“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau TELAH MENINGGALKAN
KASIHMU YANG SEMULA “ (Wahyu 2:4).
KASIH KITA JANGAN
SAMPAI MUDAH PUDAR
“Tidak ada yang lebih dingin dibandingkan
gereja yang tidak mengasihi. Dan kasih
yang sejati berarti keharusan melampaui semua formalitas, lebih daripada
sekadar memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar, kepada hubungan penuh kasih
mesra dengan sesama.
Orang-orang di sekeliling Anda merindukan
sentuhan kasih. Efesus adalah gereja yang
dulu mengasihi dengan cara demikian, tetapi telah meninggalkan kasih itu demi
KEMURNIAN DOKTRINAL. Di dalam antusiasme
kita untuk memastikan bahwa “para pengikut Nikolaus” di sekeliling kita tidak
menyusup ke dalam gereja, sering kita mengelompokkan mereka yang KESEPIAN dan
TERABAIKAN menjadi satu dengan orang-orang itu”.
“Jemaat di Efesus sangat setia pada Yesus,
tapi mereka menghadapi masalah. Jemaat
itu telah “meninggalkan kasihnya yang semula” dan dengan kesalahan pertama yang
fatal itu sedang mengarah kepada kehancuran.
Tidak seorangpun, selain Yesus, yang menyadarinya. Efesus sendiri mungkin tidak menyadari
kesalahannya, setidaknya sampai Kitab Wahyu disampaikan pada mereka.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia
Publishing House, 2007 hlm.47-48
WAHYU KEPADA
YOHANES –(40)
“Sebab itu INGATLAH
betapa dalamnya engkau telah jatuh!.
BERTOBATLAH DAN LAKUKANLAH LAGI APA YANG SEMULA ENGKAU LAKUKAN…”(Wahyu 5
a).
KITA MENGASIHI ALLAH KARENA DIA LEBIH
DAHULU MENGASIHI KITA.
“Berdasarkan
analisis Yesus tentang jemaat di Efesus, nasihat apakah yang Dia tawarkan
kepada mereka?.
Hal pertama : Dia katakan adalah
“ingatlah.” Dalam versi asli bahasa
Yunaninya, kata ini dalam bentuk kalimat perintah SAAT INI (Present
tense). Ini berarti agar mereka tidak
melupakan hubungan mereka yang sebelumnya dengan Tuhan. Tetapi jemaat perlu menyadari kehilangan itu,
untuk termotivasi oleh kenyataan bahwa mereka telah mengalami kemunduran.
Hal berikut yang Yesus perintahkan adalah :
agar mereka BERTOBAT. Bentuk kata yang
ini berbeda, mencerminkan tindakan SESAAT.
Di sini Dia memerintahkan agar mereka bertindak. Pertobatan mereka harus menjadi perubahan
haluan yang tegas. Sementara jemaat
telah terbiasa mengingat, mereka telah lupa bagaimana caranya bertobat. Mereka perlu mulai dari awal lagi dan
menyelaraskan tindakan dengan maksud tujuan mereka.
Ketiga, Yesus menasihatkan mereka MELAKUKAN
APA YANG PERTAMA-TAMA MEREKA LAKUKAN.
Ini juga sesuatu yang mesti mulai mereka lakukan. Hidupkan situasi semula yang menyebabkan
kasihmu MEREKAH dulu. Putar kembali
dalam ingatanmu saat-saat ketika engkau sungguh-sungguh dekat dengan Tuhan
dalam pembaruan pikiran serta tindakan.
“Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula kaulakukan”.
Para penasihat perkawinan mengatakan bahwa
pasangan yang cintanya telah luntur perlu mengulangi kembali hal-hal yang dulu
menyatukan mereka pada awalnya. Hampir
semua pasangan menikah pernah jatuh cinta.
Tidak peduli apa yang terjadi pada mereka hari ini, mereka pernah saling
tertarik satu sama lain. Jika itu bisa
terjadi dulu, itu bisa terulang lagi saat ini.
