengan cara itu memuridkan mereka. Kesaksian serupa telah
dilakukan juga oleh perempuan Samaria yang bertemu dengan Yesus di Sumur Yakub
(Yoh. 4:28-30). Bahkan, seperti kata Yesus sendiri, "Jikalau Penghibur
yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa,
Ia akan bersaksi tentang Aku" (Yoh. 15:26; huruf miring
ditambahkan), sedangkan murid-murid akan juga bersaksi oleh sebab mereka itu
"dari semula bersama-sama" dengan Yesus (ay. 27). Dengan sama-sama
bersaksi tentang Yesus, murid-murid sebagai unsur manusia bekerjasama dengan
Roh Kudus sebagai unsur ilahi dalam memenangan jiwa-jiwa bagi Kristus.
"Meskipun
Yesus sendiri harus kembali ke surga, Roh Kudus telah ditugaskan untuk
menyediakan keakraban rohani yang murid-murid sudah dinikmati dalam
kehadiran-Nya...Didampingi oleh Roh, murid-murid Kristus juga akan bersaksi
tentang pelayanan Yesus. Allah tentu sudah menugaskan para malaikat, tanpa
bantuan manusia, untuk menyiarkan injil. Gantinya, Ia memilih untuk menunjuk
manusia yang berdosa, bersalah, dan tidak dapat diduga itu bagi panggilan yang
suci ini" [alinea pertama: kalimat ketiga dan tiga kalimat terakhir].Penginjilan dari mulut ke mulut.
Adalah Daniel Thambyrajah Niles (1908-1970),
seorang pendeta Metodis asal Srilanka, yang mengatakan bahwa "Kekristenan
itu seperti seorang pengemis yang memberitahukan kepada pengemis lain di mana
dia menemukan roti." Mantan petinggi di Dewan Gereja-gereja Sedunia
(menjabat sebagai sekretaris eksekutif Departemen Penginjilan, 1953) yang kaya
pengalaman dalam penginjilan itu mungkin terinspirasi oleh para pengemis
jalanan yang disaksikannya di negara-negara miskin. Kalau kita perhatikan, kaum
pengemis memiliki rasa kesetiakawanan yang cukup kuat di kalangan mereka. Jika
salah satu dari mereka mendapat roti (atau makanan apa saja), biasanya dia akan
memberitahukan kepada teman-temannya di mana dia mendapatkannya.
Prinsip
yang sama berlaku di antara para pengikut Kristus yang tidak bisa tinggal diam
untuk memberitahukan kepada orang-orang lain pengalamannya menjadi murid Yesus.
Seperti kata Petrus dan Yohanes di hadapan persidangan pemimpin agama Yahudi
yang hendak membungkam mereka, "Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak
berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar"
(Kis. 4:20). Dengarkan apa kata nabi Yeremia tentang usahanya yang sia-sia
untuk berhenti menyampaikan pekabaran Tuhan, "Tetapi apabila aku berpikir:
'Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi
nama-Nya,' maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang
menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah
untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup" (Yer. 20:9; huruf miring
ditambahkan).
"Berapa
banyak dari saluran-saluran pilihan Allah--para pemimpin yang produktif dalam
penginjilan, administrasi, dan kepemimpinan--telah diperkenalkan kepada Kristus
oleh murid-murid yang setia yang jatidiri mereka, secara manusiawi, sudah lama
dilupakan? Walaupun mereka ini bukanlah orang-orang yang terkemuka, pikirkanlah
bagaimana pekerjaan Tuhan bisa menjadi timpang kalau saja mereka tidak dengan
setia bersaksi tentang Yesus" [alinea terakhir: dua kalimat pertama].
Apa
yang kita pelajari tentang pentingnya bersaksi dalam pemuridan?1. Pemuridan hanya dapat berlangsung kalau semua murid Yesus dari zaman ke zaman menjalankan fungsi mereka sebagai saksi-saksi bagi Yesus. Anda tidak perlu menjadi seorang penginjil hebat atau penceramah ulung, tetapi cukup dengan menceritakan kepada orang lain pengalaman anda menjadi murid Kristus.
2. Seperti pengemis yang gembira mendapatkan roti akan memberitahukan kepada teman-temannya dari mana roti itu diperoleh, demikianlah seorang murid Kristus yang bahagia akan menggebu-gebu untuk bersaksi tentang Yesus. Artinya, jika anda tidak bersemangat untuk bersaksi menandakan bahwa kehidupan Kristiani anda tidak memuaskan.
