“Yohanes telah BERSAKSI TENTANG FIRMAN ALLAH DAN
TENTANG KESAKSIAN YANG DIBERIKAN OLEH YESUS KRISTUS, YAITU SEGALA SESUATU YANG
DILIHATNYA. Berbahagialah ia yang
membacakan dan mereka yang mendengarkan KATA-KATA NUBUAT INI dan yang menuruti
APA YANG ADA TERTULIS DI DALAMNYA,…”(Wahyu 1:2,3)
Kitab Wahyu diawali dengan frasa “wahyu
Yesus Kristus.” Ayat I mengatakan wahyu
telah dinyatakan, dan pada ayat 2, itu menjadi kesaksian Yesus, sesuatu yang
bisa dilihat Yohanes. Jadi Yohanes
berbicara tentang dua hal, yaitu: “Firman Allah” dan “kesaksian Yesus”. Firman Allah agaknya merujuk kepada Kitab Suci
zaman Yohanes, kumpulan tulisan-tulisan yang kita kenal saat ini sebagai Perjanjian
Lama.
Kunci yang sangat penting untuk dapat mengerti Buku Wahyu adalah
mempelajari buku-buku Alkitab lainnya, khususnya Perjanjian Lama seperti yang
telah kita sebut pada pelajaran yang lalu.
Namun secara ringkas, baiklah kita telusuri lebih dahulu garis besar
buku wahyu :
Pasal
1 Pahlawan Buku Wahyu
diperkenalkan.
Pasal
2-3 Pekabaran Kristus Kepada Ketujuh
Jemaat.
Pasal
4-5 Buku yang Termeterai Lama dan
Penuh Misteri Dibuka.
Pasal
6-7 Empat Penunggang Kuda dan
Pemeteraian Umat Allah.
Pasal
8-9 Tujuh Sangkakala.
Pasal
10 Memakan Buku yang Manis Tetapi
Pahit.
Pasal
11 Dua Saksi Berkabung.
Pasal
12 Wanita Misterius Berdiri di Atas
Bulan.
Pasal
13 Tanda Binatang.
Pasal
14 Pekabaran Tiga Malaikat.
Pasal
15-16 Anggur Murka Allah.
Pasal
17-18 Babel, Sundal Besar.
Pasal
19 Penunggang Kuda Putih Mengalahkan
Binatang itu.
Pasal
20 Naga Ditantai dalam Jurang Maut
Selama 1000 Tahun.
Pasal
21-22 Kota Allah—Langit yang Baru dan Bumi yang Baru.
Apakah “kesaksian Yesus Kristus” yang dicatat Yohanes? Wahyu 1:2;
bandingkan ayat 9; 12:17; 19:10.
“Dalam bahasa Yunani, anak kalimat ini mungkin dapat diartikan sebagai
‘kesaksian’ (atau ‘saksi’) yang dibawakan orang-orang Kristen mengenai Yesus,
atau sebagai ‘kesaksian’(atau ‘saksi’) yang berasal dari Yesus dan dinyatakan
kepada jemaat-Nya melalui para nabi…. Suatu perbandingan dengan fasal 19:10
dengan jelas menyokong tafsiran terakhir.
Di situ ‘kesaksian Yesus’ dinyatakan sebagai ‘roh nubuat, memberi arti
bahwa Yesus bersaksi kepada jemaat melalui perantara nubuatan.”—SDA Bible
Commentary, Jilid 7, hlm.812.
Pendapat bahwa “kesaksian Yesus” adalah pekabaran yang disampaikan Yesus
kepada jemaat-Nya melalui para nabi lebih jauh didukung oleh pernyataan-pernyataan
dalam Wahyu 22:10,16,18. Dari ayat-ayat
ini jelas bahwa “kesaksian Yesus” dalam Wahyu 1:2 adalah pekabaran nubuat dari
kitab Wahyu. Namun, pekabaran itu bukan
hanya penyingkatan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi tetapi juga wahyu Yesus
Kristus. Itu bukan hanya
pekabaran dari Dia tetapi juga tentang
Dia dan pekerjaan-Nya.
Ay 2:
“Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang
diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya”.
1) ‘Yohanes
telah bersaksi’ (ay 2).
·
Nanti dalam ay 19 terlihat bahwa ia disuruh menuliskan kesaksian itu.
·
Ay 2 ini ada dalam bentuk aorist / past tense (= waktu lampau).
Ini tidak menunjuk pada suatu peristiwa di masa lampau dimana Yohanes bersaksi
tentang Yesus sehingga lalu dibuang ke pulau Patmos. Lalu bagaimana? Mungkin
Yohanes menulis pendahuluan (Wah 1:1-3) setelah ia menyelesaikan
bukunya. Karena itu ia menuliskan ini dalam past tense (= waktu lampau).
