“Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna:
Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali
: AKU TAHU KESUSAHANMU DAN KEMISKINANMU –
NAMUN ENGKAU KAYA” (Wahyu 2:8,9).
KEKAYAAN SEJATI HANYA DITEMUKAN DI DALAM KRISTUS.
“ Para komentator kebanyakan sepakat bahwa kemiskinan dalam ayat diatas
bersifat harfiah, sementara kekayaan bersifat rohani. Orang-orang Smirna itu miskin dalam hal
kekayaan dunia, tetapi mereka kaya dalam kebaikan-kebaikan Injil, kaya dalam
hal-hal rohani. Dalam pengertian
praktis, ada perbedaan yang sangat besar antara kemiskinan dan kekayaan. Orang-orang yang dilahirkan kaya memiliki
mentalitas sangat berbeda dengan orang kebanyakan. Bagi kebanyakan kita, keterbatasan finansial
memengaruhi hampir setiap keputusan yang kita buat. Kita memilih restoran-restoran yang tidak
mahal untuk makan siang. Namun jemaat
Smirna telah menemukan kekayaan dalam bentuk yang lain, kekayaan yang jarang
sekali didapat oleh orang-orang kaya.(Matius 19:24). Mereka yang mengenal Yesus dimerdekakan dari
perbudakan UANG. Mereka sadar bahwa kita
menemukan kekayaan sejati dalam hidup ini melalui hubungan yang mengasihi. Memiliki hati nurani yang bersih, mampu
mengampuni dan diampuni, itulah kekayaan yang sejati. Jauh lebih baik mengenal Firman Allah
daripada beralih dari satu bentuk hiburan ke hiburan yang lain. Kenyataannya adalah bahwa orang-orang kaya
mengalami kesulitan dalam hal hubungan.
Mereka tidak tahu siapa yang bisa mereka percayai. Setiap orang ingin menjadi “sahabat mereka”
bukan dikarenakan kualitas pribadi tetapi dikarenakan menjadi sahabat seorang
kaya adalah jalan menuju kepada kekayaan dan kekuasaan. Orang-orang kaya menghindari hubungan dengan
Kristus, kadang karena mereka terlalu banyak urusan atau terlalu sibuk dan
karena mereka takut terhadap panggilan untuk “menjual segala milik”
dibandingkan orang-orang miskin.
Kekayaan yang sejati ditemukan di dalam Kristus, bukan dalam kekayaan
materi”.
“Bagaimana seorang Kristen bisa
miskin dan kaya pada saat yang bersamaan?.
Bagaimana kita harus menyambut penderitaan dan kesukaran sebagai suatu
kekayaan (Yak.1:2)?. Dalam kehidupan
sehari-hari orang Kristen tidak menonjol sama sekali, bahkan tampak sangat
payah dibanding rata-rata orang duniawi.
Namun saat pencobaan dan tekanan-tekanan dalam hidup mulai muncul
barulah seorang Kristen sejati mulai bercahaya.
Saat kita belajar untuk tetap dekat dengan Allah di dalam pencobaan, Dia
merancang kita kembali supaya kita bisa terbang lebih tinggi dan lebih cepat
daripada yang bisa kita bayangkan.
Seandainya kehidupan kita lebih mudah, kita tidak akan pernah menemukan
kepenuhan yang kita dapatkan dengan “terbang menurut kecepatan Allah.” 1.
“Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna:
“Smirna, sekarang Izmir,
merupakan salah satu kota yang permai di Asia Kecil…. Umat Kristen di Smirna
telah menyaksikan lebih banyak penderitaan dibandingkan kota-kota lain di
kawasan ini.” SDA Bible Commentary,jil.7,hal.91-93.
Kemiskinan, penganiayaan,
pemenjaraan, dan mati sayahid menimpa jemaat Kristen selama jangka waktu dari
tahun 100-313 Masehi. Pada umumnya
mereka yang menerima baik Injil itu adalah orang-orang yang secara ekonomi
miskin dan keadaan sosialnya kurang menguntungkan. Para penyembah berhala memburu dan menganiaya
mereka sekehendaknya. Tetapi perlakuan
yang paling kejam datang dari lingkungan kaum Yahudi. Banyak orang Kristen yang bertobat itu berasal
dari penganut Yudaisme”. 2.
SMIRNA-MYRTH – PARFUM ATAU BAU HARUM (100-323)-Ayat 8-11.
A.
Kota terkenal di Asia Kecil karena perdagangannya.
1.
Begitu harum, sehingga:
a.
Kaisar Konstantin bertobat menjadi orang Kristen
pada tahun 323.
b.
Dia mengakhiri penganiayaan terhadap orang Kristen.
c.
Dia menyokong pekabaran Injil.
2.
Tidak ada catatan kapan dan oleh siapa jemaat
dimulai di Smirna.
B.
Sumber berita: Yang awal dan yang akhir, yang telah
mati dan hidup kembali.
1.
Yang awal dan akhir- Melukiskan sifat kekekalan
Tuhan.
2.
Yang mati dan hidup kembali—Melukiskan kebangkitan
Yesus Kristus yang merupakan jaminan kebangkitan orang-orang percaya.
C.
Pujian: Aku tahu kesusahan dan kemiskinanmu, namun
engkau kaya, dan fitnah mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi
sebenarnya adalah jemaat Iblis – Melukiskan bahwa zaman Smirna terkenal dengan
abad mati syahid.
1.
Aku tahu kesusahanmu- Melukiskan penderitaan dan
kesulitan yang diderita orang-orang percaya karena penganiayaan yang dijalankan
kaisar-kaisar Romawi, seperti: Trajan, Hadrian, Marcus Aurelius, Decius,
Valerian, dan Diocletian (284-305).