3. Bersaksi bagi Yesus bukan untuk mencari nama atau mendulang pujian, melainkan harus karena terdorong oleh desakan yang timbul dari dalam diri sendiri yang sulit dibendung. Banyak saksi-saksi Kristus yang telah berjasa membesarkan pekerjaan Tuhan yang tidak banyak diketahui orang, tapi Yesus mengenal mereka.
2. MENUNGGU
PETUNJUK ROH KUDUS (Ketika Yesus Mendorong Kesabaran)
Memahami
halangan dalam penginjilan.
Meskipun Yesus
sudah mengamanatkan kepada para murid yang mula-mula itu tentang tugas mereka
untuk menjadi saksi-saksi-Nya, mereka tidak harus bersaksi secara terburu-buru
sebelum diperlenngkapi oleh kuasa Roh Kudus. "Kalianlah saksi-saksi dari
semuanya itu. Dan Aku sendiri akan mengirim kepadamu apa yang sudah dijanjikan
oleh Bapa. Tetapi kalian harus tetap menunggu di kota ini sampai kuasa dari
Allah meliputi kalian," katanya (Luk. 24:48-49, BIMK; huruf miring
ditambahkan). Bahkan dalam pengalaman Paulus dan Silas, ketika mereka hendak
masuk ke wilayah Asia di sebelah timur (yaitu Asia Kecil, sekarang Turki) untuk
bersaksi di tempat itu, Roh Kudus menahan langkah mereka (Kis. 16:6-7). Lalu
mereka berencana untuk masuk ke daerah Bitinia (salah satu provinsi di Asia
Kecil), tapi kembali Roh mencegah mereka. Mengapa? Karena Tuhan mempunyai
prioritas lain bagi mereka, yaitu menginjil ke wilayah Masedonia (Eropa) di
sebelah barat (ay. 9-10).
"Rasul
Paulus telah menyusun rencana-rencana ambisius untuk memasuki Bitinia, tetapi
Paulus yang berkemauan keras itu pun peka terhadap tuntunan Allah dan menerima
gantinya menolak campur tangan Roh. Sang rasul bersedia menerima arahan Roh
yang malah mengutus dia ke Makedonia. Banyak sekali mujizat yang menyertai
usahanya di sana. Kalau saja Paulus langsung menuruti rencana-rencananya, missi
di Eropa sudah terhenti tanpa batas waktu" [alinea terakhir].Jadi, "kesabaran" yang dimaksud di sini adalah mengesampingkan ambisi pribadi dalam penginjilan dan tunduk kepada arahan Tuhan melalui Roh Kudus-Nya. Sebagaimana telah kita pelajari sebelumnya, pemuridan tidak mengenal batasan golongan dan kelompok etnis sebab perintah Yesus ialah "jadikanlah semua bangsa murid-Ku" (Mat. 28:19), namun demikian kita harus peka terhadap bisikan Roh yang mengarahkan kita ke mana usaha pemuridan itu harus diprioritaskan. Semangat penginjilan di pihak manusia mesti diselaraskan dengan kehendak ilahi demi mencapai sasaran terbaik pada waktu yang terbaik.
Panggilan
dari Makedonia.
Alkitab mencatat bahwa dua kali Paulus dan
Silas berusaha memasuki wilayah Asia Kecil untuk menginjil, tetapi tidak
dijelaskan bagaimana caranya Roh Kudus menghalangi usaha mereka itu. Kita
meyakini bahwa anak kalimat "Roh Yesus menghalangi mereka" (Kis.
16:7) adalah kata-kata yang diilhamkan oleh Roh Kudus kepada Lukas selaku
penulis kitab Kisah Para Rasul, itu bukan kesimpulan dari Lukas sendiri. Tentu
saja semula Paulus dan Silas tidak menyadari bahwa rintangan memasuki wilayah
Asia Kecil itu adalah kehendak Allah, kalau tidak mereka tidak akan mencoba
sampai dua kali. Pada malam hari ketika Paulus mendapat mimpi tentang seorang
Makedonia yang berdiri memanggil mereka, "Menyeberanglah kemari dan
tolonglah kami" (ay. 9), barulah Paulus mengerti "bahwa Allah telah
memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana" (ay.
10).