2) ‘tentang
firman Allah’.
Kata
‘firman’ (LOGOS) ini bisa menunjuk kepada Yesus (seperti dalam Yoh 1:1,14),
tetapi juga bisa menunjuk kepada kata-kata Allah. Adam Clarke memilih yang ke
2.
3) ‘kesaksian
yang diberikan oleh Yesus Kristus’ (ay 2).
NASB/NIV:
‘the testimony of Jesus Christ’ (= kesaksian Yesus Kristus).
Sama
seperti dalam kasus ‘wahyu Yesus Kristus’ (the revelation of Jesus Christ)
dalam ay 1 di atas, maka ‘kesaksian Yesus Kristus’ ini bisa diartikan
‘kesaksian tentang Yesus Kristus’ atau ‘kesaksian dari Yesus
Kristus’. Kalau dalam kasus ‘wahyu Yesus Kristus’ dalam ay 1 Hoeksema memilih
arti ‘wahyu tentang Yesus Kristus’, maka dalam ay 2 ini ia memilih arti
‘kesaksian dari Yesus Kristus’. Alasannya, kontex ay 2 ini menuntut
arti itu. Karena Yesus setelah menerima wahyu dari Bapa, lalu memberikan
kesaksian itu kepada Yohanes. Jadi harus diartikan ‘dari Yesus Kristus’.
Tetapi
Steve Gregg menganggap ini artinya adalah ‘kesaksian tentang Yesus’.
4) ‘yaitu
segala sesuatu yang telah dilihatnya’ (ay 2).
Wahyu ini
memang diberikan melalui penglihatan-penglihatan, yang dilihat oleh Yohanes.
Kata-kata
‘segala sesuatu’ menunjukkan bahwa tidak ada yang ia lihat yang tidak ia
saksikan / tuliskan, sedangkan kata-kata ‘yang telah dilihatnya’ menunjukkan
bahwa ia tidak menambahi kesaksiannya dengan hal-hal yang tidak ia lihat.
Memang Firman Tuhan tidak boleh dikurangi ataupun ditambahi (Ul 4:2
Ul 12:32 Amsal 30:6 Mat 5:19 Wah 22:18-19).
Penerapan:
Kita
tidak boleh membuang bagian Kitab Suci yang bertentangan dengan hidup,
kepercayaan, dan ajaran kita. Ingat bahwa seharusnya hidup, kepercayaan, dan
ajaran kitalah yang disesuaikan dengan Kitab Suci, dan bukan Kitab Sucinya yang
disensor sehingga menjadi sesuai dengan hidup, kepercayaan dan ajaran kita.
Illustrasi: Ada
cerita tentang seorang pemanah ulung yang sampai ke suatu desa. Di sana ia melihat
banyak pohon yang digambari dengan lingkaran-lingkaran untuk sasaran panah,
dengan sebatang anak panah yang menancap persis di tengah-tengah
lingkaran-lingkaran itu. Ia heran karena semua anak panah itu menancap persis
di tengah-tengah, suatu hal yang ia sendiri, sebagai seorang pemanah ulung,
tidak bisa melakukannya. Setelah bertanya-tanya, ia akhirnya bertemu dengan
orang yang melakukan semua itu. Ia bertanya: bagai-mana kamu bisa memanah semua
sasaran itu dengan begitu tepat? Jawab orang itu: Oh itu mudah, aku memanah
dulu, baru menggambar lingkaran-lingkaran di sekeliling anak panah itu.
Ini
memang menggelikan, tetapi ada banyak orang menggunakan Kitab Suci seperti
pemanah itu menggunakan sasaran. Seharusnya Kitab Suci adalah standard, dan
kalau hidup kita meleset dari standard itu, maka hidup kita yang mesti
disesuaikan dengan standard itu. Tetapi orang-orang tertentu mengubah
standardnya, dengan mengubah atau membuang bagian-bagian tertentu dari Kitab
Suci sehingga menjadi sesuai dengan hidup, kepercayaan dan ajaran mereka.
Kita juga
tidak boleh menambahi Kitab Suci dengan ajaran-ajaran yang tidak ada dasar
Kitab Sucinya, tetapi hanya didasarkan pada logika, pengalaman, perasaan,
illustrasi, dsb.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Jon
Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
2.
Materi
Seminar Wahyu, Bandung: Indonesia Publishing House, 1993.
3.
Leo
R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian
I ), Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun
Guru, April-Juni 1989.
4.
The
Seventh-day Adventist Bible Commentary,Jld.7. U.S.A: Review and Herald
Publishing Association. Revised, 1980.
5.
Pdt.
Budi Asali, M.Div. Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.
==================0==================