2.
Kemiskinan – Melukiskan keadaan ekonomi yang tidak
seimbang dengan kota-kota tetangganya.
3.
Namun kaya – Melukiskan kekayaan rohani atau iman
yang begitu semerbak karena kasih dan penyerahan mereka. 3.
Ay 8: “Dan tuliskanlah
kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir,
yang telah mati dan hidup kembali”.
1) ‘Dan
tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna’.
a)
Kota Smirna.
·
dalam hal ukuran ini adalah kota terbesar kedua, sedangkan dalam hal keindahan
ia menduduki tempat pertama.
Steve
Gregg: “Smyrna (modern Izmir) was the second largest and
reputedly the most beautiful city in Provincial Asia and is the only city of
the seven that is still in existence today” [= Smirna (Izmir modern) adalah
kota terbesar kedua dan dikatakan orang sebagai kota terindah di propinsi Asia,
dan satu-satunya kota dari tujuh kota yang tetap ada pada hari ini] - hal
66.
·
kesetiaan kepada Roma dan kesombongan kota Smirna.
Homer
Hailey: “Smyrna allied herself to Rome early in the period of
Roman conquest, and as a result enjoyed an almost unbroken career of
prosperity. As an expression of her fidelity to Rome, the city erected a shrine
to Roma, the Roman goddess, as early as 195 B.C.; and under the reign of
Tiberius (A.D. 14-37) Smyrna was chosen as the site for a temple to Tiberius”
[= Smirna menyekutukan dirinya dengan Roma pada masa yang sangat awal dari
penaklukan Romawi, dan akibatnya ia menikmati kemakmuran yang hampir tak ada
putusnya. Sebagai pernyataan dari kesetiaannya kepada Roma, kota ini mendirikan
kuil bagi Roma, dewi Romawi, pada tahun 195 S.M.; dan di bawah
pemerintahan Tiberius (14-37 M.) Smirna dipilih sebagai tempat untuk kuil
bagi Tiberius] - hal 125.
Homer Hailey: “The
city claimed to be first city in Asia: first in beauty, first in literature,
first in loyalty to Rome. ... Because Smyrna claimed to be first and would
brook no rival, Jesus introduces Himself with the designation, ‘these things
saith the first and the last, who was (became) dead, and lived again’ (cf.
1:17f). His primacy must be universally recognized; Smyrna would have to revise
all her ambitions claims” [= Kota ini mengclaim sebagai kota pertama
di Asia, yang pertama dalam keindahan, yang pertama dalam literatur, yang
pertama dalam kesetiaan kepada Roma. ... Karena Smirna mengclaim sebagai yang
pertama dan tidak membolehkan adanya saingan, Yesus memperkenalkan dirinya
dengan nama / gelar ini, ‘Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah
mati dan hidup kembali’ (bdk. 1:17-dst). KeunggulanNya harus diakui secara
universal; Smirna harus merevisi semua claimnya yang ambisius] - hal
125.
Catatan: Agak diragukan
kebenaran bagian akhir kata-kata ini, karena surat ini ditujukan kepada orang
kristen di Smirna bukan kepada orang kafirnya, sedangkan yang mengclaim
Smirna sebagai kota pertama rasa-rasanya adalah orang kafirnya.
·
toleransi terhadap kekristenan di kota Smirna.
Pulpit
Commentary: “There are more Christians in Smyrna than in any Turkish
city in the world; and it is therefore peculiarly unclean in the eyes of the
strict Moslems, who calls it Giaour Izmir, or infidel Smyrna. Religious
toleration has always been more fully permitted in Smyrna than in any other
cities under Mohammedan control, and rarely has Turkish fanaticism been
directed against Europeans. It is a great centre of missionary effort; and in
Smyrna the light of Christianity has never been extinct from apostolic times”
(= Ada lebih banyak orang kristen di Smirna dari pada di kota orang Turki
manapun di dunia; dan karena itu kota ini secara khusus adalah kota yang najis
di mata orang Islam yang ketat, yang menyebutnya Giaour Izmir, atau Smirna yang
kafir. Toleransi agama selalu lebih diijinkan sepenuhnya di Smirna dari pada di
kota lain manapun juga yang ada di bawah kontrol orang Islam, dan jarang sekali
kefanatikan orang Turki ditujukan menentang orang-orang Eropa. Smirna merupakan
pusat yang besar bagi usaha misionaris; dan di Smirna terang kekristenan tidak
pernah padam sejak jaman rasul-rasul) - hal 98.
b)
Gereja Smirna.
John
Stott: “We do not know when it was founded. It is mentioned
neither in the Acts nor in the New Testament epistles, although an early
tradition states that the apostle Paul visited the town on his way to Ephesus
at the beginning of his third missionary tour” (= Kita tidak tahu kapan
gereja Smirna didirikan. Gereja Smirna tidak disebutkan baik dalam Kisah Rasul
maupun dalam surat-surat Perjanjian Baru, sekalipun tradisi yang mula-mula
menyatakan bahwa rasul Paulus mengunjungi kota ini dalam perjalanannya ke
Efesus pada permulaan dari perjalanan misionarisnya yang ketiga) - hal 36.
Ay 9: “Aku tahu
kesusahanmu dan kemiskinanmu - namun engkau kaya - dan fitnah mereka, yang
menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian:
sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis”.
1) ‘Aku tahu
kesusahanmu dan kemiskinanmu - namun engkau kaya’.
a)
Dalam KJV ada tambahan ‘works’ (= pekerjaan).
