“Katanya: ‘Apa
yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkankanlah kepada
ketujuh jemaat ini: KE EFESUS, KE SMIRNA, KE PERGAMUS, KE TIATIRA, KE SARDIS,
KE FILADELFIA, DAN KE LAODIKIA”.(Wahyu 1:11).
TUJUH JEMAAT
Pesan Tuhan(ayat 11)
1.
Apa
yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab—Menulis pada scroll
penglihatan yang dilihatnya seperti drama.
2.
Kirimkan
kepada ketujuh jemaat—Tujuh jemaat terdapat di tujuh kota Asia Kecil, yaitu
Republik Turki sekarang(bekas propinsi jajahan Romawi).
3.
Tujuh,
melukiskan kesempurnaan, gambaran jemaat-jemaat sepanjang masa sejak zaman para
rasul hingga zaman kekristenan. “Efesus,
Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia”
Kita tahu
bahwa tujuh jemaat adalah perkumpulan secara harfiah (arti kata yang
sebenarnya) di provinsi Roma belahan Asia: “Perintah dimana jemaat-jemaat
dituliskan di sini dalam fasal 2 dan 3 menunjukkan rangkayan yang di dalamnya
seorang utusan membawa surat dari Patmos akan sampai kepada tujuh kota di
provinsi Asia ini.”
SDA Bible Commentary, jilid 7,
hlm.737.
Nubuatan tujuh jemaat dapat digunakan dengan
tiga cara :
I.
Penerapan
lokal : Menganggap pekabaran itu sebagai ditujukan kepada jemaat-jemaat khusus
di Asia Kecil.
II.
Penerapan
historis : Mengakui pekabaran itu sebagai sangat relevan dengan tujuh zaman
sejarah gereja. “Nama ketujuh jemaat itu
adalah simbol jemaat dalam jangka waktu yang berbeda-beda dari zaman
Kristen. Angka 7 menyatakan
kesempurnaan, dan adalah lambang dari kenyataan bahwa pekabaran meluas sampai
kepada akhir zaman, sedangkan simbol yang digunakan menyatakan keadaan jemaat
waktu yang berbeda-beda dari sejarah dunia ini”.
E.G. White, Kisah Para Rasul,
hlm.461.
III.
Penerapan
rohani: Menganggap ketujuh pekabaran sebagai nasihat rohani untuk jemaat pada
setiap zaman. Ellen White menggunakan
ketujuh pekabaran itu untuk kita pada zaman ini. Contohnya, perhatikan, bagaimana ia
menggunakan pekabaran itu untuk Efesus: (Kutip Wahyu 2:4,5). “Saya diperintahkan untuk mengatakan bahwa
kata-kata ini dapat digunakan gereja-gereja Advent dalam kondisi mereka dewasa
ini. Kasih Allah telah hilang, dan ini
berarti ketiadaan kasih untuk satu dengan yang lain. Diri, diri, sekali lagi diri yang dihargai,
dan berjuang untuk keunggulan. Berapa
lama ini berlangsung?”. E.G. White,
Review and Herald, 25 Februari 1902.
EFESUS – ZAMAN RASUL-RASUL
Efesus adalah jemaat rasul-rasul. Efesus melambangkan jemaat Allah pada abad
pertama. Pada zaman ini gereja
berkembang luar biasa cepatnya. Gibbon,
seorang ahli sejarah mengatakan, “Ada 6 juta Kristen pada akhir abad
pertama”. Dan Paulus berkata, “Injil
telah dikabarkan ke seluruh dunia”.
Kolose 1:5,6, 23.
Apakah teguran(nasihat) Yesus kepada jemaat
Efesus? Wahyu 2:4 -- Jawab: Mereka telah meninggalkan kasih mereka
yang mula-mula.
Yesus memuji sikap jemaat zaman Efesus
terhadap guru-guru palsu. Apakah sikap
mereka? Wahyu 2:2---Jawab: “Engkau
telah” mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul tetapi yang sebenarnya tidak
demikian”.
Saudaraku,…Kehilangan kasih adalah suatu
penyakit yang fatal dalam hati kita yang merusak. Jika kita kehilangan kasih berarti kehilangan
segalanya.
SMIRNA –ZAMAN
PENGANIAYAAN
Smirna meliputi zaman gereja dari tahun 100
– 313 T.M., yang merupakan saat penganiayaan dan mati sahid bagi jemaat. Kekaisaran Romawi menganggap Kekristenan
tidak resmi sehingga perlu dimusnahkan.
Hanya Allah yang mengetahui berapa banyak anak-anaknya yang dipenggal
lehernya, dibakar, dilemparkan sebagai makanan singa dan dibunuh dengan pedang.