Makedonia adalah sebuah wilayah di sebelah
utara Yunani yang terletak di bagian tenggara benua Eropa, dan pada abad
pertama termasuk daerah jajahan kekaisaran Romawi. Masuknya pekabaran injil di
Makedonia memulai era pemuridan di benua Eropa yang telah mengubah peta
penginjilan dunia di zaman rasul-rasul. Jemaat-jemaat penting yang kemudian
ditahbiskan oleh Paulus di tempat ini adalah Filipi dan Tesalonika, serta
Korintus di bagian selatan.
Yesus
mengerti bahwa kecuali murid-murid juga mengalami kebergantungan ini, kemajuan
kerajaan itu telah berada dalam keadaan bahaya yang serius. Sebaliknya, kalau
mereka mempelajari pelajaran ini sejak awal, masa depan pelayanan mereka akan
ditentukan demi pencapaian surgawi. Karena itu perintah-Nya adalah
Tunggu...Kristus menghendaki umat percaya zaman moderen menguasai pelajaran itu
juga. Orang-orang Kristen yang berniat baik tetapi percaya diri apabila tidak
bersedia menunggu dengan sabar tuntunan Roh dapat mempermalukan diri mereka
sendiri dan kerajaan Allah" [alinea pertama: tiga kalimat terakhir; alinea
kedua].
Apa
yang kita pelajari tentang nasihat untuk bersabar dalam menjalankan
penginjilan?
1.
Kapankah anda merasa bahwa usaha penginjilan anda yang sudah direncanakan
dengan baik seperti terhalang? Mungkin Tuhan mempunyai maksud lain yang berbeda
dari rencana anda itu, seperti yang dialami oleh Paulus dan Silas. Jangan putus
asa, tapi mintalah petunjuk Roh Tuhan.
2.
Meskipun penginjilan adalah perintah Tuhan, kita tidak dapat melaksanakannya
dengan kemampuan sendiri. Perlu kesabaran untuk menunggu Roh Kudus
memperlengkapi diri anda dan mengarahkan langkah anda. Halangan dalam
penginjilan sering diizinkan Tuhan terjadi sebagai suatu tanda.
3. Pada
zaman ini "panggilan dari Makedonia" masih akan terus bergema
terhadap kita kalau rencana penginjilan kita tidak selaras dengan rencana
ilahi. Setiap murid Kristus harus peka terhadap "wilayah Makedonia"
ataupun "orang Makedonia" agar sesuatu tempat atau seseorang tidak
terlewatkan dari usaha pemuridan kita.3. MEMAHAMI KEWENANGAN DARI KRISTUS (Menjalankan Kewenangan)
Tentang
"mengikat atau melepaskan" dan "pengampunan dosa.
" Ketika
Yesus berkata kepada Petrus, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang
ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu
akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan
terikat di surga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di
surga" (Mat. 16:18-19; huruf miring ditambahkan), bukan berarti
bahwa Petrus diberi kewenangan untuk menentukan seseorang boleh masuk surga
atau tidak seperti yang mungkin pernah anda dengar. "Kunci kerajaan
surga" yang dimaksud di sini adalah "jalan masuk ke surga" yaitu
melalui pemuridan. Sedangkan ungkapan "terikat dan terlepas" (Grika: deō dan lyō;
Ibrani: 'asar dan hittir) merujuk kepada istilah yang
lazim digunakan oleh rabi-rabi (guru-guru agama Yahudi), bahwa mereka berwenang
untuk menyatakan "apa yang dilarang" dan "apa yang tidak
dilarang" menurut hukum agama. Tetapi Yesus memberikan otoritas itu kepada
Petrus dan murid-murid yang lain.
Kristus juga memberi kewenangan istimewa
lainnya kepada murid-murid yang pertama. Pada hari Minggu malam setelah Yesus
dibangkitkan, Ia mendatangi tempat di mana murid-murid dan para pengikut-Nya
sedang berkumpul. Kepada mereka Yesus berkata, "Terimalah Roh Allah. Kalau
kalian mengampuni dosa seseorang, Allah juga mengampuninya. Kalau kalian tidak
mengampuni dosa seseorang, Allah juga tidak mengampuninya" (Yoh. 20:22-23,
BIMK). Selama berabad-abad Gereja tertentu telah menggunakan ayat ini untuk
menjadi dasar dari otoritas penghapusan dosa yang mereka jalankan. Tetapi
Petrus sendiri menyatakan, "Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan
kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah
menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. Tentang Dialah
semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat
pengampunan dosa oleh karena nama-Nya" (Kis. 10:42-43; huruf miring
ditambahkan).