KJV: ‘I know thy works, and tribulation, and poverty’ (=
Aku tahu pekerjaan, dan kesusahan, dan kemiskinanmu).
KJV melakukan hal yang sama dengan Wah 2:13. Tetapi ini salah. Baik
untuk gereja Smirna maupun gereja Pergamus, tidak ada kata-kata ‘thy works’
(= pekerjaanmu). Mungkin penderitaan dan penganiayaan yang mereka alami itu
begitu hebat sehingga tidak memungkinkan mereka bekerja bagi Tuhan / melayani
Tuhan.
Pulpit Commentary: “Other epistles begin, ‘I know thy works.’
This and the next begin, ‘I know thy tribulation.’ It is possible for a Church
so to be placed that activity is out of the question. Endurance may be the only
possible form of service” (=
Surat-surat lain mulai dengan ‘Aku tahu pekerjaanmu’. Surat ini dan yang
berikutnya mulai dengan ‘Aku tahu kesusahanmu’. Adalah mungkin bagi sebuah
Gereja untuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mungkin melakukan
aktivitas. Ketahanan / ketekunan mungkin merupakan satu-satunya bentuk
pelayanan yang dimungkinkan) - hal 71.
Pulpit
Commentary: “Christ values his Churches according to what they are,
as well as according to what they do. If their trials are such that all
they can do is to bear them, and to wait God’s own time - well. So, if in old
age Christians find their powers of active service fail them, though they may do
less, they may be more. It is not only needful for us to quicken
sluggish Christians to activity, it is also needful to show to believers that
it is by being as well as by doing that they can please, serve, and glorify
their Lord. There may be much activity with a very defective inner life. But if
the ‘being’ is right, the right ‘doing’ is sure to follow” (= Kristus
menilai Gereja-gerejaNya berdasarkan keberadaan / apa adanya mereka, dan
juga berdasarkan apa yang mereka lakukan. Jika pencobaan mereka begitu
rupa sehingga apa yang bisa mereka lakukan hanyalah memikul / menahannya, dan
menunggu waktu Allah sendiri - baiklah. Jadi, jika pada usia lanjut orang
Kristen mendapati bahwa mereka kehilangan kekuatan mereka untuk melakukan
pelayanan aktif, sekalipun mereka melakukan lebih sedikit, keberadaan
mereka mungkin dianggap lebih. Bukan hanya perlu bagi kita untuk menggerakkan
orang kristen yang malas kepada aktivitas, tetapi juga perlu untuk menunjukkan
kepada orang-orang percaya bahwa mereka bisa menyenangkan, melayani, dan
memuliakan Tuhan mereka melalui keberadaan mereka dan juga melalui
apa yang mereka lakukan. Bisa saja ada banyak aktivitas dengan kehidupan di
dalam yang banyak cacatnya. Tetapi jika ‘keberadaannya’ benar, ‘tindakan’ yang
benar juga pasti akan mengikuti) - hal 71.
b) ‘kesusahanmu’.
Di sini kembali digunakan kata Yunani THLIPSIS yang telah dibahas dalam
Wah 1:9.
John Stott: “If the first mark of a true and living
church is love, the second is suffering” (= Jika tanda pertama dari gereja yang benar dan
hidup adalah kasih, maka tanda kedua adalah penderitaan) - hal 35.
John Stott menunjukkan banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa
orang kristen / gereja yang benar pasti mengalami banyak penderitaan,
seperti Mat 5:10-12 Luk 6:26
Yoh 15:18,20 Yoh 16:33 2Tim 3:12 Fil 1:29 dsb.
Lalu John Stott berkata:
“The ugly truth is that we tend to avoid suffering by
compromise. Our moral standards are often not noticeably higher than the
standards of the world. Our lives do not challenge and rebuke unbelievers by
their integrity or purity or love. The world sees in us nothing to hate. ... We
are seldom bold to rebuke vice. We mind our own business lest anyone should be
offended. We hold our tongue so that nobody is embarrassed. ... The fear of man
has ensnared us. We trim our sails to the prevailing theological wind. We
dilute the gospel so as to render it supposedly more palatable. We love the
praise of men more than the praise of God. We escape suffering by compromise.
... Supposing we raised our standards and stopped our compromises? Supposing we
proclaimed our message and tightened our discipline with love but without fear?
I will tell you the result: the Church would suffer” (= Kebenaran yang buruk adalah bahwa kita
cenderung untuk menghindari penderitaan dengan kompromi. Standard moral kita
seringkali tak kelihatan lebih tinggi dari standard duniawi. Kehidupan kita
tidak menantang dan menegur orang-orang yang tidak percaya melalui kejujuran /
ketulusan atau kemurnian atau kasih. Dunia tidak melihat apapun dalam diri kita
untuk dibenci. ... Kita jarang berani menegur kejahatan. Kita mengurus urusan
kita sendiri supaya orang lain tidak tersinggung. Kita mengekang lidah kita
sendiri supaya tidak ada orang lain yang merasa malu. ... Rasa takut kepada
manusia telah menjerat kita. Kita menyesuaikan layar kita kepada angin
theologia yang kuat. Kita mengencerkan injil supaya rasanya lebih enak. Kita
mencintai pujian manusia lebih dari pujian Allah. Kita terhindar dari
penderitaan melalui kompromi. ... Seandainya kita menaikkan standard kita dan
menghentikan kompromi kita? Seandainya kita memberitakan berita kita dan
memperketat disiplin kita dengan kasih tetapi tanpa takut? Aku memberitahumu
apa akibatnya: Gereja akan menderita) - hal 43,44,45.