Kita baca Wahyu 2:10 ….”kamu akan beroleh
kesusahan selama sepuluh hari”---“Sepuluh hari” dalam ayat 10 (menggunakan
prinsip nubuatan bahwa satu hari dalam nubuatan berarti satu tahun waktu
sebenarnya, Yehezkiel 4:6), kemungkinan adalah 10 tahun masa penganiayaan di
bawah penguasa Roma bernama DIOKLETIA dari
tahun 302 M sampai 312 M.
Jemaat ini begitu dekat kepada Yesus sehingga
Dia tidak memberikan teguran tetapi Dia memberikan kata-kata berkat yang bersifat
mendorong. Apakah kata-kata tersebut?.
Wahyu 2:10 ---Jawab: Janganlah takut terhadap apa yang harus engkau
derita!. Hendaklah engkau setia sampai mati dan aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Apakah yang dijanjikan kepada pemenang di
Smirna? Wahyu 2:11—Jawab: Barangsiapa menang,
ia tidak akan menderita apa-apa oleh
kematian yang kedua.
PERGAMUS—ZAMAN
KOMPROMI
Pergamus meliputi abad 4, 5 dan sepuluh tahun
pertama abad ke 6. Dalam era ini negara
menyokong agama dan kompromi.
Kekristenan telah berkembang dengan begitu pesat sehingga pemimpin Roma
merasa tidak aman. Di beberapa tempat,
penganut Kristen sudah lebih banyak dari orang kafir. Kaisar Romawi dibaptis menjadi Kristen,
Konstantin—dan seluruh tentaranya bergabung kepada iman Kristen.
Karena setan tidak dapat membinasakan jemaat
melalui penganiayaan, dia berusaha menghancurkannya dengan kepopuleran, kompromi
dan persekutuan keduniawian. Kepercayaan
dan praktik-praktik kekafiran memasuki gereja, dan karena pengaruhnya sangat
besar, gereja jadi kehilangan kuasa kerohaniannya. Tuhan menempelak kehidupan gereja ini karena
mengizinkan ajaran-ajaran palsu bertumbuh subur.
Bileam, menurut kitab Bilangan, pasal
22-24, adalah seorang nabi Tuhan yang berbalik menjadi penghianat demi
keuntungan duniawi dan untuk menyenangkan hati raja. Dia melambangkan roh zaman Pergamus ketika
umat percaya mencampuradukkan Kekristenan sejati dengan kekafiran demi
menyenangkan hati para penguasa Roma.
TIATIRA –ZAMAN KEMURTADAN
Tiatira meliputi masa 1000 tahun, dari abad
6 sampai abad ke 15—satu periode waktu yang paling lama dari ketujuh jemaat
itu. Periode ini disebut juga zaman
kegelapan. Suatu zaman kemurtadan yang
menakutkan. Tuhan menempelak jemaat ini
karena membuka pintunya bagi seorang wanita jahat yang mencemarkan jemaat
ini. Siapakah wanita itu?. Wahyu 2:20
Jawabnya ialah: Wanita Izebel, yang menyebut
dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan….
IZEBEL adalah istri yang jahat dari raja
Ahab, salah seorang raja Israel di zaman Perjanjian Lama. Dia sangat jahat dan berkuasa, 1 Raja-raja
16;18-20; 2 Raja-raja 9. Dia membenci
dan menganiaya gereja Tuhan serta para nabinya dan berusaha untuk membinasakan
mereka semua. Dia mengangkat 850 imam
dan nabi palsu serta mengesahkan suatu sistem agama yang kafir. Kemudian dia memaksakan pemberlakuannya
melalui dekrit kenegaraan. Di dalam buku
Wahyu, Izebel melambangkan kekafiran yang dimulai pada masa-masa akhir
rasul-rasul, 2 Tesalonika 2:3,7, dan berkembang sedemikian rupa sampai di zaman
Tiatira gereja dan dunia terbawa ke dalam ZAMAN KEGELAPAN.
Amaran apakah yang diberikan Allah kepada
Izebel simbolis ini dan kepada para pengikutnya?. Wahyu 2:22,23.—Jawab: Aku akan melemparkan
mereka…ke dalam kesukaran
besar”. “Dan anak-anaknya akan Ku matikan”.
Tapi ada “sisa” di Tiatira, yang menentang
kerohanian yang cemar pada saat itu.
Wahyu 2:24---Orang lain yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak
menyelidiki apa yang mereka sebut seluk beluk iblis.
