“Bagi Dia, yang mengasihi kita …,DAN YANG TELAH
MEMBUAT KITA MENJADI SUATU KERAJAAN, MENJADI IMAM-IMAM BAGI ALLAH, BAPANYA--…bagi
Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin”(Wahyu 1:5,6).
KITA BERHARGA DIMATA ALLAH.
Tidak peduli seberapa buruk keadaan, Allah bisa memakai keadaan itu
sebagai batu loncatan menuju kebesaran. Saat
Anda merasa sepertinya keadaan tidak mendukung Anda, semua orang menentang
Anda, mudah untuk bertanya apakah hidup ini masih berarti untuk dijalani.
Namun, Wahyu menegaskan bahwa kita diangkat kepada status raja dan imam
dalam Yesus Kristus. Jadi ketika Anda
berpikir bahwa Anda bukan siapa-siapa, tidak ada yang peduli, ambillah buku
Wahyu dan singkirkan pikiran-pikiran itu dengan pernyataan jelas dari Firman
Tuhan!.
Gantinya bukan siapa-siapa, melalui Yesus Kristus kita telah diangkat ke
tempat yang tertinggi. Kitab Wahyu bukan
hanya mengatakan kepada kita siapa Yesus Kristus, tetapi juga siapa kita di
dalam Dia
“Christ has constituted His church a “kingdom” and its individual
members “priest”. To be a member of the
kingdom is to be a “priest”. Compare the
“royal priesthood” of 1 Peter 2:9. Those
who have accepted salvation in Christ make up a kingdom whose king is
Christ. Reference here is to the kingdom
of divine grace in the hearts of men(see on Matt.4:17). A priest may regarded as one who presents offerings
to God(cf.Hebr.5:1; 8:3), and in this sense every Christian has the privilege
of presenting “spiritual sacrifices”—prayer, intercession, thanksgiving, glory—to
God(see 1 Peter 2:5,9). Because every
Christian is a priest, he may approach God on his own behalf, without the
mediation of another human being, and on behalf of others Christ is our mediator(1 Tim.2:5), our great “high
priest,” and through Him it is our privilege to “come boldly unto the throne of
grace, that we may obtain mercy, and find grace to help in time of need”. (Heb.4:15,16).”
"Kristus telah mengangkat gereja-Nya
“kerajaan” dan
masing-masing anggota sebagai “imam ". Untuk menjadi anggota kerajaan adalah menjadi "imam".
Bandingkan "kerajaan imam" dalam 1 Petrus
2:9. Mereka yang telah menerima keselamatan dalam Kristus membuat sebuah
kerajaan yang rajanya adalah Kristus. Referensi di sini adalah kerajaan rahmat
ilahi dalam hati manusia (lihat di Matt.4: 17). Seorang imam dapat dianggap
sebagai salah seorang yang menyajikan persembahan kepada Tuhan (bdk.Ibr.5: 1; 8:3), dan dalam pengertian ini setiap orang
Kristen memiliki hak istimewa untuk menyajikan "pengorbanan spiritual"-yakni doa, pengantaraan/safaat, syukur, kemuliaan--bagi Allah
(lihat 1 Petrus 2:5,9). Karena setiap orang Kristen adalah imam, ia dapat
mendekati Tuhan atas nama dirinya sendiri, tanpa perantaraan manusia lain, dan atas nama orang lain Kristus
adalah pengantara kita (1 Tim.2: 5), "Imam
Besar
kita” yang Agung," dan melalui Dia itu adalah kehormatan bagi kita untuk "datang dengan penuh keberanian menghampiri
takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia
untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya ". (Ibr.4: 15,16) ".
Yesus
membuat kita ‘menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, BapaNya’
(ay 6a).
Apa yang
dahulu ditujukan kepada Israel (Kel 19:6), sekarang ditujukan kepada
Gereja / orang kristen.
William
Hendriksen: “Observe also that the characterization ‘kingdom ...
priests’, which was formerly applied to Israel (Ex. 19:6), is now applicable to
believers collectively, that is, to the Church. In the Church Israel lives on”
[= Perhatikan juga bahwa ciri ‘kerajaan ... imam’, yang dulu diterapkan kepada
Israel (Kel 19:6), sekarang diterapkan kepada orang-orang percaya secara
kolektif, yaitu kepada Gereja. Dalam Gereja Israel hidup terus] - hal 53.
Dalam
penderitaan, keadaan ditindas, dihina oleh dunia, miskin, sakit, dsb, kita
harus senantiasa menyadari kedudukan kita yang tinggi di hadapan Allah ini.
a)
‘kerajaan’.
Pulpit
Commentary: “‘Kingdom,’ not ‘kings,’ is the right reading. Christians
are nowhere said to be kings. Collectively they are a kingdom - ‘a kingdom of
priests’” (= ‘Kerajaan’, bukan ‘raja-raja’, merupakan pembacaan yang benar.
Orang-orang kristen tidak pernah disebut sebagai raja-raja. Secara kolektif
mereka merupakan suatu kerajaan - ‘suatu kerajaan imam-imam’) - hal 4.
b)
‘imam’.
Ada beberapa pandangan
tentang mengapa orang kristen disebut ‘imam’.
·
Ada yang mengatakan bahwa kita disebut imam, karena kita adalah
pengantara antara dunia dengan Allah. Tugas kita membawa mereka kepada Allah /
Yesus (Mat 28:19-20), dan juga berdoa bagi mereka (bdk. 1Tim 2:1-2).
·
Ladd berkata bahwa kita disebut imam bukan karena kita adalah
pengantara antara dunia dan Allah, tetapi karena kita tidak membutuhkan
pengantara manusia untuk bisa datang kepada Allah.
·
Barclay berkata bahwa dalam Perjanjian Lama, hanya imam yang
mempunyai akses kepada Allah. Sekarang kita yang percaya kepada Kristus disebut
imam karena kita mempunyai akses kepada Allah (bdk. Ibr 4:16 10:19-22).
Leon Morris mengatakan
bahwa harus diperhatikan bahwa yang disebut imam adalah orang kristen biasa,
bukan orang kristen yang mempunyai jabatan tertentu. Bandingkan ini dengan
pastor dalam gereja Roma Katolik, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut ‘priest’
(= imam).
Karena 2 hal di atas ini,
maka diberikan pujian bagi Yesus yang berbunyi ‘bagi Dialah kemuliaan dan kuasa
sampai selama-lamanya. Amin’.
Memang kita harus selalu
memuji Yesus, karena Yesus telah mengasihi kita dan rela mencurahkan darahNya
untuk menebus kita, dan bahkan telah mengangkat kita ke kedudukan yang begitu
tinggi!.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Jon
Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
2.
The
SDA Bible Commentary, Jilid 7, U.S.A: Review and Herald Publishing Association,
Revised, 1980.
3.
Pdt.
Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.