John Stott (hal 36-37) mengatakan bahwa penderitaan orang Kristen di
Smirna adalah penganiayaan. Sekalipun tidak diceritakan alasan penganiayaan
itu, tetapi Stott mengatakan bahwa alasannya mudah ditebak. Karena adanya kuil
untuk Roma di Smirna, maka penolakan penyembahan terhadap kaisar dsb
menyebabkan orang kristen Smirna dianiaya.
c) ‘Aku
tahu kesusahanmu’.
·
John Stott: “This
is a great and sweet comfort. One of our greatest needs in trouble is someone
with whom to share it. We long to unburden ourselves to somebody who
understands. Now Jesus Christ is the world’s greatest comfort. ... However deep
our sorrow or great our suffering, He knows and cares” (= Ini adalah penghiburan yang besar dan
manis. Salah satu kebutuhan terbesar kita dalam kesukaran adalah seseorang
kepada siapa kita bisa menceritakan / mensharingkannya. Kita ingin
melepaskan beban kita kepada seseorang yang mengerti. Yesus Kristus adalah
penghiburan dunia yang terbesar. ... Betapapun dalamnya kesedihan kita atau
betapapun besarnya penderitaan kita, Ia tahu dan peduli) - hal 47.
·
Beasley-Murray: “The
Lord knows about this situation, but he refrains from intervening. He does not
remove the poverty, he does not vindicate his followers in face of the Jewish
slanders, nor does he frustrate the Devil’s machinations which will bring about
the imprisonment and death of some. He simply encourages them to endure. Why no
more than this? The author of the book of Job wrestled with the problem, and so
have the saints of God ever since. John provides no answer, but his whole book
is written in the conviction that the Church of Christ has the vocation of
suffering with its Lord, that it may share his glory in the kingdom he has won for
mankind” (=
Tuhan tahu tentang situasi ini, tetapi Ia tidak mau ikut campur. Ia tidak
membuang kemiskinan mereka, Ia tidak membela pengikut-pengikutNya menghadapi
fitnahan orang-orang Yahudi, juga Ia tidak menggagalkan rencana busuk Setan
yang akan menimbulkan pemenjaraan dan kematian bagi beberapa orang. Ia hanya
menguatkan hati mereka untuk bertahan. Mengapa tidak lebih dari ini? Penulis
Kitab Ayub bergumul dengan problem ini, dan begitu juga dengan orang-orang
kudus Allah sejak saat itu. Yohanes tidak memberikan jawaban, tetapi seluruh
kitabnya ditulis dalam keyakinan bahwa Gereja Kristus mempunyai pekerjaan
menderita dengan Tuhannya, supaya gereja itu bisa ikut menikmati kemuliaanNya
dalam kerajaan yang telah Ia menangkan untuk umat manusia) - hal 81.
Catatan: kata-kata ini
khususnya harus direnungkan dan dihayati oleh orang-orang yang menganut
Theologia Kemakmuran atau ajaran yang mengatakan bahwa kalau ikut Kristus semua
problem pasti beres, semua penyakit pasti sembuh dan sebagainya.
d) Miskin tetapi kaya.
·
Miskin.
*
Arti dari kata ‘miskin’ di sini.
Kata
bahasa Yunani yang dipakai adalah PTOCHEIAN.
William
Barclay: “In Greek there are two words for poverty. ... PENIA
describes the state of the man who has nothing superfluous; PTOCHEIA describes
the state of the man who has nothing at all” (= Dalam bahasa Yunani ada 2
kata untuk kemiskinan. ... PENIA menggambarkan keadaan seseorang yang tidak
mempunyai sesuatu yang berlebihan; PTOCHEIA menggambarkan keadaan seseorang
yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa) - hal 78.
William
Hendriksen: “Extreme poverty is meant. These people were often thrown
out of employment as a result of the very fact of their conversion” (=
Kemiskinan yang hebat yang dimaksudkan. Orang-orang ini sering dikeluarkan dari
pekerjaan sebagai akibat dari pertobatan mereka) - hal 64.
Penerapan:
Kalau
gara-gara ikut Kristus saudara dipecat dari pekerjaan saudara, dan hal itu
terjadi berulang-ulang, apakah saudara tetap mau ikut Kristus?
*
Mayoritas orang kristen dalam Perjanjian Baru (abad I) adalah orang miskin
(bdk. Kis 2:45 3:6 4:35 2Kor 8:2).
William
Barclay: “In the New Testament poverty and Christianity are closely
connected” (= Dalam Perjanjian Baru kemiskinan dan kekristenan berhubungan
sangat dekat) - hal 78.
Catatan:
bandingkan kata-kata William Barclay ini dengan ajaran dari Theologia
Kemakmuran, yang mengatakan bahwa orang kristen pasti / harus kaya. Saya
berpendapat bahwa ajaran ini merupakan penghinaan terhadap Perjanjian Baru
maupun kekristenan.
*
Miskin di tengah-tengah masyarakat yang kaya.
Sekalipun
miskin di tengah-tengah masyarakat yang miskin juga merupakan hal yang tidak
enak, tetapi itu tidak sejelek kalau kita mengalami kemiskinan di kota yang kaya
seperti Smirna.
Pulpit
Commentary: “In wealthy cities such as Smyrna, ... poverty was not
merely odious but even infamous” (= Dalam kota-kota kaya seperti Smirna,
... kemiskinan bukan sekedar menjijikkan tetapi bahkan dianggap buruk /
memalukan) - hal 84.