Kelihatannya dalam bagian terakhir dari ayat
19 menunjukkan perkara-perkara yang akhirnya mulai berubah lebih baik. Hal ini menunjuk kepada pelayanan yang luar
biasa dari banyak pemimpin rohani yang besar yang telah diangkat oleh Allah
untuk menyingkapkan kesalahan dan kemurtadan serta membimbing jemaat-Nya
kembali kepada Yesus dan kebenaran Alkitab.
Calvin, Knox, dll. Meskipun
banyak dari mereka yang melayani pada zaman jemaat Sardis, namun sebagian sudah
memulai pekerjaan mereka pada bagian akhir dari masa ini (TIATIRA).
SARDIS – ZAMAN
REFORMASI
Sardis meliputi Kekristenan abad ke 16
sampai permulaan abad ke 18. Satu masa
reformasi yang genting, ketika orang-orang yang dikuasai Roh Allah menggoncang
dunia ini dengan pekabaran-pekabaran mereka.
Alkitab, kitab Allah, kembali disenangi, dan iman Kristen diuji olehnya.
Beberapa dari antara mereka mendirikan
organisasi gereja(denominasi) yang masih eksis hingga sekarang. Tetapi setelah pendiri denominasi itu mati
gantinya berdoa untuk kekuatan selanjutnya, para penganutnya meninggalkan iman
yang telah mereka terima sehingga gereja mundur dengan cepat sekali. Apakah yang dikatakan Yesus akan terjadi
dengan keadaan rohani jemaat ini?. Wahyu
3:2.
Jawab : Kerohaniannya sudah hampir mati.
FILADELFIA –
ZAMAN KEBANGUNAN ROHANI
Filadelfia meliputi masa pertengahan abad ke
18 dan pertengahan abad 19. Zaman ini
adalah pembentukan dan pengembangan misi ke luar negeri. Pada periode ini Lembaga Alkitab Amerika dan
Inggeris dibentuk, dan pemberita injil (misionaris) menjelajahi dunia. Pengkhotbah-pengkhotbah besar seperti Wesley
dan Whitefield membuat kebangunan rohani menyebar secara global. Demikian juga kitab Daniel dan Wahyu telah
dipelajari di berbagai penjuru dunia, membuat kebangunan rohani sangat meluas
sekali sejak Pentakosta. Filadelfia atau
“kasih persaudaraan” memang cocok dengan
periode ini Sementara Yesus melihat
jemaat-Nya pada masa ini, Dia tidak memberikan teguran. Walaupun jemaat ini sebenarnya, mengalami
kesukaran dengan kelompok yang sama
seperti yang dialami jemaat Smirna.
Apakah nama kelompok tersebut?
Wahyu 2:9 ---Jawab : Jemaah iblis.
LAODIKIA –
KEKRISTENAN MASA KINI
Laodikia—jantung akan berdenyut lebih cepat
sementara kita mendalami tujuh masa jemaat, sebab Laodikia melambangkan gereja dewasa ini. Amanat kepada jemaat Laodikia merupakan
nasihat dan teguran Yesus secara langsung kepada orang Kristen yang hidup
sekarang. Dia mengerti betul persoalan
kerohanian kita beserta obatnya. Dia
mengetahui apa yang kita perlukan, dan dia menawarkan bantuan-Nya dengan
perasaan kasih.
Apakah yang dikatakan Yesus tentang masalah
kita masa kini?
a.
Wahyu
3:16 Kita suam-suam kukuh, dan tidak dingin atau panas.
b.
Wahyu
3:17 Dan merasa kerohanian kita kaya dan tidak kekurangan apa-apa padahal
sebenarnya kita adalah melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.
Catatan:
Kondisi ini sangat memprihatinkan. Tidak ada lagi yang lebih celaka bagiku
daripada beranggapan bahwa hidupku sesuai dengan kehendak Allah, pada hal, saya
sangat memerlukan pertobatan (ayat 19).
Banyak orang, kelihatannya saleh dan beribadah, tetapi kenyataannya
kelak akan binasa pada penghakiman yang akan datang disebabkan hal yang
sama. Baca Matius 7:21-23. Memang susah jika seseorang berada dalam
keadaan bahaya, tetapi lebih gawat lagi jika dia berada dalam keadaan bahaya
tetapi tidak menyadarinya.
Ada 3 hal yang dinasihatkan Yesus bagi kita,
agar kita dapat melihat diri kita dalam keadaan yang sebenarnya sehingga hidup
kita dapat harmonis dengan Dia. Baca
Wahyu 3:18.
Jawab:
a.
