ORANG KRISTEN YANG
TEKUN DAN SETIA SAMPAI AKHIR AKAN
MENEMUKAN HIDUP BERKELIMPAHAN DI SORGA.
“Allah
menawarkan kepada para pemenang di Efesus suatu hadiah istimewa. Mereka akan memakan buah pohon kehidupan yang
ada di Taman Firdaus Allah. Jika dituntut pertobatan yang jauh lebih mendalam
untuk dapat memakan buah pohon itu, itu tidaklah sia-sia. Imbalannya jauh lebih besar dibandingkan
pengorbanan yang dituntut.(Wahyu 22:2).
Disana sang pemenang akan menemukan hidup berkelimpahan yang tak pernah
ada akhirnya.
“Kepada yang menang akan diberi makan dari
pohon kehidupan –Melukiskan bahwa orang-orang percaya yang menang atas bujukan
rasul-rasul dan guru-guru palsu untuk memakan dari pohon pengetahuan manusiawi,
akan makan dari pohon kehidupan di Eden yang akan dikembalikan kelak” (E.G. White, Patriach and Prophets, hlm.62).
‘Barangsiapa
menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah’.
a) ‘Barangsiapa
menang’.
·
Homer Hailey (hal 118) mengatakan
bahwa kata ‘menang’, dalam bahasa Yunaninya adalah NIKAO, yang merupakan kata favorit dari
rasul Yohanes. Kata ini muncul 28 x dalam Perjanjian Baru, dan 24 diantaranya
digunakan oleh rasul Yohanes (1 x dalam Injil Yohanes, 6 x dalam 1Yohanes,
dan 17 x dalam Kitab Wahyu).
·
George Eldon Ladd: “The idea of conquering suggests warfare. The
Christian life is an unrelenting warfare against the powers of evil” (= Gagasan tentang ‘menang / mengalahkan’
memberikan kesan suatu peperangan. Hidup Kristen merupakan suatu perang yang
tidak ada hentinya melawan kuasa kejahatan) - hal 40.
Dan mengingat bahwa kata-kata / janji tentang ‘barang siapa menang’ ini ada dalam ketujuh surat dalam Wah 2-3
(2:7,1117,26 3:5,12,21), maka jelas bahwa tidak ada gereja yang tidak
perlu berperang.
·
Orang yang menang adalah orang kristen
yang setia dan bertekun sampai akhir dalam berperang melawan setan dan dosa dan
dalam mengasihi Kristus.
Robert H. Mounce (NICNT): “The overcomer in Revelation is not one
who has conquered an earthly foe by force, but one who has remained faithful to
Christ to the very end. The victory he achieves is analogous to the victory of
Christ on the cross” (=
Pemenang dalam Kitab Wahyu bukanlah orang yang telah mengalahkan musuh duniawi
dengan kekuatan, tetapi orang yang tetap setia kepada Kristus sampai akhir.
Kemenangan yang ia capai analog dengan kemenangan Kristus pada kayu salib) - hal 90.
·
Bandingkan dengan 1Yoh 5:4 - “Perintah-perintahNya itu tidak
berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah
kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”.
Jadi,
sekalipun Wah 2:7 ini mengatakan ‘barangsiapa menang’ tetapi
sebetulnya bagi orang kristen kemenangan itu dijamin. Adanya jaminan membuat
kita bisa mempunyai damai dan sukacita di tengah-tengah peperangan, tetapi
adanya kata-kata ‘barangsiapa menang’ mengharuskan kita tetap berperang
habis-habisan, dan bukannya bersikap santai karena toh sudah dijamin.
b) ‘Taman
Firdaus Allah’.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the paradise of God’.
Penggunaan kata ‘paradise’:
1. Dalam Septuaginta atau
Perjanjian Lama berbahasa Yunani, kata ini mempunyai 2 penggunaan:
·
Ini digunakan untuk menunjuk pada Taman
Eden (Kej 2:8 3:1).
·
Ini digunakan untuk menunjuk pada taman /
kebun yang megah / indah (Yes 1:30 Yer 29:5 Pengkhotbah 2:5).
2. Dalam pemikiran orang kristen mula-mula
dianggap bahwa semua orang mati akan pergi ke suatu tempat penantian, dan
tinggal di sana sampai penghakiman terakhir. Tetapi di sana ada satu tempat
khusus bagi para tokoh Kitab Suci dan nabi-nabi, dan tempat ini disebut ‘paradise’.
Tertullian menganggap bahwa hanya ada satu golongan orang yang langsung masuk
ke ‘paradise’ ini, yaitu para martir. Ia berkata:
“The sole key to unlock paradise is your
own life’s blood” (=
Satu-satunya kunci untuk membuka firdaus adalah darahmu sendiri) - William Barclay, hal 70.
Barclay lalu mengatakan:
“The great early thinkers did not identify
paradise and heaven; paradise was the intermediate stage, where the souls of
the righteous were fitted to enter the presence of God” (= Para pemikir mula-mula yang besar
tidak menyamakan firdaus dengan surga; firdaus adalah tingkat di tengah-tengah,
dimana jiwa dari orang benar disesuaikan untuk masuk ke hadirat Allah) - hal 71.
3. Pada akhirnya orang-orang
kristen mengidentikkan ‘paradise’ dengan ‘surga’.
Dasarnya:
·
Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di
dalam Firdaus”.
Padahal waktu Yesus mati, Ia menyerahkan rohNya kepada Bapa
(Luk 23:46), yang menunjukkan bahwa Ia pergi ke surga. Jadi jelas bahwa ‘Firdaus’ yang Ia maksudkan juga adalah surga.
·
Wah 2:7 ini mengatakan bahwa pohon
kehidupan ada di Taman Firdaus Allah. Tetapi Wah 22:2,14 menunjukkan bahwa
pohon kehidupan itu ada di surga (ingat bahwa mulai Wah 21:9 rasul Yohanes
menggambarkan surga).
·
2Kor 12:2-4 - “Aku tahu tentang seorang Kristen; empat
belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh,
aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke
tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di
dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - ia
tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak
terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia”.
Mula-mula
Paulus berkata bahwa orang itu (Catatan: yang ia maksudkan sebetulnya adalah
dirinya sendiri) diangkat ‘ke tingkat yang ketiga dari sorga’, tetapi sebentar
lagi ia mengatakan bahwa orang itu diangkat ‘ke Firdaus’. Kalau Firdaus
bukan surga maka di sini terjadi suatu kontradiksi!
c)
Seluruh kalimat ‘Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon
kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah’ ini artinya adalah: orang yang
menang akan mendapatkan hidup yang kekal di surga.
Robert H. Mounce (NICNT): “The Paradise of God in Revelation
symbolizes the eschatological state in which God and man are restored to that
perfect fellowship which existed before the entrance of sin into the world” (= Firdaus Allah dalam Kitab Wahyu
menyimbolkan keadaan eschatologi / akhir jaman dalam mana Allah dan manusia
dipulihkan kepada suatu persekutuan yang sempurna yang ada sebelum masuknya
dosa ke dalam dunia) - hal 90. 3.
1.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung:
Indonesia Publishing House, 2007. hlm 51.
2. DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia
Cisarua -Bandung, 1988 hlm.10.
3. Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.