Kalau
orang kaya yang kafir menganggap bahwa miskin adalah hal yang memalukan, itu
bisa dimengerti. Tetapi celakanya, jaman sekarang orang kristen yang menganut
Theologia Kemakmuran juga menganggap bahwa miskin itu memalukan Tuhan. Tetapi
apa dasar Kitab Suci pandangan ini? Dalam bacaan ini kita tidak melihat bahwa
Tuhan malu karena kemiskinan orang kristen di Smirna. Sebaliknya Tuhan memuji
gereja Smirna yang tetap setia kepadaNya dalam kemiskinan dan penderitaan!
*
Tuhan menghibur orang kristen di Smirna dengan mengatakan ‘Aku tahu
kemiskinanmu’. Kalau saudara adalah orang kristen yang miskin, maka
pengetahuan Tuhan akan kemiskinan saudara juga seharusnya menghibur saudara.
Tuhan bukannya melupakan saudara atau keadaan saudara. Sebaliknya Ia tahu akan
keadaan saudara, dan Ia tahu segala kebutuhan saudara (bdk. Mat 6:32b - “Akan
tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu membutuhkan semuanya itu”),
dan pasti akan memberikan kebutuhan saudara itu pada waktunya.
·
Mengapa orang-orang kristen di Smirna ini miskin? Ada beberapa kemungkinan:
*
karena memang mereka berasal dari masyarakat kelas bawah.
*
karena mereka suka menolong orang lain (bandingkan dg 2Kor 8:2).
*
karena mereka bekerja dengan jujur / menjalankan bisnis dengan jujur.
John
Stott: “But neither of these factors would explain why their
poverty was part of their ‘tribulation’. It is more probable that in their
resolve to go straight in business, they renounced shady methods and thereby
missed some of the easy profits which went to others less scrupulous than
themselves. Or again, no doubt many Jews and pagan would not trade with them
when they knew they were Christians” (= Tetapi tidak satupun dari
faktor-faktor ini yang bisa menjelaskan mengapa kemiskinan mereka merupakan
sebagian dari ‘kesusahan’ mereka. Adalah lebih mungkin bahwa dalam keputusan
mereka untuk berjalan lurus dalam bisnis, mereka meninggalkan cara-cara yang
curang dan dengan demikian kehilangan sebagian dari keuntungan yang mudah, dan
keuntungan yang mudah itu lalu pergi / pindah kepada orang lain yang tidak
terlalu cermat seperti mereka. Atau, tak diragukan lagi bahwa banyak orang
Yahudi dan kafir yang tidak mau berdagang dengan mereka pada waktu mengetahui
bahwa mereka adalah orang Kristen) - hal 38.
*
mungkin karena sering terjadi perusakan terhadap rumah-rumah mereka dan
penjarahan terhadap barang-barang mereka.
William
Barclay: “There was another reason for the poverty of the
Christians. Sometimes they suffered from the spoiling of their goods (Hebrews
10:4). There was times when the heathen mob would suddenly attack the
Christians and wreck their homes” [= Ada alasan lain untuk kemiskinan dari
orang-orang Kristen. Kadang-kadang mereka menderita karena penjarahan terhadap
harta benda / barang-barang mereka (Ibr 10:4). Ada saat-saat dimana gerombolan
orang kafir tiba-tiba menyerang orang-orang Kristen dan merusak / menghancurkan
rumah mereka] - hal 78-79.
Catatan:
Ibr 10:4 ini pasti salah cetak; seharusnya adalah Ibr 10:34 yang
berbunyi: “Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan
orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu
dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik
dan yang lebih menetap sifatnya”.
John Stott: “Make no mistake: it does not always pay
to be a Christian” (=
Jangan salah: menjadi orang Kristen tidak selalu menguntungkan) - hal 39.
·
Kaya.
Kitab Suci seringkali berbicara tentang kekayaan yang bukan dalam
persoalan uang / materi, misalnya ‘kaya
di hadapan Allah’ (Luk 12:21), ‘kaya dalam iman’ (Yak 2:5), ‘kaya dalam kebajikan’ (1Tim 6:18), ‘mempunyai harta di surga’ (Mat 6:19,20 Mat 19:21).
Bdk. juga 1Kor 1:5 Ef 3:8 2Kor 6:10.
Pulpit
Commentary: “It is all-important that we should learn to see light in
God’s light - to reckon silver and gold as corruptible things, and to regard
faith, love, and the good things through grace as the only durable riches”
(= Adalah sangat penting bahwa kita melihat terang dalam terang Allah -
memperhitungkan perak dan emas sebagai hal-hal yang bisa binasa, dan menganggap
iman, kasih, dan hal-hal baik melalui kasih karunia sebagai satu-satunya
kekayaan yang bertahan) - hal 71.
Renungkan: kekayaan yang
bagaimana yang saudara cari / kejar?
·
Miskin tetapi kaya (bdk. Yak 2:5
2Kor 6:10 2Kor 8:2).
*
Jelas bahwa kemiskinan tetap memungkinkan
orang kristen untuk bisa dekat dengan Tuhan, menyenangkan Tuhan, dan memuliakan
Tuhan! Lebih dari itu, orang kristen Smirna bukan hanya miskin tetapi juga
mengalami banyak penderitaan / kesusahan / penganiayaan. Tetapi mereka toh bisa
menjadi orang-orang yang sangat rohani! Karena itu jangan menjadikan problem
uang ataupun penderitaan sebagai alasan untuk tidak bisa bertumbuh dalam iman!