"Sebagaimana
Bapa menugaskan Yesus, demikianlah Kristus menugaskan murid-murid-Nya. Melalui
Roh, Bapa menanamkan kuasa ilahi pada Kristus. Melalui Roh, Yesus juga
menanamkan pada murid-murid-Nya kuasa ilahi yang sepadan dengan penugasan
mereka di bumi ini. Tidak seorang pun pengikut yang perlu khawatir bahwa
Kristus menyepelekan mereka. Setiap kecakapan, talenta, kemampuan, dan kekuatan
yang diperlukan sudah diberikan" [alinea ketiga].Kewenangan murid-murid zaman ini.
Pertanyaan yang menarik ialah: Kalau Yesus telah memberi kewenangan kepada murid-murid-Nya yang pertama dulu, apakah ada juga kewenangan untuk murid-murid-Nya pada zaman ini, dan dalam hal apa? Sebagai pengikut Kristus zaman ini, kita adalah murid-murid Yesus juga. Kewenangan yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya yang pertama dulu itu juga berlaku pada kita, khususnya kewenangan untuk menjalankan pemuridan melalui penginjilan. Seperti kata Yohanes Pembaptis, "Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas" (Yoh. 3:34).
"Keteladanan Yesus berbicara nyaring di sini. Jika ada seseorang yang pernah memiliki hak untuk menahan kewenangan dan mendiktekan tingkah laku, tentunya itu Kristus. Sebaliknya Ia memberikan kewenangan kepada orang lain, menugaskan mereka untuk bekerja tanpa kehadiran-Nya di mana satu-satunya pengaruh-Nya adalah petunjuk dan keteladanan-Nya lalu mengutus mereka untuk melayani dan bersaksi" [alinea terakhir].
Pena
inspirasi menulis: "Roh Kudus sudah turun ke atas orang-orang yang
mengasihi Kristus. Dengan ini mereka akan disanggupkan, di dalam dan melalui
kemuliaan Kepala mereka, untuk menerima setiap anugerah yang perlu demi
memenuhi missi mereka. Pemberi hidup itu memegang dalam tangan-Nya bukan saja
kunci maut, melainkan seluruh kekayaan surga. Segala kuasa di surga dan di bumi
telah diberikan kepada-Nya, dan dengan mengambil tempat-Nya di pengadilan
surgawi Ia dapat membagikan berkat-berkat ini kepada semua orang yang menerima
Dia" (Ellen G. White, The Bible Echo, 22 Mei 1899).
Apa
yang kita pelajari tentang kewenangan yang Kristus berikan kepada pengikut-Nya?
1.
Kewenangan yang Kristus berikan kepada murid-murid-Nya lebih bersifat penugasan
ketimbang sebagai hak prerogatif yang bersifat menghakimi orang lain. Sebagai
murid Kristus, kita tidak berhak untuk membenarkan ataupun mempersalahkan, tapi
kita berhak untuk mendoakan orang lain.
2.
Sebagaimana Allah telah mengutus Yesus Kristus untuk menyiapkan jalan keselamatkan
bagi manusia, demikianlah Yesus Kristus juga mengutus murid-murid-Nya untuk
menunjukkan jalan keselamatan itu kepada orang-orang lain, dan untuk itu mereka
diberi kuasa oleh Roh Kudus.
3.
Dengan cara yang sama Yesus Kristus juga menugaskan kita untuk menyampaikan
kabar selamat ini kepada orang-orang lain yang dapat kita jangkau, dan dengan
cara yang sama pula kuasa Roh Kudus itu diberikan kepada anda dan saya untuk
menyanggupkan kita melaksanakan tugas itu.
4. MENGGARAP
LADANG TUHAN (Pekerja-pekerja Untuk Penuaian)
Tuaian
sudah masak.
