“Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia
Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu,…DARI YESUS KRISTUS”
(Wahyu 1:4,5)
Membuka gambaran lebih jelas tentang Yesus
Pada kata-kata pembukaan kebanyakan buku,
penulis menyampaikan tujuan penulisan buku kepada pembaca. Kitab Wahyu juga demikian. Delapan ayat pertama kitab ini membentuk
prolog menyajikan tema utama serta maksud kitab. Namun demikian, gaya prolog(Wahyu 1:1-8),
berbeda daripada isi keseluruhan Kitab.
Gaya bahasanya khas Perjanjian Baru, cukup normal dan terus terang.
Akibatnya, isi pendahuluan sangat berbeda
dibanding bahasa apokaliptik yang dipakai dalam sisa isi buku Wahyu, yang
dipenuhi gambar simbolik kompleks membingungkan penafsir selama hampir 2000
tahun.
Apakah yang akan Anda lakukan dengan kitab
yang menggambarkan seekor binatang macan tutul berkepala tujuh dan bertanduk 10
dan kaki seekor beruang(Wahyu 13:1,2), di mana rajawali berbicara(Why 8:13),
tetapi kota-kota besar bungkam(Why 18:22,23), dan di mana darah mengalir
setinggi kekang kuda(Why. 14:20)?
Dengan gambar-gambar seperti itu, tidaklah
mengherankan jika ada 12 orang mencoba menafsirkan buku Wahyu, mereka akan
muncul dengan 13 pendapat berbeda tentang apa arti buku ini!.
Kabar baiknya adalah bahwa sebelum Anda
masuk lebih dalam, Yohanes memberitahukan kepada Anda mengapa ia menulis buku
itu dalam bentuk prosa bahasa sederhana.
Buku Wahyu memiliki fokus kuat pada
peristiwa zaman akhir (Why.1:1,7).
Tetapi di atas segalanya, tema buku ini adalah Yesus. Wahyu ini berasal dari-Nya (ayat 1),
merupakan kesaksian-Nya(ayat 2) dan didasarkan pada kematian-Nya,
kebangkitan-Nya, dan pekerjaan-Nya bagi kita(ayat 5,6). Hal ini perlu di ingat (jangan lupa), tidak
peduli betapa membingungkan isi buku ini selanjutnya.
Anda lihat, buku Wahyu bagaikan sebuah
teka-teki. Dan semua orang menyukai
teka-teki. Teka-teki ada supaya Anda
memecahkannya.
Dalam buku Wahyu kunci teka-teki adalah
Yesus Kristus!. Tidak peduli seberapa
aneh gambaran yang kita lihat, hal yang pasti adalah penafsiran benar untuk
setiap ayat kitab wahyu akan selalu membuka gambaran lebih jelas tentang Yesus.
Ay 4a:
“Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai
sejahtera menyertai kamu”.
1) Ini
menunjukkan bahwa Kitab Wahyu ini sebetulnya adalah sebuah surat.
Kebanyakan
surat-surat dalam Perjanjian Baru dimulai dengan salam dari penulis kepada
pembaca / penerima surat, dan salam itu biasanya berbentuk berkat. Berkat seperti
itu bukanlah sekedar merupakan suatu ‘wish’ (= keinginan) dari penulis,
tetapi merupakan Firman Allah yang betul-betul memberkati umat Allah yang
mendengar dan mempercayainya.
2)
Buku / surat ini ditujukan kepada 7 jemaat / gereja, yang ada di Asia Kecil.
a)
‘Asia Kecil’.
Kata ‘Kecil’ ini seharusnya
tidak ada, dan yang dimaksud dengan ‘Asia’ bukanlah benua Asia yang sekarang
kita kenal.
Steve
Gregg: “These churches were in Asia, which was not, as now, the
name of a continent, but of a Roman province, identified with modern Turkey”
(= Gereja-gereja ini ada di Asia, yang tidak seperti sekarang dimana itu
merupakan nama suatu benua, tetapi suatu Propinsi Romawi, identik dengan Turki
modern) - hal 54.
b)
Bilangan 7 dalam Kitab Wahyu.
Bilangan / simbol 7 keluar
/ digunakan sangat banyak, menurut Homer Hailey dan William Barclay bilangan
ini keluar sebanyak 54 x dalam Kitab Wahyu.
Misalnya:
7 gereja / jemaat (1:4 2:1,8,12,18 3:1,7,14).