*
Kemiskinan memang mempersulit orang
kristen dalam belajar Firman Tuhan (tak bisa beli buku, dsb), berbakti kepada
Tuhan (tak ada mobil / uang transportasi), melayani Tuhan (karena harus terus
bekerja), dsb. Karena itu kalau orang kristen bisa tetap setia kepada Tuhan di tengah-tengah kemiskinannya,
maka itu merupakan hal yang luar biasa. Jadi pada waktu orang kristen Smirna
menghadapi kemiskinan mereka dengan tetap setia kepada Tuhan, maka faktor
kemiskinan itu memberikan nilai tambah terhadap kesetiaan mereka, dan sekaligus
memperkaya mereka secara rohani. Sebaliknya orang kaya bisa lebih leluasa dalam
belajar Firman Tuhan, berbakti kepada Tuhan, melayani Tuhan, dsb. Dan karena
itu, orang kaya harus malu kalau, sekalipun mereka tidak mempunyai problem
keuangan, mereka tidak bisa mempunyai rohani sebaik orang yang miskin!
*
Orang kristen Smirna kontras dengan orang
kaya yang bodoh (Luk 12:16-21, khususnya perhatikan ay 21). Dan ini
juga kontras dengan gereja Laodikia, yang dalam Wah 3:17 mendapatkan
kata-kata Yesus yang berbunyi: “Karena
engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak
kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat
(NIV/NASB: wretched / buruk sekali),
dan malang, miskin (Yunani: PTOCHOS), buta dan telanjang”.
Saudara seperti orang kristen Smirna, atau Laodikia / orang kaya yang
bodoh?
Dari perbandingan gereja Smirna dan gereja Laodikia, Herman Hoeksema
berkata:
“It is
not only applicable to the church of Smyrna, but equally so to the church in
tribulation in all ages. It has even become proverbial that the blood of the
martyrs has become the seed of the church in history. Never does the church
offer a more pitiable aspect than in times of prosperity from a worldly point
of view, times of peace and abundance. Never is its condition more precarious
than when it caters to the good pleasure of the world and craves for wealth and
glory and honor after the measure of the world. The church of Laodikia is a
warning example. But, on the other hand, it is equally true that the church is
never more nearly perfect in this dispensation than when it is called upon to
fight the battle of faith, to suffer and endure affliction for the Word of God
and the testimony of Jesus” (= Ini tidak hanya cocok /
relevan untuk gereja Smirna, tetapi juga untuk gereja dalam kesusahan di segala
jaman. Bahkan telah menjadi pepatah bahwa darah para martir telah menjadi benih
dari gereja dalam sejarah. Tidak pernah gereja memberikan aspek yang lebih
menyedihkan dari pada pada waktu kemakmuran dari sudut pandang duniawi, saat
damai dan kelimpahan. Tidak pernah kondisi gereja lebih genting dari pada
ketika gereja itu melayani kesenangan duniawi dan haus akan kekayaan dan
kemuliaan dan kehormatan menurut ukuran dunia. Gereja Laodikia merupakan contoh
yang memberikan peringatan. Tetapi, di sisi yang lain, juga benar bahwa gereja
tidak pernah lebih mendekati kesempurnaan dari pada ketika ia dipanggil untuk
melakukan pertempuran iman, menderita dan menahan penderitaan / kesusahan demi
Firman Allah dan kesaksian Yesus) - hal 75.
Matthew Poole: “the church of God keeps always its purity
best in the fire” (=
gereja Allah selalu mempertahankan kemurniannya paling baik pada waktu ada
dalam api) - hal 954.
Apa sebabnya gereja yang kaya, enak, tidak dianiaya justru cenderung
jadi jelek, dan sebaliknya gereja yang miskin dan dianiaya justru jadi kuat?
1.
Penderitaan menyebabkan kita makin berpegang kepada Kristus.
Herman
Hoeksema: “It is when the storm howls in the woods that the oak
strikes its root more deeply and firmly into the soil and is strengthened. So
it is when the storm of persecution sweeps through the church that the latter
strikes the roots of its faith more deeply into Christ and draws from Him more
consciously the very strength in its life. And therefore, it is especially in
times of trouble that the church flourishes: for at such times it is taught to
cling to its powerful King, and seeks its all in Him” (= Adalah pada saat
badai menderu di hutan maka pohon oak / eik menanamkan akarnya lebih dalam dan
lebih teguh ke dalam tanah dan dikuatkan. Begitu juga pada saat badai
penganiayaan menyapu gereja maka gereja menancapkan akar dari imannya lebih
dalam ke dalam Kristus dan secara lebih sadar mengambil kekuatan dari Dia dalam
hidupnya. Dan karena itu, khususnya pada saat kesukaranlah gereja tumbuh dengan
subur: karena pada saat-saat seperti itu gereja diajar untuk berpegang
erat-erat pada Rajanya yang berkuasa, dan mencari segala-galanya dalam Dia)
- hal 76.
2.
Pada masa enak, gereja bisa dipenuhi oleh orang-orang kristen KTP yang masuk ke
gereja dengan motivasi yang salah, dan mereka ini sangat membahayakan gereja.
Tetapi penderitaan / penganiayaan sebaliknya akan membersihkan gereja dari
orang-orang kristen KTP ini.
Herman
Hoeksema: “In times of prosperity and wealth and peace, when the
church is honored rather than despised in the world, there is a grave danger
that many an Israelite who is not spiritually of Israel becomes member of the
church in the world from carnal motives and for selfish reasons. It becomes a
matter of honor, or even of common decency, to be a church member. Hence, many
join the church. These carnal members are a veritable danger to the church of
Christ. They often become dominant, and assume the leadership in the church.