Supaya
engkau membeli daripada-Ku emas yang telah dimurnikan dengan api(logam mulia).
b.
dan
juga pakaian putih (jubah)
c.
dan
lagi minyak untuk matamu(obat)
Apakah arti emas, pakaian putih dan pelumas
mata?
Emas –tabiat
yang mulia yang dapat berdiri teguh pada saat penganiayaan. Hal itu mencakup juga firman Allah, Mazmur
19:7-10 dan IMAN yang bekerja oleh kasih, Galatia 5:6; Yakobus 2:5; Ayub 23:10.
Pakaian
putih –Pakaian kebenaran Yesus.
Yesaya 61:10; Wahyu 19:8. Ini
merupakan pemberian Yesus dengan percuma.
Kita tidak melakukan apapun untuk memperolehnya. Kita hanya menerimanya dengan iman. Zakharia 3:1-5. Dan kita mempertahankannya dengan iman juga.
Roma 1:17.
Pelumas
mata –berarti:
1.
Kejelian/ketajaman
pemahaman firman Allah. Mazmur 119:8; 1
Yohanes 2:20,27.
2.
Roh
Suci –menyanggupkan kita melihat keadaan yang sebenarnya dari membuat pilihan
yang benar, Yohanes 14:26; Efesus 1:17-19.
Apakah yang harus kita lakukan agar kita
yakin bahwa emas murni, pakaian putih dan pelumas mata itu dapat jadi milik
kita?. Wahyu 3:20
Jawab: Aku harus membukakan pintu hatiku dan
mengizinkan Yesus masuk ke dalam hidupku.
Tujuh jemaat adalah yang pertama dari
rangkaian tujuh penglihatan dalam Kitab Wahyu.
Yohanes menggambarkan tujuh jemaat, tujuh meterai, tujuh sangkakala, dan
tujuh cawan murka. Suatu adegan
pembukaan mengawali setiap tujuh penglihatan ini. Misalnya, penglihatan tentang Kristus di
antara ke tujuh kaki dian(Why.2:3).
Adegan-adegan pembukaan seperti latar belakang panggung bagi setiap
penglihatan yang terjadi berikutnya.
Sebagai akibatnya, John Bowman (dalam The Interpreter’s Dictionary of
the Bible) mengemukakan tesis bahwa Kitab Wahyu bagaikan pertunjukan Yunani
kuno, dengan tujuh babak dan tujuh adegan dimainkan dengan latar belakag
pendahuluan masing-masing penglihatan.
Dengan demikian, di dalam Kitab Wahyu Allah
memakai bentuk drama untuk menyampaikan pesan mengenai apa yang nyata di alam
semesta ini. Sementara aktor-aktor
seringkali berbicara tentang banyak hal seolah-olah itu nyata, drama bisa
menjadi alat efektif mengungkapkan kebenaran.
Ilustrasi:
Seorang siswa bernama Dan ingin menjadi
seorang aktor terkenal. Setelah Dan terjun dalam pelayanan, dia mengatakan
bahwa menjadi hamba Tuhan itu banyak persamaannya dengan seni teater. Dia mendapati bahwa hamba-hamba Tuhan
memainkan peran berkuasa dan berpengaruh.
Mereka mewakili Tuhan. Para hamba
Tuhan mungkin sesekali memendam pemikiran yang tidak pantas, tetapi mereka tidak
berani mempraktikkannya, jika tidak, mereka akan mempermalukan nama Yesus di
antara orang-orang lemah, kaum muda, dan mereka yang tidak percaya. Mereka harus setia kepada Firman dan tidak
menyeleweng dan main-main.
Peran orang Kristen di dunia sekuler ini
sama menantangnya. Kita harus senantiasa
mencamkan tujuan misi dalam benak kita, namun demikian mudah dijangkau oleh
mereka yang membutuhkan. Siapa yang
cukup sigap untuk menerima tantangan ini.
Tidak seoran pun, tetapi bersama Tuhan segala sesuatu mungkin. Dia memilih seorang pembunuh gagap untuk memimpin
umat-Nya keluar dari tanah Mesir (Musa)
Ia memilih yang termuda dari saudara-saudaranya untuk membunuh
raksasa(Daud). Dia lahir di palungan,
namun demikian mampu mengubah dunia!.
Dia memerintahkan kita melakukan apa yang kelihatannya mustahil. Dan Dia tidak memanggil mereka yang siap,
tetapi mempersiapkan mereka yang dipanggil-Nya.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
DR.
U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung,
1988.
2.
Leo
R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian
I ), Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun
Guru, April-Juni 1989.
3.
Materi
Seminar Wahyu, Bandung: Indonesia Publishing House, 1993.
4.
Jon
Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.