Pasangan yang sedang bertengkar perlu mulai
dari awal lagi. Nikmati kembali
kegembiraan yang diperoleh dengan berpegangan tangan, kata-kata ramah, serta
perhatian yang lemah lembut. Ambil waktu
luang dari pekerjaan, kurangi tekanan, dan bersikaplah muda kembali. Pulihkan kembali ikatan yang telah melemah
atau putus. Prinsip yang sama bisa
diterapkan pada kehidupan rohani. Jika
kasih Anda kepada Allah telah mulai berkurang, kembalilah pada hal-hal yang
dulu mendekatkan Anda dengan-Nya. Di
manakah Anda saat Anda pertama merasakan hadirat-Nya?. Apa yang Anda lakukan untuk
menyambut-Nya?. Anda tidak perlu
mengambil inisiatif untuk memulihkan hubungan dengan Allah. Injil mengatakan kepada kita bahwa Dia telah
melakukannya. Kita mengasihi Allah
karena Dia terlebih dulu mengasihi kita.
Dialah penggagasnya. Tugas kita
adalah merespons apa yang telah Dia perbuat.
Kita mengasihi-Nya karena Dia terlebih dulu mengasihi kita. 1.
Ay 5: “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah
jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan....
1) ‘Sebab
itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!’.
KJV: ‘Remember therefore from whence thou art fallen’ (=
Sebab itu ingatlah dari mana engkau jatuh).
NASB: ‘Remember therefore from where you have fallen’ (=
Sebab itu ingatlah dari mana engkau telah jatuh).
NIV: ‘Remember the height from which you have fallen!’ (=
Sebab itu ingatlah ketinggian dari mana engkau telah jatuh).
RSV: ‘Remember then from what you have fallen’ (= Sebab
itu ingatlah dari apa engkau telah jatuh).
Jadi, untuk orang yang meninggalkan kasih yang pertama, hal pertama yang
harus dilakukan adalah melihat ke belakang untuk mengingat-ingat dimana / kapan
ia meninggalkan kasih yang pertama itu, dan untuk membandingkan keadaan pada
waktu ia masih mempunyai kasih yang pertama dengan keadaan sekarang setelah ia meninggalkan
kasih yang pertama itu.
Perlu diingat bahwa ‘melihat
ke belakang’ bisa merupakan
dosa. Contoh:
·
istri Lot dalam Kej 19:26.
·
Israel yang ingin kembali ke Mesir (Kel
16:3 17:3 Bil 11:5 Bil 14:2-4 Bil 20:5).
·
Luk 9:62 - “Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk
membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah’”.
·
Pengkhotbah 7:10 - “Janganlah mengatakan: ‘Mengapa zaman dulu
lebih baik dari pada zaman sekarang?’ Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau
menanyakan hal itu”.
Tetapi jelas bahwa kalau kita melihat ke belakang dengan motivasi untuk
mengembalikan kasih yang semula, maka ini justru merupakan sesuatu yang baik.
James B. Ramsey: “Recall the past experience of His grace” (= Ingatlah pengalaman lampau tentang
kasih karuniaNya) - hal 132.
Ini mencakup mengingat saat pertobatan, saat berjalan bersama Tuhan,
jawaban doa, berkat Firman Tuhan, kemajuan iman dan pengudusan, kemenangan atas
godaan / pencobaan, dsb.
2) ‘Bertobatlah
dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan’.
KJV: ‘repent, and do the first works’ (= bertobatlah, dan
lakukanlah pekerjaan-pekerjaan pertama).
Jadi, setelah kita tahu tindakan apa yang menyebabkan kita meninggalkan
kasih pertama itu, maka kita harus bertobat (mengaku dosa dan membuang dosa).
Setelah itu kita harus kembali melakukan ‘pekerjaan pertama’, yaitu pekerjaan
yang kita lakukan pada waktu kita masih mempunyai ‘kasih yang pertama’.
Pulpit Commentary: “‘The first works’ means ‘the fruits of
thy first love’” (=
‘Pekerjaan-pekerjaan pertama’ berarti ‘buah-buah dari kasih pertamamu’) - hal 58.
Mungkin saudara merasa heran akan perintah ini, karena bukankah gereja
Efesus adalah orang-orang yang sudah bekerja keras bagi Tuhan? Memang, tetapi
ingatlah bahwa dalam 1Kor 13:1-3 Paulus berkata bahwa semua perbuatan baik
/ pelayanan tidak ada gunanya kalau tidak ada kasih (Ladd, hal 39). Jadi
Kristus tidak menghendaki seadanya pekerjaan (asal melayani), tetapi ia
menghendaki pekerjaan yang dilandasi oleh kasih kepadaNya!. 2.
1.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung:
Indonesia Publishing House, 2007 hlm. 49.
2.
Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada
Yohanes.