They impose their carnal desires upon the church. They lead her into the world,
and, of course, to destruction. They are of the world, and they would make the
church a part of the world. In times of persecution, however, when church
membership and the reproach of Christ are inseparable, this danger does not
exist. On the contrary, when the faithful must suffer persecution and reproach
for Christ’s sake, the church is cleansed of these hypocrites” (= Dalam
masa kemakmuran dan kekayaan dan damai, pada waktu gereja dihormati dan
bukannya dihina dalam dunia, ada bahaya yang besar dimana banyak orang Israel
yang bukan orang Israel rohani menjadi anggota dari gereja dalam dunia dengan
motivasi daging dan alasan yang egois. Merupakan persoalan kehormatan, atau
bahkan kesopanan / kesusilaan umum untuk menjadi anggota gereja. Jadi, banyak
orang bergabung dengan gereja. Anggota-anggota yang bersifat daging ini
betul-betul merupakan bahaya bagi gereja Kristus. Mereka seringkali menjadi
dominan, dan menerima kepemimpinan / menjadi pemimpin dalam gereja. Mereka
memimpin gereja itu ke dalam dunia, dan, tentu saja, pada kehancuran. Mereka
adalah dari dunia, dan mereka akan membuat gereja menjadi bagian dari dunia.
Tetapi pada masa penganiayaan, pada waktu keanggotaan gereja dan celaan Kristus
tidak terpisahkan, bahaya ini tidak ada. Sebaliknya, pada waktu orang percaya /
setia harus menderita penganiayaan dan celaan demi Kristus, gereja dibersihkan
dari orang-orang munafik ini) - hal 76.
2)
‘dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang
sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis’.
a)
‘fitnah’.
RSV/NIV: ‘slander’
(= fitnah).
KJV/NASB: ‘blasphemy’
(= penghujatan).
Yunani: BLASPHEMIAN.
George
Eldon Ladd: “However, its proper meaning is not blasphemy of the name
of God but slanderous accusations against men” (= Bagaimanapun, artinya
yang benar bukanlah penghujatan terhadap nama Allah tetapi tuduhan yang
bersifat memfitnah terhadap manusia) - hal 43.
Memang, karena dalam
ay 2 fakta bahwa Tuhan mengetahui BLASPHEMIAN ini kelihatannya merupakan
suatu penghiburan bagi gereja Smirna, maka rupa-rupanya yang dimaksud dengan
BLASPHEMIAN di sini bukanlah ‘penghujatan’ tetapi ‘fitnah’.
Tentu saja ada banyak hal yang bisa difitnahkan tentang gereja Smirna,
tetapi John Stott berkata bahwa rupa-rupanya fitnah dari orang-orang Yahudi ini
berhubungan dengan penyembahan kepada kaisar.
John Stott: “They were themselves exempt from all
sacrificial obligations and exploited their privilege to harry the hated
Nazarenes. They were no doubt suspect for their own refusal to sacrifice. So
they curried favour with the authorities and the people by urging the Christians
to sacrifice and vilifying them if they would not” [= Mereka (orang-orang Yahudi) sendiri dikecualikan dari
semua kewajiban persembahan, dan mereka memanfaatkan hak mereka untuk
mengganggu / merusakkan orang Nasrani yang dibenci. Tak diragukan lagi mereka
sendiri dicurigai karena mereka menolak untuk mempersembahkan korban. Jadi,
mereka menjilat para penguasa dan rakyat dengan mendesak orang-orang Kristen
untuk mempersembahkan, dan mereka memfitnah orang-orang Kristen itu kalau
mereka tidak mau mempersembahkan] - hal 37.
Ini adalah tindakan yang luar biasa kurang ajarnya. Mereka sendiri
menganggap bahwa itu adalah dosa / penyembahan berhala, tetapi mereka memaksa
orang kristen melakukan hal itu.
Tuhan menghibur gereja
Smirna dengan mengatakan bahwa Ia tahu akan fitnahan itu. Kalau saudara
difitnah, dan semua orang mempercayai fitnahan itu, maka bagian ini juga
merupakan suatu penghiburan bagi saudara. Tuhan tahu bahwa itu adalah fitnah!
b)
‘yang menyebut dirinya orang Yahudi’.
Steve
Gregg: “Smyrna had the largest Jewish population of any Asian
city” (= Smirna mempunyai penduduk Yahudi terbesar dari semua kota-kota
Asia) - hal 67.
Pulpit Commentary: “It is remarkable that, in the ‘Martyrdom
of St. Polycarp,’ the Jews are said to have been present in great numbers, and
to have been foremost in collecting wood with which to burn him alive” (= Merupakan sesuatu yang luar biasa
bahwa dalam ‘Kematian syahid dari Polycarp’ dikatakan bahwa orang-orang Yahudi
hadir dalam jumlah yang besar, dan merupakan orang-orang pertama yang
mengumpulkan kayu untuk membakarnya hidup-hidup) - hal 60.
John
Stott: “it was the voice of the Jews which cried loudest that he
should be thrown to the lions; and when the order was finally given for him to
be burned alive, the most diligent of the crowd to fetch faggots for the fatal
wood-pile were Jews” [= adalah suara dari orang-orang Yahudi yang berteriak
paling keras supaya ia (Polycarp) dilemparkan kepada singa-singa; dan
pada waktu akhirnya diberikan perintah supaya ia dibakar hidup-hidup, yang
paling rajin dari orang banyak itu yang mengambil kayu bakar untuk tumpukan
kayu yang membawa kematian itu adalah orang-orang Yahudi] - hal 38.