7 Roh Allah (1:4 4:5 5:6).
7 meterai (6:1,3,5,7,9,12 8:1).
7 sangkakala (8:6,7,8,10,12 9:1,13 11:15).
7 guruh (10:3).
7 cawan (16:1,2,4,8,10,12,17).
7 kepala (12:3 13:1).
7 berkat / ucapan bahagia (1:3 14:13 16:15 19:9
20:6 22:7 22:14).
Bilangan 7 ini merupakan
bilangan sempurna yang menyimbolkan ‘completeness’ / ‘fulness’ (=
kelengkapan / kesempurnaan / kepenuhan).
c)
7 jemaat / gereja.
Ke 7 jemaat itu disebutkan namanya dalam Wah 1:11 dan Wah 2-3.
Dalam peta ke 7 kota itu, mulai dari Efesus, Smirna, Pergamum, Tiatira, Sardis,
Filadelfia, Laodikia, membentuk irregular circle (= lingkaran yang tidak
rata).
Arti dari ‘7 jemaat / gereja’.
William
Hendriksen: “These seven churches represent the entire Church
throughout this dispensation” (= 7 gereja ini mewakili seluruh Gereja di
sepanjang jaman ini) - hal 52.
William
Barclay: “Seven is the perfect number because it stand for
completeness. It is, therefore, suggested that, when John wrote to seven
Churches, he was, in fact, writing to the whole Church” (= 7 adalah
bilangan sempurna karena itu berarti kelengkapan. Karena itu diusulkan bahwa pada
waktu Yohanes menulis kepada 7 Gereja, sebenarnya ia menulis kepada seluruh
Gereja) - hal 29.
John
Stott: “The seven churches of Asia, though historical, represent
the local churches of all ages and of all lands” (= Tujuh gereja Asia,
sekalipun bersifat sejarah, mewakili gereja-gereja lokal dari semua jaman dan
semua tempat) - hal 13.
3)
Bunyi salamnya: “Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu” (ay
4).
a)
Kasih Karunia.
‘Kasih karunia’ adalah
kebaikan Allah yang diberikan kepada mereka yang tidak layak mendapatkannya.
Sebagai orang berdosa kita layaknya langsung dimasukkan ke neraka
selama-lamanya. Kalau kita masih dibiarkan hidup, sebetulnya itu sudah
merupakan kasih karunia. Lebih-lebih kalau Allah itu mau memilih kita untuk
diselamatkan, menyediakan jalan keselamatan dengan menyerahkan AnakNya untuk
menjadi manusia dan lalu memikul hukuman dosa kita di kayu salib, dan
memberikan iman kepada kita sehingga kita betul-betul diselamatkan, maka itu
jelas adalah kasih karunia dari Allah.
Ro 3:23-24 - “Karena
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih
karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam
Kristus Yesus”.
Maz 103:8-14 - “TUHAN
adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak
selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak
dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada
kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi,
demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh
timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita.
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada
orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat,
bahwa kita ini debu”.
b)
Damai sejahtera.
‘Damai sejahtera’ (= peace)
merupakan hasil / akibat dari pemberian kasih karunia, dan ‘damai’ / ‘peace’
ini menunjuk pada:
damai antara manusia dengan Allah melalui Kristus.
William
Barclay: “the harmony restored between God and man through Christ”
(= keharmonisan dipulihkan antara Allah dan manusia melalui Kristus) - hal
30.
keadaan hati orang yang telah didamaikan dengan Allah melalui Yesus Kristus.
Padahal penerima Kitab Wahyu ini adalah gereja yang menderita penganiayaan.
Jelas bahwa ‘damai dalam badai’ adalah sesuatu yang memungkinkan! Bandingkan
dengan Fil 4:6-7 yang berbunyi: “Janganlah hendaknya kamu kuatir
tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada
Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah,
yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus
Yesus”.
Sebaliknya
keadaan orang dunia / orang yang tidak percaya adalah seperti Yes 57:20-21
yang berbunyi: “Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang
berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah
dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu, firman Allahku”.
Kedua hal
ini (‘damai bagi orang benar’ dan ‘tidak ada damai bagi orang fasik’)
digabungkan dalam Amsal 28:1 yang berbunyi: “Orang fasik lari, walaupun
tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Jon
Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
2.
Pdt.
Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.