Bagi anda yang memiliki pengalaman bertani,
atau setidaknya gemar bercocok-tanam di halaman rumah sekadar rekreasi, tentu
pernah merasakan betapa senangnya memanen hasil dari kebun sendiri. Tanaman itu
bisa berupa sayur-sayuran, buah-buahan, atau juga bunga-bungaan. Apa yang
membuat anda bergairah untuk memetik hasil tanaman itu? Ya, tentu saja, ketika
melihat tanaman itu sudah matang dan siap dipetik. Ada jenis-jenis buah yang
menguning, memerah, atau menghitam sebagai tanda siap dituai, sementara untuk
jenis-jenis sayuran yang telah cukup tua untuk dipanen juga akan memperlihatkan
tanda-tanda tertentu. Tetapi, apa jadinya dengan hasil tanaman yang tidak
dipanen, karena anda terlampau sibuk? Kalau pada hari-hari ini anda berkunjung
ke kota Redlands dan Loma Linda di California Selatan, tempat yang terkenal
sebagai penghasil buah jeruk berbagai jenis, anda bisa menyaksikan buah-buah
jeruk yang jatuh berserakkan di bawah pohon karena terlalu matang dan belum sempat
dipanen. Membusuk.
Ketika hidup di dunia ini Yesus pernah
merasa sedih karena melihat orang-orang yang "terlantar seperti domba yang
tidak bergembala" (Mat. 9:36), sehingga Dia berkata, "Tuaian memang
banyak, tetapi pekerja sedikit.
Karena
itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan
pekerja-pekerja untuk tuaian itu" (ay. 37-38). Dari zaman Yesus hidup di
dunia sampai sekarang ini ladang Tuhan selalu sarat dengan tuaian yang siap
untuk dipanen, dan selalu kekurangan penuai-penuai untuk memanennya. Parahnya
lagi, banyak murid-murid Kristus yang tidak dapat melihat saratnya tuaian dan
kurangnya penuai.
"Tuaian rohani berlimpah, tetapi para
penuainya langka. Tanah hati sudah siap, bibit rohani sudah ditanam; bertunas,
sarat berembun, sinar matahari berlimpah mendorong pertumbuhan yang luar biasa.
Jiwa-jiwa yang sudah masak menanti penuaian, tetapi di manakah para penuai itu?
Dengan menggunakan gambaran kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti,
Yesus berusaha untuk membangkitkan semangat yang menjalar" [alinea
pertama].Jangkauan ke luar dan ke dalam.
Benar, ladang Tuhan bukan hanya di luar
gereja tapi juga di dalam gereja. Kepada jemaat di Korintus Paulus berkata,
"Kamulah ladang Allah, bangunan Allah" (1Kor. 3:9). Artinya, penuaian
di dalam jemaat itu sama pentingnya dengan penuaian di luar jemaat. Pemuridan
tidak berhenti setelah seseorang dibaptis dan menjadi bagian dari
"bangunan Allah." Namun, pemuridan di dalam jemaat harus lebih
bertujuan menyiapkan penuai-penuai pergi keluar dan memanen jiwa-jiwa baru
untuk dibawa masuk ke dalam lumbung Tuhan. Jemaat yang tidak menghasilkan
penuai-penuai adalah jemaat yang tidak bertumbuh untuk melaksanakan prinsip
pemuridan yang berkelanjutan, murid menghasilkan murid.
"Terkadang orang-orang Kristen
mengidamkan persekutuan mereka dengan orang-orang percaya lainnya dan
berkelompok, tanpa peduli melewatkan para pencari dunia yang telah masak bagi
penuaian. Mungkin tidak menyadari pertanggungjawaban ilahi mereka terhadap
jiwa-jiwa yang sedang binasa itu, mereka menyibukkan diri dengan
kegiatan-kegiatan gereja, tanggungjawab sebagai warganegara, perawatan
bangunan, dan proyek-proyek bermanfaat lainnya yang diabdikan untuk memelihara
status quo" [alinea kedua: dua kalimat pertama].
Sebagai apa anda terpanggil? Bersediakah
anda meninggalkan "zona kenyamanan" (comfort zone) anda,
lalu pergi keluar untuk mencari jiwa? Para penuai selalu diperlukan untuk pergi
ke ladang-ladang yang sudah siap dituai, mungkin ke tempat yang tidak pernah
dijangkau sebelumnya. Kalau karena sesuatu alasan yang patut kita tidak bisa
pergi ke sana, setidaknya kita bisa berdoa kepada Tuhan sebagai "yang
empunya tuaian" agar mengutus para penuai yang bersedia untuk pergi.
Apa
yang kita pelajari tentang tuaian yang berlimpah dan kurangnya penuai?
1.