Catatan: padahal hari
itu adalah hari Sabat, dimana mengumpulkan kayu seperti itu dilarang oleh hukum
Sabat! (bdk. Kel 35:2-3 Bil 15:32-36). Tetapi orang-orang munafik itu
malah mengumpulkan kayu untuk membakar orang!
c)
‘tetapi yang sebenarnya tidak demikian’.
·
Bandingkan dengan 2 text di bawah ini:
*
Ro 2:28-29a - “Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah
Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara
lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya
dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah”.
*
Fil 3:3 - “karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah
oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada
hal-hal lahiriah”.
·
George Eldon Ladd: “We must conclude, then, that John makes a real
distinction between literal Israel - the Jews - and spiritual Israel - the
church” (= Jadi, kita harus menyimpulkan bahwa Yohanes membuat pembedaan
yang nyata antara Israel hurufiah - orang-orang Yahudi - dan Israel rohani -
gereja) - hal 44.
Karena
itu berhati-hatilah pada waktu menemukan istilah ‘Israel’ dalam Kitab Suci.
Kadang-kadang istilah itu memang menunjuk kepada bangsa Israel (misalnya
Ro 11:25), tetapi kadang-kadang menunjuk kepada gereja / Israel rohani
(misalnya Ro 11:26).
·
John Stott: “They say they are Jews, but they are not. They say
you are poor, but you are not. In both their judgments are mistaken. Then let
us not be too greatly concerned by the opinions of the unbeliever. Let us
rather cultivate the mind of Christ. It is His perspective which is true. Only
He can see straight. All others are cross-eyed and squint” (= Mereka
berkata bahwa mereka adalah orang Yahudi, tetapi sebetulnya tidak demikian.
Mereka berkata bahwa kamu miskin, tetapi sebenarnya tidak. Dalam keduanya
penilaian mereka salah. Jadi marilah kita tidak terlalu peduli dengan pandangan
dari orang-orang yang tidak percaya. Sebaliknya marilah kita mengusahakan
pikiran Kristus. Adalah pemandanganNya yang benar. Hanya Dia yang bisa melihat
dengan lurus / benar. Semua yang lain adalah juling) - hal 48.
d)
‘sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis’ (bdk. Wah 3:9).
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the
synagogue of Satan’ (= sinagog Setan).
Dalam Bil 16:3
Bil 20:4 Bil 31:16 Israel disebut sebagai ‘jemaah / umat
TUHAN’. Kata ‘sinagog’ berasal dari kata Yunani SUNAGOGE, yang arti hurufiahnya
adalah ‘suatu kumpulan’ atau ‘jemaah’. Jadi dengan kata-kata ini seakan-akan
Yohanes berkata: Kamu menyebut dirimu sendiri ‘jemaah TUHAN’, padahal
sebetulnya kamu adalah ‘jemaah Iblis’.
Mereka ini sama seperti
orang-orang Yahudi dalam Yoh 8:37-44, yang sekalipun mengaku sebagai
keturunan Abraham dan anak-anak Allah, tetapi sebetulnya adalah anak-anak
setan.
George
Eldon Ladd: “because the Jews have rejected their Messiah, they are no
longer a synagogue of the Lord but in reality a synagogue of Satan” (=
karena orang-orang Yahudi telah menolak Mesias mereka, mereka bukan lagi
sinagog Tuhan tetapi dalam kenyataannya sinagog Setan) - hal 44.
Sekalipun
Israel / bangsa Yahudi mengusahakan penyucian diri mereka menggunakan ‘lembu
merah’ (Bil 19), tetapi kalau mereka tidak mau percaya kepada Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka, mereka tidak akan pernah suci, dan mereka
akan tetap menjadi sinagog / jemaah Iblis!
Penerapan:
Ada
banyak orang kristen yang seperti orang-orang Yahudi ini. Secara lahiriah
mereka adalah orang kristen, tetapi karena hatinya tidak pernah betul-betul
percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, pada hakekatnya mereka
adalah anak-anak setan. Apakah saudara adalah salah satu di antara orang-orang
ini? Kalau ya, cepatlah bertobat dan percaya kepada Yesus.
Leon
Morris (Tyndale): “This unusual expression means that their assembly for
worship does not gather God’s people but Satan’s” (= Istilah / ungkapan
yang tidak lazim ini berarti bahwa perkumpulan / persekutuan kebaktian mereka
tidak mengumpulkan umat Allah tetapi umat Setan) - hal 64.
Penerapan:
Jaman
sekarangpun tidak kurang gereja sesat yang setiap kebaktian bukannya
mengumpulkan umat Allah tetapi umat setan. Carilah gereja yang benar, dan maulah
berbakti di sana.
Thomas
Becon: “For commonly, wheresoever God buildeth a church, the
devil will build a chapel just by” (= Karena biasanya, dimanapun Allah
membangun sebuah gereja, setan akan membangun tempat ibadah di dekatnya) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 118.
Daniel
Defoe, ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 119-120:
“Wherever
God erects a house of prayer, (= Dimanapun Allah
mendirikan rumah doa,)
The Devil
always builds a chapel there; (= Setan selalu membangun
tempat ibadah di sana;)
And
‘twill be found, upon examination, (= Dan akan didapatkan,
setelah diselidiki,)
The
latter has the largest congregation” (= Yang terakhir mempunyai
jemaat yang terbesar).
REFERENSI:
1.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung:
Indonesia Publishing House, 2007. hlm.52-53.
2.
Leo R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang
ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia Publishing
House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989. hlm.38.
3.
DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas
Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988.
4.
Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada
Yohanes.