Berbeda dari keadaan murid-murid yang pertama ketika ladang Tuhan baru mulai
dibuka, sehingga mereka harus pergi berpencar untuk menuai, pada zaman ini
ladang kita ada di sekeliling kita. Anda tidak perlu pergi menuai di "ladang
orang" untuk melaksanakan tugas penuaian.
2.
Mengenali tanaman yang siap dipanen tentu lebih mudah karena adanya tanda-tanda
fisik, dibandingkan mengenali jiwa yang siap dituai. Tetapi dengan bantuan Roh
Kudus dan kepekaan kita, sebenarnya kita bisa mengetahui jiwa-jiwa yang sudah
cukup matang untuk dituai.
3.
Sementara kegiatan di dalam gereja itu penting, kita tidak dapat menjadikan hal
itu sebagai alasan untuk tidak melakukan penuaian di luar jemaat. Jangkauan ke
luar dan ke dalam itu sama penting dalam program pemuridan dan penuaian.
5. CARI
DAN SELAMATKAN (Hilang dan Ditemukan)
Terfokus
pada orang berdosa.
Tidak sukar mencari orang berdosa di
dunia ini, sebab "semua orang telah berbuat dosa" (Rm. 3:23); yang
sulit adalah menemukan orang berdosa untuk diselamatkan. Tatkala Yesus
melihat Petrus dan Andreas sedang menjala ikan di pesisir danau Galilea, Ia
memanggil mereka dengan berkata: "Mari, ikutlah Aku dan kamu
akan Kujadikan penjala manusia" (Mrk. 1:17). Sebagaimana dalam menjala
ikan seorang nelayan tidak bisa memilih ikan mana yang ingin ditangkapnya,
demikian pula dalam "menjala" manusia kita tidak dapat memilih
jiwa-jiwa seperti apa saja yang menjadi sasaran. Setiap jiwa berharga bagi
Tuhan, apapun latar belakangnya.
"Melalui pengajaran dan keteladanan
pribadi Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk bergaul dengnan orang-orang
berdosa, bahkan orang-orang yang memiliki nama jelek seperti para pelacur dan
pemungut cukai. Bagaimana lagi mereka akan memuridkan seluruh dunia? Pengajaran-Nya
seringkali terfokus pada orang-orang berdosa ini. Penyebutan-Nya terhadap
mereka sebagai 'yang hilang' menunjukkan betapa berbelaskasihannya Yesus
itu" [alinea pertama: empat kalimat pertama].
Untuk menemukan jiwa-jiwa yang
"hilang" itu dengan sendirinya menjadikan anda dan saya sebagai
"pencari" jiwa. Sebagai pencari kita berada di pihak yang aktif,
sedangkan jiwa-jiwa itu di pihak yang pasif karena hanya bisa menunggu. Selaku
pencari jiwa yang serius acapkali kita dituntut untuk proaktif dan menerapkan
gaya "jemput bola" demi menemukan jiwa-jiwa itu. Dalam beberapa kasus
seorang pencari jiwa bahkan harus lebih agresif jika harus merebut jiwa itu
dari tangan iblis.
Mencari
dengan perasaan kasih.
Saya pernah kehilangan bagasi dalam suatu penerbangan
domestik ke Jakarta yang membuat saya harus menunggu selama beberapa hari
dengan perasaan harap-harap cemas. Bukan saja karena ada beberapa barang
berharga di dalam kopor yang "nyasar" itu, tapi lebih penting lagi
karena di dalamnya terdapat oleh-oleh istimewa yang tidak begitu gampang
didapat. Ketika bagasi itu kemudian diantar ke rumah dalam keadaan utuh, baru
saya merasa lega. Bukan itu saja, tapi hal ini membuat saya jadi begitu
menghargai bagian pelayanan "Lost and Found" dari perusahaan penerbangan
itu. Namun, di lain waktu saya juga pernah kehilangan sebuah kamera SLR produk
terbaru yang tertinggal di kabin penumpang, dan tidak pernah kembali. Dua
pengalaman dengan akhir dan perasaan yang berbeda. Kehilangan barang adalah hal biasa dalam hidup kita, tetapi kehilangan jiwa-jiwa sangat menyusahkan perasaan Yesus Kristus yang telah mati untuk menebus jiwa-jiwa itu. "Di seluruh injil, Yesus mendorong umat percaya untuk menjadi pencari-pencari. Ia ingin kita agar mengasihi dan menjangkau ke luar pada mereka yang hilang, tidak peduli orang-orang seperti apa mereka itu atau kehidupan macam apa yang mereka jalani" [alinea ketiga]. Dari tiga perumpamaan Yesus yang tercatat dalam injil Lukas pasal 15--tentang domba, uang dirham, dan anak yang hilang--kita menemukan ungkapan emosional ilahi sehubungan dengan ditemukannya kembali jiwa-jiwa yang hilang. Ada suatu sukacita besar di surga bilamana satu jiwa yang tersesat dibawa pulang ke rumah Bapa. Yesus berkata, "Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat" (ay. 10).
Pena
inspirasi menulis: "Semua sumberdaya surga berada di bawah perintah mereka
yang berusaha menyelamatkan yang hilang. Malaikat-malaikat akan menolong anda
menjangkau orang yang paling bersikap masabodo dan paling mengeraskan hati. Dan
bilamana satu orang dibawa kembali kepada Allah, segenap surga bersukacita;
para malaikat serafim dan kerub memainkan kecapi emas mereka dan bernyanyi
memuji Allah dan Anak Domba karena belas kasihan dan kebaikan penuh kasih
terhadap anak-anak manusia" (Ellen G. White, Christ's Object Lessons, hlm.
197).
Apa
yang kita pelajari tentang menemukan yang hilang?
1.
Kitabsuci menyamakan orang-orang yang hidup dalam dosa dan akan binasa itu
sebagai jiwa-jiwa yang hilang. Ada yang seperti domba sesat terbawa arus
keduniawian, ada yang seperti uang dirham tidak tahu kalau dirinya hilang dan
tak bisa pulang sendiri, ada yang murtad seperti anak bungsu yang tinggalkan
rumah.
2. Ada
suatu perbedaan besar antara mencari jiwa-jiwa sekadar menjalankan perintah
Yesus dengan mencari jiwa-jiwa karena rasa prihatin terhadap jiwa-jiwa itu.
Seorang pencari jiwa sejati menginjil karena mengasihi jiwa-jiwa itu agar tidak
binasa, dan untuk itu mereka siap untuk berkorban.3. Terkadang sukacita di surga lebih gegap-gempita menyambut satu jiwa yang bertobat, dibandingkan dengan kegembiraan di antara murid-murid Kristus sendiri. Membayangkan segenap surga bergembira atas satu jiwa yang bertobat seharusnya menjadi pemicu untuk mencari lebih banyak jiwa lagi.
Kita mempelajari pengalaman murid-murid Yesus yang mula-mula dalam usaha menyelamatkan jiwa-jiwa bukan sekadar menjadi bahan informasi belaka, tetapi pengalaman mendetil itu disusun untuk menjadi sumber inspirasi dalam pekerjaan penginjilan untuk zaman ini. Murid-murid yang pertama itu berhasil dalam penginjilan sebab mereka telah menyiapkan diri dengan serius untuk pekerjaan itu, memperlengkapi diri dengan kuasa ilahi, dan bekerja tanpa pamrih serta bersedia untuk berkorban.
"Murid-murid
merasakan kebutuhan rohani mereka dan berseru kepada Tuhan untuk pengurapan
minyak kudus yang melayakkan mereka bagi pekerjaan penyelamatan jiwa-jiwa.
Mereka tidak meminta berkat hanya untuk diri mereka sendiri. Mereka diberati
dengan beban penyelamatan jiwa-jiwa" [tiga kalimat pertama].
Setiap orang harus mendengar Kabar Baik
tentang keselamatan oleh percaya, dan untuk itu tugas anda dan saya untuk
menyampaikan kabar keselamatan itu kepada orang-orang lain dengan siapa kita
berinteraksi setiap hari. Mungkin kita harus mengubah cara pandang kita
terhadap orang lain: rekan bisnis sebagai jiwa-jiwa untuk diselamatkan; teman
bergaul sebagai jiwa-jiwa yang harus diselamatkan; rekan sekerja sebagai
jiwa-jiwa yang akan diselamatkan.
"Sebab,
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana
mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang
Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang
memberitakan-Nya?" (Rm. 10:13-14).
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Dan Solis, PEMURIDAN -Pedoman
Pendalaman Alkitab SSD, Indonesia
Publishing House, Januari - Maret 2014.
2. Loddy Lintong, California, U.S.A-Face Book